jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir” Sutardji, 2003 : 3.
Penggunaan literatur dalam sebuah penelitian perlu dilihat karakteristik maupun ciri-cirinya. Purnomowati 2008 : 4 menyatakan bahwa :
Ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian dapat dilihat melalui analisis sitiran, mencakup jumlah sitiran, jenis dokumen yang disitir, asal
dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.
Sedangkan Elita 2008 : 5 menyatakan bahwa : Analisis sitiran dapat diterapkan untuk keperluan praktis seperti untuk
menentukan pengembangan koleksi, menentukan kebijakan penyiangan, menentukan anggaran perpustakaan maupun untuk keperluan teoritis
seperti sejarah pengetahuan.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat melihat bahwa analisis sitiran merupakan kajian yang diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain untuk
mengetahui karakteristik literatur yang disitir oleh para ilmuwan dan peneliti lainnya, misalnya untuk mengetahui majalah terpenting dalam bidang tertentu.
Disamping itu, salah satu objek kajiannya adalah karakteristik dokumen, yaitu jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat
majalah yang disitir. Selanjutnya, analisis sitiran dapat digunakan untuk melihat ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian yang mencakup jumlah sitiran,
jenis dokumen yang disitir, asal dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.
2.7 Keusangan Literatur
Pertumbuhan dan keusangan literatur merupakan konsep penting dalam komunikasi ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut, Hartinah 2002 : 1
menyatakan bahwa “Obsolescence atau literature aging atau keusangan literatur adalah penurunan dalam menggunakan suatu literatur atau kelompok literatur
pada suatu topik tertentu, pada suatu periode waktu karena literatur-literatur tersebut menjadi lebih tua”. Jika suatu literatur jarang atau bahkan tidak pernah
lagi disitir, maka literatur tersebut dikatakan telah usang. Menurut Line dan Sandison dalam Sulistyo-Basuki 1988 : 90 “keusangan
literatur adalah penurunan atas waktu dalam hal kesahihan atau pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
informasi”. Konsep keusangan informasi memiliki manfaat baik bagi teoritis maupun praktis ilmu informasi. Bagi teoritis, masalah keusangan menyangkut
pengembangan, pemanfaatan, dan kematian atau peleburan informasi pada bidang tertentu. Sedangkan bagi praktisi, terutama pustakawan, masalah keusangan
menyangkut bahan pustaka yang perlu dimasukkan ke gudang atau pun yang perlu dibuang.
Keusangan didasarkan pada asumsi bahwa suatu ketika suatu publikasi tidak berguna pada masa tertentu bahkan akan hilang. Semakin tidak digunakan
dokumen maka dokumen tersebut semakin usang. Keusangan literatur dikaitkan dengan sebuah dokumen dan keusangan informasi yang terkandung dalam sebuah
dokumen. Keusangan sebuah dokumen lebih bersifat praktis dari pada informatif. Keusangan bersifat praktis, dalam arti bila sebuah dokumen sudah usang maka
ada kemungkinan dokumen tersebut dapat ditempatkan pada tempat tertentu misalnya gudang ataupun dibuang. Sedangkan keusangan informatif berarti
bahwa informasi mengenai pengetahuan yang terdapat dalam sebuah dokumen semakin jarang digunakan, dengan kata lain penggunaan informasinya semakin
menurun dan pada suatu saat tidak digunakan lagi. Menurut Sulistyo-Basuki 1988 : 90 sebab penurunan pengunaan informasi terjadi karena :
1. Informasi yang dimuat sahih, namun sudah terserap dalam karya
berikutnya 2.
Informasi yang dimuat masih sahih, namun sudah diganti oleh karya berikutnya
3. Informasi yang dimuat sahih, namun informasi tersebut berada dalam
bidang yang makin kurang diminati ilmuwan 4.
Informasi tersebut tidak dianggap sahih. Namun tidak boleh dilupakan bahwa ada faktor yang menyebabkan
kebalikan dari keusangan. Adapun faktor tersebut adalah : 1.
Informasi yang dimuat semula dianggap tidak sahih, namun kini diakui sahih
2. Informasi yang dimuat bersifat sahih, namun tidaknya teori atau
teknologi yang cukup memadai menghambat pengembangannya 3.
Informasi yang dimuat sahih dan kini berada dalam bidang yang makin berkembang atau menarik minat baru.
Kedua faktor yang berlawanan tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi terhadap minat suatu bidang ilmu pengetahuan. Bidang pengetahuan umumnya
direkam dalam dokumen. Kajian terhadap perubahan dalam manfaat dan kesahihan pengetahuan biasanya dituangkan dalam bentuk kajian yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
terhadap dokumen yang merekam pengetahuan tersebut, walaupun hubungan antara penggunaan dokumen dengan kesahihan informasi masih samar-samar.
Penurunan penggunaan dokumen mungkin terjadi walaupun informasi yang direkam dalam dokumen tersebut masih sahih dan secara potensial berguna.
Dengan demikian, adalah tidak mungkin mengatakan bahwa jenis pengetahuan tertentu menjadi usang hanya berdasarkan penurunan penggunaan dokumen.
Dasar dari kajian keusangan adalah sitiran. Kajian keusangan merupakan interpretasi perubahan penggunaan dokumen dalam waktu tertentu. Perlu
dibedakan pengertian penurunan penggunaan dengan penurunan nilai dokumen dengan maksud untuk menghindari kerancuan. Penurunan penggunaan dokumen
mengacu pada pengertian bahwa dokumen tersebut jarang digunakan, sedangkan penurunan nilai dokumen mengacu pada kemutakhiran isi dokumen. Namun,
dalam masalah penggunaan dokumen, berbagai perpustakaan menunjukkan bahwa penggunaan dokumen yang banyak dilakukan terhadap dokumen mutakhir,
sedangkan penggunaan dokumen yang rendah dilakukan terhadap dokumen yang berusia tiga tahun atau lebih.
Hartinah 2002 : 1 mengemukakan bahwa ada dua tipe dari keusangan obsolescence literatur, yaitu :
1. Obsolescence diachronous merupakan ukuran keusangan literatur dari
sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbit dari sitiran yang diterima literatur tersebut. Half life atau paro hidup literatur adalah
ukuran dari Obsolescence diachronous.
2. Obsolescence synchronous merupakan ukuran keusangan literatur dari
sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi literatur. Median citation age median umur sitiran termasuk dalam
Obsolescence synchronous.
Untuk menghitung paro hidup yaitu mengurutkan semua referensi yang dipergunakan oleh semua dokumen pada masing-masing bidang mulai yang tertua
tahun terkecil sampai yang terbaru tahun terbesar atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang membagi daftar referensi yang sudah terurut tersebut menjadi
2 dua masing- masing 50 . Median ini menunjukkan paro hidup literatur pada bidang yang bersangkutan. Antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lain berbeda waktu paro hidupnya. Hartinah 2002 : 2 menyatakan bahwa paro hidup literatur berdasarkan hasil penelitian di luar negeri adalah :
Universitas Sumatera Utara
Paro hidup untuk ilmu fisika adalah 4,6 tahun ; fisiologi 7,2 tahun ; kimia 8,1 tahun ; botani 10,0 tahun ; matematika 10,5 tahun ; geologi 11,8 tahun
; kedokteran 6,8 tahun ; hukum 12,9 tahun ; dan untuk bidang sosial kurang dari 2 tahun.
Sebagai contoh, paro hidup ilmu fisika adalah 4,6 tahun. Apabila suatu
dokumen penelitian fisika menggunakan rujukan berusia lebih dari 4,6 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan telah usang dan hal ini
menunjukkan adanya kemiskinan informasi. Faktor yang mempengaruhi paro hidup atau keusangan literatur pada suatu bidang adalah : jumlah penggunaan
literatur, jumlah publikasi dalam bidang tersebut, dan jumlah penulis pada bidangnya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa keusangan literatur dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengetahui kemutakhiran dan kecepatan pertumbuhan literatur. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa semakin muda usia keusangan literatur suatu bidang
ilmu, maka semakin cepat perkembangan ilmu tersebut. Disamping itu, mengkaji tentang pertumbuhan maupun keusangan literatur adalah sangat penting untuk
memperkirakan perkembangan literatur yang akan datang.
2.8 Manfaat Analisis Sitiran