mengembangkan pola bottom-up dalam perencanaan dan meningkatkan partisifasi aktif masyarakat dalam perencanaan Hasan:2007.
Berbicara mengenai kemiskinan, secara harafiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin diberi arti “tidak berharta benda”Ali, 1993:255. Dalam pengertian yang lebih
luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya
permasalahan sosial lain. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan
hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-
lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain Rahadi,dkk,2005:1 :
a. Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi
yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang
menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka
secara layak, termasuk akses informasi;
b. Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke
dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;
c. Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang
yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung
Universitas Sumatera Utara
memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;
d. Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan
e. Dimensi Aset , ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai
hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia human capital, peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan
sebagainya. Telah sama-sama dapat dilihat bahwa kemiskinan hingga saat ini masih menjadi issu
global. Artinya kemiskinan tidak hanya menjadi pokok masalah di Negara Dunia Ketiga, tetapi juga menjadi persoalan di Negara Industri Maju. Kemiskinan juga merupakan
momok di Negara Dunia Ketiga, karena merupakan masalah sosial terbesar. Hampir disemua Negara berkembang, sedikit penduduk hidup dapat menikmati hasil
pembangunan, mayoritas penduduk hidup melarat. Strategi pembangunan yang diterapkan tidak menyumbang apapun bagi kesejahteraan rakyat miskin. Sebaliknya,
malah membuat mereka semakin sengsara. Untuk dapat memberdayakan kegiatan produktif masyarakat miskin dan
meningkatkan posisi bargaining mereka terhadap semua bentuk eksploitasi dan superordinasi, tak lain persyaratan yang diperlukan adalah kemudahan ekonomi yang
benar-benar nyata dan peluang-peluang social yang memihak kepada masyarakat miskin. Kemudahan ekonomi adalah kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat
terhadap berbagai sumber permodalan dan pasar yang seringkali mendiskreditkan masyarakat miskin. Sedangkan yang dimaksud peluang-peluang social adalah upaya
Universitas Sumatera Utara
untuk membangun investasi social lewat program-program pemberdayaan social dan kemudahan berusaha serta meningkatkan kesempatan masyarakat miskin untuk
melakukan mobilitas sosila ekonomi secara vertical melalui pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan kebutuhan utnuk melakukan partisipasi politik
secara aktif. Maka tekait dengan itu dibuatlah program pemberantasan kemiskinan, yaitu Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP. Program ini mengedepankan
strategi pemberdayaan berbasis institusi local, sehinggga program ini muncul sebagai salah satu alternatif penanganan kemiskinan perkotaan.
Hakikat dari pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan ini adalah untuk memberantas kemiskinan dan mewujudkan proses perubahan masyarakat yang
lebih efektif melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan penguatan dengan mendukung kemandirian masyarakatnya
Karakteristik kemiskinan seperti disebut pada halaman sebelumnya dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang
dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini
dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam
menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik
aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman Tanjung:2007.
Universitas Sumatera Utara
Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam ‘melembagakan dan
‘membudayakan kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP, sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas
penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada
lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang
lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif,
transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri
melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi
masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.
Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang
terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan
pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun
Universitas Sumatera Utara
menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal- hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan
pendampingan intensif di tiap kelurahandesa sasaran www.p2kp.org. Berkaitan dengan pelaksananan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat untuk
melancarkankebrehasilan Proram Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yangada di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa, para anggota BKM ini dinilai masyarakat tidak
merata dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Selanjutnya anggota BKM tidak mendampingi warga untuk membuka usaha mereka. Kemudian anggota BKM juga
dinilai masyarakat lepas tangan setelah mereka menerima bantuan khususnya pinjaman modal. Selain itu modal yang dipinjamkan tidak mencukupi untuk membantu
perekonomian warga karena begitu kecil. Oleh karena itu dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur-unsur aparatur
pemerintahan desa dan khususnya para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat BKM. Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai suatu ukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Kinerja dalam setiap organisasi desa sangat diperlukan karena kinerja merupakan suatu prestasi kerja, produktivitas kerja, apakah itu
kinerja individu aparatur pemerintahan atau kinerja organisasi pemerintahan desa maupun kinerja para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat BKM tersebut.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kinerja para pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat BKM yang berfungsi sebagai forum para relawan yang
terdiri dari masyarakat, perangkat pemerintah kelurahandesa, and kelompok peduli setempat untuk saling belajar.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian kedudukan dan posisi BKM adalah sebagai lembaga masyarakat yang benar-benar dibangun dari, oleh, dan untuk masyarakat sebagai representasi upaya-
upaya untuk membangun sinergi segenap potensi masyarakat menuju tatanan masyarakat madani, yang senantiasa berbasis keikhlasan dan kerelawanan, keadilan, serta kejujuran.
Mengingat pentingnya kinerja sebagai persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja, maka setiap anggota dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya,.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Pemberantasan
Kemiskinan Perkotaan Studi Kasus Di Desa Dalu X
A
Kecamatan Tg. Morawa”.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh kinerja anggota Badan Keswadayaan
Masyarakat dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan Di Desa Dalu X
A
Kecamatan Tg. Morawa?”.
Tujuan Penelitian.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan maslaah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
Untuk mengetahui kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pelaksana Program Penanggulanan Kemiskinan
Perkotaan di Desa Dalu X
A
Kecamatan Tg. Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja Badan Keswdayaan Masyarakat dalam melaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Di Desa Dalu
X
A
Kecamatan Tg. Morawa.
Manfaat Penelitian.
Disamping tujaun yang hendak dicapai maka suatu penelitian harus menpunyai manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah: a.
Secara subyektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan.
b. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian ilmu
social sebelumnya, khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Negara. c.
Secara Teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan ataupun informasi tentang seberapa besar pengaruh kinerja aparatur desa dalam
melaksanakan Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan. d.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan khasanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu social.
5. Kerangka Teori. 5. 1. Pengertian Kinerja.
Kinerja merupakan suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi penting untuk selalu melakukan
penialain terhadap kinerjanya karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai input bagi
Universitas Sumatera Utara
perbaikan dan peningkatan kinerjanya dikemudian hari. Kinerja atau performance dipahami sebagai tingkat keberhasilan atau merupakan the degree of accomplishment
atau dengan kata lain kinerja merupakan suatu tingkat pencapaian tujuan organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan
untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai
criteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Criteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja
seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya Mahsun.2006:25.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan
sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut model Partner-Lawyer oleh Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam Rivai 2004:16, kinerja individu pada dasarnya
dipengaruhi oleh factor-faktor: harapan mengenai imbalan.
Dorongan. Kemampuan, kebutuhan, dan sifat.
Persepsi terhadap tugas. Imbalan internal dan eksternal.
Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3 hal, yaitu: a.
kemampuan. b.
Keinginan c.
Lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga factor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan demikian,
kinerja indovidu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian anttara pekerjaan dan kemampuan.
Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perassaannya ini berupa suatu hasil penilaian
mengenai seberapa jaiuh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan factor-faktor individu, yakni:
a. kepribadian seperti aktualisasi diri.
b. Kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan menghadapi tekanan.
c. Status dan senioritas, makin tinggi hierarki didalam perusahaan lebih mudah
individu tersebut untuk puas. d.
Kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan kerjanya.
e. Kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan
yang tingi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa pada hakikatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau
pekerjaannya sesuai dengan standart dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk
melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata
benda dimana salah satu entrynya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan, pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hokum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika. Oleh karena itu, kinerja organsasi paling tidak mengandung 3 aspek penting yaitu
pemenuhan fungsi, kesesuaian dengan peraturan, dan pencapaian tujuan. Berkenaan dengan penilaian kinerja instansi pemerintah, Steers Hendri,2007:7
mengusulkan 3 indikator yaitu Responsiveness, Responsibility dan Accountability. Responsivitas adalah kemampuan organsiasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai degnan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dengan demikian
responsivitas menunjukkan kepada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dan kebutuhan-kebutuhan aspirasi masyarakat. Responsivitas menggambarkan
kemampuan instansi pemerintah dengan menjalankan misi dan tujuannya. Organsasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang rendah pula.
Data untuk menilai responsivitas bias bersumber pada organisasi dan masyarakat. Data
Universitas Sumatera Utara
organsasi digunakan utnuk mengindentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengindentifikasi
demand dan kebutuhan masyarakat. Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah itu
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisai yang baik. Oleh karena itu responsibilitas bias saja berbenturan
dengan responsivitas. Keinginan seorang pejabat organisasi public untuk meningkatkan responsivitas bias saja mengorbankan responsibilitas, manakala kebijakan dan proses
administrasi yang ada dalam organisainya ternyata tidak lagi memadai untuk menjadi dinamika masyarakat selalu lebih cepat daripada perubahan organisasi. Responsibilitas
dapat dinilai dari analisi terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan dengan mengecek apakah pelaksanaan kegiatan dan program organsasi cocok
atau sesuai dengan prosedur adminsitrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.
Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar dan kegiatan instansi pemerintah tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah
bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oelh rakyar sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Konsep, akunrabilitas public dapat digunakan
untuk melihat seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan instansi pemerintah itu konsisten dengan kehendak masyarkat banyak. Karena itu, dilihat dari ukuran internal
yang dikembangkaan oleh instansi pemerintah sepertu pencapaian target. Kinerjanya sebaliknya harus dinilai dari ukuran-ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku dalam masyarkat. Data akuntabilitas bias dari ebrbagai sumber, seperti penilaian wakil rakyat pejabat politis atau tokoh-tokoh masyarakat.
Sementara itu Dwiyanto 1995:5 memasukkan dimensi produktivitas dan kualitas pelayanan dalam pengukuran kinerja instansi pemerintah, sehingga kinerja instansi
pemerintah dapat dinilai melalui prodktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas, dan akunrabilitas.
Produktivitas juga, merupakan salah satu kinerja instansi pemerintah yang penting. Hasibuan 1994:41 mengemukakan bahwa, “Produktivitas adalah perbandingan antara
output hasil dengan input masukkan. Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi waktu, bahan, tenaga dan system kerja, teknik
produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerja”. Pada umumnya produktivitas memang diartikan sebagai rasio antara input dan output. Penilaian
produktivitas organisasi biasanya dilakukan pada tingkat organisasi dengan menggunakan dokumen-dokumen yang tersedia dalam organisasi, seperti catatan dan laporan-laporan
organsasi, penelitian atas produktivitas juga bias dilakukan dengan menbandingkan catatan mengenai sumebr daya yang diperlukan dan hasil yang dicapai organisasi.
Erat kaitannya dengan pengukuran produktivitas adalah kualitas pelayanan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sejauh mana kualitas memperoleh hasil seprti yang
dilakukan. Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung semakin penting dalam menjelaskan kinerja membentuk image negative yang terbentuk mengenai instansi
pemerintah muncul karena keridakpuasan terhadap kualitas pelayanan yang diterima oleh instansi pemerintah. Secara umum pelayanan yang berkualitas dapat diartikan sebagai
pelayanan yang dapat diartikan sebagai pelayanan yang dapat memuaskan setiap
Universitas Sumatera Utara
pemakai jasa pelayanan, sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan prosedur yang telah ditetapkan
Sebagai sumber data utama mengenai kualitas pelayanan adalah penilaian pengguna jasa atau masyarakat. Namun uji silang juga dapat dilakukan dengan mencek laporan dan
dokumen organisasi mengenai pelayanan yang diberikan. Untuk penilaian dari pengguna jasa, unit analisi yang digunakan adalah individu yang mneggunakan jasa dari pemerintah
tersebut.
5.2. Badan Keswadayaan Masyarakat BKM. .
BKM merupakan lembaga pimpinan kolektif yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan
milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani Civil
Society yang dibangun dan dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai universal Value Based.
Sebagai wadah masyarakat bersinergi, BKM berbentuk pimpinan kolektif, dimana keputusan dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM, dengan
musyawarah mufakat menjadi norma utama dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai lembaga kepercayaan ‘Board of Trusty’, anggota-
anggota BKM terdiri dari orang-orang dipercaya warga, berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat dalam berbagai
kepentingan, termasuk kerjasama dengan pihak luar.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1. Proses membangun lembaga masyarakat berbasis nilai BKM
Sebagaimana dijelaskan diatas, istilah BKM Badan Keswadayaan Masyarakat pada dasarnya merujuk baik pada pemempuan lembaga yang ada, yang telah melalui
proses konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan direvitalisasi sesuai ketentuan P2KP, ataupun lembaga yang dibentuk baru oleh masyarakat.
Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan memampukan dan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru sebagai BKM,
adalah : 1.1 FGD refleksi lembagaan masyarakat berbasis nilai
Hal penting pertama kali perlu dilakukan ialah proses penyadaran kritis mengenai substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indikatornya tercermin pada
keberadaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspiratif, mengakar, diakui kemanfaatannya, representatif, dan berbasis pada keikhlasankerelawanan, keadilan dan
kejujuran. FGD-FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dilakukan diseluruh tataran
masyarakat, baik masyarakat pada umumnya maupun masyarakat miskin pada khususnya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai digerakkan dan
difasilitasi oleh relawan-relawan, dengan pendampingan dari fasilitator dan perangkat kelurahan setempat.
.1.2. Identifikasi Profil Lembaga- lembaga yang ada Selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat melakukan
identifikasi profil dari berbagai lembaga masyarakat yang ada dikelurahannya.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan landasan keberadaan, mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengurusan, mekanime
pemilihan anggota pengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll. Hasil-hasil identifikasi profil lembaga-lembaga tersebut menjadi bahan pembahasan
pada proses rembug warga untuk mengevaluasi dan merefleksi kebutuhan lembaga masyarakat.
1.3 Rembug-rembug warga untuk merefleksi dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang ada.
Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi lembaga masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil lembaga-lembaga
masyarakat yang ada, relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat selanjutnya memfasilitasi rembug-rembug warga evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat
RTRW atau dusun hingga kelurahan. Agenda rembug-rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi
masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga masyarakat yang ada diwilayah setempat. Refleksi dan evaluasi dititik beratkan pada tingkat pengakaran
dimasyarakat, tingkat kemanfaatannya bagi masyarakat, tingkat aspiratif-nya, tingkat representatif dan tingkat kepercayaan masyarakat.
Aspirasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan aspirasi masyarakat, tanpa rekayasa dari siapapun.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Rembug warga tingkat kelurahan untuk memutuskan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru.
Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarakat diatas menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang akan memutuskan
apakah akan merevitalisasi, menstrukturisasi dan memapukan lembaga yang ada ataukah membentuk lembaga masyarakat yang baru sebagai BKM.
Rembug warga dihadiri oleh representasi seluruh warga kelurahan, perangkat kelurahan, kelompok peduli setempat dan relawan-relawan.
5.2.2. Anggota BKM
Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati
bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagai kepentingan. Anggota pimpinan kolektif masyarakat warga ini yang kemudian disebut anggota BKM.
Angota-anggota BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin dengan menjadi anggota BKM, mereka diberi kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat
untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban dan ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin yang ada diwilayahnya. Adanya kesempatan kepercyaaan itulah yang bagi mereka
merupakan imbalan yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status karena merka dapat berbuat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan
tertinggal marjinal. Tidak ada satupun anggota BKM yang memiliki hak istimewa privilege dan
semua hasil keputusan “BKM” ditetapkan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM.
Universitas Sumatera Utara
Anggota-anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau track record perbuatan baik dan mekanisme
pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis dan rahasia. Masa pengabdian anggota BKM adalah 2 tahun dengan kemungkinan dapat
dievaluasi pada setiap tahunnya berdasarkan indikator perbuatan baik serta kualitas sifat- sifat kemanusiaan.
5.2.3. Struktur BKM
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dengan sumber dana P2KP maupun sumber
dana lainnya channeling, BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang setidaknya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan UPK, Unit Pengelola Lingkungan
UPL, Unit Pengelola Sosial UPS Unit Pengelola Keuangan UPK akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan
pinjaman bergulir, akses channeling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola Lingkungan UPL
bertanggung jawab dalam hal penanganan Rencana Perbaikan Kampung, Penataan dan Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman, Good Governance
dibidang permukiman dan lain-lain. Sedangkan Unit Pengelola Sosial UPS didorong untuk mengelola relawan-relawan dan hal-hal yang berkaitan dengan kerelawanan,
mengelola pusat informasi dan pengaduan masyarakat termasuk media warga untuk sarana control social penanganan kegiatan sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga
masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, Unit-unit pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi tugas pokoknya,
mengusulkan draft konsep pengembangan, serta memberikan pertanggung jawaban berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga memberikan sran-saran dan
masukan-masukan secara professional kepada BKM untuk dasar pertimbangan BKM dalam mengambil kebijakan maupun keputusan yang diperlukan.
Anggota-anggota BKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola dari unit-unit tersebut.Unit-unit pelaksana akan dipimpin seorang manager atau istilah laindan beberapa
staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui rapat anggota BKM berdasarkan kriteria kemampuan dibidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang kegiatannya yakni UPL, UPS dan UPK.
5.2.4. Peran yang harus dilakukan oleh BKM
• Bertindak sebagai motor penggerak untuk senantiasa menggali atau melembagakan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bersifat universal,
prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, serta prinsip Tridaya. • Menumbuhkan solidaritas serta kaesatuan sosial untuk menggalang
kepedulian dan kebersamaan gerakan masyarakat warga dalam menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan
• BKM mengorganisasi warga untuk merumuskan program jangka menengah 3 tahun penanggulangan kemiskinan maupun rencana tahunan PJM dan
rencana tahunan Pronangkis secara partisipasi.
Universitas Sumatera Utara
• Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan dan kebijakan untuk hal- hal yang menyangkut pelaksanaan P2KP pada khususnya dan
penanggulangan kemiskinan pada umumnya. • Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar
mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. • Menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Kelurahan KBK dan
mengoptimalkan peran ralawan-relawan setempat. • Mengembangkan jaringan BKM ditingkat kota kabupaten sebagai mitra
kerja Pemda serta kelompok peduli setempat dan sebagai sarana untuk menyuarakan aspirasi masyarakat warga yang diwakili, maupun dalam
rangka mengakses berbagai potensi sumber daya yang ada diluar untuk melengkapai sumber daya yang dimiliki masyarakat partnership dan
channeling programme • Menetapkan kebijakan serta mengawasi pemanfaatan dana bantuan P2KP
dan dana-dana sumber lainnya, yang sehari-hari dikelola unit-unit pelaksana yang dibentuk BKM sesuai kebutuhan.
5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja.