45
Semua ungkapan Kabir di atas termuat dalam Adi Granth. Guru Nanak dianggap sebagai produk dari dorongan dan pengaruh yang sama dan
mengajarkan ajaran yang sama pula.
C. Tuhan Dalam Diri-Nya Realitas Transenden
Budi Munawar Rahman mendefenisikan Tuhan personal sebagai pandangan yang menyatakan bahwa Tuhan seperti manusia dalam artian
memiliki pribadi. Konsep tentang Tuhan personal adalah konsep tentang Tuhan sebagai The Other yang berbeda secara diametral dengan semesta.
Tuhan personal
adalah Tuhan
yang transenden
dan cenderung
memproyeksikan Tuhan sebagai obyek yang antropomorphis.
33
Menurut Ludwig Van Feurbach, kesadaranlah yang menggerakkan manusia untuk mempersepsi dan selanjutnya menilai realitas, lalu ia bertindak
berdasarkan persepsi dan penilaian tersebut. Ketika manusia menyelami samudera kesadarannya hingga di titik terdalam, sampailah manusia pada
kesadaran dan persepsi tentang kesempurnaan, kecerdasan, keagungan, kesucian, dan segala keluarbiasaan lainnya. Namun, realitas yang dihadapi
oleh manusia berbanding terbalik dengan semua persepsi tersebut. Yang ditemui oleh manusia adalah kelemahan, kenistaan, kebodohan, dan segala hal
yang mengantarkannya pada persepsi tentang inferioritas manusia. Namun, kesadaran dan persepsi tentang adanya realitas yang superior Maha tersebut
tak bisa ditolak oleh manusia.
33
Paradigma Tuhan berPribadi atau paradigma Penciptaan.
46
Akhirnya sampailah manusia pada kesimpulan bahwa segala atribut yang Maha tersebut adalah sosok lain yang bukan dirinya dan benar-benar
berbeda dengan dirinya. Dari sinilah kesadaran manusia mempersepsi tentang adanya sosok Tuhan yang benar-benar Maha. Kemudian manusia memasang
jarak antara dirinya dan sosok yang diciptakannya tersebut yang ia sebut sebagai Tuhan.
Tuhan Maha Perkasa-manusia maha lemah, Tuhan Maha Kuasa- manusia maha tak berdaya, Tuhan Maha Suci-manusia maha nista, Tuhan
Maha Cerdas-manusia maha bodoh, Tuhan Maha Superior-manusia maha inferior, Tuhan Maha Sempurna-manusia tak akan pernah sempurna.
Kesimpulannya, menurut Feurbach konsep Tuhan hadir karena kegagalan kesadaran manusia dalam memahami dirinya, atau Tuhan hanyalah proyeksi
pikiran manusia akibat ketidakmampuan manusia memahami dirinya. Maka, Tuhan yang personal adalah hasil dari intelegibilitas
34
yang tertinggi dan merupakan ―hasrat manusia yang terwujud‖.
35
Dalam Sikhisme, Allah tidak beranak dan diperanakkan, Dia merupakan kenyataan Mutlak yang harus diterima sebagai kesatuan dari
semua keberadaan. Tuhan itu Esa, namanya: Yang Maha Benar Sati, Sang Pencipta Karta, Maha Kuasa yang berada diluar batas kelahiran dan
kematian Ajuni, tidak memiliki awal dan akhir Akal, sunyi dari takut dan permusuhan Nirbhau, abadi Murti, ada sepanjang Dzat-Nya, Maha Besar
dan Maha Pengasih Prasadi. Yang Maha Benar dan Maha Esa itu adalah
34
Kenyataan bahwa Tuhan dapat dimengerti.
35
Sabara, Putra Borneo, Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal, diakses dari hminews.com pada tanggal 5 November 2010.
47
mula dari segala permulaan dan itu adalah azali dan baka.Adi Granth, 35, 195.
36
Allah tidak menyerupai sesuatu, baik yang nyata maupun yang ghaib tersembunyi, baik yang muncul dalam fikiran, khayalan atau perasaan. Dia
melampaui apa juga sifat yang disifatkan kepada-Nya. Dia melampaui bahasa apa juga yang digunakan untuk menceritakan mengenai-Nya. Manusia dituntut
agar beriman kepada-Nya. Cukuplah dengan beriman bahwa Allah adalah Tuhan dan teguhkan iman tersebut tanpa membongkar rahasia Diri-Nya,
karena tidak ada jalan untuk meruntuhkan benteng keperkasaan-Nya.
37
Dalam ajaran Guru Nanak, Allah bukan saja suatu ide yang khayal atau abstrak, tetapi termasuk suatu kekuatan moral yang bersifat impersonal.
Karena menurut Guru Nanak, Tuhan adalah wujud yang personal, Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan Yang Maha Kuasa
yang tidak tampak wujudnya tersebut di dalam agama Sikh disebut dengan ―Ekankar‖.
Ekankar adalah kombinasi dari tiga kata, yaitu: ek satu, an tak terbatas dan kar Tunggal. Oleh karena itu, Ekankar berarti Tunggal yang
Tak Terbatas, atau Hanya Satu yang Tak Terbatas.
38
Penekanan Guru Nanak pada yang satu ini berasal dari dua aspek pemikirannya. Pertama, bahwa Dia hanya Satu saja dan tidak ada yang
menyamai-Nya. Kata-kata dan konsep dapat berubah maknanya dalam proses waktu, namun konotasi dari angka yang selalu sama tidak akan berubah. Ini
menekankan kesatuan Tuhan dalam istilah yang jelas. Menurut Guru Nanak,
36
Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159.
37
Konsep Ketuhanan. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.jalansufi.com.
38
Singh, Japji, h. 46.
48
masyarakat telah banyak melupakan yang Satu tersebut, Satu Allah, malah menuruti para Dewa-Dewi kecil yang telah diciptakan-Nya.
Kedua, Guru Nanak menggunakan angka 1 dan bukan kata, karena ia ingin menekankan bahwa alam semesta ini berasal dari Satu Allah dan bukan
dari nol, atau kehampaan, keadaan tidak memihak, atau mati, yang berarti dibawah sadar.
39
Menurut Guru Nanak, di dalam Rag Maru,
40
dijelaskan bahwa sebelum awal penciptaan, yang ada hanya kekacauan dan kekacauan pada
suatu masa berabad-abad lamanya, tetapi ketika itu Satu Yang Tak Terbatas tetap berada di sana, Ia membungkus diri-Nya dalam kekekalan-Nya, dalam
keadaan tak sadarkan diri sepenuhnya, sendirian dan tak memihak obyektif, tidak memiliki saingan dan duduk dalam pengadilan atas diri-Nya. Hanya ada
perintah-Nya, Hukam, dimenangkan dan Ia ciptakan alam semesta.
41
Nama Ilahi Namu yang paling dimuliakan di dalam agama Sikh disebut dengan Sat Nam Yang Maha Benar. Nama Ilahi tersebut termuat
pada Ayat Pertama di dalam Adi Granth dan pada setiap bagian dalam Kitab tersebut. Namun, suatu panggilan yang dapat dikatakan khusus dalam agama
Sikh adalah Guru. Justru setiap orang yang beriman dengan Guru Maha Agung disebut dengan para murid Sikh.
42
Dalam Adi Granth banyak menggunakan berbagai nama Allah yang lazim pada saat itu, seperti Bhagvan, Gobind, Gopal, Ishwar, Ram, Allah,
Rabb, Rahim, Khuda, Khaliq, Brahma, Param Brahma Brahma Maha
39
Singh, Japji, h. 44.
40
Adi Granth, h. 1023-1038.
41
Singh, Japji, h. 44.
42
Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159.
