Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN PERKOTAAN

(Studi Pada Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH

LENNI LINOVPA NIM: 040903067

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

MEDAN 2007


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Lenni Linovpa NIM : 040903067

Departemen : Ilmu Administrasi Negara.

Judul : Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa).

Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Prof. DR. Erika Revida DR. Marlon Sihombing.MA NIP : 131 654 099 NIP : 131 568 390

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Prof. DR. M. Arif Nasution MA NIP : 131 757 010


(3)

PERSEMBAHAN

Ayahanda…..Ibunda………

Berlutut ku dihadapan mu, Ku tundukkan kepala ku

Berharap ayahanda dan ibunda menyentuh kepalaku

Pertanda restu dari ayahanda dan ibunda untukku

Ayahanda…….Ibunda…….

Jutaan terima kasih takkan mampu mengganti kasih mu Ibunda……

Ribuan maaf pun takkan mampu mengobati letih mu Ayahanda…….

Ku takkan mampu membalas setitik pun kasih sayang kalian

Ayahanda……..Ibunda…….

Ampuni aku atas khilafku……

Ampuni aku atas sikap ku yang mengesalkan Ayah dan bunda

Restui aku atas niat ku untuk membahagiakan Ayah dan bunda

Tetaplah Ayahandaku……..Tetaplah Ibundaku………..

Tetaplah untuk mencintai dan menyayangi aku

Ya Allah………

Aku takkan mampu menggantikan keringat dan air mata orang tuaku

Ya Allah ……….

Aku takkan sanggup membalas cinta kasih kedua orang tuaku

Ya Allah………..

Izinkan aku meminta kepada Mu

Berjuta kali ku minta kepada Mu hingga akhir hayat ku nanti Ya Allah

Izinkan aku berusaha semampuku untuk membahagiakan mereka

Segala yang kucapai hingga hari ini, sekecil apapun itu……….

Ku persembahakan untuk Ayahanda dan Ibunda ku………


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas anugerah dan karunia Nya yang melimpah dan telah memberikan penulis nikmat yang tiada tara, yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan menganugerahi penulis keluarga, sahabat-sahabat, teman-teman dan orang-orang yang sangat perhatian dan mendukung penulis selama menjalani kehidupan ini.

Shalawat beriring salam penulis haturkan bagi Junjungan Besar Umat Islam Nabi Muhammad SAW yang merupakan Suri Tauladan bagi umat Islam. dan karena beliau jualah penulis dapat semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa)”.

Penulisa akui dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Namun berkat bimbingan dan arahan dari seluruh pihak, kesulitan yang ada Alhamdulillah dapat diatasi dan skripsi inipun dapat diselesaikan.

Oleh karena itu dengan penuh keikhlasan hati penulis mengucapkan Terima Kasih terutama kepada:

1. Bapak Prof. DR Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dan Pembantu Dekan I, II, III, . Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR. Marlon Sihombing, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dra. Hj. Beti Nasution, M.si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. DR. Erika Revida, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu,tenaga dan fikirannya untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga sampai selesainya skripsi ini.

5. Bapak/Ibu pegawai akademik kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara yang sudi melayani penulis selama melakukan perkuliahan.

6. Bapak Suwarno S.ag. Selaku Kepala Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Dalu X A ini, serta Bapak Haris S.ag. selaku Sekretaris Desa Dalu X A yang telah membantu penulis dan memberikan petunjuk kepada penulis hingga penulis menyelesaikan penelitian. Dan terima kasih juga kepada seluruh aparatur Desa Dalu X A.

7. Bapak Yudi Agus Prayitno, selaku koordinator BKM dan juga seluruh anggota BKM yang telah membantu Penulis selama penelitian.

8. Untuk yang teristimewa, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada Ayahanda Bapak Tatang Irasman dan Ibunda Herlina yang telah mengorbankan segala-galanya demi cita-cita ananda, yang merupakan kebanggaan tersendiri bagi Ananda telah dilahirkan dan dididik dengan kasih sayang yang begitu besar dan tiada terkira. Tanpa peluh keringat, tanpa air mata yang Ayahanda dan Ibunda keluarkan, Ananda tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Keringat dan air mata telah engkau sulap menjadi senyuman dan tawa bahagia didepan ananda yang


(6)

senantiasa menjadi kekuatan bagi ananda untuk menjalani kehidupan ini. Segala bisikan pesan-pesan yang engkau sampaikan menjadi benteng bagi diri ananda untuk menjaga diri ananda dari hal-hal yang tidak engkau senangi.Ayahanda dan Ibunda, Ananda persembahkan skripsi ini sebagai tanda terima kasih ananda kepada Ayahanda Dan Ibunda berdua. Untuk adik-adikku, Rihaldi Narasik (Jantan), yang telah menyisihkan uangnya membeli komputer, hingga kakak sangat terbantu untuk cepat menyelesaikan skripsi kakak ini, makasi banyak ya dek. Untuk Laila Zuriatina Dan Syahru Mubina (Aru), canda, tawa serta riang kalian sangat membangkitkan semangat kakak untuk mencapai cita-cita kakak, terima kasih banyak ya adik-adik ku sayang.

9. Seluruh keluarga ku. Khususnya nenek, Hj. Rezeki Tarigan Dan Almarhum Kakekku Irwan Pungut, makasi ya nek dah terus semangati leni. Bude Hj. Rosmala Dewi Sekeluarga yang selama ini telah membantu leni memberikan pekerjaan, sehingga Leni dapat memenuhi kebutuhan leni selama kuliah. Om Pam Sekeluarga, Buat Pakde Drs Partono Budi sekeluarga, buat Pakle Amri Susanto S. ag. Sekeluarga, dan buat Dr. H. Tomi Hendra sekeluarga, dengan bantuan semangat dari kalian semua merupakan motivasi bagi Leni.

10.Buat Saudara-saudara Leni Di Dalu X A, khususnya buat Wak Uweh sekeluarga, makasi ya wak dah ngasi Leni tinggal sementara dirumah uwak. Wak Engah Irul sekeluarga, dan juga buat saudara-saudara leni yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas bantuannya.

11.Buat orang yang selama ini udah bantu le.. Panda.. makaci banyak semua yang udah Panda berikan ke Le.. dukungan yang selalu Panda kasi ke le.. waktu,


(7)

tenaga, dan segala yang udah Panda korbani buat Le..Panda selalu mendengar keluh kesah Le..Makasi banget. Semua yang udah Panda berikan buat Le..akan selalu le ingat.

12.Buat Katroook, yang juga udah sangat membantu adek selama ini, persahabatan kita sekarang sangat berarti buat adek. Kamu selalu berikan yang terbaik buat adek dan adek sangat berterima kasih atas semuanya. Kamu selalu ngertiin adek, dan kamu selalu bantu adek.Mudah-mudahan persahabatan kita ini menjadi kekuatan bagi kita untuk menjalani kehidupan kita ya Katrooook. Ka..sekali lagi makasi banyak ya..

13.Sahabat-sahabat terbaik ku selama di kampus Fisip ini, Riska, Moniq, Meitha, Silvi, Sari, Oja, Ira, Melva, mengenal kalian semua adalah anugerah terindah yang pernah aku miliki. Bersama kalian semua aku bisa mengenal arti persahabatan yang sebenarnya. Dengan dukungan kalian semua aku menjadi kuat dalam mengatasi masalah. Makasi ya sahabat-sahabat ku semua.

14.Buat teman-temanku yang lain, Permai (makasi ya udah banyak ngajarin lenni), Ebeth, Lia, Shanti (makasi banyak atas semua bantuannya) Dodo, Aspar, Arpan Ncit, Akbar (maaf ya aku sering gangguin), Deby, Indra, Rajab, Royan (Partner Bisnisku), Bajuri, Wan Tampan, Oji kuda, Bang Ipoel, dan teman-teman lenni semua yang tidak akan cukup jika ditulis namanya satu persatu, kalian semua teman-temanku yang GOKIL ABIIIZZ…makasi ya plend.. kalian semua menjadi penyemangat ku untuk datang kekampus.

