44
DKI, maka dana yang dikeluarkan tersebut tidak dicatatkan sebagai modal Bank DKI Syariah. Pada sisi lain, legalitas Bank DKI Syariah Jakarta
mengikuti legalitas Bank DKI Jakarta sebagai suatu entitas usaha perbankan. Dengan demikian, pembahasan tentang sejarah berdirinya Bank DKI Syariah
Jakarta tidak terlepas dari sejarah Bank DKI Jakarta sebagai bank umum
devisa milik Pemerintah DKI Jakarta.
B. Visi dan Misi Bank DKI Syariah Jakarta
Pada dasarnya setiap perusahaan sudah dapat dipastikan memiliki visi dan misi sebagai pandangan jauh ke depan bagi perusahaan tersebut tak
terkecuali Bank DKI Syarih Jakarta. Visi yang ingin diwujudkan oleh Bank DKI Syariah Jakarta adalah menjadi bank terbaik dan membanggakan.
Sedangkan misi yang diemban oleh Bank DKI Syariah Jakarta adalah bank berkinerja unggul secara syariah, mitra strategis dunia usaha masyarakat dan
andalan Pemerintah DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholder
melalui pelayanan terpadu dan profesional.
C. Prinsip Operasional Bank DKI Syariah Jakarta
Sebagai bank berbasis syariah, Bank DKI Syariah Jakarta melakukan kegiatan operasionalnya secara konsisten mengacu kepada ketetapan
ketetapan syar’i sebagaimana terkandung dalam AlQur’an dan hadits Rasulullah SAW secara ijma’ dan fatwa ulama. Sedangkan dalam
menjalankan usahanya, Bank DKI Syariah Jakarta menerapkan prinsipprinsip syariah yang antara lain adalah sebagai berikut :
45
a. Mudharabah, yaitu prinsip kerja antara dua pihak, di mana pihak pertama Bank DKI Syariah Jakarta menyediakan dana penuh 100 sebagai
modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola usahanya. Kerugian ditanggung oleh pihak Bank DKI Syariah Jakarta selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian dari pihak pengelola, dan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.
b. Musyarakah, yaitu prinsip kerja sama antara kedua belah pihak atau lebih untuk usaha tertentu di mana masingmasing pihak memberikan kontribusi
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama.
c. Murabahah, yaitu prinsip jual beli barang antara penjual dan pembeli dengan harga asal yang diketahui bersama, kemudian ditambahkan
keuntungan tertentu untuk si penjual sesuai dengan kesepakatan bersama. d. Ba’i alIstishna’, yaitu prinsip kontrak jual beli barang antara pembuat
barang dan pembeli. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli dengan harga dan cara yang pembayarannya telah
disepakati bersama. e. Ijarah wa itiqna, yaitu prinsip atau akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang di tangan si penyewa.
D. Penawaran Produk dan Jasa Bank DKI Syariah Jakarta