Pengaruh solvabilitas terhadap likuiditas PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. : Analisi car terhadap fdr tahun 1993-2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh: MUGI YARTI NIM:206046103849
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
NIM: 206046103849telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 10 Februari 2011 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H.M.Amin Suma, SH,MA, MM (...)
NIP. 195505051982031012
Sekretaris : Mufidah, SHI (...)
NIP.
Pembimbing I : Drs. H. Ahmad Yani, MA (...) NIP. 196404121994031004
Penguji I : Prof. Dr. H.M.Amin Suma,SH,MA,MM (...) NIP. 195505051982031012
Penguji II : Dr. Jaenal Aripin, M Ag (...) NIP. 197210161998031004
(3)
v
DAFTAR ISI……….………..………v
DAFTAR TABEL……….………..viii
DAFTAR GAMBAR……….………..………….ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….9
D. Review Studi Terdahulu………..10
E. Metode Penelitian..………..…12
F. Hipotesis………..17
G. Sistematika Penulisan………...18
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teoritis Tentang Solvabilitas ………21
(4)
vi
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA
A. Sejarah Singkat………..………..46
B. Visi dan Misi………...………..51
C. Produk dan Jasa………..………...………..52
D. Struktur Organisasi………..………61
E. Kepemilikan Saham……….62
BAB IV PENGARUH SOLVABILITAS TERHADAP LIKUIDITAS PT BANK MUAMALT INDONESIA Tbk (ANALISIS CAR TERHADAP FDR DARI TAHUN 1993 SAMPAI TAHUN 2009) A. Deskripsi Perkembangan Solvabilitas (CAR)………..…..….63
B. Deskripsi Perkembangan Likuiditas (FDR)……….….69
C. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Likuiditas Bank Muamalat Indonesia………..…..74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………....80
(5)
vii LAMPIRAN
(6)
viii
1.1 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia 4
1.2 Interprestasi koefisien korelasi (r-positif) 15 3.1 Kepemilikan Saham Bank Muamlat Tahun 2009 62
4.1 Capital Adequacy Ratio 64
4.2 Financing to Deposit Ratio 69
4.3Variables Entered/Removed(b) 74
4.4 Descriptive Statistics 74
4.5 Model Summary(b) 75
4.6 ANOVA(b) 76
(7)
ix
3.1 Total Pembiayaan Bank Muamalat tahun 2005-2009 49 3.2 Total Dana Pihak Ketiga tahun 2005-2009 50 3.3 Total Aset Bank Muamalat tahun 2005-2009 50
4.1 Perkembangan CAR Bank Muamalat 65
(8)
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan inayah, rahmat, dan karunia Allah SWT, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai revolusioner dunia dan pembawa risalah serta kepada keluarga, dan para sahabat-Nya, mudah–mudahan kita semua akan mendapatkan syafa’atul ‘udzma di yaumil akhir kelak, Amin.
Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan. Akan tetapi, dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Namun penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak sekali kekurangan sehingga saran serta kritik dengan kerendahan hati penulis terima sehingga skripsi ini dapat lebih sempurna lagi.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada barbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain kepada :
1. Bpk. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(9)
3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA, selaku Ketua Koordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Ahmad Yani, M.Ag, Selaku Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang bermanfaat kepada penulis.
5. Ibu Erika, Ibu Amelia, Bapak Gustian Djuanda, dan seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan ilmunya dan membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan dan seluruh Staf karyawan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk studi kepustakaan.
7. Bapak Yudi Susworo, S.Sos., selaku Support & Adm. Manager, Muamalat Institute dan yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya dalam memperoleh informasi, data-data dan yang telah meluangkan waktunya kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.
(10)
dengan baik.
9. Untuk kakakku tercinta, Mas Giri dan Listiyani, S.Pd. Terima kasih atas curahan cinta dan kasih sayangnya, yang tiada henti mendoakan dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Teman-teman seperjuanganku PS C angkatan 2006, (Untuk sahabatkuYuni, Zee, Wati, Ima, Nilah, Du, Irwan MI, Oca, Adang n Iis) yang dengan sepenuh hati mencurahkan dan membantu penulis dengan memberikan motivasi, saran dan bantuan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
11.Teman seperjuanganku dalam pembuatan skripsi ini, yang sama-sama berjuang untuk menyelasaikan skripsi, yang senantiasa memberikan support dan perhatian kepada penulis, yaitu Dionisius W. Danuanindito.
12.Adik-adik kelas yang telah menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini (Neti, Tika, Vika, Farhan (Asuransi), Aan, Diah, Iwan, dll), terima kasih untuk semangat yang telah kalian berikan.
13.Dan untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
(11)
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif agar lebih baik lagi.
Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan fikiran dan saran untuk perkembangan dalam pendidikan khususnya bidang Ekonomi Islam.
Jakarta, 8 Februari 2011
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis moneter yang terjadi pada akhir Juli 1997 menimbulkan dampak
hebat terhadap seluruh sector perekonomian, jatuhnya nilai rupiah langsung
merevaluasi seluruh posisi valuta asing perbankan baik asset maupun
kewajibannya.Akibatnya ketika banyak nasabah melakukan penarikan tiba-tiba
terhadap simpanan valuta asing perbankan tidak memiliki cadangan likuiditas
yang cukup untuk memenuhinya.1
Hal ini mengakibatkan hilangya kepercayaan nasabah kepada sektor
perbankan yang selama ini diakui sebagai lembaga perantara antara pemilik
modal dan pengguna modal.Karena krisis terhadap sektor perbankan yang begitu
hebat.Ketidakpercayaan nasabah sulit diperbaiki. Salah satu dampaknya adalah
tidak berjalannya fungsi intermediasi perbankan, banyak nasabah menarik
dananya dalam jumlah besar dari bank secara bersamaan (rush).
Keadaan ini memaksa Bank Indonesia ikut andil dengan Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang sangat besar ke sektor perbankan.
Namun, injeksi likuiditas ini justru merepotkan otoritas moneter karena harus
1
Muhammad, dkk, Bank Syariah: Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman, Cet.3 (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) h.69-70
(13)
segera menempuh kebijakan tingkat bunga tinggi untuk mencegah terjadinya
inflasi.
Kebijakan tingkat bunga yang tinggi yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia mengakibatkan bank-bank ditinggalkan oleh para pengguna modal,
terjadinya ekonomi biaya tinggi, serta tingkat produksi dan volume penjualan dari
perusahaan-perusahaan menurun drastis karena bahan baku produksi melonjak
harganya, sehingga harga jual produk menjadi tinggi sedangkan daya beli
masyarakat menurun.
Tingginya dampak yang ditimbulkan krisis moneter terhadap sektor
perbankan maka Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan
terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dengan
tegas menentukan bahwa prinsip dan rambu-rambu kesehatan bank (Prudential
Bankin) harus diperhatikan dan dipatuhi oleh bank-bank yang melakukan
kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Hal itu juga ditegaskan dalam surat
keputusan direksi Bank Indonesia yang merupakan ketentuan pelaksanaan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.2
Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan telah memberi
kesempatan luas untuk pengembangan jaringan Perbankan Syariah.
Undang-undang tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha
yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.Selain itu
2
Prof, Dr., Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta:PT Pustaka Utama Grafiti, 2005), h.117
(14)
Undang-Undang no. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah menugaskan
kepada BI untuk mempersiapkan perangkat peraturan dan fasilitas-fasilitas
penunjang yang mendukung operasional Bank Syariah. Kedua Undang-Undang
tersebut menjadi dasar penerapan dual banking system di Indonesia.Dual banking
system yang dimaksud adalah terselenggaranya dual system perbankan
(konvensional & syariah) secara berdampingan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Perangkat hukum itu diharapkan telah
memberi dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam
pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia.3
Penerapan Prudential Banking terbukti telah membuahkan kemajuan
kepada sektor perbankan nasional, tercermin pada kuatnya struktur modal,
menurunnya resiko kredit, dan meningkatnya profitabilitas perbankan.
Perkembangan yang cukup mengesankan dicacat oleh perbankan syariah, baik
dari segi jumlah bank, total asset, maupun pembiayaan yang dilakukan,
merupakan indikasi bahwa apresiasi masyarakat terhadap segmen perbankan itu
terus meningkat. Pesatnya pertumbuhan perbankan syariah, memacu persaingan
antara perbankan-perbankan syariah untuk menunjukan kinerja terbaik dan
menjadi sebuah bank yang sehat baik dari segi dana dan pembiayaan, terutama
dalam hal pembayaran kewajiban terhadap nasabah dan kemampuan bank dalam
mendapatkan laba.
3
Drs. Zainul Arifin. MBA, Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah, edisi revisi (Jakrta:Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2006) hal.8
(15)
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi 1998 KP/UUS 2003 KP/UUS 2004 KP/UUS 2005 KP/UUS 2006 KP/UUS 2007 KP/UUS 2008 KP/UUS 2009 KP/UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.
Keterangan :
BUS = Bank Umum Syariah
UUS = Unit Usaha Syariah
BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah
KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan
laporan tahunan BI 2009 (Desember 2009).Secara kuantitas, pencapaian
perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan
dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah
dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009
(berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank
(16)
Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama.
Saat ini, dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 tanggal 16 Juli 2008 (UUPS), pengembangan industry Perbankan Syariah
Nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan dapat mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangan yang
impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan asset lebih dari 65% pertahun
dalam lima tahun terakhir, diharapkan peran industry perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.4
Guna mempertahankan pertumbuhan dan perkembangannya serta agar
tetap menarik di mata investor, Bank Syariah juga perlu meningkatkan likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitasnya.Bank harus menjaga tingkat likuiditas dan
solvabilitas guna memberikan rasa aman kepada para nasabahnya, karena bank
merupakan suatu lembaga kepercayaan.Tingkat profitabilitas diperlukan guna
meyakinkan para investor bahwa bank tersebut selain memberikan rasa aman juga
memberikan keuntungan. Likuiditas pada bank syariah lazimnya diukur dengan
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan solvabilitas diukur dengan Capital
Adequacy Ratio (CAR) sedangkan profitabilitas diukur dengan rasio Return on
Asset (ROA) atau Return on Equity (ROE).
4
Artikel diakses pada tanggal 10 Febuari 2009 dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/
(17)
Dengan mengadakan analisa perbandingan (rasio) atas data keuangan
perbankan dari tahun yang lalu dapat diketahui beberapa kekuatan dan kelemahan
keuangan perbankan selama tahun berjalan. Hasil analisa ini sangat penting
artinya bagi penyusunan rencana kebijaksanaan yang akan dilakukan diwaktu
yang akan datang. Dengan dilakukannya analisa laporan keuangan khususnya
analisa perbandingan (rasio), maka pemimpin perbankan dapat mengetahui posisi
likuiditas, solvabilitas, maupun profitabilitas perbankan.5
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan
dana menurut nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi
permintaan kredit tanpa ada penundaan.6Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, likuiditas adalah perihal menyatakan posisi keuangan kas suatu perusahaan dan
kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada
waktunya.7
Likuiditas menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan dana bank.
Karena adanya proporsi yang besar dari simpanan nasabah bank berupa giro atau
tabungan dan deposito berjangka, memberikan prioritas utama dalam
mempertahankan tingkat kecukupan likuiditas.Harus ada nasabah yang
5
Drs. Munawir, Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty, 2004),h.69 6
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: FEUI 2004) H.153 7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), Cet. Kedua, h.523
(18)
menyimpan uang di bank apabila bank ingin melanjutkan usahanya.Diperlukan
juga likuiditas yang cukup apabila bank ingin melanjutkan usahanya.8
Analisis Solvabilitas Bank atau secara teknis disebut juga Analysis of
Bank Capital adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjang atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan tersebut dilikiudasi.9
Posisi likuiditas maupun solvabilitas sangatlah penting sekali artinya,
terutama bagi pihak-pihak pemilik modal untuk mengetahui kemampuan
perbankan dalam memenuhi kewajibannya.
Kehadiran Bank Syariah di Indonesia diawali dengan lahirnya PT Bank
Muamalat Indonesia, yang secara resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992.PT
Bank Muamalat Indonesia yang satu-satunya Bank Syariah pada saat itu, lebih
dapat survive dalam menghadapi krisis moneter dan perbankan pada 1997-1998
tanpa mendapatkan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).10 Selain itu PT Bank Muamalat Indonesia tercatat sebagai salah satu Bank tersehat dengan CAR
di atas 4% (sebesar 6,7%).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “ Pengaruh Solvabilitas
8
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 389
9
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Cet 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004) h.304
10
Zainulbahar Noor, Bank Muamalat : Sebuah Mimpi, Harapan, dan Kenyataan, (Jakarta:Bening Publishing, 2006), h.33
(19)
Terhadap Likuiditas PT Bank Muamalat Indonesia (Study Analisis CAR Terhadap FDR tahun 1993-2009).”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi likuiditas di bank syariah. Dalam
penelitian ini, peneliti akan membahas tentang salah satu faktor internal yang
diduga memiliki pengaruh terhadap likiuditas, dalam jangka waktu tujuh belas
tahun pada Bank Muamalat Indonesia Tbk periode tahun 1993 sampai dengan tahun 2009, yaitu rasio solvabilitas (Capital Adequacy Ratio/CAR) dengan menggunakan data laporan keuangan tahunan perusahaan.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian. Jawaban yang benar tidak mungkin diperoleh apabila pertanyaannya salah, walaupun jawaban yang salah mungkin dihasilkan untuk suatu pertanyaan yang benar.11
Dalam rangka memfokuskan pembahasan, penulis merumuskan
beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, diantaranya:
11
Dr. Irawan Soehartono. “Metode Penelitian Sosial” (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2002) hal. 23
(20)
a. Bagaimana laju perkembangan Solvabilitas PT Bank Muamalat Indonesia
dari tahun 1993-2009?
b. Bagaimana laju perkembangan Likuiditas PT Bank Muamalat Indonesia
dari tahun 1993-2009?
c. Bagaimana pengaruh Solvabilitas terhadap Likuiditas pada PT Bank
Muamalat Indonesia dari tahun 1993-2009?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui keadaan keuangan PT Bank Muamalat Indonesia dari
kesiapan dana untuk membayar kewajiban jangka pendek.
b. Untuk mengetahui keadaan keuangan PT Bank Muamalat Indonesia dari
kesiapan dana untuk membayar kewajiban jangka panjang.
c. Mengetahui hubungan solvabilitas terhadap likuiditas pada PT Bank
Muamalat Indonesia.
d. Mengetahui besarnya pengaruh solvabilitas terhadap likuiditas pada PT
Bank Muamalat Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini sebagai berikut :
(21)
Untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis tentang analisis
likuiditas dari laporan keuangan yang di keluarkan PT Bank Muamalat
Indonesia.
b. Bagi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan
informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta
peningkatan kinerja dari PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah khazanah intelektual bagi perkembangan perbankan
syariah, khususnya dalam analisis profitabilitas dari laporan keuangan
yang dikeluarkan pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
d. Bagi Masyarakat
Memberikan kontribusi positif dalam rangka menyediakan informasi
tentang kondisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan mensosialisasikan
kepada masyarakat.
D. Review Study Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini penulis telah melakukan review studi
terdahulu dan menemukan beberapa penelitian dengan topik sejenis. Penelitian
tersebut adalah:
1. Darma Putra (2004) membahas “Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Rasio
(22)
menganalisa tinjauan ekonomi Islam terhadap rasio kecukupan modal (CAR)
bank syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
Islam menempatkan modal sebagai salah satu faktor penting. Konsep tentang
CAR (Capital Adequacy Ratio) berawal dari fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi. Sehingga bank harus menjaga modalnya agar tetap sehat. Untuk
mengetahui tingkat kesehatan modal bank digunakan suatu rasio tertentu yang
disebut kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR).
2. Siti Fatimah (2006) membahas “Analisa Likuiditas pada PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk (Tahun 200-2005).” Penelitian ini membahas tentang kondisi
likuiditas yang terdapat di PT. Bank Muamalat Indonesia. Berdasrkan hasil
analisis yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas
bahwa kondisi rasio lancar PT Bank Muamalat Indonesia dari tahun
2000-2005 selalu mengalami peningkatan dan penurunan. Untuk perkembangan
tingkat likuiditas yang terkadi pada PT Bank Muamalat Indonesia setiap
periodenya dapat dikatakan baik. Karena selalu ada peningkatan yang terjadi
pada setiap tahun dalam pengelolaannya, khususnya dalam masalah likuiditas
yang dalam hal ini dapat dilihat pada FDR (Financing to Deposit Ratio) nya.
3. Aditya Alham (2006) membahas “Analisis Kesehatan PT. Bank Muamalat
Indonesia Berdasarkan Tingkat Likuiditas , Solvabilitas dan Profitabilitas”. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa dari sisi likuiditas PT bank
muamalat indonesia, membuktikan bahwa bank tersebut dalam keadaan
(23)
dalam cash asset untuk mengatasi kebutuhan likuiditas dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya terutama kewajiban lancar. Sedangkan dari sisi
solvabilitas Bank Muamalat dari periode tahun 2002-2005 telah dapat
memenuhi syarat kecukupan modal minimum yang telah ditetapkan Bank
Indonesia, namun modal yang ada belum dapat mengcover kerugian-kerugian
yang diakibatkan oleh penurunan aktiva, tetapi telah dapat mengatasi 50%
akan kewajiban jangka panjangnya. Selain itu dari sisi profitabilitas, Bank
muamalat selama periode 2002 sampai dengan 2005 telah mendapatkan profit
yang cukup besar hamper mendekati angka 100%, kebijakan untuk
memperbesar jumlah pembiayaan yang diberikan telah berdampak positif
terhadap tingkat pendapatan yang sebagian besar berasal dari pendapatan jual
beli, hasil ini dicapai dengan kehati-hatian pihak manajemen dalam
memberikan pembiayaan yang terbukti dengan rendahnya tingkat pembiayaan
yang bermasalah.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulis memakai metode penelitian deskritif kuantitatif yaitu
penelitian yang menggunkan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data, serta penampilan hasilnya.12Pendekatan penelitian ini adalah
12
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet XIII (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.12
(24)
pendekatan deskriptif-kuantitatif dengan menggunakan Laporan Keuangan
Bank Muamalat sebagai studi kasus.Oleh karena itu, data-data atau laporan
keuangan merupakan analisis inti dari penulisan ini.
2. Objek Penelitian
Penulis melakukan penelitian di PT Bank Muamalat Indonesia dengan
melihat Laporan keuangan tahunan periode tahun 1993 sampai dengan tahun
2009.
3. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan penulis berpedoman pada buku
“Buku Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
4. Sumber Data
Sumber data skripsi ini adalah data primer (primary source) dan data
sekunder (secondary source).Data primer adalah data-data yang diperoleh dari
objek langsung maupun data yang dikeluarkan secara resmi. Sedangkan data
sekunder adalah data penunjang yang diperoleh dari lembaga, studi dan hasil
penelitian orang lain.
5. Variabel Penelitian dan Verifikasinya
Gambar 1.1
Korelasi rasio solvabilitas dan rasio likuiditas
(25)
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Studi lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
b. Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan menganalisa data-data dari literature yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti baik berupa buku, jurnal, majalah,
artikel, dan lain-lain.
7. Teknik Analisa
Tujuan analisis dalam penulisan ini adalah untuk menyempitkan
masalah dan membatasi penemuan-penemuan sehinga menjadi data yang
teratur serta tersususn serta menjadi lebih berarti lagi.
Proses analsis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan perihal rumusan –rumusan dan pelajaran-pelajaran yang diperoleh
dalam penelitian tersebut.
Analisis yang digunakan dalam penulisan ini dilakukan secara statistic
dengan menggunakan teknik analisis:
a. Analisis Deskriptif Variabel
Analisis ini digunakan untuik menggambarkan jumlah sampel yang
dipakai, rata-rata dan standar deviasi dari variabel independen dan
(26)
b. Uji Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk menjelaskan besarnya kontribusi atau
pengaruh variabel independen yaitu Solvabilitas (CAR) terhadap variabel
dependent yaitu Likuiditas (FDR).Besarnya koefisien determinasi (R2) didapat dari mengkuadratkan koefisien korelasi (R).Semakin besar R2, maka semakinbesar (‘kuat) pula hubungan antara variabel terikat dengan
satu atau banyak variabel bebas.13Angka koefisien korelasi yang dihasilkan dalam uji ini dapat berguna untuk menunjukan kuat lemahnya
hubungan antara variabel independen dan dependennya. Berikut pedoman
interpretasi koefisien korelasi:
Tabel 1.2
Interprestasi koefisien korelasi (r-positif)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, hal. 183
13
Nachrowi D Nachrowi & Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006) hal. 125
(27)
c. Uji ANOVA
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang
digunakan sudah layak atau belum. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan angka taraf signifikan (sig) sebesar 0,05 (5%) dengan
kriteria pengujiian sebagai berikut:
1) Jika probabilitas (sig penelitian) < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya hubungan kedua variabel linier, maka model regresi
yang digunakan sudah benar dan layak digunakan.
2) Jika probabilitas (sig penelitian) > 0.05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Artinya hubungan kedua variabel tidak linier, maka model
regresi yang digunakan belum benar dan tidak layak digunakan.
d. Uji Koefisien Regresi
Uji ini digunakan untuk membuat model persamaan regresi
sehingga dapat dilakukan pengujian model untuk memprediksi besarnya
variabel terikat dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah
diketahui besarnya serta untuk menguji kebenaran hipotesis.
1) Adapun untuk persamaan regresi linier yang akan dibentuk adalah:
Y= a + bx
Di mana:
Y : variabel terikat yaitu Likuiditas (FDR)
X : variabel bebas yaitu Solvabilitas (CAR)
(28)
b : angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka
peningkatan atau penurunan variabel bebas yang didasarkan
pada variabel terikat.
2) Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan sebelum model persamaan yang
telah terbentuk digunakan untuk melakukan estimasi atas besarnya
variabel terikat yang akan dihasilkan dari variabel bebas yang
besarnya telah diketahui.
Ho : koefisien regresi tidak signifikan
Ha : koefisien regresi signifikan
Berdasarkan hipotesis tersebut, pengujian dapat dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi level (sig) yang terdapat pada tabel
coefficients dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika probabilitas (sig penelitian) < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas (sig penelitian) > 0,05 maka Ho diterima
F. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karateristik populasi.Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu
percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol
(29)
salah. Hipotesis alternative akan diterima hanya jika data yang kita kumpulkan
mendukungnya.14
Hipotesis sementara dari penelitian ini yaitu, bahwa rasio solvabilitas
(CAR) yang telah diterapkan oleh PT bank muamalat indonesia tidak berpengaruh
dalam peningkatan rasio Likuiditas (FDR) dan dalam pembahasan skripsi ini
digunakan pembahasan Uji Koefisien Regresi.
Untuk mengetahui kebenaran dari hubungan dari rasio solvabilitas (CAR)
dan rasio Likuiditas (FDR), maka diperlukan sebuah pengujian hipotesis analisa
korelasi. Perumusan hipotesis yang akan diuju diberikan symbol Ho, sedangkan
hipotesis alternative diberikan symbol Ha.
Untuk pengujian hipotesis kriterianya adalah :
Ho: p = 0, solvabilitas (CAR) PT Bank Muamalat Indonesia tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan dengan peningkatan likuiditas (FDR).
Ha: p ≠ 0, solvabilitas (CAR) PT Bank Muamalat Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan dengan peningkatan likuiditas (FDR).
G. Sistematika Penulisan
Untuk pembahasan yang lebih terarah dan memudahkan pemahaman isi,
maka penulis mengadakan pembabakan dalam 5 bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
14
Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS, edisi revisi (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2009) hal. 108
(30)
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan secara singkat; latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
review studi terdahulu, metode penelitian, teknik analisa, hipotesis
dan sistematika penulisan
Bab II :Landasan Teori
Pada bab ini dibuat landasan teori yang berguna agar tulisan dapt dimengerti sebelum dibahas secara mendalam. Secara singkat akan
diuraikan tentang konsep solvabilitas, Capital Adequacy Ratio
(CAR), konsep likuiditas, dan Financint To Deposit Ratio (FDR).
Bab III : Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
Bab ini membahas mengenai sejarah singkat berdirinya Bank
Muamalat Indonesia, visi dan misi, layanan dan produk, struktur
organisasi, dan kepemilikan saham.
Bab IV :Pengaruh Solvabilitas Terhadap Likuiditas (Study Analisis CAR Terhadap FDR) Pada Bank Muamalat Indonesia.
Pada bab ini berisi mengenai analisa deskriptif perkembangan
likuiditas, analisa deskriptif perkembangan solvabilitas dan analisa
pengaruh solvabilitas terhadap likuiditas pada Bank Muamalat
(31)
Bab V :Penutup
Pada bab ini penulis mencoba membuat kesimpulan dari pembahasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan
saran-saran yang sekiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
(32)
A. Tinjauan Teoritis Tentang Solvabilitas
Solvabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.1 Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang
cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaiknya apabila jumlah
aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan insolvabel.2
Baik perusahaan yang insovabel maupun illikuid menunjukan keadaan
keuangan yang kurang baik, karena kedua-duanya pada suatu waktu akan
menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang illikuid akan segera mengalami
kesulitan keuangan. Perusahaan yang illikuid akan segera mengalami kesulitan
keuangan walaupun perusahaan dalam keadaan solvabel, sebaliknya kalau
perusahaan dalam keadaan insovabel tetapi likuid tidak akan segera mengalami
kesulitan keuangan dan kesulitan keuangan baru timbul kalau perusahaan itu
dibubarkan.
1
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, cet. 1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) hlm.304
2
(33)
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu
yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). Tingkat
kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara :
a. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan
modal dengan pos-pos aktiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan
simpanan masyarakat pada bank. Perhitungannya merupakan rasio modal
dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito dan tabungan.)3
X
%
CAR=
G D T
b. Membandingkan modal yang dimiliki oleh suatu bank dengan aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR).
Semakin besar pembiayaan yang disalurkan perbankan, maka semakin besar
pula ATMR bank yang bersangkutan, sehingga CAR akan menurun. Dengan
demikian apabila bank akan melakukan ekspansi/perluasan pemberian
pembiayaan maka harus memperhatikan jumlah modal yang dimiliki saat itu,
yang berarti apabila CARnya sudah terbatas atau mendekati ketentuan
3
(34)
minimal, maka ekspansi pembiayaan tersebut harus dibarengi dengan
penambahan modal tersebut.4
c. Primary Ratio
Primary Ratio adalah perbandingan antara modal yang dimiliki dengan
keseluruhan aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana
penurunan yang terjadi dalam total asset yang masih dapat ditutupi oleh
equity capital yang tersedia , sehingga rasio ini akan berguna untuk
memberikan indikasi guna mengukur apakah permodalan yang ada telah
memadai. Rumus ini dikatakan sebagai primary ratio karena setiap asset
mengandung resiko kerugian dan setiap kerugian akan mengakibatkan
pengurangan terhadap capital dan apakah capital akan mampu menampung
kerugian-kerugian tersebut.5
Modal merupakan faktor yang teramat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat.
Setiap penciptaan aktiva di samping berpotensi menghasilkan keuntungan juga
berpotensi untuk menghasilkan kerugian / resiko. Oleh karena itu modal juga CAR =
AT R
X
%
4
Rachmat Firdaus, Manajemen Perkreditan Bank Umum,Cet II (Bandung: Alfabeta, 2004) h.45
5
(35)
harus digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas
investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana pihak ketiga atau
masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus
serentak dibarengi dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna
melindungi kepentingan para pemilik dana. Secara lebih rinci, fungsi dari modal
di antaranya adalah :
a. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya
sampai batas – batas tertentu, karena sumber – sumber dana dapat juga
berasal dari hutang penjualan aset yang tidak terpakai dan lain-lain.
b. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan.
c. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan
yang dimiliki oleh pemegang sahamnya.
d. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisien yang tinggi, seperti yang
dikehendaki oleh pemilik modal bank tersebut.6
Melihat fungsi dari modal bank di atas timbul suatu pertanyaan yaitu
bagaimana atau berapa modal suatu bank tersebut telah memadai untuk
menunjang kebutuhannya dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar
6
Teguh Pudjo Mulyono, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Cet. 3 (Jakarta: Djambatan, 1990), hlm. 68
(36)
kecilnya kebutuhan capital bagi suatu bank. Secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Tingkat kualitas manajemen yang bersangkutan apabila bank dipimpin oleh
suatu kelompok manajemen yang berkualitas tinggi yang ditinjau dari
berbagai aspek, maka hasilnya tentu akan berlainan dengan bank yang
dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas rendah dan tidak
kompak.
b. Tingkat likuiditas yang dimilikinya.
Suatu bank yang memiliki alat likuid yang sangat terbatas dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya, akan ada kemungkinan penyediaan likuiditas
tersebut akan diambil dari permodalannya. Dengan demikian akan dirasakan
oleh manajemen yang bersangkutan betapa terbatasnya modal yang dimiliki
oleh bank.
c. Tingkat kualitas dari asset.
Suatu bank yang memiliki nasabah pembiayaan yang dubius dan non earning
asset lainnya yang kurang produktif maka sudah dapat dipastikan bank
tersebut tidak bisa melaksanakan kegiatannya secara lancar. Dan sebaliknya
bagi bank yang memiliki kolektibiltas nasabah pembiayaan yang tinggi dan
memiliki earning asset yang memadai maka kebutuhan modalnya akan dapat
diperoleh dari laba bank yang bersangkutan yang akan berkembang secara
kumulatif. Dan sebaliknya apabila bank rugi terus menerus maka ada
(37)
d. Struktur dari depositonya
Apabila bank memperoleh dana yang sebagian besar berupa deposito
berjangka dan dana-dana mahal lainnya, tentu akan menimbulkan pula biaya
dana yang tinggi, apabila dana ini tidak dapat dari penghasilan opersional dari
bank yang bersangkutan, tentu kerugian tersebut harus diserap oleh
modal/capital yang dimiliki, hingga akan terasa bagi manajemen bank yang
bersangkutan terjadinya kekurangan modal.
e. Tingkat kualitas dan karakter dari pemilik sahamnya.
Para pemilik saham yang berorientasi ke masa depan tentu akan berusaha
membentuk akumulasi modalnya secara maksimal sehingga modal bank yang
bersangkutan akan semakin kuat. Tentu yang terjadi akan sebaliknya apabila
para pemilik saham tersebut menghendaki agar laba yang diperolehnya
langsung dibagikan saja, maka modal bank tidak akan mengalami
perkembangan.
f. Tingkat kualitas dari system dan operating procedure
System dan operating procedure suatu bank yang baik tentu akan menunjang
kegiatan usaha bank yang bersangkutan pada tingkat efesiensi yang tinggi.
Dengan efisiensi yang tinggi akan memungkinkan bank untuk memperoleh
laba yang akan memperkuat modal dari bank yang bersangkutan dan
sebaliknya bagi bank yang beropersi dengan biaya yang tinggi ada
kemungkinan biaya yang tidak tertutup oleh penghasilan yang akan menjadi
(38)
g. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang.
h. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang
diperolehnya.7
Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan tentang aspek permodalan bank-bank syariah. Bank Syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), yaitu resiko penyaluran dana dan resiko pasar dalam hal ini resiko nilai tukar.8 Demikian juga halnya dengan Unit Usaha Syariah. Dalam hal modal UUS kurang dari 8%, maka kantor pusat bank umum konvensional dari UUS wajib menambah kekurangannya sehingga menjadi 8%.
Bank dilarang melakukan distribusi modal atau laba yang dapat
mengakibatkan kondisi permodalan bank tidak mencapai rasio minimum yang
diwajibkan.
7
Teguh Pudjo Mulyono, Analisis Laporan,…Op Cit h.70 8
Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
(39)
B. Capital Adequacy Ratio (CAR).
CAR atau Rasio Kecukupan modal adalah untuk mengukur sejauh mana
modal yang dimiliki oleh perusahaan apakah sesuai dengan ketentuan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum yang berlaku, dalam hal ini 8%.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu indikator yang
penting dalam penilaian kesehatan bank, karena faktor Capital Adequacy Ratio
akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat, khususnya masyarakat peminjam.
Kepercayaan masyarakat amat penting artinya bagi bank, karena dengan demikian
bank akan dapat menghimpun dana untuk keperluan operasional.
Rasio kecukupan modal (CAR) dihitung dengan cara modal inti ditambah
modal pelengkap dibagi dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum pada bank berdasarkan prinsip syariah yang berlaku.
Modal Inti biasanya terdiri dari: Modal disetor, cadangan, laba ditahan,
agio saham dll. Sedangkan Modal Pelengkap Berasal dari cad. Revaluasi AT
(selisih penilaian kembali AT dengan persetujuan dirjen pajak), Cad.
Penghapusan Aktiva yang diklasifikasikan (cad. Yang dibentuk dengan cara
membebani lap. R/L tahun berjalan), modal kuasi /capital instrument (warkat
yang memiliki sifat seperti modal), pinjaman subordinasi (pinjaman antar bank
dengan persetujuan BI dengan jangka waktu min. 5 tahun dan bila pelunasan
(40)
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan
usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti
bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan
bank tersebut akan memberikan konstribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.9
C. Tinjauan Teoritis Tentang Likuiditas
Untuk mengadakan interprestasi dan analisis terhadap laporan keuangan,
suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan
untuk analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam
aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih
data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan
pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan
keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut. Salah satu
rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis adalah rasio
likuiditas atau lebih spesifiknya Loan to Deposit Ratio(LDR) dan dalam bank
syariah sendiri rasio ini lebih sering dikenal dengan istilah Financing to Deposit
Ratio (FDR).
9
Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002) h.573
(41)
1. Pengertian Likuiditas
Dalam terminology keuangan dan perbankan terdapat banyak
pengertian mengenai likuiditas, beberapa diantaranya dapat disebutkan
sebagai berikut:
Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk
memenuhi kewajiban atau hutang yang segera harus dibayar dengan harta
lancarnya.10
Selain itu, likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito/simpanan deposan/penitip. Maksudnya,
suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan
uang dari para penitip dana maupun dari peminjam/debitur. Ada juga yang
mengartikan likuiditas adalah tingkat kemudahan relative suatu aktiva untuk
segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai,
serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang diperoleh.11
Sedangkan menurut Oliver G. Wood, “Likuiditas adalah kemampuan
bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan,
kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada
penundaan”.12
10
Riduan Tobink dan Bill Nikholaus-Fanuel, Kamus Istilah Perbankan Populer, (Jakarta, PT. Atalya Rileni Sudeco,2003) h.124
11
Mohamad Muslich, Manajemen Keuangan Modern; Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. III, h. 48
12
(42)
Menurut pengertian ini bank dapat dikatakan likuid apabila:
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya;
b. Bank tersebut memiliki cash asset yang lebih kecil dari yang tersebut di
atas, tetapi yang bersangkutan juga memiliki asset lainnya (khususnya
surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa
mengalami penurunan nilai pasarnya;
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets
baru melalui berbagai bentuk hutang.13
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
secara singkat bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu bank atau
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Secara praktis, likuiditas suatu bank sering dikaitkan dengan jumlah
dana pihak ketiga yang terdapat di bank tersebut pada waktu tertentu. Dalam
hal ini, untuk kondisi Indonesia, Pemerintah melalui Bank Sentral menetapkan
kewajiban setiap bank untuk memelihara likuiditas wajib minimum sebesar
5% dari besarnya kewajiban pihak ketiga.
13
Agnes Sawir, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, (Jakrta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.28-29
(43)
2. Tujuan Pengelolaan Likuiditas Bank
Adapun tujuan pengelolaan likuiditas antara lain14:
a. Untuk menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang
ditentukan bank sentral
b. Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan
cash flow terutama kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya
penarikan dana yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito
berjangka yang belum jatuh tempo.
c. Sedapat mungkin memperkecil idle funds
d. Memberi keyakinan kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat
menarik dananya sewaktu-waktu atau pada saat jatuh tempo.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Likuiditas Bank
Pada umumnya kebutuhan likuiditas bank dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang meliputi15: a. Kewajiban Reserve
Kewajiban reserve adalah rasio antara komponen-komponen alat
likuid dengan komponen-komponen kewajiban yang harus dipelihara
bank dalam suatu periode tertentu. Sebagaimana terjadi pada beberapa
bidang perbankan lainnya, peraturan dibidang kewajiban reserve
14
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2003) h. 165 15
(44)
(Statutory Reserve Requirement) juga terus menerus mengalami
perubahan. Bank sentral sebagai otoritas meneter menetapkan kewajiban
reserve itu dalam rangka pengendalian jumlah uang yang beredar, di
samping guna mendukung pelaksanaan prinsip kehati-hatian.
Besarnya kewajiban reserve yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
bagi setiap bank telah beberapa kali mengalami perubahan. Reserve rasio
itu pernah ditetapkan sebesar 30%, lalu 15%, kemudian 2% . Demikian
juga komponen-komponen reserve yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia juga telah beberapa kali mengalami perubahan. Suatu ketika
(sebelum Pakto 88) Bank Indonesia telah menetapkan besarnya
komponen alat likuid itu meliputi saldo kas, saldo giro pada Bank
Indonesia dan saldo giro pada bank lain (setelah Pakto 88) komponen alat
likuid yang diatur hanya meliputi saldo kas dan saldo giro pada Bank
Indonesia saja. Saat ini kewajiban reserve ditetapkan dalam bentuk Giro
Wajib Minimum (GWM) sementara komponen alat likuid yang diatur
meliputi saldo kas dan saldo giro pada Bank Indonesia. Saat ini BI
memutuskan untuk menaikkan besar setoran GWM bank dari semula 5%
menjadi 8%.16 Putusan ini dilatarbelakangi pertimbangan akan adanya potensi tekanan inflasi ke depan, sedangkan kondisi ekses likuiditas di
perbankan masih cukup besar.
16
Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010 - Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
(45)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia no:6/15/PBI/2004, maka
kewajiban reserve yang harus dibayar adalah:
1) Giro
2) Deposito berjangka
3) Tabungan
4) Kewajiban segera lainnya17
Kewajiban reserve minimum yng ditetapkan bank sentral
hanyalah sebagian saja dari sekian faktor yang mempengaruhi kebutuhan
likuiditas bank. Oleh karena itu bank harus memelihara posisi alat likuid
minimum sebagai primary reserve untuk memepertahankan posisi
likuiditasnya pada tingkat yang aman.
a. Tipe Dana yang Ditarik Bank
Tipe dana yang ditarik oleh bank merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam melakukan estimasi kebutuhan likuiditas bank.
Untuk dana investasi mudharabah, kebutuhan likuiditas bank timbul
pada tanggal jatuh tempo atas investasi tersebut. Tetapi untuk wadi’ah
(giro dan tabungan) kebutuhan likuiditas dapat timbul sewaktu-waktu
apabila pemegang wadi’ah, kebanyakan didasarkan atas pengalaman
tentang besarnya penarikan dana sehari-hari masa-masa sebelumnya.
Selain itu kemungkinan penarikan dana wadi’ah itu juga tergantung
17
Bank Indonesia no:6 / 21 / PBI / 2004 tentang; Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia pasal 9
(46)
pada persebaran dan jumlah pemegang rekening (spreading resource).
Besar kecilnya probability para nasabah menarik dananya secara
bersama-sama pada hari yang sama akan tergantung pada luas
sempitnya spreading resources tersebut.
b. Komitmen Bank dalam Pembiayaan atau Investasi
Komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain dalam
memberikan fasilitas pembiayaan atau melakukan investasi
menimbulkan konsekuensi kewajiban bagi bank untuk
merealisasikannya. Kewajiban komitmen ini oleh bank dicatat dalam
rekening administratif. Ketidakmampuan bank untuk merealisasikan
komitmen tersebut tidak saja berdampak pada reputasi dan bonafiditas
bank, tetapi juga berpotensi untukmenghadapi tuntutan permintaan
ganti rugi.18
4. Jenis dan Sumber Alat Likuid
Ada empat rekening pokok yang merupakan alat likuid bagi bank19, yaitu:
a. Kas pada vault, yang berisi uang tunai yang dipelihara oleh bank untuk
memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari. Besarnya uang tunai yang
dipelihara oleh bank biasanya didasarkan pada pengalaman atau estimasi
19
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,2005), cet.3, h.156
(47)
besarnya penarikan sehari-hari. Bila bank mempunyai kas pada vault
melebihi kebutuhan transaksi sehari-hari, maka kelebihan tersebut akan
disimpan pada bank sentral atau bank koresponden;
b. Wajib Minimum (GWM)20 sebagai pemenuhan statutory reserve requirement yang besarnya ditetapkan oleh bank sentral berdasarkan
persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Di samping itu
rekening ini merupakan sarana transaksi antar bank, baik dalam rangka
melakukan kliring cek-cek bank lain, maupun untuk transaksi pinjaman
antar bank atau dengan bank sentral;
c. Giro pada bank lain, yang berisi semua simpanan pada bank-bank
koresponden yang juga dimaksudkan untuk menunjang transaksi antar
bank, seperti transfer, inkaso (collection), transaksi L/C dan lain-lain.
d. Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkasi, yang terdiri dari
cek-cek Bank Sentral atau bank koresponden yang belum secara efektif
dikreditkan pada rekening bank pada Bank Sentral atau bank
koresponden.
Adapun menurut sumbernya, suatu bank dapat memperoleh alat-alat
likuid yang diperlukan tersebut di atas dari berbagai sumber, yaitu:
a. Asset bank yang akan segera jatuh tempo
20
Sesuai dengan peraturan BI bagi bank umum yang berdasarkan prinsip syari’ah, rumus perhitungan GWM adalah: GWM Rupiah = 5% x DPKt-2 dan GWM Valas = 3% x DPKt-2.
(48)
Kredit pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan jatuh
tempo dapat dianggap sebagai sumber likuiditas. Oleh karena itu, dalam
kondisi kebijakan uang ketat, posisi likuiditas suatu bank akan rawan
apabila keseluruhan portofolio kreditnya masuk kategori evergreen.
Surat-surat berharga, instrument pasar uang seperti Bank Acceptance, Sertifikat
Bank Indonesia, dan Sertifkat deposito pada bank lain yang akan segera
jatuh tempo, dapat pula dianggap sebagai sumber likuiditas dalam
golongan ini.
b. Pasar Uang
Pasar uang adalah sumber likiditas bank. Namun harus diakui bahwa tidak
setiap bank mempunyai kemampuan untuk masuk ke pasar uang. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank dan presepsi pasar uang atas
Worthinness bank tersebut. Dalam hal ini, para investor yang
meminjamkan uangnya ke bank akan melakukan analisa yang mendalam
dan selektif terhadap tingkat dan konsistensi perkembangan pendapatan,
kualitas asset, reputasi kesehatan manajemen, dan kekuatan modal bank.
c. Sindikasi kredit
Pembentukan sindikasi Kredit, selain bertujuan menyiasati legal lending
limit (3L) dan menyebarkan resiko, juga bertujuan untuk menjalin
hubungan dengan bank lain. Dengan demikian, ketika mengalami
kesulitan likuiditas maka bank tersebut dapat menyidikasi sebagian
(49)
d. Cadangan Likuiditas
Khusus bank yang tidak dapt segera memperoleh dana pada saat
diperlukan, maka bank tersebut biasanya membentuk cadangan likuiditas.
Cadangan likuiditas biasanya dibentuk dengan cara memelihara saldo kas
dan Giro BI pada batas maksimal yang diperbolehkan.
e. Sumber Dana yang sifatnya Last Resort
Salah satu sumber likuiditas yang sifatnya last resort, yang umum
digunakan oleh kebanyakan bank adalah fasilitas line of credit dari bank
lain. Bank yang menjalin hubungan koresponden dengan bank lain
kemungkinan dapat meminta fasilitas stand by line of credit dari bank
korespondennya tersebut. Selain itu, Bank Sentral bertindak sebagai
leader of last resort untuk dunia perbankan atau Lembaga keuangan
bukan bank. Namun bantuan dana dari bank sentral biasanya baru akan
dimanfaatkan oleh bank yang kesulitan likuiditas apabila sumber-sumber
likuiditas lainnya tidak cukup unruk mengatasi kesulitan likuiditas.
5. Piranti Penunjang Likuiditas Bank Syariah a. Sertifikat IMA
Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara
pemilik dan pengguna dana dapat berpotensi mengalami kekurangan atau
kelebihan likuiditas. Kekurangan likuiditas umumnya disebabkan oleh
(50)
Sedangkan kelebihan likuiditas dapat terjadi karena dana yang terhimpun
belum dapat disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.
Dalam rangka peningkatan pengelolaan dana bank, perlu
diselenggarakan pasar uang antar bank, agar perbankan syariah dapat juga
mengelola kelebihan dan kekeurangan dana secara efisien, landasan
syariah mengenai pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah
(PUAS) adalah:
1) Kaidah fiqih: “
ﺎﻬ ْﺮْ
ْ د
لﺪ
ْنأ
إ
ﺔ ﺎ ﻹا
ت
ْا
ﻓ
ْ ﻷا
”
yang artinya segala sesuatu dalam muamalat boleh dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkanya. Kaidah ini dapat dijadikanrujukan bagi penyelenggaraan pasar uang antar bank tidak dilarang
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2) Kaidah fiqh: “
اﺰﺟ
ﻜْﺮ
ﺖﱠﺼﺣ
ْﻜْﺮ
ثدﺎﺣأ
ىﺮﺘْ او
ﺮْﻏ ﻚْﻣ ىﺮﺘْ
ﱠﻷ
”, yang artinya jika salah seorang dari yangbermitra membeli bagian mitranya dalam kemitraan tersebut,
hukumnya boleh. Karena ia membeli hak milik orang lain. Kaidah ini
dapat dijadikan rujukan diperkenenkannya Sertifikat IMA, yang
mewakili kepemilikan asset (mal) bagi bank penanaman dana asset
ini diperjualbelikan.
(51)
“
ﺎ
ﱢﺮ ا
م
ﱠﺮ و
ْ ا
ﷲا
ا
و
” yang artinya Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.Ayat ini menjadi rujukan bagi bank syari’ah untuk melakukan jual
beli asset yang diwakili oleh Sertifikat IMA.21
Pasar uang antar bank syariah menggunakan piranti Sertifikat
Investasi Mudharabah antar bank (IMA) yang berjangka waktu
maksimum 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat syariah atau unit usajha
syariah bank konvensional.
Besarnya imbalan sertifikat IMA yang dibayarkan pada awal
bulan dihitung atas dasar tingkatan realisasi imbalan deposito investasi
mudharabah pada bank penerbit sebelum didisribusikan sesuai jangka
waktu penanaman.
b. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
Agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip
syariah dapat berjalan dengan baik, maka perlu diciptakan suatu piranti
pengendalian uang yang beredar yang sesuai dengan prinsip syariah
dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Piranti tersebut
dapat dijadikan sarana penitipan jangka pendek khususnya bagi bank
yang mengalami likuiditas.
21
(52)
Ketentuan mengenai SWBI didasarkan pada landasan syariah
sebagai berikut:
1) Kaidah Fiqih: “
ﺔ ْ ﺎ
ٌطْﻮﻨ
ﺔ
ﱠﺮ ا
مﺎ ﻹا
ف
ﱠﺮ
”yang artinya tindakan pemegang otoritas harus mashlahat yang
berlaku. Berdasarkan kaidah ini, Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter memiliki kewenangan membuat aturan prinsip
kehati-hatian yang digunakan oleh bank syariah dalam kegiatan
operasionalnya untuk tujuan kemaslahatan.
2) Piranti yang digunakan dalam operasi pasar terbuka perbankan
syariah adalah Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) yang
menggunakan titipan (wadi’ah yad dhomanah). Prinsip titipan dalam
syariah berdasarkan al-Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 283:
⌧
☺
)
ةﺮﻘﺒ ا
( :
٨
Yang artinya: “Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanahnya (titipannya) dan hendaklah yang ia bertakwa kepada Tuhannya”. Dalam transaksi wadi’ah yad dhomanah Bank Indonesia
memperoleh manfaat penerbitan SWBI sebagai piranti
pengendalian uang beredar sehingga dapat memberikan bonus
(53)
Jumlah dana yang dapat dititipkan sekurang-kurangnya
Rp500.000.000,- dan selebihnya dengan kelipatan Rp50.000.000,-
Jangka waktu SWBI adalah satu minggu, dua minggu dan satu
bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari.22
6. Alat-alat Pengukuran Likuiditas
a. Cash Ratio
Cash Ratio adalah alat pengukur likuiditas bank, yaitu suatu
likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh setiap bank. Cash Ratio
atau cash requirement adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang
dikuasai bank dengan kewajiban segera yang akan dibayar.23
%
Cash Ratio = A D
b. Giro Wajib Minimum (GWM)
GWM adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam
bentuk giro di Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank
Indonesia berdasarkan presentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
GWM = 5%X DPK t-2
Di mana:
22
Ibid, h.344 23
(54)
DPK t-2 = rata-ata harian jumlah DPK bank dalam suatu masa laporan
untuk dua masa laporan sebelumnya.
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalm bentuk kredit atau pembiayaan. Rasio yang terlalu tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank. Umumnya rasio sampai dengan 100% memberikan gambaran yang cukup baik atas keadaan likuiditas bank.24
X
%
Financing to Deposit Ratio (FDR)=T P
T DP
D. FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga, adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.25
24
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan…., Op.Cit, h. 160 25
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2002), h. 55
(55)
Semakin besar tingkat FDR, maka semakin baik pula Bank Syariah tersebut dapat
menjalankan fungsi intermediasinya.
Dari fungsi intermediasi, Perbankan Syariah menunjukan kinerja yang
mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari tahun ketahun besarnya fungsi
intermediasi mendekati 100 persen bahkan pernah melampui. Dengan kata lain,
hampir 100 persen dana pihak ketiga yang ada di bank Syariah disalurkan
kembali kepada masyarakat. Sementara bank konvensional paling tinggi
mendekati 70 persen.26 Fakta ini menunjukan bahwa Bank Syariah lebih pro dalam mengembangkan sector riil atau fungsi Perbankan Syariah dalm melumasi
mesin ekonomi lebih tangguh dibandingkan agregat Perbankan Konvensional.
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang
berhasil dikerahkan oleh bank kepada nasabah peminjam yang bersumber dari
dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank
tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti digambarkan
sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang nilai FDR nya lebih
kecil. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.27
26
A.Riawan Amin, “Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional” i-syariah, (September,2009), h..41
27
(56)
Dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan untuk menggerakan sector
riil dan diharapkan mampu untuk memicu pertumbuhan ekeonomi. Begitupula
sebaliknya, bila dana FDR Bank Syariah tidak disalurkan dengan baik maka
dampaknya selain penggerakan sector riil terhambat, juga mengakibatkan dana
masyarakat tersebut menganggur (iddle money) dan dapat mempengaruhi
berkurangnya jumlah uang yang beredar atau dapat digunakan sebagai tujuan
spekulasi dengan menekan nilai tukar rupiah bahkan dapat terjadi inflasi.
Begitu pentingnya FDR ini dalam menggerakan sector riil yang dapat
memacu pertumbuhan ekonimi, maka Bank Sentral selalu memantau
perkembangannya dan hati-hati dalam menentukan kebijakan moneternya.
%
FDR =
(57)
BAB III
DISKRIPSI HASILPENELITIAN
A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama yang menjadi cikal bakal berkembangnya perbankan syariah di Indonesia.Kemunculan ini berawal dari keresahan umat Islam terhadap hukum bunga bank.Adanya pro dan kontra dalam menyikapi hukum bunga bank oleh ulama di Indonesia membuat umat Islam menjadi ragu-ragu. Mereka takut berhubungan dengan bank karena dikhawatirkan akan tersangkut dengan bunga bank, yang jelas keharamannya. Namun di satu sisi mereka juga membutuhkan pelayanan perbankan dalam menjalankan kegiatan ekonomi.Oleh sebab itu maka dicarikanlah solusi yang berupa bank syariah.
Gagasan munculnya bank syariah di Indonesia diawali oleh lokakarya yang bertema “Bunga Bank dan Perbankan” tanggal 18-20 Agustus 1990. Yang kemudian ditindaklanjuti oleh Munas IV MUI di Hotel Syahid tanggal 22-25 Agustus 1990.
MUI kemudian membentuk TimSteering Comitte untuk mempersiapkan berdirinya bank syariah di Indonesia yang diketuai oleh Dr. Ir. Amin Azis. Dan juga dibentuk tim Hukum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang diketuai oleh Drs. Karnaen Perwaatmadja, M.P.A. sedangkan untuk
(58)
mempersiapkan Sumber daya manusia (SDM) diadakanlah Training Management Development Program (MDP) di LPPI.1
Tepat pada tanggal 1 November 1991, akta pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani.Selanjutnya tanggal 3 November 1991 diadakanlah silaturrahmi presiden di Istana Bogor untuk membahas modal Bank Muamalat ini. Akhirnya dapat terkumpul dana Rp. 106.126.382.000 sebagai dana modal disetor awal yang berasal dari presiden, wakil presiden, sepuluh menteri kabinet pembangunan V, Supersemar, Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dakab, Dharmais, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PINDAD. Dimana Yayasan Dana Dakwah Pembangunan ditetapkan sebagai yayasan penopang bank muamalat Indonesia.2
Setelah mendapat izin prinsip, surat keputusan menteri keuangan RI No. 1223/MK.013/1991 tanggal 5 november 1991, dan izin usaha keputusan menteri keuangan RI No. 430/KMK: 013/1992 tanggal 24 April 1992, maka pada tanggal 1 Mei 1992 secara resmi PT Bank Muamalat Indonesia beroperasi di Jalan Sudirman Jakarta.3
1
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Dan Lembaga-Lembaga Terkait, (BAMUI, Takaful Dan Pasar Modal Syariah) Di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2004), hal. 83-84
2
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, ed. M. Nauval Umar, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 59-60.
3
Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
(59)
Adapun landasan hukum bank muamalat dalam menjalankan perannya adalah UU No. 7 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil yang dijabarkn dalam surat edaran bank Indonesia (SEBI) No. 25/4/BPPP tanggal 29 februari 1993 yang pokoknya sebagai berikut:
a. Bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat yang dilakukan usaha semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil.
b. Prinsip bagi hasil yang dimaksud adalah prinsip bagi hasil yang berdasarkan syariah.
c. Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki dewan pengawas syariah (DPS).
d. Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan bagi hasil. Sebaliknya bank umum atau bank perkreditan rakyat yang usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil.
Pada tahun 2004 Bank MuamalatMeluncurkan produk Shar-e, produk tabungan instan pertama yang terjual di seluruh wilayah Indonesia dengan system penjualan melalui jaringan online kantor pos. Shar-e ini kemudian menjadi produk bank dengan pertumbuhan tercepat dengan pencapaian lebih dari 2 juta pemegang kartu dalam 4 pada tahun (2009), total jumlah nasabah Bank Muamalat sekitar 3 juta nasabah.
(60)
T menggon mampu akhir 20 27,09% miliar d serta inv Tahun 2009 ncang perek mencatat pe 09 total asse , asset ini b an disalurka vestasi syaria
Bank Mua konomian.Se
ertumbuhan et bank mua berasal dari an pada akt ah lainnya.4
amalat terke kali lagi ban . Berdasarka amalat menca dana pihak ivitas pemb Gamba ena dampak nk muamala an laporan apai Rp 16.0 k ketiga (DP iayaan sebe
ar 3.1
k dari krisis at masih bisa keuangan (a 027,18 milia PK) sebesar esar Rp 11.4
s global ya a bertahan d audited), pa ar atau tumb Rp 13.316, 428, 01 mil
ang dan ada uh 90 iar
Totall Pembiayaaan Bank Muaamalat tahunn 2005-2009
4
Bank
k Muamalat ,A
(61)
G
Gambar 3.2
Totaal Dana Pihakk Ketiga tahhun 2005-20009
Totall Aset Bank
Gambar 3 Muamalat ta
3.3
(62)
Setelah tumbuh selama satu dasawarsa, Bank Muamalat memandang tahun 2009 sebagai saat yang tepat untuk merestrukturisasi serta memperkokoh landasan usaha demi pertumbuhan di masa depan. Sekalipun dunia dilanda resesi ekonomi, sector perbankan syariah di Indonesia tetap kokoh dan bergairah. Prospek pertumbuhannya di masa depan pun sangat menjanjikan.
Sebagai bank pertama murni syariah, dan pelopor di pasar perbankan syariah nasional sejak tahun 1991, Bank Muamalat memiliki posisi yang strategis guna memanfaatkan peluang pertumbuhan tersebut.Untuk itu, Bank Muamalat harus membangun landasan dan infrastruktur yang lebih kokoh.
Pada tahun 2009, Bank Muamalat melakukan beberapa perubahan structural, perbaikan system operasional, serta penyelarasan lini usaha. Semua ini adalah dalam rangka transformasi Bank Muamalat yang berkelanjutan untuk menjadi bank syariah modern yang beroperasi dengan standar kelas dunia-lebih siap untuk melayani kebutuhan nasabah dari segi lapisan masyarakat, diberbagai kota besar hinggga pelosok nusantara, bahkan di luar negeri.
B. Visi dan Misi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi agar tau tujuan perusahaan dan tau apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Visi dan misi bank muamalat Indonesia adalah:
Visi: Menjadi bank utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
(63)
”To become the premier sharia bank in Indonesia, dominant in the spiritual market, admired in the rational market”.
Misi: menjadi ROLE MODEL Lembaga Kaeuangan Syariah dunia dan penekanan kepada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder.
”To become a ROLE MODEL among the world’s sharia financial institutions, emphasizing in entrepreneurial spirit, managerial excellence, and innovative investment orientation to maximize value to stakeholders”.5
C. Produk dan Jasa
1. Produk Penghimpunan Dana 1.1. Shar-e
Shar-e adalah tabungan instan investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor Pos Online di seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000, langsung dapat diperoleh satu paket kartu Shar-e dengan saldo awal tabungan Rp. 100.000.Shar-e adalah sarana menabung dan berinventasi di Bank Muamalat dan diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif.
5
(64)
1.2. Tabungan Umat
Merupakan investasi tabungan dengan akad Mudharabah di kantor layanan Bank Muamalat di seluruh counter Bank Muamalat, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM bersama. Tabungan umat dengan kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Selain itu, nasabah tabungan ummat akan memperoleh bagi hasil yang kompetitif perbulannya.
1.3. Tabunganku
Merupakan tabungan bebas biaya administrasi bulanan yang dapat diakses dengan mudah dan murah. Nasabah cukup menyediakan dana Rp 20.000 untuk dapat memiliki rekening tabunganku. Nasabah tabunganku dapat menyetor di seluruh kantor cabang dan menarik di kantor cabang Bank Muamalat secara bebas biaya.
1.4. Tabungan Haji Arafah dan Arafah Plus
Merupakan tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berencana untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa secara cuma-cuma nasabah akan mendapatkan penggantian sebesar selisih nilai Biaya Ibadah Haji (BPIH) dengan saldo tabungan melaui ahli waris manakala meninggal dunia.tabungan haji Arafah juga menjamin nasabah
(65)
untuk memperoleh kursi keberangktan karena Bank Muamalat telah terhubung on-line dengan Sikhosat Departemen Agama.
1.5. Deposito Mudharabah
Merupakan jenis investasi syariah bagi nasabah perseorangan dan badan hukum yang memberikan bagi hasil yang optimal. Dana nasabah yang disimpan pada Deposito Mudharabah akan dikelola melalui pembiayaaan kepada berbagai jenis usaha sector riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan dengan pilihan mata uang dalam rupiah dan USD.Deposito Mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan juga dapat dijadikan jaminan pembiayaan di Bank Muamalat.
1.6. Deposito Fullinves
Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan.Deposito Fullinves memiliki keunggulan perlindungan asuransi jiwa secara Cuma-Cuma dan dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan juga dapat dijadikan jaminan pembiayaan di Bank Muamalat.Deposito Fullinves memberikan bagi hasil setiap bulan yang optimal.
1.7. Giro Wadiah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
(66)
bilyet giro dan aplikasi pemindahbukuan. Diperuntukan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha.
1.8. Kas Kilat
Muamalat kas kilat kilat-I (mk2) adalah layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-e. Layanan kas kilat bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad membantu nasabah mengirimkan uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia.
1.9. Dana Pensiun Muamalat
DPLK Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pension 45-46 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 50.000m perbulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT UMAT, dimana selama masa kepersertaan akan dilindungi asuransi jiwa sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun.
(67)
2. Produk Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank Muamalat dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan /atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imb1alan, atau bagi hasil. Pembiayaan yang diberikan dapat digunakan untuk kebutuhan Modal Kerja, Investasi atau Konsumtif. Penyalurannya dapat dilakukan secara bilateral yaitu oleh satu bank syariah kepada satu pihak maupun secara multilateral/ sindikasi yaitu oleh lebih dari satu bank syariah/unit usaha syariah / lembaga keuangan kepada satu pihak.
a. Pembiayaan Jual Beli
a.1Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif.
a.2Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari dimana pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Konsep Salam cocok untuk pembiayaan dibidang pertanian.
(68)
Adalah jual beli dimana produsen (Shaani’ ) ditugaskan untuk membuat suatu barang pesanan dari pemesan (Mustashni’) . Istishna’
mirip dengan salam yaitu dari segi objek pesanannya harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya, pembayaran istishna’ dapat dilakukan diawal, ditengah atau diakhir pesanan.Konsep istishna’ cocok untuk pembiayaan pembangunan property dan penyediaan barang atau asset yang memiliki kriteria spesifik.
b. Pembiayaan Bagi Hasil
b.1. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.
b.2. Musyarakah Mutanaqisah
Adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak ( syarik ) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Konsep ini dapat digunakan untuk pembelian rumah, melalui pengajuan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah (KPR) Syariah Baiti Jannati.
(69)
b.3. Mudharabah
Adalah kerja sama antara dua pihak di mana salah satu pihak (bank) bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal) dan pihak lain (nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam hal ini, Bank menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk dikelola.Pembiayaan Mudharabah banyak digunakan untuk pem biayaan proyek atau usaha-usaha yang memiliki proyeksi dan pencatatan pendapatan dan biaya usaha yang definitif.Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.
c. Pembiayaan Sewa c.1. Ijarah
Adalah perjanjian antara bank sebagai pemberi sewa (mu’ajir) dengan nasabah selaku penyewa (musta’jir) atas suatu barang atau aset milik bank.Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang atau asset yang disewakannya.
c.2. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Adalah perjanjian antara Bank sebagai pemberi sewa (mu’ajir) dengan nasabah selaku penyewa (musta’jir). Dengan konsep IMBT, nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan objek sewa tersebut dari pemberi
(1)
, , Dimana:
Dala ian juga diperoleh bahwa Solvabilitas (CAR) memiliki
B. Saran-Saran
sil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebaga
Bank
likuiditas (FDR) suatu bank, maka pihak bank harus Y= FDR
X= CAR m penelit
hubungan yang kuat dengan Likuiditas (FDR) Bank Muamalat Indonesia, hal ini dibuktikan dengan nilai R 0,689 atau 68,9%. Selain itu Solvabilitas (CAR) memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap Likuiditas (FDR) Bank Muamalat Indonesia, hal ini dibuktikan dengan nilai R Square yang dihasilkan dari uji koefisien determinasi, yaitu sebesar 47,5%.
Dari ha i berikut: 1. Untuk Pihak
a. Dalam menjaga
memperhatikan besarnya Solvabilitas (CAR) yang dimiliki. Karena jika pihak bank terus meningkatkan Solvabilitas (CAR) maka hal ini akan berpengaruh terhadap menurunya tingkat FDR yang dimiliki bank, dan menurunnya tingkat FDR mengindikasikan bahwa jumlah pembiayaan yang disalurkan menurun sehingga akan berdampak pada penggerakan
(2)
sector riil terhambat, juga mengakibatkan dana masyarakat tersebut menganggur (iddle money) dan dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah uang yang beredar.
b. Memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia agar
terhindar dari resiko likuiditas.
2. Untuk Investor/nasabah
Para investor atau nasabah harus melihat atau mengetahui dan memahami suatu bank yang akan menjadi pilihan dalam menginvestasikan dananya, baik melalui fisik maupun keadaan keuangannya. Seperti dengan cara melihat tempat, pelayanan serta proses kegiatan bank tersebut. Atau dapat juga melihat laporan keuangan yang diterbitkan melalui media cetak maupun media elektronik.
3. Untuk Para Akademisi
a. Dalam mempelajari dan mengetahui kondisi kesehatan bank khususnya
Likuiditas dan Solvabilitas, maka perlu diadakan penelitian secara langsung terhadap suatu bank khususnya perbankan syariah. Agar dapat memeperoleh referensi baru sebagai penunjang dalam melakukan kegiatan perkuliahan.
b. Karena penelitian ini menggunakan satu variabel bebasnya, maka
(3)
bebasnya untuk melihat perbandingan besarnya pengaruh antar variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya (Likuiditas). Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak jumlah sampelnya, agar hasil analisis datanya lebih tergeneralisasi.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an al-Karim
Amin, A.Riawan, “Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional.” i-syariah,.September,2009.
Arifin, Zainul.Dasar-DasarManajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet, 2003
. Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah, edisi revisi Jakarta: Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2006
Bank Indonesia no:6 / 21 / PBI / 2004 tentang; Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia pasal 9
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan Edisi 2. Galia Indonesia: Bogor, 2005 Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, ed. M. Nauval Umar, (Jakarta: Kencana, 2006)
Harahap, Sofyan Syafri . Analisis Kritisatas Laporan Keuangan,Cet 1.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
Mauladi, Ali. Statistika 1: Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakarta: PT Prima Heza Lestari, 2006.
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Jakarta: Graha Ilmu, 2005.
Muhammad, dkk, Bank Syariah: Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman, Cet.3. Yogyakarta: Ekonisia, 2004
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2002.
Mulyono. TeguhPudjo. Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Cet. 3.
Jakarta: Djambatan, 1990.
(5)
Muslich, Mohamad, Manajemen Keuangan Modern; Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan. Jakarta, PT. BumiAksara, 2003.
Nachrowi D Nachrowi & Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Noor, Zainulbahar. Bank Muamalat: Sebuah Mimpi, Harapan, dan Kenyataan. Jakarta: Bening Publishing, 2006.
Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010 - GiroWajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
Perwataatmadja, Karnaendan Antonio, Syafi’i. Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992
Rachmat Firdaus, ManajemenPerkreditan Bank Umum,Cet II . Bandung: Alfabeta, 2004
Remy, Sutan. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2005.
Riduan Tobink dan Bill Nikholaus-Fanuel. Kamus Istilah Perbankan Populer. Jakarta, PT. Atalya Rileni Sudeco, 2003.
Rivai, Veithzal. Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System.Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2007
Rochaety, Ety. Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS, edisi revisi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2009.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FEUI 2004.
Soehartono, Dr. Irawan.“Metode Penelitian Sosial”. PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2002.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet XIII. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
(6)
Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Dan Lembaga-Lembaga Terkait, (BAMUI, Takaful Dan Pasar Modal Syariah) Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Kedua. Jakarta, Balai Pustaka, 1989
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Annual Report Bank Muamalat Indonesia tahun 2009.
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/