Latar Belakang Masalah. PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Kebahagiaan manusia telah menjadi tujuan utama dari semua masyarakat manusia. Namun terdapat perbedaan mengenai apa yang membentuk kebahagian hidup manusia tersebut dapat terealisasikan. Di dunia meskipun materi bukanlah satu-satunya isi dari kebahagiaan itu, akan tetapi materi tersebut dapat terwujud apabila tujuan-tujuan materi dapat terealisasikan. Adapun tujuan-tujuan materi tersebut antara lain adalah pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan hidup, dan tersedianya peluang bagi setiap manusia untuk hidup terhormat serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. 1 Masalah kemiskinan memang merupakan suatu masalah panjang yang terus menerus dihadapi dan dirasakan oleh masyarakat dari dahulu sampai sekarang. Keberadaannya disebabkan oleh faktor yang sangat kompleks. Salah satunya adalah kurangnya peluang atau kesempatan masyarakat yang sebagian umat Islam untuk berusaha. Hal ini disebabkan baik oleh monopoli, maupun sulitnya para pengusaha untuk mendapatkan modal. Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya bersifat agraris, sehingga mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Karena dalam perkembangannya usaha gabah banyak 1 Umer Chapra, Islam dan Tantangan, Gema Insan, Jakarta, 2000, hlm. 1 2 mengalami kendala terutama di sektor permodalan. Sementara untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga resmi Perbankan mengalami kesulitan dan dihadapkan dengan bunga yang cukup tinggi. Dalam situasi seperti ini, masyarakat terpaksa meminjam modal kepada rentenir atau lintah darat dengan syarat adanya jaminanagunan yang lebih besar dari pada pinjaman. Kondisi ini sungguh sangat tidak menguntungkan bagi pengusaha gabah, karena mereka akan semakin terpuruk dengan beban lilitan hutang dan bunga jaminan yang sangat besar. Di dalam Islam, masalah jaminan pemberian modal dinamakan dengan Ar-rahn, yang berarti tsubud dan dawam tetap dan lestari. Akad Rahn menurut syara adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang memungkinkan untuk ditarik kembali, yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai harta benda menurut syara sebagai jaminan hutang hinga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang semuanyasebagianya. Ar-rahn juga termasuk transaksi yang mengunakan surat berharga sebagai jaminan dengan barang. Para pengikut mazhab syafii mendefinisikan bahwa rahn adalah menjadikan nilai jaminan sebagai ganti utang tatkala tidak bisa melunasinya, penekanan pada “nilai” menunjukan pada tidak bolehnya rahn manfaat sesuatu yang memberikan manfaat, Karna manfaat itu bisa hilang tanpa jaminan. Adapun berkenaaan dengan modal usaha dibidang pertanian, para pengusaha gabah dalam mendapatkan modal banyak mengalami kesulitan, dan hal tersebut menjadi kendala serius yang sering dihadapi oleh para pengusaha 3 gabah. Mereka merasa kurang mendapat kesempatan dan ketersediannya modal sebagai biaya untuk membeli kembali gabah yang selalu mengalami fluktuasi. Adapun di Lampung terdapat sebuah wadah yang dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh para pengusaha gabah tersebut, melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan. Dengan adanya program pemerintah Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan, para pengusaha tidak akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal usaha dengan adanya jaminanagunan didalamnya dan hal ini jika dilihat dari rumusan pinjaman modal dalam Islam maka ia sama dengan konsep Ar-rahn, di mana untuk memperoleh modal usaha pengusaha gabah harus menyerahkan barang sebagai agunan kepada Dana Penguantan Modal pemerintah, yang mana agunan tersebut harus lebih besar dari modal usaha yang mereka pinjam dan memenuhi segala administrasi yang dibutuhkan, dan pengembelian hanya sejumlah modal tersebut tanpa ada bunga di dalamnya. Namun dalam prakteknya, setiap pengusaha gabah yang membutuhkan dana pinjaman sekitar antara bulan maret-april, sementara modal usaha dapat diperoleh sekitar bulan juni, sedangkan kontrak kerja pinjaman modal usaha berlangsung selama 1 satu tahun dan pengusaha gabah harus mengembalikan pinjamannya pada tanggal 15 desember setelah 50 hari dari jatuh tempo pengusaha belum dapat mengembalikan pinjamannya itu, maka agunan yang mereka serahkan akan dilelang oleh pihak dana penguatan modal pemerintah. 4 Oleh karenanya, berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka timbulah masalah apakah proses yang dilakukan dana penguatan modal tersebut sesuai dengan ekonomi Islam atau tidak, oleh karena itu melalui tulisan ini, penulis mencoba untuk mengkaji lebih dalam yang diterapkan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan tersebut dengan judul, “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP Studi pada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan”

B. Rumusan Masalah