15.Dan juga buat seluruh masyarakat Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa,yang telah memberikan waktunya untuk membantu dalam penelitian.


(8)

Dan didalam penyelesaian skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan, dan jauh dari kesempurnaan. Akhirnya kepada Allah Yang Maha Kuasa penulis serahkan, karena hanya Dialah yang Maha Sempurna dan Maha Besar, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca serta bisa menjadi salah satu rujukan atau referensi bagi yang melakukan penelitian dalam hal yang sama dan membutuhkannya. Amin.

Akhirnya penulis berserah diri kepada Allah SWT, mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang di Rhidoi-Nya………Amin.

Medan, Maret 2008 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAKSI xiv

BAB .I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah 1

2. Perumusan Masalah 7

3. Tujuan Penelitian 7

4. Manfaat Penelitian 8

5. Kerangka Teori 8

Pengertian Kinerja 8

Badan Keswadayaan Masyarakat 14

5.2.1. Proses Membangun Lembaga Masyarakat (BKM) 15 5.2.2. Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat 17 5.2.3. Struktur Badan Keswadayaan Masyarakat 18 5.2.4. Peran Badan Keswadayaan Masyarakat 19 5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja 20 5.4.Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) 25 6. Pengaruh Kinerja Anggota BKM Terhadap Pelaksanaan P2KP 31


(10)

7. Hipotesis 33

8 .Definisi Konsep 33

9. Definisi Operasional 35

10. Sistematika Penulisan 39

BAB .II. METODOLOGI PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian 40

2. Lokasi Penelitian 40

3. Populasi Dan Sampel 40

4. Teknik Pengumpulan Data 41

5. Teknik Pengukuran Skor 42

6. Teknik Analisa Data 43

BAB .III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.

1. Keadaan Wilayah Desa Dalu X A KecamatanTg. Morawa 46 2. Struktur Organisai Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa 50 3. Permasalahan-Permasalahan Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa 53

4. Profil BKM Mandiri Desa Dalu X A 55

BAB .IV. PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA

1. Penyajian Data 61

1.1. Identitas Responden 61

1.2. Uraian Kuesioner 64

1.2.1. Variabel X (Kinerja Anggota BKM Desa Dalu X A) 64 1.2.2. Variabel Y ( Pelaksanaan P2KP) 83


(11)

2. Analisa Data 105 A. Koefisien Korelasi Product Moment 105

B. Interpretasi Korelasi 108

C. Koefisien Determinan 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Defenisi Operasional 25

Tabel III.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 47 Tabel III.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia 47 Tabel III.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan mata pencaharian 48 Tabel III.4. Distribusi penduduk berdasarkan agama 49 Tabel III.5. Distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa 50 Tabel III.6. Permasalahan masyarakat Desa Dalu X A 54 Tabel IV.1. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin 62 Tabel IV.2. Identitas responden berdasarkan usia 62 Tabel IV.3. Identitas responden berdasarkan jenjang pendidikan 63 Tabel IV.4. Identitas responden berdasarkan mata pencaharian 63 Tabel IV.5. Distribusi Jawaban Responden tentang kejelasan masyarakat

tentang prosedur P2KP 64

Tabel IV .6. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BKM

mencapai visi P2KP 66.

Tabel IV.7. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BKM

menlaksanakan misi P2KP 67

Tabel IV.8. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian pelaksanaan

Program dengan prinsip partisipasi masyarakat 68 Tabel IV.9. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian pelaksanaan

P2KP dengan prosedur 69

Tabel IV.10. Distribusi jawaban responden tentang respon anggota BKM terhadap


(13)

Tabel IV.11. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat terhdap kinerja

anggota BKM. 71

Tabel IV.12. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BKM

mengenali kebutuhan masyarakat 73

Tabel IV.13. Distribusi jawaban responden tentang kualitas pelayanan yang diberikan

oleh anggota BKM. 74

Tabel IV.14. Distribusi jawaban responden tentang penyelesaian masalah masyarakat

oleh anggota BKM 75

Tabel IV.15. Distribusi jawaban responden tentang tanggapan terhadap aspirasi

masyarakat 77

Tabel IV.16. Distribusi jawaban responden tentang konsistensi kegiatan denagn

kehendak masyarakat 78

Tabel IV.17. Distribusi jawaban responden tentang transparansi anggota BKM dalam

pelaksanaan P2KP 79

Tabel IV.18. Distribusi jawaban responden tentang pemberian informasi kepada Masyarakat tentang perkembangan P2KP 81 Tabel IV.19. Distribusi jawaban responden tentang pertanggung jawaban

Anggota BKM kepada masyarakat 82

Tabel IV.20. Distribusi jawaban responden tentang perbaikan jalan yang

Dilakukan melalui P2KP 83 Tabel IV.21. Distribusi jawaban responden tentang peran serta masyarakat

Dalam perlindungan lingkungan 85 Tabel IV.22. Distribusi jawaban responden tentang pelaksanaan pembangunan

Sarana dan prasarana desa 87 Tabel IV.23. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat

Terhadap perbaikan lingkungan desa 89 Tabel IV.24. Distribusi jawaban responden tentang pemerataan dalam pemberian

Bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif 91 Tabel IV.25. Distribusi jawaban responden tentang pemerataan pemberian

beasiswa kepada anak miskin yang sekolah 93 Tabel IV.26. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat


(14)

Tabel IV.27. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan membantu

Membantu perekonomian masyarakat dari pinjaman modal 96 Tabel IV.28. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan untuk membuka

Usaha baru melalui pinjaman modal 97 Tabel IV.29. Distribusi jawaban responden tentang dampingan masyarakat

Untuk membuka usaha melalui modal yang dipinjamkan 99 Tabel IV.30. Distribusi jawaban responden tentang kemitraan yang terbangun

Antara masyarakat dengan pemerintah 100 Tabel IV.31. Distribusi jawaban responden tentang pemberian pelatihan keterampilan

untuk membuka usaha masyarakat 101

Tabel IV.32. Distribusi jawaban responden tentang kerja sama antara masyarakat BKM, dan pemerintah desa untuk mengentaskan kemiskinan 103 Tabel IV.33. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan masyarakat


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. LAMPIRAN KEGIATAN

1 lampiran 1 Struktur organisasi Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa.

2 Lampiran 2 Kuesioner

3 Lampiran 3 Daftar pertanyaan wawancara

4 Lampiran 4 Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.42 Tahun 2000.

5 Lampiran 5 Surat rencana skripsi

6 Lampiran 6 Surat permohonan persetujuan judul 7. Lampiran 7 Surat penentuan dosen pembimbing 8 Lampiran 8 Surat undangan seminar proposal kepada

Dosen penguji

9 Lampiran 9 Surat undangan seminar proposal kepada Dosen pembimbing

10 Lampian 10 Berita acara seminar proposal

11. Lampiran 11. Surat Riset dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

12. Lampiran 12. Surat Riset dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang 13. Lampiran 13. Surat Riset dari Kecamatan Tg. Morawa.


(16)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN PERKOTAAN

(STUDI PADA DESA DALU X A KECAMATAN TG. MORAWA)

NAMA : LENNI LINOVPA

NIM : 040903067

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof. Dr. Erika Revida

Berkaitan dengan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang ada di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dalam rangka pengentasan kemiskinan di Desa Dalu X A maka BKM yang dibentuk berdasarkan rembug warga dan anggota yang dipilih adalah masyarakat yang dipercaya warga untuk melaksanakan kegiatan P2KP dituntut untuk lebih meningkatkan peran serta dalam program pemerintah ini untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Desa Dalu X A. Oleh karena itu, dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur BKM. Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan dalam hal ini adalah tujuan P2KP.

Berkaitan dengan hal-hal yang dapat menguur kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A maka indikator yang ditetapkan adalah :

a) Responsibilitas Pengurus b) Responsivitas Pengurus. c) Akuntabilitas Pengurus.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dan untuk melihat seberapa besar pengaruh kinerja anggota BKM terhadap pelaksanaan P2KP.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mendapatkan bantuan P2KP yang berjumlah 72 orang ditambah 1 orang koordinator


(17)

BKM yang diwawancara untuk mendapatkan informasi tambahan. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel yakni simple random sampling.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oelh penulis dapat diketahui bahwa kinerja anggota BKM Mandiri Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa sudah tergolong baik, hal ini dikarenakan sebagian besar responden merasa puas dengan kinerja anggota BKM. Namun meskipun begitu masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dapat menghambat tercapainya tujuan P2KP di Desa Dalu X A. Anggota BKM harus mampu lebih meningkatkan kinerjanya karena berpengaruh pada pelaksanaan P2KP sebesar 39%.


(18)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN PERKOTAAN

(STUDI PADA DESA DALU X A KECAMATAN TG. MORAWA)

NAMA : LENNI LINOVPA

NIM : 040903067

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof. Dr. Erika Revida

Berkaitan dengan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang ada di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dalam rangka pengentasan kemiskinan di Desa Dalu X A maka BKM yang dibentuk berdasarkan rembug warga dan anggota yang dipilih adalah masyarakat yang dipercaya warga untuk melaksanakan kegiatan P2KP dituntut untuk lebih meningkatkan peran serta dalam program pemerintah ini untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Desa Dalu X A. Oleh karena itu, dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur BKM. Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan dalam hal ini adalah tujuan P2KP.

Berkaitan dengan hal-hal yang dapat menguur kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A maka indikator yang ditetapkan adalah :

a) Responsibilitas Pengurus b) Responsivitas Pengurus. c) Akuntabilitas Pengurus.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja anggota BKM di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa dan untuk melihat seberapa besar pengaruh kinerja anggota BKM terhadap pelaksanaan P2KP.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mendapatkan bantuan P2KP yang berjumlah 72 orang ditambah 1 orang koordinator


(19)

BKM yang diwawancara untuk mendapatkan informasi tambahan. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel yakni simple random sampling.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oelh penulis dapat diketahui bahwa kinerja anggota BKM Mandiri Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa sudah tergolong baik, hal ini dikarenakan sebagian besar responden merasa puas dengan kinerja anggota BKM. Namun meskipun begitu masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dapat menghambat tercapainya tujuan P2KP di Desa Dalu X A. Anggota BKM harus mampu lebih meningkatkan kinerjanya karena berpengaruh pada pelaksanaan P2KP sebesar 39%.


(20)

BAB .I. PENDAHULUAN.

Latar Belakang Masalah.

Masalah kemiskinan telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern.

Di Indonesia, masalah kemiskinan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses keprasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumabahn dan permukiman yang jauh dibawah standart kelayakan, serta merta pencaharian yang tidak menentu.

Indonesia dilanda krisis ekonomi mulai pertengahan tahun 1997 dan kemudian berkembang menjadi krisis multidimensional yang memaksa Indonesia mencari tambahan pinjaman luar negeri secara substansial. Semakin meningkatnya jumlah hutang tersebut mengakibatkan beban rakyat kecil dan jumlah kelompok miskin semakin bertambah meskipun mereka belum turut menikmati manisnya kue pembangunan. Untuk menanggulangi kemiskinan yang bersifat multidimensi, maka diperlukan perubahan paradigma dengan meredefenisi peran pemerintah. Strategi besar perekonomian juga akan lebih pro kaum miskin dan pro keadilan dengan pendekatan people driven yang


(21)

mengembangkan pola bottom-up dalam perencanaan dan meningkatkan partisifasi aktif masyarakat dalam perencanaan (Hasan:2007).

Berbicara mengenai kemiskinan, secara harafiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin diberi arti “tidak berharta benda”(Ali, 1993:255). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial lain.

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain (Rahadi,dkk,2005:1) :

a. Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi;

b. Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;

c. Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung


(22)

memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;

d. Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan

e. Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.

Telah sama-sama dapat dilihat bahwa kemiskinan hingga saat ini masih menjadi issu global. Artinya kemiskinan tidak hanya menjadi pokok masalah di Negara Dunia Ketiga, tetapi juga menjadi persoalan di Negara Industri Maju. Kemiskinan juga merupakan momok di Negara Dunia Ketiga, karena merupakan masalah sosial terbesar. Hampir disemua Negara berkembang, sedikit penduduk hidup dapat menikmati hasil pembangunan, mayoritas penduduk hidup melarat. Strategi pembangunan yang diterapkan tidak menyumbang apapun bagi kesejahteraan rakyat miskin. Sebaliknya, malah membuat mereka semakin sengsara.

Untuk dapat memberdayakan kegiatan produktif masyarakat miskin dan meningkatkan posisi bargaining mereka terhadap semua bentuk eksploitasi dan superordinasi, tak lain persyaratan yang diperlukan adalah kemudahan ekonomi yang benar-benar nyata dan peluang-peluang social yang memihak kepada masyarakat miskin.

Kemudahan ekonomi adalah kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat terhadap berbagai sumber permodalan dan pasar yang seringkali mendiskreditkan masyarakat miskin. Sedangkan yang dimaksud peluang-peluang social adalah upaya


(23)

untuk membangun investasi social lewat program-program pemberdayaan social dan kemudahan berusaha serta meningkatkan kesempatan masyarakat miskin untuk melakukan mobilitas sosila ekonomi secara vertical melalui pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan kebutuhan utnuk melakukan partisipasi politik secara aktif. Maka tekait dengan itu dibuatlah program pemberantasan kemiskinan, yaitu Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Program ini mengedepankan strategi pemberdayaan berbasis institusi local, sehinggga program ini muncul sebagai salah satu alternatif penanganan kemiskinan perkotaan.

Hakikat dari pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan ini adalah untuk memberantas kemiskinan dan mewujudkan proses perubahan masyarakat yang lebih efektif melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan penguatan dengan mendukung kemandirian masyarakatnya

Karakteristik kemiskinan seperti disebut pada halaman sebelumnya dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman (Tanjung:2007).


(24)

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam ‘melembagakan' dan ‘membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun


(25)

menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan/desa sasaran (www.p2kp.org).

Berkaitan dengan pelaksananan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat untuk melancarkankebrehasilan Proram Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yangada di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa, para anggota BKM ini dinilai masyarakat tidak merata dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Selanjutnya anggota BKM tidak mendampingi warga untuk membuka usaha mereka. Kemudian anggota BKM juga dinilai masyarakat lepas tangan setelah mereka menerima bantuan khususnya pinjaman modal. Selain itu modal yang dipinjamkan tidak mencukupi untuk membantu perekonomian warga karena begitu kecil.

Oleh karena itu dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur aparatur pemerintahan desa dan khususnya para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Kinerja dalam setiap organisasi desa sangat diperlukan karena kinerja merupakan suatu prestasi kerja, produktivitas kerja, apakah itu kinerja individu aparatur pemerintahan atau kinerja organisasi pemerintahan desa maupun kinerja para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) tersebut.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kinerja para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang berfungsi sebagai forum para relawan yang terdiri dari masyarakat, perangkat pemerintah kelurahan/desa, and kelompok peduli setempat untuk saling belajar.


(26)

Dengan demikian kedudukan dan posisi BKM adalah sebagai lembaga masyarakat yang benar-benar dibangun dari, oleh, dan untuk masyarakat sebagai representasi upaya-upaya untuk membangun sinergi segenap potensi masyarakat menuju tatanan masyarakat madani, yang senantiasa berbasis keikhlasan dan kerelawanan, keadilan, serta kejujuran. Mengingat pentingnya kinerja sebagai persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja, maka setiap anggota dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya,.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa)”.

Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh kinerja anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan Di Desa Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa?”.

Tujuan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan maslaah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

Untuk mengetahui kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pelaksana Program Penanggulanan Kemiskinan Perkotaan di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(27)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja Badan Keswdayaan Masyarakat dalam melaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Di Desa Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa.

Manfaat Penelitian.

Disamping tujaun yang hendak dicapai maka suatu penelitian harus menpunyai manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Secara subyektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan.

b. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian ilmu social sebelumnya, khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Negara.

c. Secara Teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan ataupun informasi tentang seberapa besar pengaruh kinerja aparatur desa dalam melaksanakan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan.

d. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan khasanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu social.

5. Kerangka Teori. 5. 1. Pengertian Kinerja.

Kinerja merupakan suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi penting untuk selalu melakukan penialain terhadap kinerjanya karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai input bagi


(28)

perbaikan dan peningkatan kinerjanya dikemudian hari. Kinerja atau performance dipahami sebagai tingkat keberhasilan atau merupakan the degree of accomplishment atau dengan kata lain kinerja merupakan suatu tingkat pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai criteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Criteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun.2006:25).

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut model Partner-Lawyer oleh Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam (Rivai 2004:16), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh factor-faktor:

harapan mengenai imbalan. Dorongan.

Kemampuan, kebutuhan, dan sifat. Persepsi terhadap tugas.

Imbalan internal dan eksternal.


(29)

Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3 hal, yaitu: a. kemampuan.

b. Keinginan c. Lingkungan.

Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga factor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan demikian, kinerja indovidu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian anttara pekerjaan dan kemampuan.

Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perassaannya ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jaiuh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan factor-faktor individu, yakni:

a. kepribadian seperti aktualisasi diri.

b. Kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan menghadapi tekanan.

c. Status dan senioritas, makin tinggi hierarki didalam perusahaan lebih mudah individu tersebut untuk puas.

d. Kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan kerjanya.

e. Kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan yang tingi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.


(30)

Dari berbagai penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa pada hakikatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standart dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.

Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda dimana salah satu entrynya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan, pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hokum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.

Oleh karena itu, kinerja organsasi paling tidak mengandung 3 aspek penting yaitu pemenuhan fungsi, kesesuaian dengan peraturan, dan pencapaian tujuan.

Berkenaan dengan penilaian kinerja instansi pemerintah, Steers (Hendri,2007:7) mengusulkan 3 indikator yaitu Responsiveness, Responsibility dan Accountability.

Responsivitas adalah kemampuan organsiasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai degnan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dengan demikian responsivitas menunjukkan kepada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dan kebutuhan-kebutuhan aspirasi masyarakat. Responsivitas menggambarkan kemampuan instansi pemerintah dengan menjalankan misi dan tujuannya. Organsasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang rendah pula. Data untuk menilai responsivitas bias bersumber pada organisasi dan masyarakat. Data


(31)

organsasi digunakan utnuk mengindentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengindentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat.

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisai yang baik. Oleh karena itu responsibilitas bias saja berbenturan dengan responsivitas. Keinginan seorang pejabat organisasi public untuk meningkatkan responsivitas bias saja mengorbankan responsibilitas, manakala kebijakan dan proses administrasi yang ada dalam organisainya ternyata tidak lagi memadai untuk menjadi dinamika masyarakat selalu lebih cepat daripada perubahan organisasi. Responsibilitas dapat dinilai dari analisi terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan dengan mengecek apakah pelaksanaan kegiatan dan program organsasi cocok atau sesuai dengan prosedur adminsitrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.

Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar dan kegiatan instansi pemerintah tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oelh rakyar sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Konsep, akunrabilitas public dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan instansi pemerintah itu konsisten dengan kehendak masyarkat banyak. Karena itu, dilihat dari ukuran internal yang dikembangkaan oleh instansi pemerintah sepertu pencapaian target. Kinerjanya sebaliknya harus dinilai dari ukuran-ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma


(32)

yang berlaku dalam masyarkat. Data akuntabilitas bias dari ebrbagai sumber, seperti penilaian wakil rakyat pejabat politis atau tokoh-tokoh masyarakat.

Sementara itu Dwiyanto (1995:5) memasukkan dimensi produktivitas dan kualitas pelayanan dalam pengukuran kinerja instansi pemerintah, sehingga kinerja instansi pemerintah dapat dinilai melalui prodktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas, dan akunrabilitas.

Produktivitas juga, merupakan salah satu kinerja instansi pemerintah yang penting. Hasibuan (1994:41) mengemukakan bahwa, “Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukkan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu, bahan, tenaga) dan system kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerja”. Pada umumnya produktivitas memang diartikan sebagai rasio antara input dan output. Penilaian produktivitas organisasi biasanya dilakukan pada tingkat organisasi dengan menggunakan dokumen-dokumen yang tersedia dalam organisasi, seperti catatan dan laporan-laporan organsasi, penelitian atas produktivitas juga bias dilakukan dengan menbandingkan catatan mengenai sumebr daya yang diperlukan dan hasil yang dicapai organisasi.

Erat kaitannya dengan pengukuran produktivitas adalah kualitas pelayanan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sejauh mana kualitas memperoleh hasil seprti yang dilakukan. Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung semakin penting dalam menjelaskan kinerja membentuk image negative yang terbentuk mengenai instansi pemerintah muncul karena keridakpuasan terhadap kualitas pelayanan yang diterima oleh instansi pemerintah. Secara umum pelayanan yang berkualitas dapat diartikan sebagai pelayanan yang dapat diartikan sebagai pelayanan yang dapat memuaskan setiap


(33)

pemakai jasa pelayanan, sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan prosedur yang telah ditetapkan

Sebagai sumber data utama mengenai kualitas pelayanan adalah penilaian pengguna jasa atau masyarakat. Namun uji silang juga dapat dilakukan dengan mencek laporan dan dokumen organisasi mengenai pelayanan yang diberikan. Untuk penilaian dari pengguna jasa, unit analisi yang digunakan adalah individu yang mneggunakan jasa dari pemerintah tersebut.

5.2. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)..

BKM merupakan lembaga pimpinan kolektif yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani (Civil Society) yang dibangun dan dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai universal (Value Based).

Sebagai wadah masyarakat bersinergi, BKM berbentuk pimpinan kolektif, dimana keputusan dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM, dengan musyawarah mufakat menjadi norma utama dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai lembaga kepercayaan (‘Board of Trusty’), anggota-anggota BKM terdiri dari orang-orang dipercaya warga, berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat dalam berbagai kepentingan, termasuk kerjasama dengan pihak luar.


(34)

5.2.1. Proses membangun lembaga masyarakat berbasis nilai (BKM)

Sebagaimana dijelaskan diatas, istilah BKM ( Badan Keswadayaan Masyarakat ) pada dasarnya merujuk baik pada pemempuan lembaga yang ada, yang telah melalui proses konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan direvitalisasi sesuai ketentuan P2KP, ataupun lembaga yang dibentuk baru oleh masyarakat.

Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan memampukan dan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru sebagai BKM, adalah :

1.1 FGD refleksi lembagaan masyarakat berbasis nilai

Hal penting pertama kali perlu dilakukan ialah proses penyadaran kritis mengenai substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indikatornya tercermin pada keberadaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspiratif, mengakar, diakui kemanfaatannya, representatif, dan berbasis pada keikhlasan/kerelawanan, keadilan dan kejujuran.

FGD-FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dilakukan diseluruh tataran masyarakat, baik masyarakat pada umumnya maupun masyarakat miskin pada khususnya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai digerakkan dan difasilitasi oleh relawan-relawan, dengan pendampingan dari fasilitator dan perangkat kelurahan setempat.

.1.2. Identifikasi Profil Lembaga- lembaga yang ada

Selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat melakukan identifikasi profil dari berbagai lembaga masyarakat yang ada dikelurahannya.


(35)

Identifikasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan landasan keberadaan, mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengurusan, mekanime pemilihan anggota/ pengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll.

Hasil-hasil identifikasi profil lembaga-lembaga tersebut menjadi bahan pembahasan pada proses rembug warga untuk mengevaluasi dan merefleksi kebutuhan lembaga masyarakat.

1.3 Rembug-rembug warga untuk merefleksi dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang ada.

Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi lembaga masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil lembaga-lembaga masyarakat yang ada, relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat selanjutnya memfasilitasi rembug-rembug warga evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat RT/RW atau dusun hingga kelurahan.

Agenda rembug-rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga masyarakat yang ada diwilayah setempat. Refleksi dan evaluasi dititik beratkan pada tingkat pengakaran dimasyarakat, tingkat kemanfaatannya bagi masyarakat, tingkat aspiratif-nya, tingkat representatif dan tingkat kepercayaan masyarakat.

Aspirasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan aspirasi masyarakat, tanpa rekayasa dari siapapun.


(36)

1.4 Rembug warga tingkat kelurahan untuk memutuskan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru.

Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarakat diatas menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang akan memutuskan apakah akan merevitalisasi, menstrukturisasi dan memapukan lembaga yang ada ataukah membentuk lembaga masyarakat yang baru sebagai BKM.

Rembug warga dihadiri oleh representasi seluruh warga kelurahan, perangkat kelurahan, kelompok peduli setempat dan relawan-relawan.

5.2.2. Anggota BKM

Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagai kepentingan. Anggota pimpinan kolektif masyarakat warga ini yang kemudian disebut anggota BKM.

Angota-anggota BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin dengan menjadi anggota BKM, mereka diberi kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban dan ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin yang ada diwilayahnya. Adanya kesempatan kepercyaaan itulah yang bagi mereka merupakan imbalan yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status karena merka dapat berbuat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan tertinggal/ marjinal.

Tidak ada satupun anggota BKM yang memiliki hak istimewa (privilege) dan semua hasil keputusan “BKM” ditetapkan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM.


(37)

Anggota-anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau track record perbuatan baik dan mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis dan rahasia.

Masa pengabdian anggota BKM adalah 2 tahun dengan kemungkinan dapat dievaluasi pada setiap tahunnya berdasarkan indikator perbuatan baik serta kualitas sifat-sifat kemanusiaan.

5.2.3. Struktur BKM

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dengan sumber dana P2KP maupun sumber dana lainnya (channeling), BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang setidaknya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS)

Unit Pengelola Keuangan (UPK) akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan pinjaman bergulir, akses channeling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) bertanggung jawab dalam hal penanganan Rencana Perbaikan Kampung, Penataan dan Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman, Good Governance dibidang permukiman dan lain-lain. Sedangkan Unit Pengelola Sosial (UPS) didorong untuk mengelola relawan-relawan dan hal-hal yang berkaitan dengan kerelawanan, mengelola pusat informasi dan pengaduan masyarakat (termasuk media warga untuk sarana control social) penanganan kegiatan sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga masyarakat setempat.


(38)

Oleh karena itu, Unit-unit pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi tugas pokoknya, mengusulkan draft konsep pengembangan, serta memberikan pertanggung jawaban berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga memberikan sran-saran dan masukan-masukan secara professional kepada BKM untuk dasar pertimbangan BKM dalam mengambil kebijakan maupun keputusan yang diperlukan.

Anggota-anggota BKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola dari unit-unit tersebut.Unit-unit pelaksana akan dipimpin seorang manager atau istilah laindan beberapa staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui rapat anggota BKM berdasarkan kriteria kemampuan dibidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang kegiatannya yakni UPL, UPS dan UPK.

5.2.4. Peran yang harus dilakukan oleh BKM

• Bertindak sebagai motor penggerak untuk senantiasa menggali atau melembagakan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bersifat universal, prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, serta prinsip Tridaya.

• Menumbuhkan solidaritas serta kaesatuan sosial untuk menggalang kepedulian dan kebersamaan gerakan masyarakat warga dalam menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan

• BKM mengorganisasi warga untuk merumuskan program jangka menengah ( 3 tahun ) penanggulangan kemiskinan maupun rencana tahunan ( PJM dan rencana tahunan Pronangkis ) secara partisipasi.


(39)

• Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan dan kebijakan untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan P2KP pada khususnya dan penanggulangan kemiskinan pada umumnya.

• Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.

• Menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan mengoptimalkan peran ralawan-relawan setempat.

• Mengembangkan jaringan BKM ditingkat kota/ kabupaten sebagai mitra kerja Pemda serta kelompok peduli setempat dan sebagai sarana untuk menyuarakan aspirasi masyarakat warga yang diwakili, maupun dalam rangka mengakses berbagai potensi sumber daya yang ada diluar untuk melengkapai sumber daya yang dimiliki masyarakat ( partnership dan channeling programme)

• Menetapkan kebijakan serta mengawasi pemanfaatan dana bantuan P2KP dan dana-dana sumber lainnya, yang sehari-hari dikelola unit-unit pelaksana yang dibentuk BKM sesuai kebutuhan.

5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja.

Suatu Organisasi modern, termasuk juga pada lembaga mayarakat seperti Badan Keswadayaan Masyarakat di Desa Dalu X A adalah organisasi dengan system terbuka yang dipengaruhi dan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Implikasi dari hal ini adalah bahwa kenerja dari organisasi tersebut tidak saja dipengaruhi oleh factor-faktor internal, tetapi juga factor-faktor eksternalnya. Dengan kata lain, tingkat


(40)

pencapaian suatu tujuan organisasi sangat didukung oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut.

Menurut Sterrs dalam (Hendri,2007:11) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya ada tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok organisasi yang meliputi struktur dan teknologi organisasi. Yang dimaksud dengan struktur yaitu hubungan relatif tetapi tetap sifatnya seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan sumber daya manusia, sedangkan yang dimaksud dengan teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluar jadi

b. Organisasi mencakup dua aspek yang walaupun berbeda, namun berhubungan. Yang pertama, lingkungan eksternal yaitu semua kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi, misalnya kondisi ekonomi dan pasar serta Peraturan Pemerintah. Yang kedua adalah lingkungan internal yang umum dikenal dengan iklim organisasi, dimana hal itu meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja, seperti pekerja sentries, orientasi pada prestasi karaktersitik lingkungan dari organisasi yang bersangkutan lingkungan.

c. Karakteristik pekerja, menyangkut bagaimana perbedaan diantara Individu dalam suatu lingkungan kerja terpengaruhi terhadap proses pencapaian tujuan organisasi. Hal itu menyangkut dua faktor, yaitu rasa ketertarikan terhadap organisasi dan


(41)

Kemampuan organisasi melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan akan banyak tergantung pada sumber daya organisasi yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sedangkan sumber daya organisasi umumnya dikelompokkan dalam 3 bahagian besar, yaitu : Sumber daya manusia, sumber dana atau anggaran, sarana dan prasarana atau peralatan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan organisasi.

Jadi berdasarkan uraian diatas faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat di Desa Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang yaitu:

Faktor Internal Organisasi:

Variabel internal yang mempengaruhi kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat di Desa Dalu XA Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang dalam hal ini meliputi :

Mekanisme hubungan kerja dalam organisasi Sumber daya manusia .

Sarana dan prasarana yang digunakan. 1).Mekanisme Hubungan Kerja dalam organisasi,

Dalam hal ini menyangkut bagaimana struktur dan pola hubungan didalam organisasi yang mempengaruhi kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut organisasi dilihat sebagai suatu system individu yang stabil yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur dan pembagian kerja.


(42)

2). Sumber Daya Manusia.

Salah satu sumber daya yang penting bagi organisasi adalah manusia yang berkedudukan sebagai pegawai, karyawan, buruh atau pekerja.Bagaimanapun majunya teknologi dewasa ini mampu menggantikan bagian terbesar tenaga kerja manusia, namun masih banyak kegiatan yang tidak dapat menggunakan alat perlengkapan mekanis dan sepenuhnya otomatis tersebut,(Hasibuan,2001:1). Jelas bahwa dalam setiap organisasi peranan sumber daya manusia sangatlah penting. Namun demikian tentulah yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berkualitas, dalam artian memiliki kemampuan dan kecakapan serta ketrampilan dalam melaksanakan tugas sehingga pelayanan publik dapat diselenggarakan dengan tertib dan lancar. Kegiatan mengenai hal ini, (Hasibuan, 2001:3) menjelaskan bahwa “ sumber daya manusia yang berkualitas dalam artian yang sebenarnya adalah pekerjaan yang dikerjakan akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki dari pekerja tersebut “.

3). Sarana dan Prasarana.

Faktor sarana dan prasarana disamping sumber daya manusia dan dana yang merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan tugas-tugas sangat berperan dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sarana dan prasarana dalam pelayanan disini menyangkut segala jenis peralatan,perlengkapan kerja dan fasilitas lainnya yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam


(43)

melaksanakan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu.

Sarana kerja ditinjau dari segi kegunaannya terdiri 3 (tiga) golongan. Moenir (1995: 120) yaitu :

Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat

Produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang menjadi barang lain yang fungsi dan kegunaannya berbeda.

Perlengkapan kerja yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat Bantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses, membangkitkan dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan.

Perlengkapan Bantu atau fasilitas yaitu semua jenis benda yang berfungsi membantukelancaran gerak dalam pekerjaan misalnya alat pendingin ruangan yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan fasilitas pendukung pelayanan, antara lain adalah fasilitas, ruangan yang memadai seperti ruangan pelayanan yang cukup luas untuk memproses berkas-berkas, bagian informasi yang dilengkapi dengan bahan-bahan yang penting yang secara umum ingin diketahui oleh orang-orang yang berkepentingan, ruang tunggu yang luas banyak loket/pintu serta fasilitas alat panggil yang mudah didengar oleh orang-orang sedang menunggu.

Faktor Eksternal Organisasi

Sebagai suatu konsekuensi bahwa organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternalnya adalah pengaruh lingkungan terhadap pencapaian tujuan organisasi.


(44)

Steers ( Hendri,2007 : 15 ) faktor eksternal yaitu mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi meliputi semua kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi. Dalam kaitan dengan penelitian ini, faktor eksternal tersebut berupa masalah hubungan atau komunikasi dengan pihak-pihak diluar organisasi, yang dalam hal ini adalah :

hubungan dengan pemohon. hubungan dengan instansi lain.

5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). 5.4.1 Konsep P2KP

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain.

Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang hanya menitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang bersifat parsial, sektoral, charity dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program dimaksud tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat yang pada akhirnya tidak akan mampu mewujudkan aspek keberlanjutan (sustainability) dari program-program penanggulangan kemiskinan tersebut.

Berbagai program kemiskinan terdahulu dalam kenyataannya sering menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan nilai-nilai kapital sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan dll). Lemahnya nilai-nilai kapital sosial


(45)

pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama.

Kondisi kapital sosial serta perilaku masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pengelola program kemiskinan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat (tidak pro poor dan good governance oriented).

Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini biasanya terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang belum madani, dengan salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan masyarakat yang belum berdaya, yang tidak berorientasi pada keadilan, tidak dikelola dengan jujur dan tidak ikhlas berjuang bagi kepentingan masyarakat.

Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada akhirnya mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, yakni terutama keikhlasan, keadilan dan kejujuran.

Oleh karena itu, P2KP memahami bahwa akar penyebab dari persoalan kemiskinan yang sebenarnya adalah karena kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan indikasi


(46)

kuat yang dicerminkan oleh perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak dilandasi pada nilai-nilai universal kemanusiaan (jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll) dan tidak bertumpu pada prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dll).

Pemahaman mengenai akar penyebab dari persoalan kemiskinan seperti di atas telah menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good governance) dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku-pelakunya, agar mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakatnya sehari-hari.

P2KP meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran (edukasi) masyarakat dan penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya.

Substansi P2KP sebagai proses pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan yang kokoh untuk


(47)

membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran di tingkat masyarakat ini berlangsung selama masa Program P2KP maupun pasca Program P2KP oleh masyarakat sendiri dengan membangun dan melembagakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK).

Sedangkan substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif Pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan P2KP, penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan PJM Pronangkis Kota/Kab berbasis program masyarakat (Pronangkis Kelurahan), serta melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk mendorong proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya kemandirian penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dengan demikian, pelaksanaan P2KP sebagai “gerakan bersama membangun kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai universal ” diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun : daya sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.


(48)

5.4.2. Visi Dan Misi P2KP Visi

Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari.

Misi

Membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan.

5.4.3. Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip yang Melandasi P2KP

Nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan yang bersifat universal, dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang melandasi pelaksanaan P2KP adalah sebagai berikut :

a. Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral)

Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP dalam melaksanakan P2KP adalah :

1) Jujur;

2) Dapat dipercaya; 3) Ikhlas/kerelawanan; 4) Adil;

5) Kesetaraan;


(49)

Prinsip-Prinsip Universal Kemasyarakatan (Good Governance)

Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (Good Governance) yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP adalah : 1) Demokrasi;

2) Partisipasi;

3) Transparansi dan Akuntabilitas; 4) Desentralisasi;

Prinsip-Prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya)

Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan harus merupakan prinsip keseimbangan pembangunan, yang dalam konteks P2KP diterjemahkan sebagai sosial, ekonomi dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya.

Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection); dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindungan/pemeliharaan lingkungan baik lingkungan alami maupun buatan termasuk perumahan dan permukiman, yang harus layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk didalamnya adalah penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Pengembangan Masyarakat (Social Development); tiap langkah kegiatan P2KP harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan.


(50)

Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable groups) dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang/akses dalam program/kegiatan setempat;

Pengembangan Ekonomi (Economic Development); dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya kearah peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin dan atau penganggur perlu mendapat porsi khusus termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha dan akses ke sumberdaya kunci untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial.

Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan tersebut pada hakekatnya merupakan pemberdayaan sejati yang terintegrasi, yaitu pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia secara integratif, yaitu daya pembangunan agar tercipta masyarakat yang peduli dengan pembangunan perumahan dan permukiman yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, daya sosial agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, dan daya ekonomi agar tercipta masyarakat produktif secara ekonomi.

Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan..

Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Seorang anggota BKM dituntut untuk mengutamakan kualitas dalam pelaksanaan tugasnya. Semakin tinggi kualitas kerja anggota maka akan semakin baik hasil yang akan diperoleh. Seorang


(51)

anggota BKM sebagai sumber daya yang mejalankan dan melaksanakan program-program P2KP harus memiliki kerja yang berkualitas.

Sesuai dengan landasan keberadaannya, BKM and unit-unit pelaksana (UPL, UPS, Dan UPK) harus senantiasa berorientasipada upaya-upaya untuk melayani masyarakat miskin dan meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu dalam kebijakan dan keputusan mengenai pelayanan unit-unit pelaksana didasarkan pada pertimbangan dan kemampuan warga miskin dan warga termiskin yang ada diwilayahnya.

Meskipun demikian, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan kepada warga miskin dan termiskin diwilayahnya, maka BKM sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya diperkenankan pula untuk mengembangkan berbagai jenis pelayanan yang bersifat penumpukan dan dan produktif.

Kelembagaan masyarakat ini harus berdaya karena karakteristik lembagwa masyarakat tersebut yang harus mengakar, dan repesentatif. Disamping itu,harus pula lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat sehingga mereka memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat diwilayahnya, terutama masyarakat miskin. Dalam kondisi ini akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat yang ada diwilayahnya.

Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yan gmandiri dan berkelanjutan dalam menyarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik ditingkat lokal agar lebih berorientasi kemasyarakat miskin dan mewujudkan tata


(52)

kepemerintahan yang baik, baik ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan, termasuk perumahan dan pemukiman, maupun sosial (Rahadi,2005:12)

Oleh karena itu dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur aparatur pemerintahan desa dan khususnya para pengurus BKM . karena kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Kinerja dalam setiap organisasi desa sangat diperlukan karena kinerja marupakan suatu prestasi kerja, produktivitas kerja, apakan itu kinerja individu aparatur pemerintahan atau kinerja organisasi desa dalam hal ini adalah kinerja para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat.

7. Hipotesis.

Hipotesis adalah jawaban sementra terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,2003:70). Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka pemikiran maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

“ Terdapat pengaruh positif antara kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Desa Dalu X A Tg. Morawa”.

8. Definisi Konsep.

Menurut Singarimbun (1995 : 33) adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian,keadaan,kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.


(53)

1. Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat adalah prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan suatu kegiatan dimana menunjukkan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dengan tingakt Responsivitas, Responsibilitas, dan Akuntabilitas yang tinggi oleh lembaga kepercayaan masyarakat yang harus mengakar, representatif, dan aspiratif, serta beranggotakan kumpulan warga yang ikhlas, adil, jujur dan tidak dibayar untuk pengabdiannya, sehingga menjadi tumpuan kepercayaan masyarakat.. 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) adalah program

pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep-konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal.


(54)

9. DEFENISI OPERASIONAL

Berdasarkan pendapat Singarimbun (1995 : 46) defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagiamana caranya mengukur suatu variable.

Tabel II.I. Definisi Operasional

No Variabel Dimensi Indikator

1 Variabel Bebas (X): Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

A. Responsibilitas Pengurus

B. Responsivitas Pengurus

a. Kejelasan tentang prosedur b. Kemampuan BKM

mencapai tujuan P2KP. c. Kemampuan pengurus BKM

melaksanakan misi P2KP. d. Kesesuaian pelaksanan

program dengan prinsip partisipasi masyarakat. e. Kesesuaian pelaksanaan

P2KP dengan prosedur f. Respon/daya tangkap

pengurus BKM terhadap masalah kemiskinan di desa. g. Kepuasan masyarakat

terhadap kinerja pengurus BKM.

a. Kemampuan BKM menegali kebutuhan masyarakat.


(55)

C. Akuntabilitas Pengurus.

b. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh anggota BKM kepada masyarakat. c. Penyelesaian masalah

masyarakat terhadap yang berkaitan tentang

kemiskinan.

a. Tanggapan terhadap aspirasi masyarakat.

b. Konsistensi kegiatan dengan kehendak masyarakat. c. Transparansi anggota BKM

dalam pelaksanaan P2KP. d. Pemberian informasi kepada

masyarakat tentang perkembangan P2KP. e. Pertanggung jawaban

anggota BKM kepada masyarakat.

2. Variabel Terikat (Y): Pelaksanaan Program

Penanggulangan Kemiskinan

A. Perlindungan Lingkungan.

a. Perbaikan jalan yang dilakukan melalui P2KP b. Peran serta masyarakat


(56)

Perkotaan (P2KP)

B. Pemberdayaan Sosial

C. Pemberdayaan Ekonomi.

dalam perlindungan lingkungan.

c. Pelaksaan pembangunan sarana dan prasarana desa. d. kepuasan masyarakat

terhadapa perbaiakan lingkungan desa.

Pemerataan dalam pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif.

Keterjangkauan bantuan sosial kepada masyarakat.

Pemerataan pemberian beasiswa kepada anak putus sekolah.

Kepuasan masyarakat terhadap bantuan sosial yang

diberikan melaui P2KP. a. Kemampuan membantu

perekonomian masyarakat dari pinjaman modal. b. Kemampuan masyarakat


(57)

membuka usaha melalui pinjaman modal yang diberikan.

c. Masyarakat didampingi untuk membuka usaha melaui modal yang dipinjamkan.

d. Kemitraan yang terbangun antara masyarakat dengan pihak luar.

e. Pemberian pelatiahn keterampilan untuk membuka usaha masyarakat.

f. Kerjasama Masyarakat, BKM, Pemerintah Desa untuk mengentaskan kemiskinan.

g. Kepuasan Masyarakat terhadan bantuan pinjaman modal yng diberikan melalui P2KP. 10. Sistematika Penulisan


(58)

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari :

Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi operasional.

BAB II : METODE PENELITIAN, terdiri dari:

Dalam Bab ini berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,teknik pengukuran skor, teknik analisa data. BAB III : DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN:

Dalam Bab ini berisi tentang penjelasan umum mengenai daerah penelitian. BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA, terdiri dari:

Penyajian data, dan analisa data. BAB V : PENUTUP, terdiri dari:

Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(59)

METODOLOGI PENELITIAN. Bentuk Penelitian.

Adapun bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif, dimana penelitian dilakukan dengan mengambil kesimpulan dari presentase yang diperoleh kemudian dijelaskan sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan menggunakan rumus statistik yang gunanya untuk mengetahui berapa besar hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat..

2. Lokasi Penelitian.

Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3. Populasi Dan Sampel.

Adapun Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat miskin Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa yang tercatat dalam arsip desa yang mendapat bantuan dana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan seluruh anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Desa Dalu X A. Teknik pengambilan sample yang penulis kemukakan adalah:

Dari masyarakat tercatat360 orang yang mendapat bantuan. Menurut Arikunto (2006:134) jika jumlah populasi kurang dari 100 mka untuk dijadikan sampel diambil seluruhnya, namun jika lebih besar dari 100 maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Oleh karena itu dari jumlah warga miskin yang mendapat bantuan P2KP 360 KK maka diambil 20%.


(60)

Jadi sampel dari masyarakat menggunakan simple random sampling yaitu yakni dengan random atau acak sederhana, dimana diambil 72 KK. Ditambah 1 orang koordinator BKM untuk diwawancarai agar memperoleh informasi tambahan. 4. Teknik Pengumpulan Data

Jadi, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

o Data primer yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi

penelitian. Data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut: a. Metode angket (kuesioner). Yaitu pemberian daftar pertanyan secar atertutup

kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa altenatif jawaban.

b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian dilokasi penelitian. c. Wawancara (Interview), yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada

sejumlah pihak yang terkait.

o Adapun data sekunder yang diambil guna mendukung penelitian ini yaitu berupa

Tinjauan kepustakaan (library research) yakni dengan mengumpulkan dan membaca buku-buku ilmiah tentang masalah yang sedang diteliti. Dokumentasi atau catatan yang diperoleh berasal dari Badan Keswadayaan Masyarakat Desa Dalu X A Tg. Morawa yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Penganggulangan Kemiskinan Perkotaan.


(61)

5. Teknik Pengukuran Skor

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang ersifat kuantitatif. Teknik

pengukuran skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah mamakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut : Untuk jawaban alternatif “a” diberi skor 5

Untuk jawaban alternatif “b” diberi skor 4 Untuk jawaban alternatif “c” diberi skor 3 Untuk jawaban alternatif “d” diberi skor 2 Untuk jawaban alternatif “e” diberi skor 1

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden ditentukan kelas intervalnya dengan pertimbangan sebagai berikut :

Skor tertinggi – skor terendah Banyaknya bilangan

Maka diperoleh : 5-1

5 = 0.8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing responden untuk masing-masing-masing-masing variabel dan sub variabel, yaitu :


(62)

a. Skor untuk kategori sangat tinggi : 4,21 – 5.00 b. Skor untuk kategori tinggi : 3,41 – 4,20 c. Skor untuk kategori sedang : 2,61 – 3,40 d. Skor untuk kategori rendah : 1,81 – 2,60 e. Skor untuk kategori sangat rendah : 1,00 – 1,80 6. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat.

Adapun metode statistik yang digunakan adalah : 1. Koefisien Korelasi Produk Moment.

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiono, 2003:212). Cara perhitungan

menggunakan rumus sebagai berikut :

rxy =

2 2 2 2

. ( )( )

{ . ( ) }{ . ( )

N xy x y

N x x N y y

− −

∑ ∑

rxy = angka indeks korelasi “r” product moment N = populasi

x

= jumlah seluruh skor x y

= jumlah seluruh skor y xy

= jumlah hasil kali antara skor x dan skor y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :


(63)

a. Nilai rxy yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain. b. Nilai rxy yang negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif,

artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

c. Nilai rxy yang sama dengan nol (0) menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi dan rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiono (1994:149) yaitu :

Tabel 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,000 – 0,199 Sangat rendah 0,200 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 Sedang 0,600 – 0,799 Tinggi 0,800 – 1,000 Sangat tinggi

Dari nilei r xy yang diperoleh, dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi unutk menguji apakah nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel korelasi ini


(64)

mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan 5 %. Bila nilai r tersebut adalah signifikan, berarti hipotesisi dapat diterima.

2. Uji Signifikan.

Uji signifikan adalah uji yan gdilakukan dengan cara membandingkan t-tesy tabel. Tujuan studi signifikan ini adalah untuk menentukan hipotesis diteima atau ditolak. Tidak ada korelasi antara variebel x dengan variabel y. Ho ditolak apabila t-hitung lebih besar dari harga t-tabel(t-hitung>t-tabel), dan diterima apabila t-hitung lebih kecil dari harga t- tabel (t-hitung<t-tabel).

Rumus : t = r √n-2 1-r Dimana:

t= statistik t derajat bebas n-2 n= banyaknya pengamatan 3.Koefisien Deteminant.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy) dan dikalikan dengan 100%.

KP= rxy x 100%

Keterangan:


(1)

13.Menurut anda, apakah anggota BKM transparan dalam pelaksanaan P2KP didesa ini?

a. Sangat transparan. b. Transparan. c. Cukup transparan. d. Tidak transparan. e. Sangat tidak transparan.

14.Apakah segala perkembangan dari pelaksanaan P2KP ini selalu di informasikan kepada masyarakat?

a. Sangat sering b. Sering.

c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah.

e. Sangat Tidak pernah.

15. Apakah menurut anda, pertanggung jawaban anggota BKM tentang pelaksanaan P2KP ini dilakukan secara terbuka?

a. Sangat terbuka. b. Terbuka.

c. Cukup Terbuka. d. Tidak terbuka. e. Sangat tidak terbuka


(2)

2. KUESIONER VARIABEL (Y): PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN. A. Perlindungan Lingkungan.

1. Menurut anda, apakah pemberdayaan lingkungan seperti pembangunan jalan sejauh ini telah terlaksana dengan baik?

f. Sangat baik. g. Baik. h. Cukup baik. i. Tidak baik. j. Sangat tidak baik

2. Apakah masyarakat ikut serta dalam pemberdayaan lingkungan di desa ini? a. Sangat sering

b. Sering.

c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah

e. Sangat tidak pernah.

3. Apakah menurut anda, pembangunan sarana dan prasarana didesa ini telah terlaksana dengan baik?

a. Sangat baik. b. Baik. c. Cukup baik. d. Tidak baik. e. Sangat tidak baik

4. Apakah masyarakat merasa puas dengan perbaikan lingkungan melalui P2KP ini? a. Sangat puas.

b. Puas.

c. Cukup puas. d. Tidak puas. e. Sangat tidak puas.


(3)

B. Pengembangan Sosial.

5. Apakah bantuan-bantuan sosial untuk orang-orang jompo yang tidak produktif disalurkan secara merata oleh anggota BKM?

a. Sangat merata. b. Merata.

c. Cukup merata. d. Tidak merata. e. Sangat tidak merata.

6. Apakah pelaksanaan P2KP ini menjangkau keluarga miskin secara keseluruhan? a. Sangat menjangkau.

b. Menjangkau. c. Cukup menjangkau d. Tidak terjangkau. e. Sangat tidak terjangkau

7. Apakah bantuan beasiswa untuk anak putus sekolah disalurkan secara merata oleh anggota BKM?

a. Sangat merata. b. Merata.

c. Cukup merata. d. Tidak merata. e. Sangat tidak merata.

8. Apakah masyarakat merasa puas bantuan-bantuan sosial yang diberikan melalui P2KP ini?

a. Sangat puas. b. Puas.

c. Cukup puas. d. Tidak puas. e. Sangat tidak puas.


(4)

C. Pengembangan Ekonomi.

9. Apakah menurut anda, bantuan pinjaman untuk pembangunan ekonomi sangat memadai untuk membantu perekonomian masyarakat miskin?

Sangat memadai. Memadai

Cukup memadai. Tidak memadai. Sangat tidak memadai.

10.Menurut anda, bantuan pinjaman yang dimaksudkan sebagai modal usaha apakah mampu untuk membuka atau menambah usaha masyarakat?

a. Sangat mampu b. Mampu.

c. Cukup mampu. d. Tidak mampu. e. Sangat tidak mampu.

11.Setelah menerima pinjaman dana P2KP sebagai bantuan modal, apakah masyarakat didampingi untuk membuka usaha baru?

a. Sangat sering. b. Sering

c. Kadang-kadang. d. Tidak Pernah

e. Sangat tidak pernah.

12.Apakah menurut anda sudah terbangun kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah?

a. Sudah terbagun. b. Terbangun. c. Cukup terbangun. d. Tidak pernah.


(5)

13.Apakah masyarakat diberi pelatihan keterampilan untuk membuka usaha dari pinjaman yang diberikan melalui P2KP?

a. Sangat sering. b. Sering.

c. Kadang-kadang. d. Tidak Pernah

e. Sangat tidak pernah.

14.Dalam pelaksanaan P2KP ini, apakah masyarakat, BKM selaku pelaksana program, dan pemerintah desa saling bekerja sama dalam mengentaskan kemiskinan didesa ini?

a. Sangat bekerjasama. b. Bekerjasama. c. Cukup bekerjasama. d. Tidak bekerjasama

e. Sangat Tidak bekerjasama.

15. Apakah masyarakat merasa puas dengan bantuan pinjaman modal yang diberikan melalui P2KP ini?

a. Sangat puas. b. Puas.

c. Cukup puas. d. Tidak puas. e. Sangat tidak puas.


(6)

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT.

1. Bagaimana proses pembentukan BKM Desa Dalu X A ini?

2. Bagaimana proses pemberian bantuan pinjaman modal kepada masyarakat? 3. Program apa saja yang dilakukan untuk pemberdayaan lingkungan?

4. Menurut bapak, pelaksanaan P2KP di Desa Dalu X A ini mendengarkan aspirasi masyarakat?

5. Menurut bapak, apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan P2KP di Desa Dalu X A ini?

6. Bagaimana strategi pelaksanaan P2KP yang dilakukan oleh BKM? 7. Untuk bantuan sosial, apakah telah disalurkan secara merata?

8. Mengenai pertanggung jawaban BKM kepada masyarakat, apakah menurut bapak dilakukan secara terbuka, transparan dan juga segala perkembangannya selalu diinformasikan kepada masyarakat?

9. Apa saja permasalahan-permasalahan masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan?


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Manajemen Kredit Terhadap Pengembalian Pinjaman Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan Pada Badan Keswadayaan Masyarakat Di Labuhanbatu (Studi Kasus Badan Keswadayaan Masyarakat Maju Bersama Kelurahan Urung Kompas Kecamata

2 33 133

Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Kota Matsum I, Kecamatan Medan Area, Kota Medan).

1 47 70

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) (Studi Pada Kelurahan Rambung, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ).

3 59 97

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal)

1 41 126

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

1 39 127

Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2kp) Di Kecamatan Medan Maimun

2 47 125

Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2kp) Di Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

0 3 127