49
Agung, Parameshvara Tuhan Maha Agung, Hari Yang Maha Asih, Rama, Govind, Maryan dan sebagainya. Tetapi ini tidak penting, karena Namu
Nama Ilahi merupakan ekspresi total dari Allah, nyata dan bukan manifestasi. Itu adalah ekspresi dari cahaya-Nya atau Roh yang imanen dalam
ciptaan-Nya.
43
Dalam Adi Granth, 310, 504, 400 disebutkan bahwa, ―Engkau,
O Tuhan, Maha Esa. Tapi manifestasi-Mu banyak sekali .‖
44
Dalam Japji 19, Guru Nanak berkata, apapun yang diciptakan-Nya merupakan manifestasi dari Nama-Nya; Tidak ada tempat di mana Nama-Nya
tidak menyerap. Oleh karena itu, Namu adalah cahaya atau Roh Universal yang meliputi segala sesuatu dan tetap ada dalam semua ciptaan-Nya.
45
Selain itu, Namu juga merupakan obyek dari meditasi. Kontemplasi Nama Ilahi
membantu manusia dalam merealisasikan Tuhan dalam dirinya. Oleh karena itu, Tuhan yang bersifat transenden bahwasanya
sesungguhnya Allah yang terlalu jauh, tak bisa dijangkau, tak terlukiskan, terucapkan, tak dapat dijelaskan, kekal, tak terbatas ruang dan waktu, tak
dapat dihancurkan, tak terduga, diketahui, diluar jangkauan indera, tertinggi dari yang tinggi, absolut, berdiri sendiri, tanpa atribut, tak terlihat, bukan
perempuan ataupun laki-laki dan sebagainya.
46
Menurut Guru Nanak, Allah tak terlukiskan dan jauh melebihi konsepsi yang paling mulia dalam pandangan manusia. Orang yang
ditinggikan dan mencapai persekutuan dengan Allah bagaikan setetes air di laut
—dan tidak dalam posisi untuk menjelaskan lingkupnya, karena manusia
43
Singh, Japji, h. 47.
44
Sou‘yb, Agama-Agama, h. 160.
45
Singh, Japji, h. 47.
46
Gopal Singh, Sri Guru Granth Sahib English version, Vol. I., Delhi: Gur Das Kapur Sons Private Ltd, 1960, h. XXVII.
50
tidak memiliki pengetahuan baik dan ekspresi untuk menggambarkan-Nya. Hal ini di luar kapasitasnya. Bentangan-Nya tak terbatas. Allah Maha Besar
dan satu yang bisa menggambarkan-Nya, hanya jika Dia yang Besar. Allah dapat juga disebut Agung, karena Dia bisa melampaui kebesaran yang dicapai
oleh orang lain. Dia tidak bisa menjadi ukuran. Dengan demikian, Dia tak terduga. Hanya Allah yang tahu bagaimana Besar-Nya Ia. Dia adalah Asal-
muasal, tidak terbatas, tanpa awal, tanpa akhir dan tetap sama.
47
Dia adalah Allah Yang Maha Besar dan Kebesaran-Nya tersebut bersaksi pada ciptaan-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Benar. Begitu juga Nama-
Nya, diucapkan dengan pengabdian tanpa henti kepada ciptaan-Nya, karena Dia adalah Maha Melimpah dan tidak ada akhir untuk karunia-Nya. Ciptaan-
Nya berdoa dan memohon kepada-Nya, dan Ia memberi dan terus memberi. Dia adalah Pemberi Abadi.
48
Dalam hal ajaran ketuhanannya yang transenden, agama Sikh terlihat lebih banyak terpengaruh oleh ajaran tauhid dalam Islam daripada Hinduisme.
Karena dalam konsep kepercayaannya, agama Sikh menentang inkarnasi atau perwujudan Tuhan dalam bentuk-bentuk.
D. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Penciptaan Realitas Imanen