Analisis semiotik kritik sosial handhone dalam komik kartun benny dan mice talk about hape

(1)

Skripsi

Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :

Nurma Wazibali

NIM : 107051100323

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam

Komik Kartun Benny & Mice Talk About Hape”. Telah diujikan dalam sidang

Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidatullah Jakarta, pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S.1) Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 20 Juni 2011 Sidang Munaqosah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Djalal, MA Ade Rina Farida, M.Si

NIP. 19520422 198103 1 002 NIP.197700513 200701 2 018

Penguji I Penguji II

Dr. Suhaimi, M. Si Rubiyanah, MA

NIP. 1970906 199304 1 002 NIP. 19730822 199803 2 001

Pembimbing,

Rulli Nasrullah, M. Si


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2011


(4)

i

Nurma Wazibali

Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Talk About Hape

Komik pada saat ini menjadi salah satu sarana bagi para masyarakat untuk menuangkan ide dan ide kreatifnya tanpa harus terkekang. Selain gambar-gambar yang unik dan cerita-cerita lucu, komik juga bisa menjadi sarana bagi masyarakat menuangkan kritik-kritik yang sedang terjadi. Melalui komik, kritik tidak akan terasa berat untuk dimengerti.

Komik kartun Benny & Mice Talk About Hape, menjadi salah satu bentuk wujud kritik sosial yang ada mengenai apa yang menjadi kegemaran masyarakat saat ini. Dengan mengambil contoh-contoh apa yang sedang terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya, komik ini bisa menjadi cerminan bagi para pembacanya. Maka kemudian timbul pertanyaan, Tanda-tanda apa saja yang terdapat pada komik kartun benny & mice? Apa makna tanda yang terdapat dalam komik kartun benny & mice? Pesan apa saja yang terdapat dalam komik kartun benny & mice?

Selain kritik yang mengena, komik kartun Benny & Mice juga menggambarkan jenis-jenis masyarakat yang menggunakannya, jenis-jenis handphone yang sedang berkembang, serta baik dan buruknya perkembangan teknologi itu sendiri bagai masyarakat hingga sekarang.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan model deskriptif. Data yang telah didapatkan dari hasil buku Komik kartun Benny & Mice Talk About Hape, serta digabung dengan hasil observasi buku-buku entang komik dan kartun dan dokumentasi, selanjutnya di analisisnmenggunakan semiotika, untuk membaca tanda atau simbol. Teori yang digunakan adalah Semiotik menurut Roland Barthes yaitu melihat dan mencari Makna Denotasi, Makna Konotasi dan Mitos.

Maka kesimpulannya, dalam komik kartun benny & mice talk about hape ini adalah mengenai bagaimana masyarakat menyikapi perkembangan teknologi yang ada terutatam handphone. Makna denotasi dalam komik tersebut adalah semua yang tergambar dalam komik tersebut merupakan cerminan masyarakat. Makna konotasinya yaitu bagaimana kritik yang disampaikan dengan sederhana, lucu namun mengena. Mitosnya, yaitu penejelasan bagaimana masyarakat seharusnya bersikap akan perkembangan teknologi.


(5)

ii

Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Maha Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya. Dengan segala karunianya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis sadari bahwa penulis tidak akan mampu menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Agus Sukirman dan Mama Lilis Lisniawati, yang tak pernah berhenti berusaha mendidik anak-anaknya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Kakakku (Ahmad Fathulloh) yang selalu menjadi pelindungku, kedua adikku (Nurfadillah dan Nurfina Maryam) yang selalu memberikan keceriaan, serta seluruh keluargaku di Bandung yang tak pernah berhenti mendo’akanku.


(6)

iii

Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Kepegawaian, Drs. Studi Rizal, LK. MA selaku Pembantu Dekan Kemahasiswaan

3. Rubiyanah, MA, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ade Rina Farida, M,Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik yang senantiasa memberikan arahannya.

4. Rulli Nasrullah, M. Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan arahan dan waktunya untuk membantu penulis.

5. Seluruh dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal untuk mempermudah penulis.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak membantu penulis dalam mencari bahan referensi dalam penelitian ini. 7. Benny Rachmadi dan Muh Misrad, yang telah menjadi motivasi dengan

segala pemikiran kritik-kritik sosialnya.

8. Guru-guru dan Alumni SMP El-Syifa dan MAN 11

9. Abdurachman, dengan segala kesabaran, pengertian, waktu, tenaga dan semua motivasinya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 10.Rangerz (Cahya, Zabrina, Ika, Ririn, Zee, Dita, Zahra, Yanti) yang selalu

memberikan suasana “gila” yang pasti akan selalu aku rindukan. Q-doenk2 (Husniyah, Citra, Nicky, Zubey) aku tunggu kabar baik dari kalian yaa,,


(7)

iv

Admiral, Fajar, Rezza, Munir, dan Kiki. Bersama kalian penulis tau apa arti sebuah persahabatan.

12.Keluarga Bringin yang selalu memberikan tawa dan semangatnya (Love you All)

13. Jurnalistik Angkatan 2008 dan Angkatan 2009, yang selalu memberi semangat dan do’anya.

Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas budi baik dan jasa kalian. Penulis mohon maaf apabila tanpa sengaja ataupun tidak sengaja melakukan kesalahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Jakarta, 06 Juni 2011


(8)

v

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Metodelogi Penelitian ... 5

E. Tehnik pengumpulan data... 6

F. Tekhnik Analisis data ... 7

G. Tinjauan Pustaka ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kritik Sosial Melalui Medium Kartun ... 1

Pengertian Kartun ... 1

1. Pengertian Komik ... 2

- Perkembangan Komik ... 7

2. Pengertian Komikus, Kartunis dan Karikaturis ... 9


(9)

vi

C. Teknologi Mempengaruhi Budaya ... 23

D. Kritik Sosial ... 26

E. Pengertian Handphone... 29

F. Analisis Semiotika... 29

1. Teori Roland Barhes ... 33

BAB III PROFIL PENULIS KOMIK A. Komik : Talk About Hape ... 1

B. Profil Tokoh Komik ... 1

C. Sejarah Penulis ... 2

a. Profil Benny Rachmadi (Benny) ... 4

b. Profil Muhammad Misrad (Mice) ... 4

c. Karya-karya Benny dan Mice ... 5

BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Data ... 1

1. Gambar 1 ... 2

- Analisis... 2

- Tabel Analisis ... 4

2. Gambar 2 ... 5

- Analisis... 5


(10)

vii

- Tabel Analisis ... 12

4. Gambar 4 ... 14

- Analisis. ... 14

- Tabel Analisis ... 15

5. Gambar 5 ... 16

- Analisis... 16

- Tabel Analisis. ... 18

6. Gambar 6 ... 20

- Analisis... 20

- Tabel Analisis. ... 22

7. Gambar 7 ... 24

- Analisis... 24

- Tabel Analisis ... 26

8. Gambar 8 ... 28

- Analisis... 28

- Tabel Analisis ... 30

9. Gambar 9 ... 31

- Analisis... 31

- Tabel Analisis ... 32

10.Gambar 10 ... 34

- Analisis... 34


(11)

viii

A. Kesimpulan ... 1

1. Makna Denotasi ... 3

2. Makna Konotasi ... 3

3. Mitos ... 3

B. Saran ... 4

DAFTAR PUSTAKA ... 5


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Komik kini telah berkembang sebagai media dalam mengkonstruksi wacana atau opini publik yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat. Para komikus (sebutan bagi para pembuat komik), bisa mengembangkan berbagai kritik dan penyampaian informasi. Masyarakatpun dapat menerima tanpa harus berbelit-belit dengan teori. Komik yang biasa dikemas dengan nuansa humor, dan dengan berbagai macam gambar lebih mudah diterima. Walaupun banyak media bermunculan untuk mengungkapkan kritik dan informasi, namun daya tarik komik tidak kalah dengan media-media lain.

Dengan paket yang simpel dan dengan gambar-gambar yang diselipkan dalam komik tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati membaca komik, namun anak-anak juga bisa belajar melihat bagaimana perkembangan, kritik-krtik sosial, serta informasi yang terjadi pada saat itu. Anak-anak bukanlah tipe golongan yang dengan mudah menyerap dan mengerti suatu informasi hanya melalui teks berita dan media televisi audio visual yang selalu di lebih-lebihkan. Dengan komik mereka bisa dengan mudah memahami apa saja yang sedang marak terjadi, tanpa merasa sulit dalam mengartikannya. Apalagi para komikus sekarang ini bisa mengangkat tema yang terjadi dikalangan dewasa maupun anak-anak. Cerita-cerita dalam komik pun berbeda-beda, di bagi melalui gender dan tingkat usia. Selain di bedakan gender dan tingkatan usia, komik juga memiliki jenis-jenis dalam isi dari cerita.


(13)

Ada jenis percintaan, horor (hantu), kebiasaan sehari-hari atau kehidupan sehari-hari, humor, hasil catatan pribadi dan tentu saja karangan fiksi atau cerita yang dikarang oleh pengarang tersebut. Sebenarnya komik hampir sama dengan novel dalam pembuatan jalan cerita, hanya saja komik bercerita tidak melalui tulisan saja tetapi komik bercerita melalui gambar juga. Dari sekian banyak jenis komik yang ada, komik Benny dan Mice Episode Talk About Hape, bisa begitu menarik untuk dibahas. Komik ini adalah salah satu komik kartun yang berani mengkritik bangsanya sendiri dengan cara-cara yang ekstream. Benny dan Mice merupakan kartun yang dapat mewakilkan ‘southpark’-nya Indonesia, selain kritik disampaikan dengan cara yang pas dengan kultur indonesia juga dapat menghibur1.

Komik tersebut menggambarkan kritik sosial tentang bagaimana sebuah teknologi yang ada bisa begitu menyita perhatian masyarakat luas di seluruh dunia. Komikus mengungkapkan fakta yang terjadi pada masyarakat di zaman sekarang dengan menggelitik, ringan, namun mengena bagi para pembacanya. Dengan komik media sebagai salah satu penyalur kritik sosial menjadi sangatlah mudah di mengerti

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape”

1


(14)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, maka peneliti membatasi penelitian tentang permasalahan sosial dalam komik tersebut.

Agar penelitian ini tidak terlalu luas pembahasannya, maka di buat batasan. Ruang lingkup hanya di batasi pada Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape pada halaman 3, 4-5, 8-9, 10, 16-17, 20-21, 62-63, 69, 75 dan 92, karena hanya pada halaman tersebut peneliti menemukan tanda-tanda yang mewakili setiap bagian pembahasan dalam komik yang sesuai dengan judul skripsi ini.

1. Bagaimanakah makna denotasi pada gambar-gambar komik kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape ?

2. Bagaimanakah makna konotasi pada gambar-gambar komik kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape?

3. Bagaimanakah mitos pada gambar-gambar komik kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penulisan ini adalah penulis ingin melihat bagaimana sebuah komik bisa memaknai gambar-gambar tentang suatu permasalahan kritik sosial dalam perkembangan Hp dikalangan masyarakat seperti yang tergambar dalam komik Benny dan Mice. Bagaimana sebuah benda tersebut bisa menyita kalangan masyarakat dengan cepat dan terus menerus. Lalu bagaimana sebuah komik bisa begitu mengena dalam


(15)

mengkritik sebuah fenomena yang ada. Seberapa detail komik tersebut menggambarkan fenomena tersebut.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah wawasan keilmuan.

a. Segi Akademis

Manfaat dari penelitian ini adalah, bagaimana sebuah komik bisa mengemas sebuah kritik sosial pada umumnya. Sebuah fenomena yang sampai sekarang masih begitu melekat di kalangan masyarakat luas. Selain itu, bagaimana sebuah benda bisa menjadi sarana dakwah bagi masyarakat.

Bahwasannya komik tidak hanya menjadi sebuah buku yang bisa menghibur saja, melainkan bisa menjadi sebuah media bagi kritik dan informasi yang ditampilkan dengan ringan dan sederhana.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi penelitian yang serupa. Dapat menambah ilmu dan dapat memaparkan bagaimana sebuah komik tidak hanya sebagai buku hiburan bergambar, tetapi bisa menjadi sarana bagi sebagian orang dalam mengekspresikan permasalahan-permasalahan secara simple tetapi tetap lugas dan gampang dimengerti.


(16)

D.Metedologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akuran tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu2. Analisis semiotik sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat di ketahui.

Penelitian ini juga melakukan penelusuran terhadap bebagai literatur dan studi lapangan. Pembahasannya dilakukan dengan pendekatan kualitatif, penggunaan sumber literatur yang memuat tentang komik, baik berupa artikel, makalah, ataupun buku-buku dan sumber-sumber yang tertulis lainnya untuk mengeksplorasi makna pesan yang terdapat dalam tanda-tanda di komik kartun benny & mice.

Maka peneliti menggunkan analisis semiotik Roland Barthes. Dengan analisis semiotik maka akan sangat membantu penulis untuk melakukan penelitian.

2


(17)

2. Subjek dan Objek Penelitian

 Subjek Penelitian

Dalam masalah ini subjek penelitian adalah Komik Benny & Mice Episode Talk About Hape.

 Objek Penelitian

Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya maka objek penelitian penulis adalah meneliti apa tujuan Benny dan Mice menciptakan komik tersebut dan bagaimana sebuah komik dengan kritik sosial yang ringan, dapat mempengaruhi pemikiran dan cara pandang para pembacanya mengenai sebuah dampak perkembangan teknologi, konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks kritik sosial yang dilakukan Benny dan Mice dalam komiknya tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

Pengumpulan data dilakukan dengan cra mengumpulkan teks, pengamatan secara menyeluruh dari semua isi teks dan gambar. Signifikasi tahap pertama adalah denotasi. Pada tahap ini terdapat tanda yang terdiri atas penanda dan petanda. Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek.

a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan


(18)

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.3 Di sini penulis membaca dan memahami isi pesan dan makna dari konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang menjelaskan suatu kritik sosial yang mempengaruhi pembuatan teks dalam komik Benny dan Mice Talk About Hape.

b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini, internet dan lain sebagainya.

F. Teknik Analisis Data

Tekhnik analisa data menggunakan semiotika Roland Barthes. Barthes adalah penerus Saussure yang tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kuarng tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Fokus perhatian Barthes adalah pada gagasan tentang signifikasi dua tahap, yaitu Denotasi dan Konotasi. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya dengan denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menujukan signifikasi tahap kedua4.

Tujuan dari tehnik analisis data ini adalah untuk mengetahui bagaiaman makna yang terdapat dalam gambar pada komik kartun Bennya & Mice Episode Talk About Hape.

3

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1

4


(19)

G. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Penulis belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti teliti, diantaranya :

Analisis Semiotik Iklan Kampanye Politik Prabowo di Televisi karya Puga Bayhaqie dari Jurnalistik, Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo 2009 karya Aida Islamie dari Jurnalistik, Analisis Film Turtles Can Fly karya Istianah dari Jurnalistik, Analisis Semiotik Tata Letak Halaman Depan Koran Tempo Edisi Juni 2009 karya Hilma dari Jurnalistik dan Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta karya M. Fikri Ghazali dari Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).

Dengan begitu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape di UIN Syahid Jakarta.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi pembahasannya terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:


(20)

BAB I PENDAHULUAN membahas Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tehnik pengumpulan data, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI membahas Kritik Sosial Melalui Medium

Kartun. Pengertian Komik, Pengertian Kartun, Komikus, kartunis dan Karikaturis. Kritik sosial dalam kartun dan karikatur. Teori Technology Determinism, Teori Marshall McLuhan, Pengertian Kritik Sosial, Teknologi Mempengaruhi Budaya. Analisis Semiotika, Pengertian Semiotika, Semiotika Roland Barthes

BAB III PROFIL PENULIS KOMIK (BENNY & MICE) membahas

Profil Komik Talk About Hape, Profil Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad, Sejarah Pendidikan dan Latar Belakang penulis, Karya-karya Benny dan Mice

BAB IV ANALISIS PENELITIAN Dalam bab ini ada Tabel Analisis,

bab penjelasan tentang Makna Semiotik yaitu Makna Konotatif, Makna Denotatif dan Mitos

BAB V PENUTUP berisi kesimpulan skripsi, saran-saran, dan lampiran


(21)

10

A. Kritik Sosial Melalui Medium Kartun

1. Pengertian Kartun

Kartun (cartoon) berasal dari bahasa Italia Cartone yang artinya ‘kertas’. Pada mulanya kartun adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot ( shout paper ) sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini kartun adalah gambar yang bersifat dan bertujuan sebaga humor satir. Jadi kartun tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk kepentingan seni semata-mata, melainkan mempunyai maksud melucu bahkan menyindir dan mengkritik.

Kartun biasanya digunakan sebagai wahana kritik sosial di berbagai media cetak, kartun merupakan selingan setelah para pembaca disajikan berbagai rubrik dan artikel yang serius. Pembaca dibawa kedalam situasi santai dan menghibur, walaupun pesan-pesan yang disampaikan berupa kritikan-kritikan, namun dirasakan tidak terlalu melecehkan atau mempermalukan karena tampilannya yang jenaka1.

Kartun biasanya hanya dicetak di surat kabar, koran, atau majalah. Inilah yang kemudian dikenal dengan komik strip, yaitu gambar bercerita yang digambar dalam panel-panel dan diterbitkan secara teratur. Komik strip merupakan evolusi pertama dari perkembangan komik. Secara sederhana kartun dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kartun verbal dan kartun non verbal. Kartun verbal adalah kartun-kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata, frasa, kalimat,

1

Ershad Har, “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007), h. 19


(22)

wacana disamping gambar-gambar jenaka didalam memancing senyum dan tawa para pembacanya. Sementara itu, kartun non verbal adalah kartun yang semata-mata memanfaatkan gambar-gambar atau visualisasi jenaka untuk menjalankan tugas itu. Gambar-gambar yang disajikan pada jenis kartun yang kedua ini adalah gambar-gambar yang memutar balikan logika2.

Kartun-kartun yang terdapat di media-media cetak meliputi berbagai jenis seperti :

1. Kartun editorial (editorial cartoon) yang digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan masalah politik atau peristiwa aktual sehingga sering disebut katun politik. 2. Kartun murni (gag cartoon) yang dimaksudkan sekedar sebagai gambar

lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual

3. Kartun Komik (comic cartoon) yang merupakan susunan gambar, biasanya terdiri dari tiga sampai enam kotak. Isinya adalah komentar humoris tentang suatu peristiwa atau masalah aktual. Hal ini tidak mengingkari adanya kartun-kartun komik yang isinya tidak berbeda dengan kartun murni3.

2. Pengertian Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya mudah dibaca dan

2

Wijana, Kartun, StudiTtentang Permainan Bahasa, h.8 3


(23)

lucu4. Gambar yang memiliki cerita, dibuat dalam panel-panel kotak dan kata-katanya terangkai dalam balon-balon teks.

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalina cerita. Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari stip dalam koran, dimuat dalam majalah, dan berbentuk buku sendiri.

Scott McCloud, seorang cendikia komik yang menjabarkannya menjadi imaji-imaji yang berderet berdampingan dalam sebuah urutan atau sekuen, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan respon artistik bagi pembacanya.

Dikalangan para ahli pun masih belum sependapat mengenai definisi komik. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya. Ditambah, karena sifatnya sebagai budaya populer akan serta merta mengikut sertakan budaya dan keseharian dari asal negaranya membuat komik memiliki kekayaan tersendiri, selain membuat kita dapat belajar budaya dan keseharian bangsa lain. Misalkan kebiasaan membaca dari kanan ke kiri bagi masyarakat jepang membuat komiknya memiliki ciri khas tersendiri.5

4

Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10, h.515

5


(24)

Esvantdiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia komik yang harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya:

1. Outline : garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan standar yang baku, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih dinamis dan hidup.

2. Panel : kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah persegi empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi panel.

3. Tone atau screentone : lembaran motif yang digunakan untuk mengisi bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang salah satu sisinya dilapisi lem atau perekat.

4. Toning : proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.

5. Balon dialog : tempat meletakan dialog. Umumnya berbentuk bulat atau lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat lebih variatif lagi.

6. Foreground : gambar yang di lihat mata lebih dahulu atau terletak di bagian depan. Biasanya memiliki outline yang lebih tebal dibandingkan latar belakang.

7. Latar belakang atau background : gambar yang terletak di belakang foreground. Biasanya memiliki outline yang lebih tipis di bandingkan foreground.6

6

Esvandiari Sant, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo), h.3


(25)

Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang umumnya mudah dibaca dan lucu7. Gambar yang memiliki alur cerita dan dibingkai atau dibuat panel-panel kotak (ruang yang terpisah) dan biasanya kata-kata dari kartun itu berada dalam lingkaran balon teks. Komik juga bisa diartikan sebagai salah satu seni yang didalamnya terdapat gambar-gambar tidak bergerak yang disusun agar menjadi sebuah jalan cerita. Komik biasanya dicetak dalam sebuah kertas yang dilengkapi dengan teks. Penerbitan komik pun terbagi dalam beberapa macam, seperti strip dalam koran, dimuat dimajalah, hingga berbentuk sebuah buku.

Pada tahun 1996, Will Eisner menuliskan dalam bukunya Graphic Stroytelling bagaimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar yang disertai balon kata yang tampil secara berurutan, dalam sebuah komik”. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Comics and Sequential Art tahun 1986, Eisner mendefinisikan eknis serta struktur komik sebagai sequential art “susunan gambar dan kata-kata untuk meceritakan suatu atau mendramatisasi suatu ide”. Yang dimaksud berurutan secara sekuen atau urutan adalah bagaimana dalam membaca komik kita akan membaca alur cerita tersebut melalui panel-panel yang tersusun secara berurutan agar dapat menangkap informasi yang disampaikan. Dikalangan para ahli pun sebenarnya belum ditemukan pendapat yang sama mengenai istilah bagi sebutan komik. Mereka mendefinisikan komik sebagai sebauah cerita yang bergamabr (Cergam) yang mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang lebih dahulu dikenal8. McCloud dalam bukunya Understanding

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1999) cet ke-10, h.515

8 ibid


(26)

Comics ( memahami komik) menegaskan kembali bahwa definisi komik adalah gambar-gambar dan lamabang-lambang lain yang terjuktaposisi (bersebelahan, berdekatan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberkan informasi dan mencapai tanggapan estesis dari pembaca9.

Komik merupakan sebuah media yang didasarkan oleh penglihatan, serta adanya sebuah penggabungan dari gerak serta audio yang terdengar sehingga dapat disimbolisasikan ke dalam sebuah visual. Karena itulah kita mengenal lebih banyak kosa kaa dalam komik yang menterjemahkan apa yang biasanya tidak terlihat tesebut dalam visualisasi. Seperti halnya garis gerak, balon kata, efek suara dan lain-lain. Hal lain juga yang merupakan hal teerpenting dalam sebuah komik adalah apa yang disebut dengan “closure” yaitu sebuah harmoni antara apa yang terlihat dengan yang tak terlihat, serta dibantu dengan sebuah imajinasi oleh pembaca sehingga membuat gambar yang diam seolah-olah menjadi hidup. Ditambah lagi karena komik sifatnya adalah sebagai budaya yang populer dari asal negaranya Jepang dimana komik itu sendiri mengikutseratkan budaya serta keseharian negaranya sehingga memiliki kekayaan sendiri.

Kebiasaan seseorang dalam mempersepsikan komik dan kartun adalah sama yaitu melihat bahwa kartun dan komik itu adalah sebuah hal yang tidak berbeda. Padahal pada dasarnya keduanya memiliki arti yang berbeda, kesamaannya hanyalah komik dan kartun berupa gambar. Komik sebagaimana yang terlihat diuraikan ialah sebuah cerita yang bergambar. Sedangkan kartun adalah gambar itu sendiri (tanpa harus memiliki sebuah cerita).

9

Scout McCloud, Understanding Comics (Memahami Komik), (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia,2001), h.20


(27)

Kartun berasal dari bahasa Italia “cartone” yang artinya kertas. Pada mulanya kartun sebagi penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagi rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini kartun adalah gambar yang sifat serta tujuannya sebagai humor satir. Jadi kartun tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk mengkritik10.

Komik adalah bagian dari kartun. Dalam artikel Noerhadi di dalam artikelnya yang berjudul Kartun dan Karikatur sebagai Wahan Kritik Sosial mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra visual (1989, 189)11.

