Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
Lebih lanjut lagi, explanatory style terbagi atas dua tipe yaitu: a. Optimistic explanatory style, yaitu kecenderungan individu mengatribusikan
kejadian secara spesific, unstable, dan external. Individu yang tergolong optimistic explanatory style cenderung mencegah learned helplessness terjadi
di dalam hidupnya. b. Pessimistic explanatory style, yaitu kecenderungan individu mengatribusikan
kejadian secara global, stable, dan internal. Individu yang tergolong pessimistic explanatory style cenderung mengarahkan individu pada learned
helplessness.
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah supir angkutan umum yang masih aktif mengemudikan angkutan umum di kota Medan, yang ditandai dengan memiliki
Surat Izin Angkutan Umum dan Buku iuran. Data ini diperoleh dengan cara
peneliti menanyakan secara langsung kepada subjek penelitian
2. Sampel
Adapun jumlah subjek yang digunakan dalam uji coba alat ukur adalah 85 orang, yang terdiri atas 2 tahap, yaitu uji coba pertama sebanyak 50 orang dan uji
coba kedua sebanyak 35 orang. Subjek yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 103 orang.
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
3. Metode pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Incidental sampling diperoleh semata-mata dari keadaan-
keadaan insidental atau kebetulan Hadi, 2000. Menurut Hadi 2000 teknik incidental sampling memiliki kelebihan dan
kelemahan di dalam membuat kesimpulan dari suatu penelitian. Kelebihan teknik ini adalah kemudahan dalam menemukan sampel, menghemat waktu, tenaga,
biaya, dan adanya keterandalan subjektifitas peneliti yaitu kemampuan peneliti untuk melihat bahwa subjek yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik subjek
penelitian yang telah ditetapkan. Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat memberi taraf keyakinan yang tinggi sehingga sulit untuk menarik kesimpulan
ataupun mengeneralisasikannya ke populasi lain. Selain itu, keterandalan subjektifitas peneliti juga memiliki resiko kemungkinan terjadinya bias dalam
pemilihan sampel.
D. Alat Ukur yang Digunakan
Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti
Hadi, 2000. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode self-reports. Menurut Hadi 2000, metode self-reports
berasumsi bahwa : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Apa yang dikatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Selain itu metode ini juga memiliki kelemahan yaitu Furlong, 2000 1. Adanya sedikit penyimpangan antara perilaku yang dilaporkan dengan perilaku
yang tampak. 2. Subjek memberi jawaban sesuai dengan harapan masyarakat social
desirability. Skala terdiri atas beberapa aitem. Aitem berbentuk pernyataan dengan pilihan.
Variasi bentuk pilihan menunjukkan tingkat kesesuaian dengan responden. Dalam skala ini ada enam pilihan respon, yaitu SS sangat setuju, S setuju, AS agak
setuju, ATS agak tidak setuju, TS tidak setuju, dan STS sangat tidak setuju. Setiap pilihan tersebut memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem,
apakah favorable atau unfavorable. Untuk aitem favorable, SS diberi skor enam, S diberi skor lima, AS diberi skor empat, ATS diberi skor tiga, TS diberi skor
dua, dan STS diberi skor satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable, SS diberi skor satu, S diberi skor dua, AS diberi skor tiga, ATS diebri skor empat, TS
diberi skor lima, dan STS diberi skor enam. Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang
harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri tersebut meliput i usia, trayek angkutan umum, pendidikan, lama bekerja sebagai supir, status, dan jumlah
tanggungan anak.
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
1. Validitas alat ukur
Di dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional profesional judgement
dalam proses telaah aitem. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Daya beda aitem
Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien
korelasi aitem total r
ix
yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan r
ix
≥ 0,2746 untuk n= 35.
Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,2746, daya pembedanya dianggap memuaskan.
Pengujian daya beda aitem pada skala sikap dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 15.
3. Reabilitas alat ukur
Prosedur pengujian reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas alpha. Data untuk menghitung koefisien reliabilitas
alpha diperoleh melalui penyajian suatu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden single-trial administration.
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas r
xx
yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati
angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki.
Teknik koefisien alpha untuk menguji reliabilitas alat ukur dihitung dengan bantuan program SPSS versi 15.
4. Hasil uji coba alat ukur
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauhmana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa
jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan sebenarnya Azwar, 2005. Uji coba dalam
penelitian dilakukan dua kali. Uji coba pertama dilakukan pada 50 orang supir angkutan umum yang masih
aktif mengemudikan angkutan umum dikota Medan. Dalam skala explanatory style yang disebarkan terdapat 25 aitem dengan 4 pilihan jawaban, yaitu SS
Sangat Setuju, S Setuju, TS Tidak Setuju, STS Sangat Tidak Setuju. Tabel 1 menunjukkan blue print skala explanatory style sebelum dilakukan uji coba.
Tabel 1. Blue Print Distribusi Aitem Skala Explanatory Style Sebelum Uji Coba
No Dimensi Learned Helplessness
Nomor Aitem Total
1 Personalisation
Internal 1, 7, 10, 14, 19
5 Eksternal
2, 9, 17, 20, 24 5
2 Permanent
Stable 3, 12, 21, 25
4 Unstable
4, 8, 13, 15, 23 5
3 Pervasive
Global 5, 11, 18
3 Specific
6, 22, 16 3
Total 25
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
Dari hasil uji coba pertama diperoleh reliabilitas alat ukur yang diuji cobakan. Reliabilitas untuk dimensi pervasive adalah sebesar -0,617 dan indeks daya beda
aitem bergerak dari -0,289 sampai -0,076. Untuk dimensi permanent adalah sebesar 0,253 dan indeks daya beda aitem bergerak dari -0,055 sampai 0,256.
Untuk personalisation adalah sebesar 0,139 dan indeks daya beda aitem bergerak dari -0,102 sampai 0,169. Indeks daya beda aitem yang digunakan dalam
penelitian ini adalah diatas 0,275 Guildford, 1987. Dari uji coba pertama, tidak
ada aitem yang memenuhi indeks daya beda aitem yang telah ditentukan. Oleh karena itu dilakukan analisa aitem untuk uji coba yang kedua.
Dari hasil analisa aitem tersebut, terdapat perubahan redaksional, seperti perubahan pada beberapa kata dari beberapa aitem yang digunakan dikarenakan
kelemahan intelektual pada supir angkutan umum untuk memahami beberapa kata dari beberapa aitem. Selain itu, alat ukur menggunakan 6 pilihan jawaban dengan
tujuanagar jawaban subjek lebih bervariasi. Revisi alat ukur ini dilakukan dengan pertimbangan dan diskusi dengan dosen pembimbing dan dosen yang
berkompeten dalam bidang eksperimen. Uji coba kedua dilakukan pada 35 orang supir angkutan umum yang masih
aktif mengemudikan angkutan umum di kota Medan. Dalam skala explanatory style yang disebarkan terdapat 25 aitem dengan 6 pilihan jawaban, yaitu SS
sangat setuju, S setuju, AS agak setuju, ATS agak tidak setuju, TS tidak setuju, dan STS sangat tidak setuju. Adapun blue print alat ukur untuk uji coba
yang kedua tetap sama dengan blue print alat ukur uji coba yang pertama.
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
Reliabilitas alat ukur pada uji coba yang kedua untuk dimensi pervasive adalah sebesar 0,672 dan indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi diatas
0,35 bergerak dari 0,564. Untuk permanent adalah sebesar 0,620 dan indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi diatas 0,35 bergerak dari 0,403 sampai
dengan 0,494. Dan untuk personalisation adalah sebesar 0.689 dan indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi diatas 0,35 bergerak dari 0,375 sampai dengan
0,643. Tabel 2 menunjukkan blue print skala Explanatory Style setelah dilakukan uji coba.
Tabel 2. Blue Print Distribusi Aitem Skala Explanatory Style Setelah Uji Coba
No Dimensi Learned Helplessness
Nomor Aitem Total
1 Personalisation
Internal 1
1 Eksternal
17, 20, 24 3
2 Permanent
Stable 12, 21
2 Unstable
15 1
3 Pervasive
Global 18
1 Specific
16 1
Total 9
Setelah memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur, peneliti melakukan penomoran aitem yang baru untuk skala penelitian yang sebenarnya
sebagaimana tertera pada tabel 3. Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Explanatory Style yang Digunakan
dalam Penelitian
No Dimensi Learned Helplessness
Nomor Aitem Total
1 Personalisation
Internal 1
1 Eksternal
5, 7, 9 3
2 Permanent
Stable 2, 8
2 Unstable
3 1
3 Pervasive
Global 6
1 Specific
4 1
Total 9
Eva Anggi Sitompul : Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkutan Dikota Medan Ditinjau Dari Explanatory Style, 2009.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian