Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah agama Hindu Brahma, sejak zaman dahulu telah banyak muncul tokoh-tokoh yang membawa aliran perubahan, perubahan ini sebagai tantangan terhadap ajaran dalam agama Hindu tersebut. Perubahan tersebut ada yang bertalian dengan konsep ketuhanannya, cara mencapai akhirat nirwana 1 atau moksa 2 atau sistem kemasyarakatannya yang menganut sistem kasta, 3 dimana sebagian manusia dipandang sangat mulia Brahma, Ksatria dan Waisya, sedangkan sebagian yang lain dipandang sangat hina Sudra, Paria dan Harijan. Salah satu dari agama yang muncul akibat dari gerakan perubahan itu adalah agama Sikh Sikhisme, di mana sebelumnya telah ada agama Buddha dan Jaina yang mendahului gerakan ini. Agama Buddha dan Jaina sama-sama tidak setuju kepada paham Brahma yang mengakui banyak Tuhan, serta menyembah kepada berhala walaupun penganut agama Buddha masa kini menyembah patung dan tidak setuju kepada pembedaan derajat manusia yang 1 Nirwana adalah tujuan akhir dari umat Buddha, yang mana merupakan ―tempat kesejukan,‖ keadaan dimana nafsu yang berkobar-kobar dan keserakahan dipadamkan. Untuk lebih jelasnya lihat Michael Keene, Agama-Agama Dunia Yogyakarta: Kanisius, 2006, h. 77. 2 Moksa adalah akhir dari pengembaraan jiwa seseorang dan merupakan tujuan setiap orang Hindu. 3 Menurut tradisi Hindu, kasta adalah pembagian-pembagian di dalam masyarakat yang didasarkan pada kedudukan manusia dan ribuan kasta serta sub-kasta masih terdapat di India. Ada empat kasta yang terdapat dalam tradisi Hindu, yaitu kasta Brahmana yang mana terdapat di dalamnya para pendeta yang memimpin pelayanan dan upacara-upacara keagamaan serta menyanyikan ayat-ayat Kitab Suci. Kasta Kesatria, dimana di dalamnya membentuk para prajurit dan penguasa India, kasta Waisya membentuk pusat-pusat kehidupan ekonomi dan sosial negara, seperti petani dan pebisnis. Kasta Sudra adalah yang termasuk di dalamnya para pekerja, yang memberikan pelayanan di tingkat paling dasar kepada orang lain. Yang terakhir kasta paling rendah tingkatannya yaitu kasta Paria dan Harijan, dimana disebut juga orang ―yang hina dina.‖ Lihat Keene, Agama-agama, h. 12-13. 2 membagi manusia kepada berbagai kasta. Bagi kedua agama ini, syarat utama untuk mencapai nirwana atau moksa ialah agar setiap orang harus menjadikan dirinya sebagai manusia yang baik, berpikiran baik, berbuat baik, berkeinginan baik, dan menjauhi semua perbuatan yang tidak baik. Untuk mencapai nirwana, tidak harus terlahir dari kasta Brahmana, tetapi siapapun dapat mencapainya asal ia berlaku sebagaimana yang telah disebutkan tadi. Demikianlah, tantangan ini sudah tumbuh pada abad kelima sebelum masehi. 4 Pada abad ke tujuh Masehi, agama Islam mulai masuk dan bertapak di negeri India yang dibawa oleh kafilah yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim. 5 Ajaran Islam yang menanamkan keyakinan tauhid, meyakinkan bahwa Maha Pencipta Alam Semesta ini adalah Dzat Yang Maha Esa dan Maha Kuasa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Di samping itu, Islam tidak memandang manusia dari asal keturunannya. Ternyata ajaran Islam ini membawa pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat India. Sebagian masyarakat India telah menerima ajaran Islam sebagai agama mereka, namun ada pula yang tidak mau melepaskan diri dari sebagian paham Brahma. Mereka mengakui keesaan Tuhan, mereka setuju tentang persamaan manusia, tetapi tentang akhirat mereka masih mempercayai nirwana, yakni akhir tujuan ruh bersatu dengan Tuhan. Sebagai contoh, dalam ajaran Ramanand —seorang pujangga Hindu yang tidak setuju kepada paham yang bertuhan banyak dan sangat mencela 4 Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi- Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh Bandung: CV. Diponegoro, 1993, h. 182. 5 Hakim, Perbandingan Agama, h. 182. 3 kebaktian kepada berhala —yang mana syair-syairnya telah menjadi inspirasi bagi terciptanya agama Sikh. 6 Sikhisme sendiri merupakan sinkronisasi dari agama Hindu serta Islam sufi. 7 Dewasa itu anak benua India berada di bawah kekuasaan imperium Mughal 1525 - 1858 M, imperium Islam yang berkedudukan di ibukota Delhi. Sebelum kedatangan Guru Nanak, pendiri agama Sikh, ikhtiar ke arah sinkronisasi antara agama Hindu dan agama Islam telah dimulai lebih dahulu oleh Kabir 1488 - 1512, seorang penyair India, hingga himpunan sajaknya dimasukkan menjadi bagian di dalam Guru Granth Sahib, Kitab Suci agama Sikh. Sikhisme berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama Hindu dan Islam, seperti sistem kasta dan purdah 8 . Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika, keseluruhan bersifat komprehensif dan pendekatan yang sederhana terhadap masalah-masalah spiritual maupun material. Teologi dalam agama ini penuh kesederhanaan. Dalam hal ajaran ketuhanan, definisi terbaik yang dapat diberikan oleh orang- orang Sikh adalah konsep ―Mul Mantra,‖ yang terdapat dalam Japji 9 — doa yang diucapkan setiap pagi saat meditasi —dan konsep ini menjadi landasan fundamental agama Sikh yang termuat dalam bagian permulaan Guru Granth Sahib. Di dalam Mul Mantra di jelaskan: 6 Hakim, Perbandingan Agama, h. 182. 7 Tradisi spiritual agama Islam di Anak Benua India telah mengembangkan corak yang unik dan khas, tetapi sebagaimana di bagian lain dunia Islam, mereka masih berakar kuat pada Al- Quran, Hadist dan ajaran-ajaran para khalifah yang adil serta keturunan Ali bin Abi Thalib. Lihat Sayyed Hosein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi Bandung: Mizan, 2003, h. 313. 8 Purdah adalah kain penutup kepala yang biasanya digunakan oleh wanita. 9 Sangat Singh, Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence Of the Sikh Faith Delhi: Hind Pocket Books, 1987, h. 57-58. 4 ―Hanya ada satu Allah, yang nama-Nya adalah kebenaran. Dia adalah Pencipta segala yang ada, tidak mengenal takut, tidak terbatas waktu, tidak mempunyai wujud. Ia tidak dilahirkan dan tidak dapat mati, Ia bijaksana, Ia dikenal melalui Anugerah Guru. ‖ 10 Agama Sikh ini secara tegas menyatakan diri sebagai agama monotheisme, yaitu percaya kepada satu Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak tampak wujudnya yang disebut ―Ekankar,‖ sedangkan Tuhan yang tampak wujudnya disebut ―Oankar.‖ Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‗Alamin, selanjutnya Penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai ajaran ketuhanan dalam Sikhisme secara mendalam yang diperjelas dengan memberi judul ―Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh‖.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah