Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

didukung dengan ketauladanan tauhid sehingga terbentuk kepribadian seorang muslim yang sejati. Semakin kurang tauhid seorang muslim, semakin rendah pula kadar akhlak, watak kepribadian, serta kesiapannya menerima konsep Islam sebagai pedoman dan pegangan hidupnya. Oleh karena itu, pentingnya menanamkan akidah ke dalam jiwa, karena itu merupakan cara yang paling tepat untuk mewujudkan unsur-unsur yang baik, yang dapat melaksanakan perannya secara sempurna dalam kehidupan, dan dapat memberikan andil yang sangat besar dalam membekeli jiwa dengan hal-hal yang lebih bermanfaat dan benar. 6 Islam dan al-Quran menghendaki agar pengabdian, pemujaan, atau ketaatan hanya tertuju kepada Tuhan, dan bila berdoa hanya berharap kepada- Nya, haruslah bersifat langsung tanpa perantara seperti yang dilakukan kaum musyrikin.                    Katakanlah : “Dialah Allah , Yang Maha Esa, Allah adalah tuhan Yang bergantung kepadanya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” Q.S. al-Ikhlas:1-4. 7 Pemurnian tauhid menolak segala bentuk kemusyrikan bahwa tidak ada satu kekuatan pun yang menyamai Allah SWT. Tetapi sayangnya bahwa akidah itu telah dicampuri secara keseluruhan oleh pemikiran-pemikiran yang diada-adakan oleh manusia, bahkan ada yang dinodai oleh sekumpulan pendapat yang tidak mencerminkan keyakinan yang benar. Oleh sebab itu, lalu tidak dapat mendalam sampai ke dasar jiwa dan tidak pula dapat mengarahkan kepada sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan ini, juga tidak dapat memberi pertolongan untuk dijadikan pendorong guna menempuh jalan yang 6 Sayid Sabiq, Aqidah Islamiyah , Jakarta: Robani Press,2006, h. 8. 7 Depag Ri, Op.cit., h. 922. suci, yang mencerminkan kemurnian peri kemanusiaan serta keluhuran ruhaniah.        … Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka “Q.S. at-Tahrim: 6. 8 Lembaga pendidikan merupakan salah satu institusi harapan masyarakat, begitu pula keluarga. Keluarga merupakan pencetak dan pembentuk generasi- generasi bangsa dan agama. Generasi yang memiliki otak yang handal dan moral atau etika yang berkualitas. Secara ideal, pendidikan Islam berupaya untuk mengembangkan semua aspek kehidupan manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup, baik yang berhubungan dengan manusia, terlebih lagi dengan Sang Pencipta. Keluarga adalah lingkungan pertama bagi pembentukan ketauhidan anak. Orang tua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dalam keluarga, sehingga setiap orang wajib memiliki tauhid yang baik, sehingga dapat membekali anak-anaknya dengan ketauhidan dan materi-materi yang mendukungnya. Disamping itu, anak dapat melihat orang tuanya sebagai tauladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman, dan pengarahan. Jika latihan-latihan dan bimbingan agama terhadap anak dilalaikan orang tua atau dilakukan dengan kaku dan tidak sesuai, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada atheis bahkan kurang peduli dan kurang membutuhkan agama, karena ia tidak dapat merasakan fungsi agama dalam hidupnya. Namun sebaliknya, jika pendidikan tentang Tuhan diperkenalkan sejak kecil, maka setelah dewasa akan semakin dirasakan kebutuhannya terhadap agama. 9 Anak adalah amanat Allah kepada para orang tua. Amanat adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang yang pada akhirnya akan dimintai pertanggung jawaban. Firman Allah: 8 Ibid., h.820. 9 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang, Jakarta, 1970, h. 41.             “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul Muhammad dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.Q.S. al-Anfal: 27 10 Anak merupakan salah satu bagian dalam keluarga, sehingga secara kodrati tanggung jawab pendidikan tauhid berada di tangan orang tua. Kecenderungan anak kepada orang tua sangat tinggi, Apa yang ia lihat, dan ia dengar dari orang tuanya akan menjadi informasi belajar baginya. Sehingga hanya dengan keluarga-keluarga yang memegang prinsip akidah ketauhidan, dapat melahirkan generasi-generasi berkepribadian Islam sejati, yang menjadikan Allah SWT sebagai awal dan tujuan akhir segala aktivitas lahir dan batin bagi kehidupannya. Berdasarkan kepada fenomena dan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat dan menulis skripsi dengan judul “Konsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis menngidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman pendidikan tauhid yang diajarkan dan dibentuk sejak dini kepada anak oleh orang tua di dalam keluarga. 2. Belum adanya kesadaran bagi orang tua bahwa pentingnya pendidikan tauhid dalam keluarga. 3. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap informasi yang didapatkan anak melalui media. 10 Depag Ri, Op.cit., h. 243.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari luasnya pembahasan penelitian ini, maka penulis hanya membatasi penelitian pada 1. Pendidikan tauhid yang dimaksud adalah proses bimbingan yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap perkembangan ketauhidan anak- anaknya dengan bahan-bahan ketauhidan menurut perkembangan dan kemampuan anak. 2. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga dengan ayah, ibu dan anak.

D. Rumusan Masalah

Dari latar Belakang masalah yang telah diuraikan, penulis ingin mengetahui, bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam keluarga?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai : 1. Diharapkan memiliki nilai akademis dan mampu memberikan sumbangan pemikiran tentang pendidikan tauhid dalam keluarga, khususnya di lingkungan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sebagai informasi bagi setiap orang tua keluarga bagaimana memberikan pendidikan tauhid dan materi yang disampaikan kepada anak-anak mereka. 3. Pola dalam membentuk masyarakat yang bertauhid sebagai modal untuk membangun bangsa, serta sebagai solusi alternatif terhadap masalah yang dihadapi bangsa. 4. Bagi penulis agar menambah wawasan tentang konsep pendidikan tauhid, sebagai modal untuk berkeluarga nantinya. 10 BABII KAJIAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Secara bahasa, dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik dan mendidik berarti adalah memelihara dan memberi latihan ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 1 Sedangkan secara istilah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara . Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan, sebagai berikut: a. Menurut M. Arifin bahwa Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan 1 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. Ke-1, h. 204. kepribadiannya serta kemampuan dasar anak didik, baik dalam pendidikan formal maupun non formal. 2 b. Chalidjah Hasan bahwa Pendidikan adalah usaha sistematis membimbing anak manusia yang berlandaskan pada proses induvidualisasi dan sosialisasi. 3 c. Alisub Sabri bahwa Pendidikan itu adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anakpeserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan. 4 d. Dr. Hj. Zurinal bahwa pendididkan adalah usaha manusia untukk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. 5 Berdasarkan pengertian pendidikan yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan pendidikan berarti usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat serta mewariskannya kepada generasi setelahnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang merupakan suatu proses pendidikan untuk melestarikan hidupnya.

2. Faktor-faktor Pendidikan

Para ahli pendidikan membagi membagi faktor-faktor pendidikan mejadi lima faktor antara lain: a. Faktor Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Yang termasuk 2 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga; Sebagai Pola Pengembangan Metodologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet Ke-4, h. 14 3 Chalidjah Hasan, Kajian Pendidikan Perbandingan, Surabaya: al-Ikhlas, 1995, Cet. Ke. 1, h. 15 4 Alisub Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet ke-1, h. 7 5 Zurinal, Ilmu Pendidikan , Pengantar Dan Dasar Dasar PelaksanaanPendidikan,Jakarta: Lembaga Pendidikan UIN Jakata Dengan UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1, h. 1