Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik
mengenai learned helplessness pada supir angkutan umum di kota Medan.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah explanatory style pada supir angkutan umum di kota Medan.
B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Explanatory style adalah cara individu menjelaskan kejadian yang terjadi didalam hidupnya berdasarkan konsistensi terhadap situasi, konsistensi waktu, dan
konsistensi penyebab kejadian tersebut. Adapun dimensi dari explanatory style adalah:
a. Pervasiveness adalah cara individu menjelaskan kejadian yang dialami berdasarkan pengaruhnya terhadap area kehidupannya. Pervasive terbagi atas
dua, yaitu global terjadi bila individu menganggap apapun yang dilakukan mempengaruhi seluruh area kehidupannya. Sedangkan spesific terjadi bila
individu menganggap bahwa apa yang dilakukannya mempengaruhi area tertentu didalam hidupnya. Semakin tinggi skor yang diperoleh artinya subjek
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
cenderung mengarah pada global. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh artinya subjek cenderung mengarah pada spesific.
b. Permanence adalah cara individu menjelaskan konsistensi kejadian yang dialami berdasarkan rentang waktu. Dimensi permanence terbagi atas 2 yaitu
stable, ketika individu menganggap bahwa penyebab dari kejadian adalah hal yang terus menerus terjadi di sepanjang waktu dan tidak dapat diubah.
Sedangkan unstable ketika individu menganggap bahwa penyebab dari kejadian adalah hal yang terjadi hanya pada satu waktu saja dan dapat berubah
sejalan dengan waktu. Semakin tinggi skor yang diperoleh, artinya subjek cenderung mengarah pada stable. Sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh artinya subjek cenderung mengarah pada unstable. c. Personalisation adalah cara individu menjelaskan kejadian yang dialami
disebabkan oleh karakteristik pribadi individu atau disebakan faktor lingkungan.. Dimensi personalisation terbagi atas 2 yaitu internal, ketika
individu yakin bahwa penyebab dari kejadian tersebut adalah disebabkan oleh karakteristik pribadi yang dimiliki oleh individu tersebut, seperti kemampuan,
usaha, keyakinan, dan kompetensi. Sedangkan external ketika individu yakin bahwa penyebab dari kejadian tersebut adalah disebabkan oleh keberuntungan,
takdir, kesulitan tugas dan rezeki. Semakin tinggi skor yang, artinya subjek cenderung mengarah pada internal. Sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh artinya subjek cenderung mengarah pada external.
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
Lebih lanjut lagi, explanatory style terbagi atas dua tipe yaitu: a. Optimistic explanatory style, yaitu kecenderungan individu mengatribusikan
kejadian secara spesific, unstable, dan external. Individu yang tergolong optimistic explanatory style cenderung mencegah learned helplessness terjadi
di dalam hidupnya. b. Pessimistic explanatory style, yaitu kecenderungan individu mengatribusikan
kejadian secara global, stable, dan internal. Individu yang tergolong pessimistic explanatory style cenderung mengarahkan individu pada learned
helplessness.
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi