52
Karena itu, meskipun peserta Pemilu 2009 lebih banyak dari Pemilu 2004, tetapi jumlah partai politik yang berhasil ke parlemen lebih sedikit. Itu artinya, secara
bertahap sistem kepartaian akan mengalami penyederhanaan.
3.2 Sistem Kepartaian Indonesia
Sistem kepartaian merupakan suatu mekanisme interaksi antar partai politik dalam sebuah sistem politik yang berjalan. Maksudnya, karena tujuan utama dari
partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program disusun berdasarkan ideologi tertentu, maka untuk merelisasikan
program-program tersebut partai-partai politik yang ada berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem kepartaian.
44
Banyak faktor yang mempengaruhi sistem kepartaian di suatu Negara. Untuk konteks politik Indonesia, ada tiga faktor penyebab sistem multi partai sulit dihindari.
Terdapat beberapa sistem kepartaian yang dapat digunakan dalam merelasasikan interaksi antar partai daloam suatu sistem politik yakni one-party
system Sistem satu partai , two-party system sistem dua partai serta multiparty system sistem banyak partai . Sebelum pemerintahan Orde Baru sebenarnya Negara
kita telah menganut sistem multi partai. Dimulai tahun 1945 sampai tahun 1971. Namun sistem multi partai hilang akibat kebijakan fusi partai yang dibuat Rezim
Soeharto. Sejak reformasi tahun 1999 dukungan terhadap keberadaan sistem multi partai datang dari berbagai lapisan masyarakat
44
Leo Agustino. 2007. Perihal Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.Hal. 112
Universitas Sumatera Utara
53
Pertama, tingginya tingkat pluralitas masyarakat faktor pembentuk. Faktor ini yang menyebabkan keharusan bagi penerapan sistem multi partai. Sementara kemajemukan
masyarakat merupakan suatu yang bersifat harus diterima dalam struktur masyarakat indonesia. Kedua, dukungan sejarah sosio-kultural masyarakat faktor pendorong.
Ketiga, desain sistem pemilihan proporsional dalam beberapa sejarah pemilihan umum faktor penopang.
45
Partai-partai dianggap memainkan peranan menyeluruh sebelum, selama, dan sesudah pemilu. Berbeda dengan kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai
menjangkau suatu lingkup kepentingan manusia secara luas. Mereka mengidentifikasi, memilah, menentukan, dan mengarahkan pelbagai kepentingan
tersebut menuju cara-cara bertindak yang dapat dipilih oleh para pemilih dan pemerintah. Partai-partai yang bersaing mengemukakan program-program lintas
kebijakan didalam konteks persaingan memperebutkan pemerintahan. Program- program itu menstrukturkan pilihan para pemilih. Sekali telah duduk dipemerintahan,
partai-partai merupakan lembaga pengorganisir utama yang membentuk, melaksanakan dan mengawasi proses penyusunan kebijakan, artinya, piilihan suatu
kebijakan diperhitungkan atas dasar banyak criteria dan masing-masing criteria memiliki nilai bobot weight yang berbeda menurut kondisi, situasi dan posisi.
46
Meskipun ia bukan merupakan pelaksana dari suatu pemerintahan, namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan kearah mana pelaksanaan
pemerintahan dijalankan. Terutama bagi partai pemenang pemilihan atau partai
45
Hanta Yuda. Op cit, hal 102
46
Said Zainal Abidin. Kebijakan Publik. Jakarta : yayasan pancursiwah. 2004. Hal.43
Universitas Sumatera Utara
54
berkuasa dan partai oposisi yang berjalan efektif, partai politik merupakan pelaksana pemerintah yang tersembuyi. Keberadaannya mempengaruhi ragam kebijakan yang
dikembangkan. Karena itu bisa dikatakan bahwa kegagalan sekaligus keberhasilan suatu pemerintahan dalam melayani dan memakmurkan masyarakatnya adalah
kegagalan dan keberhasilan partai politik menjalankan fungsinya secara efektif.
47
Sejarah sistem multi partai di Indonesia merupakan Implementasi tuntutan reformasi terhadap kebebasan berpartai atau mendirikan partai politik dimulai sejak
pemilu 1999, Pemilu 1999 memang bukan satu-satunya penyelesaian segenap permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang melanda negara kita saat ini, apalagi
akhir dari proses reformasi itu sendiri. Namun, Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pasca reformasi. Kebebasan berpartai politik ini terekspresi dengan
banyaknya jumlah partai politik, ada 180 partai baru berdiri, meskipun hanya 142 partai yang dapat didaftarkan, dan hanya 48 yang lolos ikut bertarung dalam pemilu
1999.
48
Perkembangan penerapan sistem multipartai pada masa reformasi disertai dengan karakteristik rendahnya tingkat pelembagaan partai, terfragmentasinya
kekuatan politik di parlemen, dan munculnya koalisi sebagai akibat dari sulitnyamencapai suara mayoritas di parlemen. Dan lebih jelasnya karakteristiristik
yang menyertai perjalanan reformasi di Indonesia, pertama, konvergensi dan konflik internal partai yang ditandai dengan selalu berubahnya jumlah partai politik dan
fenomena perpecahan atau konflik intenal partai. Kedua, suburnya oligarki elite dan
47
Koiruddin., Op.cit. Hal: 1-2
48
Koiruddin., Ibid, Hal; 99
Universitas Sumatera Utara
55
personalisasi figur untuk beberapa kasus partai politik dalam organisasi partai politik serta disloyalitas politisi dan sentralisasi struktur organisasi partai politik.
Ketiga, konfigurasi kekuatan politik diparlemen terfragmentasi dengan jumlah kekuatan politik yang terpolarisasi sehingga menyebabkan sulitnya mencapai suara
mayoritas. Keempat, munculnya koalisi partai dengan ikatan yang bersifat sementara, yang didasarkan oleh kepentingan segelintir elit partai bukan dikarenakan kesamaan
ideologi dan tujuan partai.
II.4 Hubungan Presiden dan Partai Politik