Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal)

(1)

PEN GARU H PELAK SAN AAN PROGRAM

PEN AGGU LAN GAN K EM I SK I N AN PERK OT AAN

(P2 K P) OLEH BADAN K ESWADAY AAN

M ASY ARAK AT (BK M ) T ERH ADAP

PEM BERDAY AAN M ASY ARAK AT

(Studi pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal).

Disusun

O L E H

LU K Y FREAT T Y

(060921011)

DEPART EM EN I LM U ADM I N I ST RASI N EGARA FAK U LT AS I LM U SOSI AL DAN POLI T I K (Ek st e nsion)

U N I V ERSI T AS SU M AT ERA U T ARA M EDAN 2 0 0 8


(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat penelitian 5

E. Kerangka Teori 6

1. Dimensi Pembangunan 6

2. Pemberdayaan Masyarakat 10

3. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) 14 3.1. Mekanisme dan Struktur Manajemen P2KP 14

3.2. Tujuan Pelaksanaan P2KP 19

3.3. Sasaran P2KP 20

3.4. Siklus P2KP 20

4. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) 22 4.1. Proses Membangun Masyarakat Berbasis Nilai (BKM) 23

4.2. Anggota BKM 25

4.3. Struktur BKM 25

4.4. Tugas Pokok BKM 27

5. Pemberdayan Masyarakat Miskin Yang dilaksanakan

BKM melalui P2KP 28

F. Hipotesis 30 G. Defenisi Konsep 31

H. Defenisi Operasional 32

BAB II METODE PENELITIAN 36

A. Bentuk Penelitian 36

B. Lokasi Penelitian 36

C. Populasi dan Sampel 36

D. Teknik Pengumpulan Data 39

E. Teknik Pengumpulan Skor 40

F. Teknik Analisa Data 41


(3)

A. Keadaan Alam 44

1. Letak Wilayah 44

2. Luas Wilayah 44

3. Potensi Wilayah 45

B. Komposisi Masyarakat 45

1. Kependudukan Menurut Umur dan Jenis Kelamin 45

2. Kependudukan Menurut Agama 46

3. Kependudukan Menurut Tingkat Pendidikan 47 4. Kependudukan Menurut Mata Pencaharian 48

BAB IV PENYAJIAN DATA 50

A. Deskripsi Hasil Penelitian Realisasi P2KP 50 1. Pemberdayaan Masyarakat Terbangunnya BKM 50 2. Pelaksanaan P2KP Oleh BKM di Kelurahan 52

3. Identitas Responden 54

3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 54 3.2. Distribusi Berdasarkan Umur/Usia 55 3.3. Distribusi Berdasrkan Tingkat Pendidikan 56 3.4. Distribusi Berdasrkan Jenis Pekerjaan/Usaha 57 4. Distribusi Jawaban Responden Terhadap P2KP

(Sebagai Variabel X) 57

5. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Keberhasilan

Pemberdayaan Masyarakat (Variabel Y) 76

B. Kasifikasi Data 88

BAB V ANALISA INTERPRETASI DATA 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 101

A. Kesimpulan 101

B. Saran 102


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Kelurahan, Jumlah Sampel

Tabel 3.1 Klasifikasi Penduduk Kelurahan Tanjung Rejo Medan Menurut Umur dan Menurut Jenis Kelamin

Tabel 3.2 Klasifikasi Penduduk Kelurahan Tanjung Rejo Medan Menurut Agama Yang Dianut.

Tabel 3.3 Klasifikasi Penduduk Kelurahan Tanjung Rejo Medan Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 3.4. Klasifikasi Penduduk Kelurahan Tanjung Rejo Medan Menurut Mata Pencaharian/Jenis Usaha

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur/Usia

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan/Jenis Usaha Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sosialisai P2KP

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Keterlibatan Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan dan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adanya Pemberian Dana Bantuan Program Beasiswa Pendidikan

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jumlah Dana Bantuan Program Beasiswa Pendidikan

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemberian Dana Bantuan Program Kesehatan Lansia (Lanjut Usia)

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dana Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni


(5)

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bantuan Perbaikan Lingkungan di Sekitar Pemukiman Warga Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pinjaman Modal/Dana Bergulir Kepada Usaha Masyarakat Miskin.

Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Besarnya Bunga Pinjaman Modal/Dana bergulir Yang Harus Dibayar Masyarakat Miskin Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Manfaat Pembinaan

Pengetahuan/Keterampilan Yang diberikan Kepada Masyarakat Miskin

Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Ada Bantuan dari Mitra Kerja Dalam Memasarkan Hasil Produksi Usaha Masyarakat miskin

Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Bantuan Fasilitas dan Manfaatnya Bagi Usaha Masyarakat Miskin dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan.

Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap Penggunaan Dana Penanggulangan Kemiskinan

Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesesuaian Penggunaan Dana P2KP Dengan Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kegiatan Pengawasan dan Pelestarian Terhadap Penggunaan Dana P2KP

Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Terhadap P2KP

Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Dalam Mengelolah Modal Pinjaman/Dana Bergulir Untuk Usaha

Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Pengetahuan dan Keterampilan Yang telah Diberikan Kepada Masyarakat Miskin.

Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Usaha Tabel 4.24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Pendapatan


(6)

Tabel 4.25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pendapatan Mampu Untuk Memenuhi Kebutuhan Pokok Sehari-hari

Tabel 4.26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pendapatan Mampu Disisihkan Untuk ditabung

Tabel 4.27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kondisi Rumah/Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Yang telah Diperbaiki

Tabel 4.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perasaan Warga Miskin Terhadap Kondisi Rumah Setelah Mendapatkan Dana Bantuan Perbaikan Rumah/Tempat Tinggal

Tabel 4.29 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Peningkatan Kualitas dan Status/Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga

Tabel 4.30 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Untuk Berobat Ke Dokter/Rumah Sakit/Puskesmas

Tabel 4.31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Membeli Obat-Obatan

Tabel 4.32 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Membeli Obat-Obatan

Tabel 4.33 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keaktifan Mengikuti Organisasi

Tabel 4.34 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Manfaat Mengikuti/Aktif Dalam Organisasi

Tabel 4.35 Distribusi Frekwensi Klasifikasi Jawaban Responden Terhadap Variabel X Untuk Pelaksanaan Kegiatan (P2KP) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Oleh BKM (Badan Keswadayaan Masyarkat).

Tabel 4.36 Distribusi Frekwensi Klasifikasi Jawaban Responden Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Variabel Terikat (Y)


(7)

ABSTRAKSI

Nama Luky Freatty, NIM 060921011, Program Studi : Ekstension, Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP - USU, Pembimbing: Dra. Beti Nasution, Msi

Problematik kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat miskin yang hidup di tengah-tengah perkotaan merupakan dasar yang melatar-belakangi lahirnya Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Program Penanggulangan Kemiskinan merupakan program pemerintah yang secara sustansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui kosep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga terbangun gerakan penangulangan kemiskinan dan pembangunan yang berkelanjutan. Pelaksanaan Program Penangulangan Kemiskinan Pekotaan (P2KP) di tingkat kelurahan yang dilaksanakan oleh BKM (Badan Keswadyaan Masyarakat) dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan pemberadayaan yaitu; pemberdayaan sosial, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pemberdayaan lingkungan masyarakat Kelurahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami dan mengidentifikasi seberapa besar pengaruh dari berbagai kegiatan strategis Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat serta untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar peranan dan kinerja BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) dalam melaksanakan kegiatan program penanggulangan kemiskinan dan selaku pelaku pemberdayaan masyarakat (community worker) di tingkat kelurahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kuantitatif. Data informasi diperoleh dari responden yaitu masyarakat miskin kelurahan yang mendapatkan dana bantuan P2KP sebanyak 91 responden dan melalui observasi, kuesioner dan dokumentasi. Data dan informasi yang dihimpun dari lapangan kemudian disajikan dan diinterpretasikan dengan menggunakan teknik analisa kuntitatif yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan kegiatan P2KP oleh BKM dalam kategori tinggi 68,1% dan pemberdayaan masyarakat juga dalam kategori tinggi 64,8%. Setelah dianalisa dengan menggunakan rumus Analisa Korelasi Product Moment maka diperoleh hasil yaitu 0,788, hal ini menunjukkan rhitung lebih besar dari rtabel 0,788 > 0,207.

Jadi dengan demikian hipotesa yang telah diajukan sebelumnya dapat diterima yaitu ”Terdapat pengaruh yang positif antara pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP) oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) terhadap pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal. Kemudian setelah dianalisis dengan menggunakan rumus Koefisien

Determinant, maka diperoleh besarnya pengaruh pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP) oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) terhadap pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal sebesar 62 %, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Key words : Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemisikinan Perkotaan, Badan Keswadayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi Bangsa Indonesia yang memuncak pada periode 1997-1999. Selama periode 1976-1996 (20 tahun, Repelita II-V) angka kemiskinan Indonesia turun drastis dari 40% menjadi 11%. Maka krisis moneter tahun 1997-1999 yang kembali meningkatkan angka kemiskinan menjadi 24% (49,5juta jiwa).

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan masih mewarnai penduduk Indonesia, terbatasnya sumber daya, terbatasnya akses terhadap barang-barang konsumsi, tingkat kesehatan yang rendah dan kesempatan pendidikan yang tidak merata, tidak adanya investasi, kurangnya akses pelayanan publik, tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu atau kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga.

Masalah Kemiskinan ini menyangkut beberapa dimensi, yaitu: Dimensi

Politik: warga miskin kerap kali diabaikan dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut nasibnya. Dimensi Sosial: warga miskin kurang mendapat perhatian masyarakat dan pranata sosial karena pudarnya nilai kepedulian. Dimensi


(9)

lingkungan: seringkali kegiatan pembangunan lingkungan dan permukiman

berakiabat pada kerusakan lingkungan dan kurang berpihak pada warga miskin.

Dimensi ekonomi: warga miskin kesulitan memenuhi kebutuhan karena rendahnya

penghasilan. Dimensi Aset: aset sumber daya ekonomi, modal dana, peralatan kerja, SDM (human capital), dan hunian sulit untuk diakses warga miskin karena dikuasai oleh segelintir orang. (Rahadi, 2005:1).

Menurut Robert Chambers 1987 (dalam Suyanto, 1995:7) masalah kemiskinan hanyalah salah satu dimensi dari perangkap kemiskinan. Unsur-unsur dari perangkap kemiskinan tersebut adalah kerentanan, kelemahan jasmani, ketidakberdayaan dan derajat isolasi.

Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Index Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia secara menyeluruh

kualitas manusia Indonesia relaitf sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia.

Gejala ini mandapat perhatian yang memadai dari para pengambil kebijakan-kebijakan yang pernah ada. Mungkin kita telah melewatkan suatu momentum yang sangat baik untuk belajar lebih mengenai pembangunan sosial, ekonomi, lingkungan dan politik masyarakat kita. Strategi dan kebijakan pembangunan yang diterapkan tidak menyumbang apapun bagi kesejahteraan rakyat miskin. Sebaliknya, malah membuat mereka semakin sengsara.

Banyak sudah upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi tingkat kemiskinan di pedesaan maupun di perkotaan melalui berbagai programprogram penanggulangan maupun pengentasan kemiskinan. Tetapi programprogram -program tersebut belum menuai hasil yang memuaskan. Program--program


(10)

dimensi dari gejala kemiskinan, tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan dan tidak menumbuhkan kemandirian masyarakat, hanya membuat masyarakat bergantung setiap saatnya pada dana bantuan program tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yang pada akhirnya tidak mewujudkan aspek keberlanjutan dari program-program penanggulangan kemiskinan tersebut.

Saat ini ada beberapa program pemerintah yang masih terlaksana dalam menanggulangi kemiskinan, khususnya masalah kemiskinan masyarakat perkotaan salah satunya, yaitu P2KP (Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan). P2KP dilaksanakan sejak tahun 1999. Strategi dan kebijakan dari P2KP lebih pro kaum miskin dan lebih pro keadilan dengan pendekatan pople driven yang mengembangkan pola bottom-up dalam perencanaan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan. Penerapan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) lebih memandang kepada pembangunan manusia, proses pemberdayaan, pemampuan dan penguatan masyarakat miskin untuk mengatasi masalah mereka sendiri dan tidak meletakan mereka ke posisi-posisi ketergantungan. Proses yang membutuhkan kemauan baik (political will), baik dari pemerintah (sebagai unsur pendukung) maupun dari komponen masyarakat.

Kegiatan pelaksanaan P2KP (Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan) ditingkat kelurahan, diisyaratkan dikelola atas inisaitaif masyarakat yang diupayakan semaksimal mugkin dibentuk secara demokratis dinamakan sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Dalam jangka panjang, BKM inilah yang akan menjadi forum pengambilan keputusan tertinggi ditingkat warga masyarakat sekaligus kendali untuk mengatasi berbagai persoalan sosial di masyarakat.


(11)

Menyadari bahwa untuk membangun masyarakat warga dan menaggulangi kemiskinan itu memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, sistematis dan terorganisir, dan memerlukan peran aktif dari seluruh komponen masyarakat maka masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan mendirikan sebuah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yaitu BKM ”Makmur Bersama”. Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu kelurahan di Kota Medan yang menjadi lokasi sasaran P2KP serta mendapat dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) P2KP.

Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal adalah salah satu kelurahan yang mempunyai angka kemiskinan warga yang cukup tinggi. Kelurahan ini berada di pusat kota tetapi masih terdapatnya pemukiman warga yang tidak layak huni, kondisi lingkungan warga yang masih jauh dari tingkat kebersihan.

Pelaksanaan P2KP di Kelurahan ini telah memasuki fase ke 3 (tiga) yang dimulai tahun 2005. Implementasi P2KP yang dilaksanakan BKM di kelurahan ini belum menunjukan dampak dari pembangunan tersebut, contoh misalnya: proses penyaluran bantuan terkesan lamban, serta bantuan yang diterima dinilai terlalu kecil dan tidak mencukupi untuk dijadikan modal usaha. Hal ini menjadi tanda tanya besar yaitu apakah ketetapan kebijakan P2KP mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dalam jangka panjang di kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: ”Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) oleh BKM Terhadap Pemberdayaan Masyarakat” (Studi pada


(12)

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh pelaksanaan P2KP (Program Penaggulangan Kemiskinan di Perkotaan) oleh BKM terhadap pemberdayaan masyarakat miskin studi Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).

2. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) oleh BKM terhadap pemberdayaan masyarakat di kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah, serta melatih penulis untuk menerapkan teori-teori yang di peroleh selama perkuliahan di FISIP USU.

2. Sebagai masukan bagi peningkatan pelaksanaan P2KP oleh BKM ”Makmur Bersama” demi memajukan keberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.


(13)

3. Bagi Departemen Administrasi Negara FISIP USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yangf telah dilakukan oleh para mahasiswa. Serta menjadi bahan masukan bagi fakultas dan menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi di masa yang akan datang.

4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departement Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

E. Kerangka Teori

1. Dimensi Pembangunan

Istilah pembangunan sering kali digunakan sebagai eufemisme untuk perubahan, modrenisasi, atau perubahan. Pembangunan mempunyai pengertian yang luas, tergantung pada sisi mana dan konteks apa serta latar belakang pengalaman dari pencetusnya. Oleh karena itu menurut Sudriamunawar (2002:15) pembangunan diartikan sebagai ” suatu usaha perubahan untuk menuju keadaan lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu, perencanaan dan pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial budaya”.

Selanjutnya Katz dan Sarkansky (Tjahya Supriatna, 2000:29-30), menyatakan pembangunan sebagai sistem, metode dan gerakan. Pembangunan sebagai sistem mencakup komponen-komponen (a) masukan, terdiri dari nilai, sumber daya manusia, alam, budaya dan kelembagaan masyarakatat; (b) proses, kemampuan organisasi dan manajemen pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan; (c) keluaran, berupa berupa perubahan prilaku manusia baik kognisi, afeksi dan keterampilan yang berkaitan dengan taraf hidupnya.


(14)

Pembangunan berarti upaya yang terus-menerus dilakukan dan bertujuan menempatkan manusia pada posisi dan perannya yang wajar dan mengembangkannya sehingga ia berhubungan serasi dan dinamik ke luar dan berkembang serasi, selaras, dan seimbang di dalam.

Seperti yang dikemukakan oleh Coralie Bryant dan LouiseWhite dalam Managing Development in the Third World (1982:14), bahwa telah terjadi

perubahan pendekatan terhadap pembangunan oleh pengalaman administrasi pembangunan di dunia ketiga, yaitu ”Pembangunan lebih diupayakan untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya”. Ada lima implikasi utama defenisi tersebut yaitu:

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok (capacity).

2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity).

3. Pembangunan berarti manaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment). 4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun

secara mandiri (sustainability).

5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan negara yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati (interdependence). ( Taliziduhu, 1990:16).

Pembangunan sebagai metode berorientasi pada upaya penciptaan kemajuan sosial ekonomi yang didukung oleh pengorganisasian dan peran serta


(15)

masyarakat selaku pelaku pembangunan. Pembangunan sebagai gerakan adalah usaha sadar, terorganisir, terarah dan berkelanjutan yang dilakukan birokrasi.

Keberlanjutan (sustainability) merupakan ciri dari paradigma pembangunan manusia yang baru ini. Paradigma pembangunan manusia perlu memusatkan perhatian pada pembangunan manusia untuk manusia. Oleh karena itu, paradigma pembangunan manusia bertujuan untuk memberdayakan manusia sepenuhnya.

Pembangunan berkelanjutan merupakan proses. Dalam proses itu, eksploitasi sumber daya alam, tujuan investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan institusional semuanya ini harus berkembang secara serasi dan memperbesar potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (World Commisssion On Environment, 1987). (LIPI, 1998: 10).

Adam Smith dalam bukunya, ”The Wealth Of Nations” telah secara eksplisit menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan masyarakat (community development) di masa datang sangat ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas

penggunaan sumber daya masa lampau dan hari ini (Mulyadi, 2006: 4).

Secara kumulatif indikator keberhasilan pembangunan masyarakat dapat dilihat dari: pertama, sejauh mana kondisi dan taraf hidup masyarakat berhasil diperbaiki dan ditingkatkan. Kedua, sejauh mana partisipasi nasyarakat dalam pembangunan lingkungannya berhasil digerakkan. Ketiga, sejauh mana kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri berhasil ditumbuhkan. (Taliziduhu, 1990:110).

Visi dari pembangunan secara umum adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, adil dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945 (Dwidjowito, 2001:41). Pembangunan di Indonesia dilaksanakan dalam rangka


(16)

telah dijelaskan dalam GBHN 1998 (1998:16), yaitu : ”hak pembangunan dalam bidang agama, sosial, budaya, ekonomi maupun pembangunan pada sumber daya maanusia.. Pembangunan dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Walau demikian harus diakui bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan (development proses) nasional.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka (Suharto, 2005:57).

Menurut HAW Widjaja (2003: 169), pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya.

Pengertian lain mengenai pemberdayaan menurut Shardlow, dalam Rukminto (2003:55) pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana kelompok atau individu komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan membentuk masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri

Pengertian pemberdayaan yang lebih spesifik dikemukakan oleh Deepa Narayan (2002:14-15) yaitu:


(17)

“Empowerment is the expansion of assets and capabilities of poor people to

participate in, negotiate with influence, control and hold accountable institutions

that affect their lives”.

Dari pengertian tersebut, pemberdayaan menyangkut dua hal yaitu :

Pertama, perluasan aset-aset dan kemampuan masyarakat yang miskin atau tidak

berdaya. Aset adalah materi baik fisik maupun keuangan. Kemampuan adalah segala yang melekat dalam diri masyarakat untuk menggunakan aset dengan berbagai cara yang beraneka ragam dalam meningkatkan kesejahteraan baik kemampuan sumber daya manusia, sosial maupun politik.

Kemampuan menyangkut human capabilities (kesehatan yang baik, pendidikan, dan produktivitas atau hal lain seperti skill), social capabilities (kepemilikan sosial, kepemimpinan hubungankepercayaan, kepemilikan identitas, nilia-nilai yang mendukung kehidupan , dan kemampuan mengorganisir), political capabilities (kemampuan untuk mewakili dirinya sendiri atau orang lain, akses

informasi, membentuki aosiasi, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik bermasyarakat dan bernegara).

Kedua, tujuan pemberdayaan agar masyarakat berpartisipasi, bernegosiasi,

mempengaruhi, mengontrol, serta dapat menerima pertanggungjawaban lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupan meraka.

Naila Kabeer (2001) dalam Deepa Narayan (2005: 23) menyebutkan ”defenition of empowerment as the expansion in people’s ability to maker strategic life choice in a context where this ability was previously denied to them”

(Pemberdayaan didefenisikan sebagai perluasan kemampuan masyarakat untuk membuat pilihan-pilihan strategi hidup dalam menjawab ketidaberdayaan mereka


(18)

Beragam defenisi pemberdayaan di atas menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat , termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan.

Sebagai tujuan, pemberdayaan menujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan atau kemampuan dalam mememhuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial (H.S.Pambudi, 2003:57-58).

Pada intinya penberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat semakin tergantung pada program-program pemberian (charity). Karena tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan masyarakat untuk memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan yang adil, sehingga meningkatkan kesadaran, kekuasaan, serta kemampuan kelompok yang lemah maupun individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memperbesar pengaruh mereka terhadap negara dan hasil-hasil pembangunan.


(19)

Pembiayaan program penanggulangan kemiskina perkotaan (P2KP) berasal dari alokasi APBN, dan dana hibah lembaga/negara pemberi bantuan serta pinjaman dari Bank Dunia. P2KP menyediakan dana bantuan sekitar Rp.500 juta perkelurahan dan tergantung dari jumlah penduduk. P2KP memusatkan kegiatannya pada masyarakat perkotaan yang paling miskin/pinggiran. Kemudian bersama-sama terlibat dalam proses perencanaan partisipatif dan pengambilan keputusan untuk mengalokasi sumber dana tersebut. Hal ini dilakukan atas dasar kebutuhan pembangunan dan prioritas yang ditentukan bersama dalam sejumlah forum musyawarah. Tujuan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) dicapai dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam menyelenggarakan pembangunan wilayahnya, serta menyediakan sarana dan prasarana, serta kegiatan sosial dan ekonomi.

3.1. Mekanisme dan Struktur Manajemen P2KP

Pelaksanaan P2KP dimulai sejak November 1999. Pelaksanaan P2KP terbesar di Indonesia, karena memiliki cakupan wilayah, serapan dana, kegiatan yang dihasilkan dan jumlah pemanfaatannya. Meksanisme P2KP adalah pemerintah Indonesia menunjuk Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaan, Departement permukiman dan Prasarana Wilayah sebagai exacuting agency (penyelenggara Program). Sementara untuk membantu pengelolaan P2KP secara Nasional, dibentuk Tim Koordinasi P2KP (TKPP) yang terdiri dari Bappenas, Depdagri, Depkeu, dan Dep. Kimpraswil.

Penyelenggaraan P2KP ditingkat Propinsi, dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bappeda Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksana P2KP (TKPP) tingkat propinsi atau TKPP yang sudah ada. Pelaksana


(20)

kendali/koordinasi Satker Non vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat propinsi. Dalam pelaksanaan dari pengendalian kegiatan akan dilakukan oleh KMW (Konsultan Manajemen wilayah) yang ditugasi oleh Satker/PMU P2KP untuk propinsi tersebut.

Penyelenggaraan P2KP ditingkat Kota/Kabupaten dikoordinasikan langsung oleh Bupati/Walikota setempat melalui Bappeda Kota/Kabupaten dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksana P2KP (TKPP) tingkat Kota/Kabupaten atau TKPK yang sudah ada. Pemarintahan Kota/Kabupaten dibantu oleh pejabat pembuat komitmen yang diangkat Menteri PU atas usulan Bupati /walikota dibawah koordinasi SNVT (sektor Non Vertikal) PBL Propinsi dalam mengendalikan pelaksanan kegiatan pendampingan dan pencairan dana BLM. Pemerintahan Kota/Kabupaten memfasilitasi KBP dan penguatan TKPK-D untuk dapat menyusun SPK-D dan PJM pronangkis Kota/Kabupaten sesuai ketentuan.

Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan ditingkat Kota/kabupaten akan dilakukan oleh Koordinator Kota (Korkot), yang dibantu beberapa asistent Korkot dibidang pembukuan, teknik/infrastruktur, management data dan urban planer.

Di tingkat Kecamatan, akan ditunjuk PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan). PJOK adalah perangkat kecamatan yang diangkat oleh kepala Satker (Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaan/exacuting agency) atas usulan Walikota/Bupati untuk pengendalian kegiatan ditingkat kelurahan dan berperan sebagai penanggungjawab administrasi pelaksana P2KP diwilayah kerjanya.

Pada tingkat kelurahan/desa, P2KP akan memanfaatkan BKM yang ada atau membentuk BKM baru dengan fungsi utama mengkoordinasikan pelaksana


(21)

program penaggulangan kemiskinan, mengakomodasikan berbagi masukan pembangunan untuk wilayahnya serta membentuk unit-unit/pokja pelaksana dan mengorganisir relawan-relawan dari warga setempat.

Bagan Struktur Organisasi P2KP


(22)

3.2. Tujuan Pelaksanaan P2KP


(23)

1. Terbagunya lembaga masyarakat yang memiliki kharakter :

• Berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan (jujur, dapat dipercaya, ikhlas)berdasarkan pada prinsip-prinsip kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi).

• Berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif,

• Mengakar dan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin

• Mampu menyuarakan harapn masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan,

• Mampu menjadi wadah masyarakat bersinergi dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayahnya.

2. Meningkatkan akses masyarakat miskin diperkotaan kepada pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarkat (BKM).

3. Mengedepankan peran Pemerintah Kota/Kabupaten agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin melalui pengokohan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di wilayahnya, dan kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat.

Substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan P2KP, penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan


(24)

PJM Pronangkis Kota/Kab berbasis program masyarakat (Pronangkis Kelurahan), serta melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

3.3. Sasaran P2KP

Dalam pelaksanaannya P2KP memiliki sasaran sebagai subyek dalam kegiatannya, yaitu:

• Masyarakat, warga kelurahan peserta P2KP dan BKM/lembaga masyarakat yang mengakar serta KSM (kelompok Swadaya Masyarakat).

• Pemerintah Daerah & TKPK Daerah, perangkat pemerintah tingkat Kota/Kabupaten s/d Lurah/Kepala Desa yang terkait P2KP dan anggota TKPKD.

• Kelompok Peduli, perorangan-/anggota asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, perguruan tinggi, LSM, dan sebagainya yang peduli dengan kemiskinan.

• Para Pihak Terkait, yaitu : Bank, notaris, auditor publik, media massa (radio, tv, dan sebagainya).

3.4. Siklus P2KP

P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) memiliki langkah-langkah pelaksanaan program penaggulangan kemiskinan yang dikenal dengan siklus P2KP:

1. Sosialisasi P2KP dilakukan secara personal maupun melalui forum-forum pertemuan warga ditingkat kelurahan/desa maupun ditingkat RT, RW, dusun. Sosialisasi juga dilakukan melalui media komunikasi elektronik, diseminasi melalui poster, brosur, spanduk maupun leaflet. Strategi sosialisasi dilaksanakan mnegacu pada hasil pemetaan sosial (social mapping) Tim fasilitator.


(25)

2. RKM (Rembug Kesiapan Masyarakat) untuk mengkonfirmasikan kembali, apakah masyarakat desa/kelurahan siap menerima atau menolak melaksanakan P2KP dengan segala konsekuensi partisipasi dan kontribusinya.

3. FGD (Focus Group Discussion) Refleksi Kemiskinan memiliki tujuan utama mengidentifikasi kriteria, karakteristik, faktor-faktor penyebab kemiskinan dan menggalang kepedulian untuk warga miskin.

4. Pemetaan Swadaya, sebagai proses pemetaan dan analisis potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat (need assesment) diklasifikasikan ke dalam :

• Prasarana Lingkungan (fisik), berkaitan dengan kebutuhan pembangunan prasarana pemukiman.

• Ekonomi Produktif, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pengembangan usaha kecil ekonomi produktif sektor informal.

• Pengembangan Sosial dan Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan keterampilan dan kelompok potensial, disamping pemenuhan kebutuhan warga miskin terhadap bantuan maupun santunan sosial.

5. Pembentukan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) sebagai proses pengorganisasian masyarakat dilaksanakan melalui rembug warga.

6. Perencanaan Partisipatif sebagai diwujudkan dalam proses untuk menyusun PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan).

PJM Pronangkis dirumuskan berdasarkan data-data tabulasi potensi dan masalah melalui kegiatan pemetaan swadaya (survay kampung sendiri). PJM pronangkis selanjutnya dijadikan sebagai acuan pelaksanaan program penaggulangan kemiskinan di kelurahan/desa setempat. Permasalahan dan potensi yang telah


(26)

diinventarisir dalam PJM Pronangkis diharapkan dapat mendorong pemecahan masalah berbasis keburtuhan masyarkat .

7. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terbentuk dan tumbuh bersama masyarakat.

Pembentukannya didasarkan pada data-data kebutuhan masyarakat di dalam PJM Pronangkis dilengkapi dengan usulan-usulan (proposal)kegiatan yang diajukan kepada BKM. KSM mengakses dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) P2KP melalui kegiatan Tridaya. Rencana kegiatan KSM disesuaikan dengan daftar kebutuhan yang telah tertuang dalam PJM Pronangkis, dan diselsksi berdasrkan skala prioritas. KSM dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan apabila masuk dalam kualifikasi dan prioritas yang disetujui melalui rapat BKM.

4.Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Badan Keswadayaan Masyarakat adalah lembaga masyarakat sebagai motor penggerak dalam penaggulangan kemiskinan. BKM sebagai wadah bersinergi dan lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani, yang dibangun dan dikelola berlandaskan/berbasis nilai-nilai universal yaitu: dapat dipercaya, ikhlas/kerelawanan, kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam keragaman (Buku Pedoman P2KP, 2005:14).

Tujuan BKM dibangun adalah agar masyarakat belajar mengorganisasi diri sebagai masyarakat warga yang sadar akan potensi dan persoalan di wilayahnya, dan supaya masyarakat belajar membudayakan norma pengambilan keputusan secara bersama (kolektif) berasakan musyawarah mufakat.


(27)

Istilah BKM (Badan Keswadayaan Masyarkat) pada dasarnya merujuk baik pada pemampuan lembaga yang ada, yang telah melalui prose konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan direvitalisasi sesuai ketentuan P2KP, ataupun lembaga P2KP yang dibentuk baru oleh masyarakat.

Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan memapukan dan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru sebagai BKM, adalah :

1. Focus Group Discussion (FGD) refleksi lembagaan masyarakat berbasis nilai mengenai substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indiukatornya tercermin pada keberadaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspirasif, mengakar, diakuinya kemanfaatannya, representstif dan berbasis pada keikhlasan/kerelawanan, keadilan dan kejujuran. FGD-FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dilakukan diseluruh tatanan masyarakat, baik masyarakat pada umumnya mapun masyarakat miskin pada khususnya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasisi nilai digerakkan dan difasilitasi oleh relawan-relawan, dengan pendampingan dari fasilitator dan perangkat kelurahan setempat. 2. Identifikasi Lembaga-Lembaga yang ada, selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat melakukan identifikasi profil dari berbagai lembaga masyarakat yang ada di kelurahannya. Identifikasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan landasan keberadaan mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengurusan, mekanisme pemilihan anggota/pengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll.

3. Rembug Warga untuk merefleksikan dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang ada.


(28)

Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi lembaga masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil lembaga-lembaga yang ada, relawan-relawam dibantu perangkat kelurahan setempat selanjutnya memfasilitasi rembug-rembug warga evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat RT/RW atau dusun hingga kelurahan.

Agenda rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya setempat. Refleksi dan evaluasi dititik beratkan pada tingkat pengakaran dimasyarkat, tingkat kemanfaatannya bagi msyarakat, tingkat aspiratifnya, tingkat representatif dan tingkat kepercayaan masyarakat. Aspirsasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan aspirasi masyarkat tanpa rekayasa dari siapapun.

4. Rembug warga tingkat kelurahan untuk memutuskan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru.

Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarkat di atas menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang akan memutuskan apakah akan merevitalisasi, menstrukturisasi dan memampukan lembaga yang ada ataukah membentuk masyarakat yang baru sebagi BKM.

Rembug warga dihadiri oleh representasi seluruh warga kelurahan, perangkat kelurahan, kelompok peduli setempat dan relawan-relawan.

4.2. Anggota BKM

Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif terdiri dari pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagi kepentingan. Anggota pimpinan kolektif masyarakat warga ini yang kemudian disebut anggota BKM.


(29)

Anggota-anggota BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin dengan menjadi anggota BKM, mereka diberi kesempatan dan kepercayaan dari msayarakat miskin untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban dan ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin yang ada diwilayahnya. Adanya kesempatan dan kepercayaan itulah yang bagi mereka merupakan imbalan yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status karena mereka dapat berbuat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan tertinggal/marjinal.

Tidak ada satupun anggota BKM yang memiliki hak istimewa dan semua hasil keputusan ”BKM” ditetapkan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM. Anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan dan mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis dan rahasia.

4.3. Struktur BKM

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penaggulangan kemiskinan yang disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dengan sumber dana P2KP maupun sumber dana lainnya (channeling). BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai dengan kebutuhan yang setidaknya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS).

Unit Pengelola Keuangan (UPK) akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan pinjaman bergulir, akses chaneling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan dengan penumpukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola Lingkungn (UPL) bertanggung jawab dalam hal penaganan Rencana Perbaikan Kampung, Penataan dan Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman, Good Governance dibidang permukiman dan lain-lain. Sedangkan


(30)

pengaduan masyarakat (termasuk media warga untuk sarana control sosial) penanganan kegiatan sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga masyarakat setempat.

Oleh karena itu, unit-unit pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi tugas pokoknya, mengusulkan daftar konsep pengembangan, serta memberikan pertanggung jawaban berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga memberikan saran-saran dan masukan-masukan secara profesional kepada BKM untuk dasar pertimbangan BKM dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan yang diperlukan.

Anggota BKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola dari unit-unit tersebut. Unit-unit pelaksana akan dipimpin seorang manager atau istilah lain dan beberapa staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui rapat anggota BKM berdasarkan kriteria kemampuan dibidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang kegiatannya yakni UPL, UPS, UPK.

4.4. Tugas Pokok BKM

Adapun tugas-tugas pokok BKM, antara lain:

a. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi,misi, rencana strategis, dan rencana program penanggulangan kemiskinan.

b. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil BKM termasuk pengunaan dana program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.

c. Memverifikasi penilaian yang telah dilakukan oleh unit-unit pelaksana dan memutuskan proposal mana yang prioritas didanai oleh dana program


(31)

pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya atau dana-dana lain yang dihimpun oleh BKM, atas dasar kriteria dan prosedur yang disepakati dan ditetapkan bersama.

d. Mengawasi dan memberi masukan untuk berbagi kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentaingan msyarakat miskin maupun pembangunan di kelurahannya.

e. Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, termasuk masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis.

f. Membangun transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat dan pihak luar. g. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakuakn kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan, dan keuangan yang dibawa kenali BKM.

h. Merencanakan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja baru , pengembangan ekonomi rakyat, dan peningkatan kualitas lingkungan serta pemukiman masyarakat miskin.

i. Memfasilitasi networking (jaringan) kerjasama dengan berbagi potensi sumber daya yang ada di sumber-sumber luar masyarakat.

5. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Yang Dilaksanakan BKM Melalui P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

)

Dalam istilah teknis P2KP, lembaga pengelola P2KP yang diupayakan semaksimal mugkin dibentuk secara demokratis ini dinamakan BKM. Kepada kelembagaan masyarakat (BKM) tersebut yang dibangun oleh dan untuk


(32)

masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP (dana langsung tertuju ke masyarakat, yaitu dari pusat/melalui dana APBN langsung dialirkan ke bank yang telah ditunjuk oleh BKM) secara partisipatif, transparan dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk mendorong proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya kemandirian penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan yang berkelanjutan. Diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan prilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan prilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun : daya sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection), dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindungan/pemeliharaan lingkungan, baik lingkungan alami maupun buatan


(33)

termasuk perumahan dan permukiman yang layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk didalamnya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya serta pemerataan pembangunan daerah.

Pengembangan Masyarakat (Social Development), tiap langkah P2KP harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable groups) dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang /akses dalam program/kegiatan setempat, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Pengembangan Ekonomi (Economic Development) dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin dan atau pengangguran perlu mendapat porsi khusus, termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha rakyat, kemitraan pada usaha rakyat dan akses ke sumber daya kunci (dana) untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial.

Makna Dana Penanggulangan Kemiskinan Tersebut, dapat berjalan apabila masing-masing diantara pelaku pembangunan lokal memiliki kepentingan dan kebutuhan yang sama untuk saling koordinasi, kooperasi, satu terhadap yang lain sehingga terjadi kemitraan.


(34)

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (Sugyono, 2005:70). Berdasarkan masalah penelitian di atas maka peneliti merumuskan hipotesis terhadap penelitian ini adalah:

Hipotesis nol : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan P2KP oleh BKM (variabel X) dengan Pemberdayaan Masyarakat (variabel Y)

Hipotesisi alternative: Terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan P2KP oleh BKM (variabel X) dengan Pemberdayaan Masyarakat (variabel Y).

Hipotesis nol : Tidak terdapat pengaruh pelaksanaan P2KP oleh BKM (veriabel X) terhadap pemberdayaan Masyarakat (variabel Y)

Hipotesis alternative: Terdapat pengaruh pelaksanaan P2KP oleh BKM (variabel X) terhadap pemberdayaan masyarakat (variabel Y)

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah :”Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan P2KP oleh BKM terhadap pemberdayaan masyarakat miskin”.

G. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok ataupun individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (singarimbun, 1995:37). Agar mendapatkan pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :


(35)

1. P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun ”gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan yang berkelanjutan”

2. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) adalah mewadahi aspirasi masyarakat dengan cara melibatkan masyarakat agar proaktif dalam proses pengambilan keputusan dalam program pemberdayaan masyarakat dan penaggulangan kemiskinan di wilayahnya dan memperjuangkan dipenuhinya kebutuhan dasar, sosial, ekonomi dan sarana prasarana dasar serta lingkungan bagi masyarakat miskin. BKM berkedudukan sebagai lembaga pimpinan masyarakat warga kelurahan dan merupakan lembaga pengendali kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan yang bersangkutan.

3. Pemberdayaan Masyarakat adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik maupun ekonomi, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, politik dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.


(36)

Untuk memberikan kejelasan tentang batasan yang akan diteliti, maka penulis merumuskan defenisi operasional untuk menjelaskan indikator yang akan diteliti. Variabel pokok dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana implementasi pelaksanaan P2KP yang dilakkukan BKM untuk memberdayakan masyarakat miskin (di tingkat kelurahan)

A. Adapun kegiatan P2KP yang dilaksanakan BKM (variabel X1), untuk

memberdayakan dan meningkatkan akses masyarakat miskin, indikatornya : 1). Sosialisai P2KP

a. Adanya musyawarah atau rembug warga yang dihadiri oleh perangkat kelurahan, perwakilan warga dan masyarakat miskin untuk mensosialisaikan mengenai P2KP. b. Adanya pembagian brosur kepada warga kelurahan mengenai P2KP

2). Perencanaan dan Pelaksanaan

- Mengorganisasi masyarakat/ musyawarah warga untuk merencakan kegiatan-kegiatan penaggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat miskin.

b. Penyaluran Program Pemberdayaan Sosial - Adanya bantuan program beasiswa pendidikan

- Adanya bantuan biaya untuk program kesehatan lansia (lanjut usia) c. Penyaluran Program Pemberdayaan Lingkungan

- Adanya bantuan untuk rehab/perbaikan rumah warga miskin yang sangat tidak layak huni.

- Adanya bantuan untuk perbaikan/rehab lingkungan alam disekitar lingkungan masyarakat kelurahan: pembuatan parit dan selokan, pembuatan riol tertutup untuk warga, pengecoran gang pemukiman warga, rehab jembatan, perbaikan jalan-jalan rusak disekitar lingkungan perumahan warga,dll.


(37)

- Adanya bantuan pinjaman modal/dana bergulir dengan kredit lunak dalam mengerakkan dan mengembangkan usaha yang dimiliki masyarakat miskin.

- Kegiatan pendidikan, pembinaan pengetahuan dan keterampilan masyarakat (menjahit, sablon, tata boga, montir sepeda motor,dll)

- Adanya bantuan pemasaran dari mitra kerja dalam memasarkan hasil produksi usaha masyarakat miskin.

- Adanya bantuan fasilitas kepada usaha masyarakat miskin dan penaggulagan kemiskinan.

3. Pengendalian dan Pemeriksaan

- Membangun transparansi dan akuntabilitas terhadap penggunaan dana program pemberdayaan masyarakat dan penaggulangan kemiskinan (melalui papan pengumuman, rapat-rapat terbuka,dll).

4. Pengawasan dan Pelestarian

- Monitoring dan evaluasi terhadap proses kegiatan dan keberhasilan pemberdayaan masyarakat miskin ( pengawasan terhadap penggunaan dana P2KP yang disalurkan ke warga).

B. Pemberdayaan Masyarakat Miskin ( Variabel Y): 1. Terciptanya lapangan kerja/kesempatan usaha : - Tersedianya dana/modal yang cukup

- Memiliki keterampilan, pendidikan dan pengetahuan yang memenuhi syarat untuk memperoleh pekerjaan atau membuka uasah baru

2. Meningkatkan pendapatan:


(38)

3. Kualitas rumah/tempat tinggal:

- Kondisi bangunan rumah memenuhi syarat layak huni

- Terpenuhinya fungsi-fungsi tertentu dari ruangan yang dibutuhkan seperti; ruang tamu, dapur, kamar, dll.

4. Tingkat kualitas pendidikan yang diperoleh anggota keluarga: - Anggota keluarga tidak ada yang putus sekolah

- Anggota Keluarga tidak ada yang buta huruf 5. Kualitas pelayanan kesehatan yang diperoleh: - Kemampuan untuk membeli obat-obatan

- Kemampuan untuk berobat ke puskesmas/ rumah sakit atau dokter 6. Pengembangan kebutuhan sosial psikologis:

- Kesempatan untuk konsultasi/bertukar pikiran antar sesama anggota keluarga - Aktif dalam perkumpulan organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dan lain-lain.


(39)

BAB II

GAMBARAN UMUM MENGENAI POLITIK DAN

PEMERINTAHAN ORDE BARU

II.1 Pemerintahan Orde Baru Dalam Bidang Ekonomi

Sejarah pembangunan ekonomi Orde Baru mengajarkan mengenai paham liberalisasi ekonomi, melepaskan isolasi ekonomi menuju mekanisme pasar, mengedepankan asas kebebasan, dan persaingan usaha yang merupakan ciri perubahan terpenting sejak Presiden Soeharto memegang tampuk kekuasaan pemerintah.

Kebijakan liberalisasi ekonomi soeharto nempak bertolak belakang dengan kebijakan politik yang serba penuh kekangan dan represif, sehingga perubahan politik fundamental tidaklah begitu berarti. Namun demikian liberalisasi ekonomi Orde Baru amat bijak memperhatikan faktor-faktor reservasi yang menonjol dengan kebijakan proteksi produksi dalam negeri.

Berdasarkan kajian perspektif ekonomi Orde Baru, percaya kepada sistem ekonomi pasar. Pada tahun-tahun pertama pembangunan ekonomi adalah keputusan untuk mengundang modal asing, baik untuk mengeksploitasi sumber daya nasional, serta untuk melakukan pinjaman luar negeri, menjadi agenda utama dalam menerapkan strategi perbaikan ekonomi yang terancam limbung. Kebijakan itu


(40)

kesulitan mendesak jangka pendek maupun merealisasikan perencanaan proyek-proyek pembangunan jangka menengah dan jangka panjang. Kondisi serba kekurangan kapital tersebut telah mendorong masuk dalam suatu sistem ekonomi neo-liberal.

Sejarah perkembangan bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kehidupan ekonomi dan format ideologi politik. Hal ini mudah dimengerti karena kehidupan ekonomi, bersangkutan dengan masalah produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran barang dan jasa, sedangkan format politik bertautan dengan kultur, struktur dan prosedur hidup antara manusia yang memerlukan barang dan jasa tersebut.perkembangan sejarah tersebut juga berlaku dalam kehidupan ekonomi dan politik di Indonesia.

Pengaruh liberalis dan kapitalis masuk kedalam negara Indonesia disebabkan melalui berbagai undang-undang mengenai modal asing pada tahun 1967. Bidang-bidang yang paling intensif terpengaruh dengan modal asing ini adalah sektor industri, pertambangan, perkebunan, keuangan dan perbankan. Investasi dalam bidang pertambangan dan perkebunan memerlukan penyediaan lahan yang amat luas, yang di beberapa daerah mengakibatkan pergusuran rakyat setempat dari tanah yang sudah didiaminya selama berpuluh tahun.

Dalam dasawarsa 1990-an, pengaruh liberalis dan kapitalisme semakin berkembang melalui faham neo-liberalisme, bertujuan mengkomersialkan seluruh barang dan jasa, jika perlu dengan meniadakan fungsi pemerintah dalam bidang kesejahteraan rakyat. Privatisasi besar-besaran badan-badan usaha milik Negara termasuk dalam kerangka pengaruh liberalisme dan kapitalisme ini.


(41)

Demikian juga pengaruh jalan pikiran strategis militer dalam pembangunan nasional terlihat dalam proses penyusunan rencana pembangunan yang dirancang bagaikan mempersiapkan suatu kampanye militer. Sebagai suatu tugas strategi yang akan memakan waktu panjang dan memerlukan pengerahan sumber daya nasional yang besar.

Tujuan jangka pendek pemerintahan Soeharto adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan presiden Soeharto tidak dapat dipungkiri. Presiden Soeharto sendiri sukses mendorong masuknya investasi asing ke negara Indonesia.

Sebutan konglomerasi biasa dipanggil dalam kiprah Orde Baru. Dilihat dari positifnya, munculnya fenomena konglomerat adalah berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi. Pemerintah mendorong pengusaha industri permesinan yang berafiliasi dengan negara India dan Cina, dengan cara memfasilitasi para pengusaha India dan Cina tersebut di negara Indonesia. Mereka akhirnya menjadi konglomerat usaha raksasa karena mendapat dukungan dari pemerintah, dalam bentuk proteksi, tata niaga, akses kredit dan subsidi.

Sejarah perkembangan bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kehidupan ekonomi dan format ideologi politik. Hal ini mudah dimengerti karena kehidupan ekonomi, bersangkut paut dengan masalah produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran barang dan jasa, sedangkan format politik bertautan dengan kultur, struktur dan prosedur hidup bersamaan antara


(42)

manusia yang memerlukan barang dan jasa tersebut. Perkembangan sejarah tersebut juga berlaku dalam kehidupan ekonomi dan politik di Indonesia.

Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang diangkat umumnya berpendidikan barat dan liberal, lulusan Berkeley, sehingga mereka lebih dikenal dengan klik Mafia Berkeley di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia.

Tahun 1990-1998 disebut dengan Rezim Soeharto, karena Soeharto berjalan sendiri bersama kroni-kroninya dan meninggalkan mitra tradisionalnya dikalangan Orde Baru, yaitu Militer, Golkar, dan Teknokrat. Dan Soeharto lebih concern melihat dirinya sebagai perwujudan sebagai seorang ”Raja Jawa”. Bulan Maret 1993 Soeharto dipilih MPR kembali sebagai presiden untuk yang keenam kalinya. Dan yang menjadi wakil dari Presiden Soeharto sendiri yaitu Jendral Try Sutrisno.

Pembangunan Orde Baru, fokus pada upaya perbaikan ekonomi nasional melalui pengembangan struktur administrasi pembangunan yang didominasi oleh personel militer bersinergis dengan para ahli ekonomi didikan Barat. Presiden Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi demi tujuan ganda, yaitu untuk mencapai stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi.

Sejarah pembangunan ekonomi Orde Baru mengajarkan mengenai paham liberalisasi ekonomi, melepaskan isolasi ekonomi menuju mekanisme pasar, mengedepankan asas kebebasan, dan persaingan usaha yang merupakan ciri


(43)

perubahan terpenting sejak Presiden Soeharto memegang tampuk kekuasaan pemerintahan.

Kebijakan liberalisasi ekonomi Soeharto nampak bertolak belakang dengan kebijakan politik yang serba penuh kekangan dan represif, sehingga perubahan politik fundamental tidaklah begitu berarti. Namun demikian, liberalisasi ekonomi model Soeharto amat bijak memperhatikan faktor-faktor reservasi yang menonjol dengan kebijakan proteksi produksi dalam negeri. Presiden Soeharto mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang mengerti perekonomian liberlisme.

Agar pembangunan ekonomi berhasil perlu stabilitas keamanan nasional. Sebab itu Soeharto juga tidak menginginkan ada konflik di tengah masyarakat yang menyangkut SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Konflik antar-etnis yang potensinya sudah mulai tampak sejak awal Orde Baru dilarang didiskusikan dan disimpan di bawah karpet. Pembangunan ekonomi yang dijalankan sejak Orde Baru terutama di daerah Indonesia Timur seperti Irian Jaya dan kemudian Timor Timur setelah tahun 1976 menimbulkan persoalan baru. Para imigran dari Sulawesi (Bugis-Buton-Makasar) menguasai perekonomian setempat dan sementara orang Jawa mendominasi birokrasi karena penduduk lokal belum mampu menduduki jabatan tersebut.

Rencana pembangunan nasional disusun berdasarkan suatu strategi Akselerasi Modernisasi 25 tahun. Dalam pelaksanaannya terbagi dalam lima kali. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang setiap tahunnya dijabarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Tahun.


(44)

Sejak Repelita I hingga Repelita VI, pemerintah telah menyusun arah pembangunan ekonomi dengan jelas. Sasarannya adalah menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri, yang pelaksanaannya dititikberatkan pada bidang ekonomi. Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, yaitu kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh.

Arah pembangunan Repelita I hingga VI secara singkat dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Repelita I (1969/1970-1973/1974), difokuskan pada stabilitasi ekonomi dengan melakukan pengendalian inflasi dan penyediaan kebutuhan pangan dan sandang dalam jumlah yang cukup.

b. Repelita II (1974/1975-1978/1979), difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui upaya peningkatan ketersediaan lapangan kerja. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi menjadi prioritas utama guna mendorong terciptanya lapangan kerja.

c. Repelita III (1979/1980-1983/1984), fokusnya adalah pada swasembada pangan, peningkatan ekspor non-migas dan mengupayakan terjadinya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pada masa itu, dilakukan berbagai upaya untuk memperlancar proses transisi ekonomi, dari sektor pertanian ke industri.

d. Repelita IV (1984/1985-1988/1989), difokuskan pada peningkatan kemampuan ekonomi dalam negeri dengan mengurangi ketergantungan pada


(45)

sektor migas dan mendorong ekspor non-migas. Hal ini merupakan reaksi atas memburuknya ekonomi dunia dan neraca pembayaran Indonesia pada Pelita III. Disamping itu diupayakan juga peningkatan industri manufaktur dengan tetap memperhatikan peningkatan kesempatan kerja. Periode ini dilakukan perbaikan, baik sektor riil maupun moneter, melalui berbagai kebijakan seperti melakukan devaluasi untuk mendorong ekspor, deregulasi perbankan untuk memobilisasi dana masyarakat melalui tabungan domestik, deregulasi sektor riil untuk mengurangi hambatan tarif dan memacu investasi.

e. Repelita V (1989/1990-1993/1994), fokusnya tidak terlalu berbeda dengan Repelita IV, yaitu mengupayakan peningkatan kemampuan dalamnegeri. Pemerintah juga mengupayakan peningkatan kesempatan berusaha bagi seluruh warga negara dengan menghilangkan berbagai kendala yang menghambat keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan. Deregulasi sektor riil dan moneter terus dilaksanakan untuk mendorong tercapainya perekonomian yang lebih efisien.

f. Repelita VI (1994/1995-1998/1999), fokusnya adalah: 1. Penataan dan pemantapan industri nasional.

2. Peningkatan diversifikasi usaha dan hasil pertanian serta peningkatan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian yang didukung oleh industri pertanian.

3. Penataan dan pemantapan kelembagaan dan sistem koperasi agar koperasi semakin efisien serta berperan utama dalam perekonomian


(46)

4. Peningkatan peran pasar dalam negeri serta perluasan pasar luar negeri.

Tujuan jangka pendek pemerintahan Orde Baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan tidak dapat di pungkiri.

Pemerintahan Orde Baru membongkar isolasi ekonomi menjadi terbuka. Strategi pembangunan ekonomi sektor riil pada pemerintahan Orde Baru, nampak sudah benar. Pembangunan ekonomi Orde Baru dilihat dari segi fisiknya, telah berhasil mengubah Indonesia yang semula tradisional menjadi lebih modern dan atraktif. Seperti adanya industrialisasi dan berdirinya gedung-gedung modern di kota-kota besar di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi hampir selalu mendapat pujian dari Bank Dunia, IMF dan badan badan keuangan internasional lainnya.

Pada periode tahun 1990-1998, disebut sebagai masa rezim Soeharto murni, bukan lagi rezim Orde Baru (1966-1970), bukan rezim Militer (1970-1980), bukan rezim Golkar (1980-1990), dan bukan rezim Teknokrat, dianggap oleh Soeharto telah berlalu. Dan soeharto jatuh atau dijatuhkan oleh kekuaasaannya sendiri dan para mitra tradisionalnya sendiri. Ia kemudian mulai berpikir untuk menjadi penguasa politik.

Ketika teknokrat nampak tersingkir dari sisi Soeharto, Habibie sebagai teknolog tampil mendampingi. Kemudian posisi militer pun tersingkirkan pula. Pada 1993 Komisi HAM PBB membuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Timur yag ditujukan kepada kalangan militer. Reputasi Soeharto pun memburuk


(47)

karena dari tahun-ke tahun dikembangkan isu mengenai pelanggaran HAM di Timor Timur, serta adanya kebijakan embargo senjata di Amerika Serikat dan Para sekutunya di negara-negara Barat.

Dan ini menjadi kendala utama dalam politik luar negeri, pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Timor Timur ini yang mencapai puncaknya dengan penembakan terhadap warga sipil di makam Santa Cruz 12 November 1991. Indonesia seharusnya prihatin dengan dipilihnya Ramos Horta dan Uskup Belo sebagai penerima hadiah Nobel perdamaian tahun 1996. Mereka berdua terpilih atas upaya mereka membela hak-hak asasi orang Timor Timur.

Kepemimpinan Orde Baru sangatlah otoriter, semua ketidaknyamanan, ketidakstabilan dan ketidakpuasan rakyat tidak muncul keluar permukaan melainkan tetap diam tanpa perlawanan. Dan yang tampak keluar adalah stabilitas dan kenyamanan. Ini semua diakibatkan karena kepiawaian soeharto dalam Lahirnya Orde Baru, yang berarti sebuah orde dengan tekad yang kuat untuk melaksanakan dan mengoperasikan ideologi Orde Baru yang membuat kekuasaan setara dengan agama yaitu bersifat absolut. Ideologisasi ini di susupkan lewat rasionalisasi setiap kebijakan Orde Baru oleh barisan kaum intelektual dan juga kaum agamawan yang setia di sekitar Soeharto sehingga segala sesuatu yang dilakukan rezim ini tampak baik-baik saja.

Demokrasi juga dikembangkan oleh pemerintah, tetapi demokrasi itu dibungkus dengan nama demokrasi Pancasila. Muatan dan isi dari demokrasi Pancasila sudah dikontruksi oleh ideologi Orde Baru. Ideologi Orde Baru dengan


(48)

diajarkan di sekolah-sekolah, di penataran-penataran dan di segala penulisan sejarah. Praktis demokrasi Pancasila hanya memiliki satu tafsir Pancasila versi pemerintah. Meskipun disebutkan bahwa Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 tidak memiliki tafsir, tetapi kenyataanya pemerintahlah yang selalu menafsirkannya.26

Karena kemasan baru yang agak modern dibandingkan pad zaman feodalis, muncullah istilah birokrasi neo-patrimonial. Neo-patrimonialisme adalah rezim birokrasi yang seolah-olah modern yang didasarkan kewibawaan tradisional yang paternalistik. Perekonomian menjadi cenderung sentralistik sebagaimana kekuasaan itu sendiri. Proses demokratisasi, termasuk dibidang ekonomi, menjadi macet karena Menurut laporan PERC (Political and Economy Risk Consultancy) tahun 1997, relationship banking merupakan ciri sistem perbankan Asia yang rentan terhadap hubungan kolusi dalam pemberian kredit. Sinyalemen ini terbukti ketika sejak akhir 1997, sistem perbankan Indonesia, Thailand, Korsel dan Jepang mengalami krisis dalam stadium yang cukup parah.

Di Asia sejak 1970-an merebak fenomena bisnis keluarga (family business) yang menjadi tulang punggung industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Dalam family business, urusan bisnis dan kekeluargaan memiliki hubungan sangat erat. sebegitu eratnya, keuangan perusahaan dan keluarga dapat tumpang tindih, dalam artian perusahaan dan keuangan keluarga tidak diatur dengan baik. Anggota organisasi bisnis ibarat anggota keluarga yang mempunyai pertalian emosi sangat kuat. Nilai-nilai kekeluargaan merupakan ”jiwa” manajemen bisnis gaya Asia.

26


(49)

terbentur banyaknya hambatan. Informasi atau ide yang berasal dari atasan selalu dianggap benar.

Menurut Richard Robison, kapitalisme produk birokrasi patrimonial tidak mengenal pemisahan yang jelas antara fungsi produksi dan kepentingan pribadi. Inilah yang memunculkan istilah kapitalisme birokrasi. Fenomena ini terwujud di Indonesia melalui kombinasi antara jabatan birokrasi dan kegiatan ekonomi yang bersifat informal dan tidak langsung, dengan klien yang dependen.27

Peristiwa 3 Juli 1946 tersebut sesungguhnya merupakan babak baru, cikal bakal yang merupakan pertama sekali pemikiran Soeharto masuk kedalam ranah politik. Soeharto yang terkenal piawai dalam bidang militer, namun bibit-bibitnya II.2. Pemerintahan Orde Baru Dalam Bidang Politik

Peristiwa 3 Juli 1946, memiliki perspektif dalam sejarah politik Indonesia yang melibatkan peran Soeharto membebaskan tahanan politik di penjara Wirogunan, Yogyakarta kemudian membawanya ke Markas Resimen Wiyoro. Disini sudah ada Mayjen Soedarsono. Di tempat ini para pengikut Tan Malaka menyusun maklumat yang isinya seolah Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Tan Malaka. Maklumat itu dibawa ke Istana agar di tandatangani Presiden Soekarno. Usaha itu gagal, kelompok itu kemudian di tangkap pengawal Presiden.


(50)

sebagai seorang politikus tertanam sejak adanya Peristiwa 3 Juli 1946 ini. Soeharto telah memakai tangan orang lain untuk membebaskan dirinya dari kesulitan.28

28

H. Ahmad Shahab, Biografi Politik: Presiden Republik Indonesia Kedua

Soeharto Pembangunan & Partisipasi, Jakarta: Golden Terayon Press, 2008. Hal:

57.

Pada tanggal 1 Maret 1949, dalam sehari Letkol Soeharto berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda yang kemudian peristiwa tersebut di abadikan sebagai perjuangan yang legendaris bagi rakyat Indonesia dengan sebutan Jogja kembali.

Karir militer dan politik Soeharto mulai menanjak pesat sejak adanya peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September/ Partai Komunis Indonesia) tahun 1965. Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan TNI Angkatan Darat sera menyusun kekuatan untuk menghancurkan G30S/PKI. Dari rencana-rencana yang dibuat oleh Soeharto akhirnya berhasillah G30S/PKI dimusnahkan dari negara Indonesia.

Setelah diangkat menjadi Pejabat Presiden tahun 1967 dan Presiden tahun 1968, perhatian utama Soeharto adalah pemulihan ekonomi yang sangat merosot pada akhir pemerintahan Soekarno. Soeharto berprinsip bahwa pembangunan ekonomi memerlukan stabilitas keamanan baik secara nasional maupun regional. Indonesia segera memulihkan hubungan dengan Malaysia, kembali menjadi anggota PBB, mensponsori pembentukan ASEAN dan kemudian menjadi motor penggerak organisasi regional tersebut. Keamanan dalam negeri harus terjamin agar penanaman modal asing yang diperlukan tidak terganggu.


(51)

Tindakan represif dilakukan baik terhadap pers, mahasiswa maupun kelompok masyarakat yang mencoba melakukan kritik tajam terhadap kebijakn. Ia mempunyai pembantu dekat yang terdiri dari berbagai kelompok, terutama beberapa fraksi militer/intelijen dan para ekonom dari Universitas Indonesia. Dengan penuh perhatian ia mendengar keterangan dan penjelasan dari para menteri ekonominya, meskipun setelah 10 tahun kemudian ia dapat menguasai persoalan teknis tersebut. Terhadap para jenderalnya ia membuat mereka tergantung kepada dia dan satu sama lain saling mencurigai serta tidak ada "putra mahkota" di bawah dia.

Orde Baru lahir memetik hikmah dari suasana negara dalam keadaan kacau balau. Pertikaian politik yang berlarut-larut antar berbagai golongan politik. Kebangkrutan ekonomi, dimana inflasi mencapai sampai sekitar 650 persen, membuat melambungnya harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari. Maka kelahiran Orde Baru yang lebih mengedepankan nasib rakyat, mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat.

Soeharto sebagai tokoh sentral Orde Baru memulai strategi politik dan ideologisnya. Caranya, dengan menggabungkan antara pandangan hirearkis militer yang berpola ketaatan garis komando atasan kepada bawahan yang ketat disatu pihak, dan konsep stratifikasi sosial budaya Jawa yang berpola ketaatan paternalistik serba tertutup dipihak lain. Birokrasi Orde Baru, meskipun memperlihatkan ciri-ciri modern, namun tetap kental dengan nilai-nilai lama yang merupakan tradisi dan budaya politik Jawa, seperti karakteristik patrimonial. Jabatan dan keseluruhan


(52)

hirearki birokrasi didasarkan pada hubungan personal atau hubungan ”majikan-buruh”.29

Soeharto memulai Orde Baru dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Kedua organisasi ini lebih berfungsi secara stempel untuk tiap kebijakan Soeharto. Anggotanya bahkan dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Maka tidak heran jika aspirasi rakyat sama sekali tidak dapat didengar oleh pusat. Pembagian Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga sangat tidak adil karena 70% dari PAD tiap propinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang antara pusat dan daerah.30

1. Partai Persatuan Indonesia (PPP)

Didalam bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada masa itu dikenal tiga partai politik, yaitu:

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Dalam upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia sebagai akibat dari politik pada masa Presiden Soekarno yang menggunakan sistem

29

Baskara T. Wardaya, Op Cit. Hal: 71.

30


(53)

multipartai yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan dianggap penyebab tersendatnya pembangunan. Kemudian dikeluarkannya UU Politik dan Asas Tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik saat itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan politik dan muncul istilah ”mayoritas tunggal” yaitu Golkar dalam setiap penyelenggaraan Pemilu.

Soeharto menunjuk secara langsung 20% anggota MPR yang kebanyakan diambilkan dari unsur-unsur Golkar. Dalam kehidupan pengaruh di birokrasi, Golkar satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah.

Rezim Orde Baru sangat terkenal dengan kekerasan-kekerasan yang dilakukannya terhadap masyarakat. Pada masa ini terjadi penekanan terhadap bangsa Tionghoa, melarang penggunaan penulisan Tionghoa di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa karena tuduhan simpati mereka terhadap komunis. Pada tahun 1970 Soeharto melarang protes pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan korupsi. Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian menjadi sebuah endemik.

Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran media. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan monopoli kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Soeharto juga terus memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain, dimulai dengan mendukung kelompok Nasionalis dan kemudian mendukung unsur Islam.


(54)

terjadi ketika meletus peristiwa Malari yang menentang modal asing, mahasiswa berdemonstrasi menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang Tanaka. Sejak awal 1970 Soeharto mengeluarkan larangan melakukan protes pemuda pelajar dan mahasiswa yang dulu sewaktu menjatuhkan rezim Orde Lama dikenal sebagai KAPPI dan KAMI.

Pada 1973 dia memenangkan jangka lima tahun berikutnya melalui pemilihan ”electoral college”. Dan juga terpilih kembali pada 1978,1983,1988, 1993 dan 1998. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk Golkar. Oleh karena itu, semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sementara partai-partai non-Islam (Katolik dan Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan menjadi Partai Demokrasi Indonesia.

Korupsi mejadi beban berat pada era 1980-an. Pada 5 Mei 1980 sebuah kelompok yang lebih dikenal dengan Petisi 50 menuntut kebebasan politik yang lebih besar. Kelompok ini terdiri dari anggota militer, politisi, akademik dan mahasiswa. Media Indonesia menekan beritanya dan pemerintah mencekal penandatanganannya. Setelah pada tahun 1984 kelompok ini menuduh bahwa Soeharto menciptakan negara satu partai, beberapa pemimpinnya dipenjarakan.

Pada tahun 1996 Soeharto berusaha menyingkirkan Megawati Soekarnoputri dari kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), salah satu dari tiga partai resmi. Pada Juni pertengahan tahun yang sama, pendukung Megawati menduduki markas besar partai tersebut. Setelah pasukan keamanan menahan mereka, kerusuhan


(1)

12. Apakah Bapak/Ibu/saudara/i menerima bantuan fasilitas untuk usaha masyarakat miskin? dan apakah bantuan tersebut cukup membantu?

a. Ada, sangat membantu b. Ada, cukup membantu c. Ada, tetapi kurang membantu d. Tidak ada bantuan

e. Tidak tahu

13. Apakah transparansi dan akuntabilitas terhadap penggunaan dana penanggulangan kemiskinan yang selama ini dilakukan instansi/pihak pelaksana P2KP cukup jelas dan dapat dipahami masyarakat?

a. Sangat jelas dan sangat mudah dipahami masyarakat, karena disampaikan melalui rapat terbuka dan adanya papan pengumuman

b. Cukup jelas dan cukup dapat dipahami masyarakat, adanya rapat terbuka dalam penggunaan dana

c. Kurang jelas dan kurang dapat dipahami masyarakat, karena keterangan penggunaan dana hanya disampaikan melalui papan pengumuman saja, tidak ada kesempatan untuk bertanya

d. Tidak pernah melakukan, sehingga tidak dapat diketahui masyarakat tentang penggunaan dana penanggulangan kemiskinan tersebut

e. Tidak tahu

14. Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara/i mengenai keterangan/catatan penggunaan dana P2KP yang pernah disampaikan instansi pelaksana P2KP dalam rapat terbuka ataupun melalui papan pengumuman?Apakah selama ini penggunaan dana tersebut selalu sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penaggulangan kemiskinan?

a. Sangat bagus dan selalu sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penaggulangan kemiskinan

b. Cukup bagus dan cukup sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penaggulangan kemiskinan

c. Kurang bagus, karena kurang sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penaggulangan kemiskinan


(2)

e. Tidak tahu

15. Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara/i mengenai kinerja pihak/instansi pelaksana P2KP dalam pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan dan keberhasilan usaha masyarakat miskin/Bagaimanakah kegiatan pengawasan dan evaluasi instansi pelaksana P2KP terhadap penggunaan dana penanggulangan kemiskinan yang disalurkan ke warga?

a. Sangat bagus, karena sangat sering melakukan pengawasan terhadap usaha/kegiatan warga miskin agar tidak terjadi penyalahgunaan dana bantuan

b. Cukup bagus, karena cukup sering melakukan pengawasan terhadap usaha/kegiatan warga miskin agar tidak terjadi penyalahgunaan dana bantuan

c. Kurang bagus, karena jarang melakukan melakukan pengawasan terhadap usaha/kegiatan warga miskin

d. Tidak bagus sama sekali, karena tidak pernah melakukan melakukan pengawasan terhadap usaha/kegiatan warga miskin

e. Tidak tahu

III. Pemberdayaan Masyarakat Miskin

1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu/saudara/i mengenai P2KP yang selama ini telah memberi bantuan untuk meningkatan pemberdayaan masyarakat miskin?

a. Sangat bagus, pemberdayaan masyarakat sangat meningkat

b. Cukup bagus, pemberdayaan masyarakat miskin cukup meningkat c. Kurang bagus, Pemberdayaan masyarakat miskin kurang meningkat

d. Tidak bagus, karena pemberdayaan masyarakat tidak mengalami peningkatan sama sekali

e. tidak tahu

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mampu mengelola modal pinjaman/dana bergulir yang diberikan tersebut untuk membuka usaha?

a. Sangat mampu b. Cukup mampu c. Sedang

d. Tidak mampu e. Tidak tahu


(3)

3. Apakah kini Bapak/Ibu/Saudara/i mengalami peningkatan bagi pengetahuan dan keterampilan?

a. Ya, pengetahuan yang dimiliki bertambah sangat tinggi b. Ya, pengetahuan yang dimiliki bertambah tinggi c. ya, pengetahuan yang dimiliki bertamabah tapi sedang d. Ya, tapi peningkatan kecil

e. tidak tahu

4. Apakah usaha Bapak/Ibu/Saudara/i yang dimiliki sekarang mengalami peningkatan?

a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Sedang d. Kecil e. Tidak tahu

5. Bagaimanakah pendapatan Bapak/Ibu/Saudara/i setelah menjalankan usaha, apakah mengalami peningkatan pendapatan?

a. Sangat besar b. Besar c. Sedang d. Kecil e. Tidak tahu

6. Apakah dengan pendapatan Bapak/Ibu/Saudara/i sekarang, mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari?

a. Sangat mampu b. Mampu

c. Sedang d. Tidak mampu e. Tidak tahu

7. Apakah dengan pendapatan Bapak/Ibu/saudara/i sekarang mampu disisihkan untuk ditabung?

a. Sangat mampu dan selalu disisihkan untuk ditabung b. Mampu, sering disihkan untuk ditabung


(4)

d. Tidak mampu, jadi tidak pernah ditabung e. Tidak tahu

8. Apakah kondisi rumah/tempat tinggal Bapak/Ibu/saudara/i sekarang ini setelah menerima bantuan P2KP sudah sesuai dengan standart rumah layak huni untuk semua anggota keluarga?

a. Sangat sesuai dengan standart rumah layak huni b. Cukup sesuai dengan standart rumah layak huni

c. Kurang sesuai/belum sesuai dengan standart rumah layak huni

d. Tidak sesuai, tidak mengalami perubahan yang sesuai dengan standart rumah layak huni

e. Tidak tahu

9. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu/Saudara/i setelah melihat kondisi rumah/tempat tinggal sekarang atas bantuan P2KP untuk memperbaiki dan merehab rumah warga miskin yang tidak layak huni?

a. Sangat senang b. Cukup senang

c. Kurang begitu senang d. Tidak senang sama sekali e. Tidak tahu

10. Apakah anggota keluarga Bapak/Ibu/Saudara/i mengalami peningkatan status pendidikan/taraf pendidikan setelah memperoleh bantuan sosial beasiswa pendidikan dari P2KP maupun dari hasil peningkatan pendapatan/penghasilan sekarang ini?

a. Sangat tinggi b. Tinggi

c. Sedang, walaupun tidak ada yang buta huruf lagi dan putus sekolah d. Rendah, karena masih ada yang putus sekolah dan buta huruf e. tidak tahu

11. Apakah Bapak/Ibu/saudara/i bila sakit mampu untuk berobat ke dokter/puskesmas?

a. Sangat mampu b. Cukup mampu c. Sedang


(5)

d. Tidak mampu e. Tidak tahu

12. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i bila sakit mampu untuk membeli obat-obatan? a. sangat mampu

b. Mampu c. sedang

d. Tidak mampu e, Tidak tahu

13. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah melakukan konsultasi/bertukar pikiran antar sesama anggota keluarga ?

a. Sangat sering melakukan konsultasi dan komunikasi antar sesama anggota keluarga walaupun tidak ada masalah

b. Cukup sering melakukan konsultasi dan komunikasi antar sesama anggota keluarga walaupun tidak ada masalah

c. Jarang/Kadang-kadang saja melakukan konsultasi d. tidak pernah sama sekali

e. Tidak tahu

14. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i aktif dan rutin hadir dalam perkumpulan organisasi masyarakat/organisasi agama ?

a. Sangat aktif, karena selalu rutin dalam kegiatan perkumpulan organisasi b. Cukup aktif, karena cukup rutin menghadiri kegiatan perkumpulan organisasi c. Kurang aktif, karena jarang menghadiri kegiatan perkumpulan organisasi d. Tidak aktif, tidak pernah mengikuti perkumpulan organisasi

e. Tidak tahu

15. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i merasakan manfaat dari organisasi atau manfaat jika aktif mengikuti kegiatan organisasi perkumpulan masyarakat maupun agama? a. Sangat bermanfaat

b. Cukup c. Kurang

d. Tidak ada manfaat e. Tidak tahu


(6)

Pedoman Wawancara Kepada Pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Makmur Bersama/Tanjung Rejo :

1. Apakah Bapak/Ibu selaku pelaksana P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) di tingkat Kelurahan dan selaku pengurus BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) pernah melakukan sosialisasi P2KP kepada masayarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Medan ini ?

2. Apakah BKM sering mengundang masyarakat dalam rembug warga/musyawarah untuk membicarakan perencanaan penangulangan kemiskinan dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan penaggulanagn kemiskinan di wilayah Kelurahan Tanjung Rejo Medan?

3. Apakah BKM telah memberikan/mengalirkan dana bantuan P2KP kepada masyarakat miskin dan apakah masyarakat di setiap lingkungan kelurahan telah menerima bantuan/dana bergulir tersebut, serta bagaimana BKM melakukan proses pembagian/pengaliran kepada masyarakat miskin?

4. Bagaimana BKM melakukan pemberian pinjaman modal/dana bergulir P2KP kepada masyarakat miskin, apakah setiap warga mendapatkan jumlah pinjaman yang sama dan merata?

5. Bagaimana dengan pembayaran cicilan/bulannya terhadap pinjaman modal tersebut beserta bunganya, apakah jumlah pembayaran tiap bulannya tidak memberatkan masyarakat miskin? Dan bagaiman dengan kegunaan dari bunga pinjaman tersebut?

6. Bagaimana dengan batuan mitra kerja untuk usaha masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Rejo, Mengapa hingga saat ini belum terlaksana/belum tersedia?

7. Apakah BKM sering melibatkan masyarakat dalam rembug warga untuk menjelaskan penggunaan dana P2KP secara trsansparansi dan akuntabilitas?

8. Apakah Selaku pengurus BKM Bapak/Ibu/ pernah melakukan kegiatan pengawasan dan pelestarian terhadap dana bergulir P2KP yang dialirkan ke masyarakat miskin di Kelurahan tanjung Rejo Medan ini?

9. Bagaimana menurut Bapak/Ibu selaku pengurus BKM terhadap keadaan usaha masyarakat miskin sekarang ini setelah menerima bantuan dana bergulir P2KP? Dan sejauh ini telah tercipta dan terbangunnya pemberdayaan masyarakat miskin?


Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) (Studi Pada Kelurahan Rambung, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ).

3 59 97

Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa).

0 79 145

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

Pengaruh Peogram Penaggulangan Di Perkotaan (P2KP) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahaan Gedung Johor Kecamatan Medan johor Kota Medan

1 61 142

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan

2 57 100

Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2kp) Di Kecamatan Medan Maimun

2 47 125

Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

6 69 112

Penyebab Kemacetan Dana Bergulir Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Gisikdrono Semarang Barat.

0 0 1