Pasir Tailing Pertambangan Timah Pasir Besi

commit to user 12

2.2.3 Pasir Tailing Pertambangan Timah

Tailing adalah bahan-bahan yang dibuang setelah proses pemisahan material berharga dari material yang tidak berharga dari suatu proses pertambangan. Tailing merupakan limbah hasil pengolahan bijih sudah dianggap tidak berpotensi lagi untuk dimanfaatkan, akan tetapi dengan hasil penelitian dan kemanjuan teknologi saat ini tailing tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan . Umumnya keberadaan tailing mudah didapat dan dekat lokasi tambang tanpa harus melakukan pengupasan tanah penutup, eksplorasi, dan lokasinya mudah dijangkau. Pemanfaatan tailing sebagai bahan bangunan memiliki banyak manfaat. Antara lain mengurangi eksploitasi sumber daya alam. Penambangan Sumber Daya Alam yang terus menerus mengakibatkan kesediaan material menipis dan mengakibatkan dampak kerusakan alam. Pemanfaatan tailing sebagai bahan pembuatan beton secara tidak langsung akan memberikan kontribusi terhadap penghematan pemakaian energi. Kandungan kimia pasir tailing tambang timah antara lain FeTiO 2 sebanyak 37- 31; Fe 2 O 3 sebanyak 11,85-15,17; ZrSiO 4 sebanyak 23,15-26,14; dan sisanya merupakan silika dioksida SiO 2 dan SnO 2 . Denny Widhiyatna, 2006 Komposisi tailing dengan ukuran yang halus membuat banyak tailing dimanfaatan sebagai media tanam untuk reklamasi, pengurukan lahan reklamasi dengan sistem cutt and fill serta pembuatan bahan bangunan dan agregat. Dalam pembuatan bahan bangunan dan beton ini, tailing digunakan sebagai bahan utama dan ditambahkan beberapa bahan aditif lainnya. commit to user 13 Gambar 2.1. Contoh pasir tailing tambang timah

2.2.4 Pasir Besi

Pasir besi adalah pasir yang banyak mengandung besi. Pasir besi banyak terdapat di daerah pantai, contohnya di sepanjang pantai selatan Kabupaten Lumajang, pantai Buton di Kabupaten Cilacap maupun di Siliran, Yogyakarta. Pasir besi biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri logam besi. Pasir besi mempunyai komposisi oksida besi Fe 2 O 3 , silika dioksida SiO 2 , dan Magnesium MgO dan ukuran butiran 80-100 mesh berpotensi untuk digunakan sebagai cementitious dalam produksi beton mutu tinggi. Hasil penelitian nilai kuat tekan silinder beton dengan tambahan 5 serbuk pasir besi menunjukkan hasil yang maksimum yaitu mengalami kenaikan kuat tekan sebesar 3,64 dibandingkan dengan beton mutu normal tanpa tambahan serbuk pasir besi. Modulus elastisitas beton dengan 5 serbuk pasir besi mengalami peningkatan sebesar 8,68 dibandingkan dengan beton normal tanpa tambahan serbuk pasir besi. Akhmad Suryadi, 2001. Pada daerah Siliran, pasir besi masih tersedia secara melimpah. Tersedianya jumlah pasir besi dalam jumlah juga banyak dapat dimanfaatkan sebagai campuaran commit to user 14 pembuatan beton. Namun, penelitian yang ada sekarang ini umumnya memanfaatkan pasir besi sebagai bahan pengganti semen. Pasir besi Kulon Progo memiliki kandungan kimia yang sebagian besar berupa Fe 2 O 3 sebanyak 58-60; TiO 2 sebanyak 7-9; V 2 O 5 sebayak 0,5-0,6; Al 2 O 3 sebanyak 3,3-3,5; SiO 2 sebanyak 0,03-0,05, P 2 O 5 sebanyak 0,24-0,26. Project Information Brief, Indo Mines, 2006. Pasir besi dapat memperbaiki interface antara mortar dan agregat kasar. Kandungan unsur magnesium yang cukup kecil dapat mengurangi timbulnya pemekaran efflorence dalam struktur beton terutama bila senyawa tersebut diikat oleh air. Gejala efflorence ini muncul seiring dengan masa-masa pertumbuhan kekuatan beton, dimana kuat tekan beton cenderung menurun seiring dengan berkembangnya umur beton Qomariah, 2006. Gambar 2.2. Contoh pasir besi commit to user 15

2.2.5 Porositas Beton