Perkembangan Komik

Sejarah komik moderen bermula di bagian barat. Pada mulanya komik hanya disiarkan di harian-harian besar dengan gaya lukisan kartun dimana ia mengandungi unsur-unsur humor dan juga kritikan. Perkataan komik yang berasal dari perkataan ‘comic’ dalam bahasa Inggris yang artinya ‘bersifat lucu’.

Namun kemudian, komik-komik berunsur aksi mulai diterbitkan. Antara lain, Superman, Batman dan Captain America. Lalu komik mulai berkembang ke Asia pada perang dunia ke-2. Jepang yang turut terpengeruh dengan budaya ini telah berjaya mencipta manga yan merupakan identitas gaya lukisan Jepang.

Seiring dengan berjalannya waktu, industri penerbitan semakin berkembang komik pun mengikuti perkembangannya, dan mulai di cetak dalam bentuk buku . Perjalanan komik mengalami pasang surut, ada suatu masa si mana

10

I Dewa Putu Wijaya, Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta: PT.Ombak, 2004), cet ke-1, h.4

11

I Dewa Putu Wijana, Kartun : Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta : Ombak, 2004), h.6


(28)

komik dianggap sebagai media pembodohan, hal tersebut terjadi karena membaca komik seakan-akan tidak perlu berpikir.

Menurut Bonneff, Sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai ke masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumen-monumen keagamaan yang terbuat dari batu. Candi Borobudur seringkali di bandingkan dengan buku batu yang disebut dengan katedral Abad Pertengahan. Borobudur mengandung sebelas seri bas-relief, yang mencakup sekitar 1460 adegan. Di Prambanan, Ramayan digunakan untuk mengajar umat. Para pemahat mengungkapkan lakon-lakon pertempuran Rama melawan Rahwana ke dalam adegan-adegan yang sangat hidup. Kemudian lebih dekat dengan masa kini, ada wayang beber dan wayang kulit yang menampilkan tipe penceritaan dengan sarana gambar yang dapat dianggap sebagi cikal bakal komik.

Pada tahun 1954, terjadi perubahan arah yang ganda. Komikus Indonesia segera berkarya setelah melihat keberhasilan komik Amerika. Mereka mencoba mentransposisi cerita dengan mengindonesiakan tokoh-tokoh popular untuk disesuaikan dengan lingkungan. Contohnya Sri Asih karya Kosasih adaptasi dari Superman.

Kehadiran komik banyak dikritik oleh para pendidik. Komik dianggap bacaan yang tidak mendidik. Menanggapi kritikan itu maka munculah komik jenis baru yang disebut dengan ‘komik wayang’ yang isi ceritanya memuat tentang nilai-nilai luhur. Lahirnya Gatotkatja dan Raden Palasara karya Johnlo dan Mahabrata karya Kosasih. Masyarakat menyambut hangat kehadiran komik wayang, sehingga para pendidik tidak mempunyai alasan untuk mengkritik.


(29)

Tahun 1965 komik Indonesia mengalami pergeseran nilai. Cerita tentang anak muda banyak bermunculan. Adegan yang berbau pornografi memenuhi panel-panel komik. Maka pada 1967, hanya komik yang lulus sensor yang boleh terbit.12 Kini komik di Indonesia lebih banyak komik yang di buat oleh Jepang. Kualitas gambar yang bagus dan alur cerita yang menarik membuat Jepang bisa mendominasi komik-komik di dunia. Namun, para kartunis Indonesia sekarang sudah bisa jeli dan bisa menuangkan ide-ide cerita dengan tema yang lebih menarik. Dengan komik juga mereka bisa bercerita tentang kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan juga bisa membuat kritik-kritik yang lebih bisa diterima dan mudah dimengerti dengan gambar seperti komik.

Kartun biasanya digunakan sebagi wadah dalam kritik sosial dalam berbagai media cetak, kartun juga sebagai sebuah selingan bagi para pembaca media cetak yang disajkan dalam sebuah rubrik dan artikel. Pembaca dibawa kedalam situasi yang santai dan menghibur, walaupun pesan kritikan-kritikan, namun disarankan tidak terlalu melecehkan atu mempermalukan karena tampilan yang lucu.

3. Pengertian Komikus, Kartunis dan Karikaturis

Komikus

Komikus itu punya cerita dan karakter tokoh sendiri. Ciri khas dari komikus bukan hanya dari gambar-gambar nya, tetapi juga dari cerita, genre komik dan juga karakter tokoh komiknya. Ciri khas si komikus kadang-kadang jadi bagian yang menyatu dengan cerita dan karakter tokoh komik yang dipunyai oleh komikus itu sendiri. Komikus itu jadi identik dengan ciri khasnya

12

Lihat Marcel Bonneff, Komik Indonesia. Penterjemah Rahayu S. Hidayat (Jakarta : KPG, 1998), h. 16-43


(30)

masing. Bisanya ciri khas komikus itu tercermin pada karakter tokoh-tokoh komik ciptaannya.

Kartunis

Seorang yang kreatif, positif, dan inovatif, seorang kartunis sejati dapat memahami karya seorang tanpa diajarai. Seseorang yang dekat dengan siapa saja dan selalu memanfaatkan karyanya untuk orang lain.

Karikaturis

Tentang karikatur sendiri, dalam Encyclopedie Internasional, karikatur didefinisikan sebagai sebuah “satire” dalam bentuk gambar atau patung. Adapun dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur didefiniskan sebagai penggambaran seseorang, suatu tipe, atau suatu kegiatan dalam keadaan berdistorsi biasanya suatu penyajian yang diam dan dibuat berlebih-lebihan dalam gambar-gambar binatang, burung, sayaur-sayuran yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau yang ada persamaannya dengan kegiatan binatang.13

Disini pun seorang karikaturis adalah mereka yang membuat seni gambar karikatur itu sendiri dengan menggunakan salah satu bentuk metode karikatur. Dalam karikatur pun ada beberapa sifat yang boleh digunakan oleh para karikaturis masing-masing.

Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam : karikatur orang pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Karikatur orang pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan

13


(31)

mengekspos ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural.14

Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial. Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik di atas panggung dan mementaskan dengan lucu.

4. Kritik Sosial Dalam Kartun dan Karikatur

Kartun adalah sebuah gambar yang bersifat reprensentasi dan simbolik, mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah politik atau masalah publik. Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi target, misalnya dengan mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa olahraga, atau mengenai kepribadian seseorang. Dengan kata lain, kartun merupakan metafora visual hasil ekspresi dan interpretasi atas lingkungan sosial politik yang tengah dihadapi oleh seniman pembuatnya (Nugroho, 1992:2).

Kritik kartun sebenarnya hanya usaha penyampaikan masalah aktual ke permukaan, sehingga muncul dialog antara yang dikritik dan yang mengkritik, serta dialog antara masyarakat itu sendiri, dengan harapan akan adanya perubahan. Aspek pertentangan dalam tradisi penciptaan kartun sebenarnya bukanlah lebih mementingkan naluri untuk mengkritik, melainkan lebih menekankan fakta-fakta historis bahwa masyarakat telah memasuki bentuk

14 Ibid.


(32)

komunikasi politik yang modern, dan tidak lagi mempergunakan kekuatan atau kekuasaan (Anderson, 1990:162)15.

Wahana kritik sosial seringkali dijumpai di berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan tabloid. Seperti layaknya fungsi media massa, kritik dan kontrol sosial biasa dikemas dalam rubrik atau artikel berita. Media cetak terutama surat kabar yang berfungsi memberikan informasi turut menggunakan pendekatan humor dalam menyampaikan pesannya kepada pembaca. Bentuk pesan yang disampaikan dengan pendekatan humor dalam

surat kabar diantaranya adalah karikatur.

Karikatur disajikan sebagai suatu bentuk kritik sosial yang memiliki kadar humor, estetika serta pesan kritik yang tepat sasaran. GM Sudarta memberikan arti kata karikatur sebagai deformasi berlebih atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan “mempercantiknya” melalui penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek. (Sobur, 2003:138). Sedangkan menurut T. Susanto (1996:39), gambar kartun atau karikatur merupakan alat yang paling mudah dan cocok untuk menggambarkan suatu realitas yang terjadi dalam masyarakat. Maka tidaklah heran apabila dalam media cetak dapat kita jumpai karikatur dengan halaman khusus untuk mengutarakan suatu opini. Pesan yang disampaikan dalam karikatur mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai permasalahan, baik itu yang tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa karikatur dan kartun dapat dikatakan sebagai sarana kritik sosial. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi (melulu) tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.

15


(33)

Dibandingkan media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu “gambar komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk “gambar komunikasi “, antara lain: ilustrasi, logo, dan karikatur. Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang digambar secara sederhana dan menyalahi anatomi. Walaupun sesungguhnya untuk mencapai kesederhanaan tersebut perlu mempelajari secara tekun dan jeli, sekaligus dituntut memiliki wawasan humoristik yang cukup.

Ini berarti bahwa untuk menggoreskan kartun yang sederhana ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Belum lagi masalah bagaimana “mengisi” karya tersebut agar mempunyai pesan atau misi yang mantap. Ibarat masakan, diolah dengan bumbu yang pas dan disuguhkan dalam warna yang menarik dan mengundang selera. Jika karya kartun yang nampak sederhana tersebut diberi “isi”, ia akan menjelma menjadi apa yang disebut sebagai karikatur. Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah yang diberi muatan lebih” yang berkesan distortif ataupun deformatif. Namun secara visual masih dapat dikenali obyeknya. Karya karikatur yang biasa kita lihat di surat kabar, menggambarkan pula wajah-wajah tokoh tertentu yang dikenal, yang dilakonkan keterlibatannya dalam suatu peristiwa atau masalah. Karikatur atau wajah deformatif yang tergambar di dalamnya hanyalah elemen yang dimaksud untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan.


(34)

B. Teori Technology Determinism16

Kehadiran teknologi selalu memberikan pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan teknologi dan dikelilingi teknologi selama hidupnya. Pada pagi hari banyak orang yang langsung menghidupkan televisi, menyalakan handphone atau komputer untuk memeriksa email atau melihat pesan di facebook. Manusia menggunakan teknologi ketika bekerja sepanjang hari dan bahkan menjelang tidur. Sadar atau tidak sadar, menjadi tergantung kepada teknologi.

Pengaruh teknologi dalam kehidupan manusia menjadi menarik karena manusia menjadi mudah terpengaruh akan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, seperti jam, tlisan (fiksi), politik, drama (theater), dan sejarah untuk menunjukan bahwa teknologi membentuk perasaan, pikiran dan tindakan manusia. Manusia memiliki hubungan simbolik dengan teknologi. Manusia menciptakan teknologi dan teknologi pada gilirannya menciptakan kembali siapa diri mereka.

Teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi, dan media berperan menciptakan dan mengelola budaya.

Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya di Elmira, di New York menemukan bahwa pengaruh media dipengeruhi oleh komunikasi intrapersonal. Pengaruh ini selanjutnya dikenal sebagai hipotesis arus dua langkah sangat mengejutkan dan dan memiliki pengaruh yang besar pada pemahaman kita tentang peran media

16

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 30


(35)

massa17. Penelitian Lazarsfeld merupakan awal penelitian pada bagaimana informasi dan pengaruh disebarkan di masyarakat. Lazarsfeld menyatakan bahwa informasi mengalir dari media massa ke pemimpin-pemimpin opini tertentu dalam komunitas yang memberikan informasinya dengan berbicara pada rekan-rekannya. Ia menemukan bahwa para pemilih lebih dipengaruhi oleh teman-teman mereka selama masa kampanye ketimbang oleh media. Penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah pokok penghubung antara media dan penerima akhir dapat berubah-ubah.

Dalam penggunaan sebuah inovasi, misalnya individu-individu tertentu akan mendengar kabar tertentu akan mendengar kabar tersebut secara langsung dari sumber-sumber media, sedangkan orang lain akan teringgal beberapa langkah. Penyebaran sebuah inovasi terjadi ketika adopsi sebuah gagasan, praktik, atau objek menyebar melalui komunikasi dalam sebuah sistem sosial.

Ketika inovasi-inovasi, seperti telepon seluler, jalur DSL, terapi HIV yang baru, atau belanja melalui dunia maya diperkenalkan, butuh sedikit waktu untuk menyebar. Beberapa inovasi bahkan tidak pernah menyebar, tetapi yang lain menyebar dengan cepat. Manusia meningkatkan kesadarannya akan ketika mereka membicarakannya. Mereka membagi opini, membahas pengalaman mereka dengan inovasi tersebut, kadang-kadang mengajurkan penggunaannya, dan kadang menolaknya.

Tingkat penggunaan ditentukan oleh persepsi manfaat relatif dari inovasi tersebut dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai dan pengalaman yang ada. Kerumitan informasi menjadi masalah dan pengguna yang potensial akan lebih

17

W. Littlejhon,Stephen dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. (Jakarta: Salemba Humanika. 2009), h. 454-455


(36)

siap dalam menerima sebuah inovasi yang dapat mereka coba, tanpa membuat komitmen yang besar. Mereka juga mungkin ingin mengamati penggunaan oleh orang lain sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya. Selalu ada individu yang akan menggunakan sebuah inovasi lebih awal, sebelum sebagian besar orang berpikir untuk melakukannya. Pada pengguna awal ini akan mengatur tahapan dan mereka biasanya memiliki pengaruh atas orang lain. Semakin banyak orang yang menggunakan, terjadi penggunaan besar-besaran yang memberikan kenaikan yang cepat dalam penggunaan secara umum. Beberapa orang mungkin lebih lambat dalam menggunakan inovasi dan harus melihat inovasinya dulu sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya.

Hubungan antara teknologi, media dan masyarakat ini dengan sebutan Technological Determinism, yaitu paham bahwa teknologi bersifat deteminan (menentukan) dalam bentuk kehidupan manusia. Salah satu penemu teori ini adalah Marshall McLuhan.

1. Teori Marshall McLuhan

Pemikiran McLuhan sering juga dinamakan teori mengenai ekologi media (media ecology), yang didefinisikan sebagai : the study of media environments, the idea that technology and techniques, modes of information and codes of communication play a leading role in human affairs (studi mengenai lingkungan media, gagasan bahwa teknologi dan teknik, mode informasi dan kode komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia).18 Istilah technological determinsm menunjukan pemikiran McLuhan bahwa teknologi berpengaruh sangat besar dalam masyarakat atau dengan kata lain, kehidupan

18

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.30


(37)

manusia ditentukan oleh teknologi. Menurut McLuhan, teknologi komunikasi menjadi penyebab utama perubahan budaya. Menurutnya, setiap penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi institusi budaya masyarakat.

McLuhan memandang penemuan teknologi sebagai hal yang sangat vital karena menjadi kepanjangan atau ekstensi dari kekuatan dari pengetahuan (kongnitif) dan persepsi pikiran manusia. Pemikiran McLuhan melibatkan sejumlah disiplin ilmu dan menggunakan berbagai jenis teknologi, ia melihat adanya persimpangan (intersection) antara hubungan manusia dengan teknologi serta bagaimana teknologi tersebut mempengaruhi persepsi dan pengertian manusia terhadap banyak hal.

Teori ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain.

Marshall McLuhan, seorang dosen dari University of Toronto, pernah mengatakan bahwa the medium is the mass-age. Media adalah era massa. Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama, pada era media elektronik seperti sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena


(38)

kehadiran media massa tadi. McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia ke dalam empat periode:

a tribal age (era suku atau purba),

The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam komunikasi. Dalam komunikasi lisan, setiapindividu dan kelompok harus menyimpan informasi yang diperolehnya dalam ingatan dan menyebarkannya kepada orang lain melalui percakapan. Ingatan kelompok berfungsi sebagai penjaga pengetahuan masyarakat19. Era primitif ini kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.

age of Literacy (era literal/huruf),

The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan. Tulisan telah menyebabkan orang menjadi terlepas dari lingkungan kesukuan yang bersifat kolektif dan memasuki lingkungan yang bersifat privat. Tulisan memungkinkan individu meninggalkan lingkunagn kolektif tanpa harus terputus dari arus informasi. Munculnya era abjad membuat pengetahuan tidak lagi

19

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 32


(39)

menjadi monopoli orang-orang tertentu saja (eksklusif) karena pengetahuan juga dapat diakses oleh lebih banyak orang.

Jika pada masa kesukuan, komunikasi dilakuakan hanya dengan cara lisan, maka para era tulisan, komunikasi dilakukan secara tertulis. Pada era ini, orang mulai mampu mendapatkan informasi tanpa bantuan anggota kelompok lainnya karenanya, masyarakat mulai cenderung bersifat individualistik, dan mempengaruhi kekuakatan ikatan masyarakat suku. Menurut McLuhan, penemuan abjad menjadi jalan bagi munculnya matematika dan filsafat pada era Yunani kuno. Selain itu, pergolakan politik di beberapa Negara terjajah pada era kolonial dikarenakan mereka yang tertindas belajar membaca, maka mereka menjadi pemikir yang bebas20.

a print age (era cetak),

The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi. Teknologi cetak memungkinkan orang untuk menyimpan informasi secara lebih permanen, tidak mengandalakan pada ingatan saja sebagaimana pada era tulisan. Akibat utama dari era cetak adalah munculnya masyarakat yang semakin terkotak-kotak atau terfregmentasi.

Hasil cetakan berupa buku atau bentuk tulisan lainnya bersifat mudah dipindahkan, dapat dibawa-bawa dan dapat dibaca dimana saja secara lebih privat.

20


(40)

Hal ini membuat orang menjadi terisolasi dari lingkungan komunitasnya dan mendorong munculnya individualisme.

electronic age (era elektronik).

The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax, komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang disebut sebagai “global village”. Media massa pada era ini mampu membawa manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di mana saja, seketika itu juga.

Menurutnya, transisi antar periode tadi tidaklah bersifat bersifat gradual atau evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi. Inti dari teori McLuhan adalah determinisme teklologi. Maksudnya adalah penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang mengubah kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi. McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”.


(41)

Media tak lain adalah alat untuk memperkuat, memperkeras dan memperluas fungsi dan perasaan manusia. Dengan kata lain, masing-masing penemuan media baru yang kita betul-betul dipertimbangkan untuk memperluas beberapa kemampuan dan kecakapan manusia. Misalnya, ambil sebuah buku. Dengan buku itu seseorang bisa memperluas cakrawala, pengetahuan, termasuk kecakapan dan kemampuannya. Seperti yang sering dikatakan oleh masyarakat umum, dengan buku, kita akan bisa “melihat dunia”. Pertama-tama adalah era kesukuan. Era ini kemudian diikuti oleh era tulisan, kemudian era mesin cetak dan terakhir adalah era media elektronik dimana kita berada sekarang. Bagi masyarakat primitif di era kesukuan, pendengaran adalah hal yang paling penting. Peran otak menjadi sangat penting sebagai wilayah yang mengontrol pendengaran. Dengan pengenalan huruf lambat laun masyarakat berubah ke era tulisan. Era ini mendudukkan kekuatan penglihatan sepenting pendengaran. Dengan memasuki era tulisan terjadi perubahan yang penting dan perasaan serta pikiran manusia semakin diperluas. McLuhan menyebutkan bahwa perubahan dengan penggunaan tulisan sebagai alat berkomunikasi menjadi pendorong munculnya ilmu matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang lain

McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita. Dari teori ini kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya manusia itu sangat terantung oleh teknologi sehingga manusia menganggap teknologi memiliki peranan penting dalam kelangsungan kehidupan.


(42)

Kenyataan ini memang merupakan realitas yang terjadi selama ini seluruh aktivitas tidak luput dari sentuhan teknologi.

Contoh, komputer saat ini sangat penting bagi manusia karena hampir semua orang manggunakan komputer untuk memudahkan menyelesaikan sesuatu. Media ini juga mengantarkan kepada teknologi yang canggih lagi yaitu internet, dimana internet memudahkan manusia untuk mencari informasi dari belahan dunia manapun. Teknologi takkan lepas oleh aktivitas manusia.

Teori ini memvonis bahwa manusia tidak akan lepas dari teknologi. Jadi, seakan-akan manusia tidak memiliki kuasa terhadap teknologi. Yang akan menjadi pertanyaan bagaimana dengan manusia yang menciptakan teknologi tersebut, apakah hanya ada satu manusia yang dapat menguasai teknologi sehingga dapa menguasai manusia lainnya. Era elektronik memungkinkan berbagai komunitas berbeda di dunia saling terhubung atau dapat berhubungan satu dengan lainnya. Kehidupan teknologi elektronik telah menghilangkan sekat atau dinding pemisah antaera manusia. McLuhan menggambarkan teknologi elekronik sebagai berikut.

 Telepon : berbicara tanpa dinding

 Fotografi : museum tanpa dinding

 Cahaya : ruang tanpa dinding

 Film, radio dan TV : ruang kelas tanpa dinding

 Phonograph (alat pemutar lagu) : gedung pertunjukan musik tanpa dinding Era elekronik memberikan peluang unik untuk mengevaluasi kembali bagaimana media mempengaruhi masyarakat yang mereka yang layani. Era ini memungkinkan mata dan telingan serta suara bekerja bersama-sama.


(43)

C. Teknologi Mempengaruhi Budaya

Dari berbagai literatur kita dapat menyimpulkan kebudayaan adalah gaya hidup ataupun cara hidup yang dimiliki sekelompok orang atau masyarakat yang diwariskan dan ditindaklanjuti dari generasi ke generasi. Sedangkan teknologi merupakan ilmu pengetahuan terapan untuk menciptakan suatu hal yang baru sehingga dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Keduanya memang tidak bisa dipisahkan. Adanya kebudayaan yang dimiliki sekelompok orang dapat menciptakan teknologi baru, begitu juga sebaliknya adanya teknologi baru dapat menciptakan kebudayaan yang baru pada masyarakat.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi kebudayaan menyebabkan teknologi ikut berkembang dari masa ke masa, namun pada dasarnya kebudayaan terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya. Pada prinsipnya setiap perkembangan dan kemajuan dalam segi apapun baik adanya, setiap manusia menginginkan perubahan pun demikian dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Dari sekian banyak bidang ada dan berpacu untuk kemajuan salah satunya adalah bidang teknologi, yang menghadirkan perubahan dan kemajuan untuk selanjutnya digunakan oleh manusia. Beragam teknologi yang diciptakan memungkinkan manusia untuk bebas memilih apa yang diinginkan. Perkembangan teknologi saat ini juga membawa pengaruh yang kurang baik atau negatif dalam kehidupan manusia. Kehadiran tekologi yang sedemikian canggih membuat masyarakat umum mempunyai begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang dikehendakinya.


(44)

Teknologi diciptakan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuan manusia itu sendiri, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya justru teknologi tersebut disalah gunakan. Misalnya lewat teknologi internet atau dunia maya orang akan semakin mudah mengakses situs – situs porno yang justru itu datang dari kaum muda, hal ini tentu membuat pergeseran norma asusila dalam hidup kaum muda tersebut, lalu ada kasus penculikan dan perkosaan yang dilakukan oleh pelajar beberapa waktu lalu yang justru dilakukan setelah pada mulanya berkenalan lewat media teknologi jejaring sosial online facebook. Ini menjadi satu contoh dari sekian banyak contoh yang ada dalam kehidupan sehari hari masyarakat yang justru merupakan efek dari perkembangan teknologi modern. Dan masih banyak lagi contoh betapa perkembangan teknologi yang begitu canggih justru disalah gunakan mengakibatkan bergesernya nilai – nilai budaya umat manusia itu sendiri.

Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli (Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.

Sebagai sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat diartikan jarak semakin dekat atau dipersempit sedangkan waktu


(45)

makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang semakin canggih khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Kecepatan arus informasi yang dengan cepat membanjiri kita seolah-olah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter mental dan sikap kritis.

Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus informasi dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Pengaruh globalisasi dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat dirasakan dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi dalam berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contoh manifestasi teknologi informasi dan komunikasi yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat, karena kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dan masih banyak lagi.

Sedangkan pengaruh negatif yang bisa muncul karena adanya teknologi informasi dan komunikasi, misalnya dari globalisasi aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas memungkinkan produk luar negeri masuk dengan mudahnya. Dengan banyaknya produk luar negeri dan ditambahnya harga yang relatif lebih murah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri.


(46)

Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Pada hakikatnya teknologi diciptakan, sejak dulu hingga sekarang ditujukan untuk membantu dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pada saat manusia bekerja dan berkomunikasi.

Setinggi apapun kemajuan teknologi yang ditawarkan, akan tetapi jika salah menggunakannya, tentu akan menjadi salah jalan. Justru teknologi tersebut akan menyesatkan hidup sehingga nilai – nilai budaya hidup tidak lagi sesuai dengan yang di harapkan, akhirnya ada yang harus dikorbankan dari kejadian tersebut. Semuanya kembali kepada manusia sebagai makluk sosial, apakah teknologi yang sedemikian canggih ini dapat di maksimalkan penggunaannya atau justru perkembangan teknologi yang menyeret pada hancurnya kebudayaan

D. Kritik Sosial

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat. Menurut Marbun, kritik sosial merupakan frase yang terdiri dari dua kata yaitu kritik dan sosial. Adapun yang dimaksud dengan kritik adalah suatu tanggapan atau kecaman yang kadang-kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik maupun burukya suatu hasil karya, pendapat, dsb (1996:359). Sementara di sisi lain, Webster menjelaskan bahwa kata kritik berasal dari bahasa Latin criticus atau bahasa Yunani kritikos yang berarti a judge atau dari kata kinnea yang berarti to judge (1983:432).

Sementara itu sosial memiliki pengertian having to do with human beings living together as a group in a situation that they have dealing with another


(47)

(Webster, 1983:1723). Berdasarkan definisi dari dua kata tersebut, Astrid Susanto seperti yang dikutip oleh Mafud (1997:47) mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kritik sosial adalah suatu aktifitas yang berhubungan dengan penilaian (juggling), perbandingan (comparing), dan pengungkapan (revealing) mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai-nilai-nilai yang dijadikan pedoman. Kritik sosial juga dapat diartikan dengan penilaian atau pengjian keadaaan masyarakat pada suatu saat (Mahfud, 1957:5). Dengan kata lain dapat dikatakan, kritik sosial sebagai tindakan adalah membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun termasuk sastrawan dan kritik sosial merupakan suatu variable penting dalam memelihara sistem sosial yang ada.

Kritik lebih berkonotasi negatif. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (1989:466) disebutkan arti kritik sebagai kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baikburuk suatu hasil karya. Kritik, dalam tradisi pers sering dilontarkan terhadap masalah sosial. Istilah sosial dalam KBBI (1989:855) disebutkan dalam dua pengertian, yaitu :

1) berkenaan dengan masyarakat

2) suka memperhatikan kepentingan umum.

Dengan demikian, tidak heran apabila kritik sosial pers sering dianggap sebagai ancaman atau perlawanan pers terhadap berbagai pihak. Kritik secara praksis bahkan mengalahkan uraian atau pertimbangan baik-buruk. Orang yang dikritik sangat jarang memperhatikan penjelasan (argumentasi) dari sebuah kritik.


(48)

Susetiawan (1997:27) menyebutkan bahwa kritik sosial atau konflik tidak perlu dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi tetapi dapat memberi kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Dalam hal ini stabilitas atau harmoni adalah keseimbangan dari kehidupan konflik yang semua pihak mendapatkan imbalan yang sama. Pada tingkat ini kritik sosial harus dilakukan secara transfaran dan jelas yang berfungsi sebagai kontrol sosial. Pendapat sejenis disampaikan Astrid S. Susanto (1977) bahwa suatu kritik adalah penilaian ilmiah ataupun pengujian terhadap situasi masyarakat pada suatu saat. Kritik sosial akan mengedepankan bukti-bukti objektif dan bobot ilmiah terhadap masalah yang terjadi. Saat ini kritik sosial semakin diperlukan mengingat bahwa masyarakat Indonesia sudah semakin maju dan memerlukan data-data yang akuratif terhadap sebuah masalah. Demikian pula Faruk (1997:32) menuliskan pengertian kritis dalam beberapa perspektif seperti di bawah ini:

a. Dalam pengertian Kantian, kritis berarti kemampuan subjek untuk melepaskan diri dan mengambil jarak dari objek.

b. Dalam pengertian Hegel kritik berarti kemampuan subjek untuk membangun sintesis dengan menyatakan dirinya dalam objek.

c. Dalam pengertian Maarx, hal ini dipahami sebagai kemampuan manusia merealisasikan dirinya dalam objek dengan mengubah objek itu.

d. Dalam pengertian teori mazhab Frankfurt, kritis berarti kemampuan penyadaran diri manusia dari kekuatan tertentu sehingga gilirannya manusia itu mampu melakukan perlawanan dan pengubahan atasnya. Dalam kritik hal yang dianggap penting adalah proses berpikir ilmiah yang harus dilakukan seorang kritikus. Demikian pula pendekatan (motode) ilmiah


(49)

yang pergunakan. Pada hakikatnya sebuah kritik sosial menggunakan metode berpikir ilmiah, yakni menemukan masalah, mencari data, membuat hipotesis, mengolah data untuk pembuktiaan masalah, analisis dan membuat kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Kritik dalam pikiran Naomi (1996:211) adalah pengujian terhadap situasi masyarakat dengan tolak ukur suatu situasi ideal dan prilaku ideal. Menurutnya kritik atau kontrol sosial menitik beratkan pada apa yang oleh kritikus dianggap benar sedangkan kontrol sosial membenarkan pendapat kolektif.

E. Pengertian Handphone

Telepon genggam (telgam) atau telepon selular (ponsel) atau handphone (HP) atau disebut pula adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access).

F. Analisis Semiotik

Semiotik atau semiologi merupakan termilogi yang merajuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan, semiotik lazimnya di pakai oleh ilmuan Amerika. Istilah yang berasal dari kata semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika mempelajari


(50)

sistem-sistem, aturan-aturan, konversi-konversi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti21. Dalam pengertian yang hampir sama disebutkan bahwa semiotik adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik di interpretasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna-makna22. Secara subsatansial, semiotika adalah kajian yang concern dengan dunia simbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara itu bahsa merupakan dunia simbolik (Hanad.2004;77)23. Semiotik dapat dikatakan baru karna berkembang sejak abad ke-20. Memang pada abad ke-18 dan ke-19 banyak ahli teks (khususnya Jerman) berusaha mengurai berbagai masalah yang berkaitan degan tanda, namun mereka tidak menggunakan pengertian semiotis24.

Semiotik (semiotis) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistik sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan social25. Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu mengenai bentuk (form), studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari isinya (content). Semiotika tidak hanya meneliti mengenani signifier dan signified. Tetapi yang juga berhubungan dengan mengikat mereka, tanda yang

21

Rachmat Kriyantono, Tekhnik Praktis Riset Komunikas. Edisi-I (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2006) cet.ke-2, h. 261-262

22

James Lull, Media Komunikasi Kebudayaan : Suatu Pendekatan Global (terjemahan) A. Setiawan Abadi (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1997) cet.ke-1, h. 232.

23

Alex Sobur, Analisis Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik.

24

Tomy Christomy, Semiotika Budaya (Depok;UI 2004) cet.ke-1, h.81 25

Yasrat Amir Piliang, Hiper Semiotika : Tafsir Cultural Studies atas matinya Makna


(51)

berhubungan dengan keseluruhan26. Semiotika menurut Berger memiliki 2 tokoh yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914), kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat, latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce Filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semilogi (semiology)27.

Ada dua gagasan besar tentang tanda yang umumnya di jadikan dasar bagi penelitian semiotika, yakni gagasan tentang tanda menurut Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce filsuf sekaligus ahli logika. Beberapa konsep dasar di pemikiran Saussure dan juga pengikutnya, termasuk Barthes, yaitu :

a. Signifier (significant) : format atau citra tanda tersebut. Contohnya : tulisan di kertas atau suara di udara. Kata lain, wujud fisik dari tanda. b. Signified (signifie’) : konsep yang direpresentasikan atau konsep mental

28

. Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign) Banyak para tokoh yang menggeluti bidang semiotik, diantaranya29 ;

a. Charles Sanders Peirce : Peirce dikenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Peirce, sebagaimana dipaparkan Lechte, seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan antara

26

Alex Sobur, Analisis Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, h.123 27

Sumbo Tinar Buko, Semiotika Komunikasi Visual : Metode awal Tanda dan Makna pada karya Desain komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008) cet.ke-2, h.11

28

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta,2004) cet.ke-1, h.45 29


(52)

tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, contohnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau kenyataan, contonya asap sebagai tanda adanya api. Dan simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.

b. Ferdinand de Saussure : ada lima pandangan Saussure yang di kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, salah satunya ialah Signifier (penanda) dan Signified (petanda). Dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Bisa juga disebut aspek material dari bahasa (apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca). Sedangkan, petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Bisa juga disebut aspek mental dari bahasa. Yang mesti di perhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang kongkret, kedua unsur tadi tidak dapat dilepaskan. “penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas” kata Saussure.

c. Roman Jakobson : Jakobson adalah salah seorang dari teoretikus yang pertama-tama berusaha menjelaskankomunikasi teks sastra. Pengaruh Jakobson pada semiotika berawal pada abad-20. Menerangkan adanya fungsi bahasa yang berbeda, yang merupakan faktor-faktor pembentuk dalam setiap jenis komunikasi verbal : adresser (pengirim), message (pesan), adresse (yang dikirimi), contex (konteks), code (kode), dan contac (kontak)


(53)

d. Louis Hjelmslev : Hjelmslev mengembangkan sistem dwipihak (dyadic system) yang merupakan ciri sistem Saussure. Sumbangan Hjelmslev terhadap semiologi Saussure adalah dalam menegaskan perlunya sebuah “sains” yang mempelajari bagaimana tanda hidup dan berfungsi dalam masyarakat. Dalam pandangan Hjelmslev, sebuah tanda tidak hanya mengandung sebuah hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya

1. Semiotik Roland Barthes30.

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir srtukturalis yang getol memparktekan model linguistik dan semilogi Saussurean. Ia lahir pada 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbroug dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Semasa hidupnya, Barthes telah banyak menulis buku, diantaranya telah menjadi bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia. Karya-karya pokok Barthes, antara lain : Le degree zero de I’ecriture atau “nol derajat di bidang Menulis” (1953, diterjemahkan kedalam bahasa inggris, Writing Degree Zero,1977).

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.

Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan. Tataran ke-dua, yang di bangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran

30


(54)

ke-dua yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Denotasi ialah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dengan petanda pada realitas, menghasilkan makan eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adakah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroprasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini : 2006). Di mata Barthes, suatu teks merupakan sebentuk konstruksi belaka. Bila hendak menemukan maknanya, maka perlu dilakukan dari teks itu sendiri.

Denotasi merupakan tingkat makna lapisan pertama yang deskriptif dan literal serta dipahami oleh hampir semua anggota suatu kebudayaan tertentu tanpa harus melakukan penafsiran terhadap tanda denotatif tersebut, yang disebut juag sebagai analogan. Pola tingkat makna lapisan ke dua, yakni konotasi, maka tercipta dengan cara menghubungkan petanda-petanda dengan aspek kebudayaan yang lebih luas, keyakinan-keyakinan, sikap kerangka kerja, dan ideologi-ideologi suatu formasi sosial tertentu. Konotasi merupakan sistem ganda dimana sisitem semiotika tingkat dua mengambil sistem semiotika tingkat pertama dengan signifier atau konsep.

Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja :

1. Signifier (Penanda)

2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda denotatif)


(1)

91 A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari temuan dan hasil dari analisi data pada 10 gambar perkembangan handphone, yang diambil dari Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape, adalah sebagai berikut :

Seperti yang diteliti sebelumnya, bahwa perkembangan handphone pada dasarnya dikarenakan, dalam penggunaan sebuah inovasi, misalnya individu-individu tertentu akan mendengar kabar tertentu akan mendengar kabar tersebut secara langsung dari sumber-sumber media, sedangkan orang lain akan teringgal beberapa langkah. Penyebaran sebuah inovasi terjadi ketika adopsi sebuah gagasan, praktik, atau objek menyebar melalui komunikasi dalam sebuah sistem sosial.

Ketika inovasi-inovasi, seperti telepon seluler, jalur DSL, terapi HIV yang baru, atau belanja melalui dunia maya diperkenalkan, butuh sedikit waktu untuk menyebar. Beberapa inovasi bahkan tidak pernah menyebar, tetapi yang lain menyebar dengan cepat. Manusia meningkatkan kesadarannya akan ketika mereka membicarakannya. Mereka membagi opini, membahas pengalaman mereka dengan inovasi tersebut, kadang-kadang mengajurkan penggunaannya, dan kadang menolaknya.


(2)

92

Tingkat penggunaan ditentukan oleh persepsi manfaat relatif dari inovasi tersebut dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai dan pengalaman yang ada. Kerumitan informasi menjadi masalah dan pengguna yang potensial akan lebih siap dalam menerima sebuah inovasi yang dapat mereka coba, tanpa membuat komitmen yang besar. Mereka juga mungkin ingin mengamati penggunaan oleh orang lain sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya. Selalu ada individu yang akan menggunakan sebuah inovasi lebih awal, sebelum sebagian besar orang berpikir untuk melakukannya.

Pada pengguna awal ini akan mengatur tahapan dan mereka biasanya memiliki pengaruh atas orang lain. Semakin banyak orang yang menggunakan, terjadi penggunaan besar-besaran yang memberikan kenaikan yang cepat dalam penggunaan secara umum. Dalam hal ini media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita, sehingga sebenarnya manusia itu sangat terantung oleh teknologi. Manusia menganggap teknologi memiliki peranan penting dalam kelangsungan kehidupan. Kenyataan ini memang merupakan realitas yang terjadi selama ini seluruh aktivitas tidak luput dari sentuhan teknologi.


(3)

1. Makna Denotasi

Makna-makna denotasi yang ditemukan pada kesepuluh gambar yang diteliti menyimpulkan bahwa perkembangan handphone telah berkembang sesuai zaman. Selain itu, bentuk dan jenis-jenis handphone juga semakin banyak bermunculan, itu dikarenakan para produsen handphone telah mengikuti apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat.

2. Makna Konotasi

Makna Konotasi yang ditemukan pada kesepuluh gambar adalah bagaimana masyarakat yang begitu haus akan perkembangan teknologi melupakan kebutuhan-kebutuhan yang lebih penting lainnya, terlihat dari gambar 7. Pada gambar 7, seorang laki-laki yang mewakili masyarakat sekarang lebih mementingkan membuka handphone terlebih dahulu. Selain itu pada gambar 6, terlihat bagaimana para operator seluler memberikat paket-paket yang menarik padahal semuanya sama, bahkan bisa merugikan bagi para pelanggannya. Selain itu, masyarakat yang selalu ingin mengikuti teknologi terbaru menjadi sombong dan merasa bahwa mereka adalah masyarakat modern dan mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi. Padahal handphone lebih sering digunakan untuk menelfon dan SMS saja.

3. Mitos

Mitos dari analisis data diatas adalah bahwa masyarakat bisa lebih memilah-milih produk handphone apa yang akan


(4)

94

dimiliki sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tidak menjadi percuma. Perkembangan teknologi dan berbagai macam bentuk handphone bukan menjadi hal utama untuk memilih handphone, karena setiap zaman fitur dan kecanggihannya akan terus berubah. B. Saran

Saran yang menjadi pertimbangan bagi komik-komik dengan tema kritik sosial.

1. Komik-komik sekarang bisa menjadi semakin baik dalam segi gambar dan tema apa yang diangkat dalam komik itu sendiri. 2. Pemilihan gambar dan kata-kata yang semakin baik, karena komik

adalah sebuah buku bagi semua kalangan termasuk anak-anak. 3. Sebagai masyarakat, kita tentunya haruslah jeli dalam mengikuti

perkembangan teknologi yang ada jangan mudah terpengaruh. 4. Kita juga harus bisa melihat kekurangan dan kelebihan dari alat


(5)

95

Birowo ,M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi,

Yogyakarta, Cet. Pertama, 2004.

Bonneff, Marcel, Komik Indonesia. Penterjemah Rahayu S. Hidayat, Jakarta : KPG, 1998.

Christomy, Tomy, Semiotika Budaya, Depok ; UI, Cet. Pertama, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Har, Ershad, “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007)

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. Pertama, 2006.

Kriyantono, Rachmat, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Edisi-I, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, cet.ke-2, 2006.

McCloud, Scout, Understanding Comics (Memahami Komik), Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2001.

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia, 2010.

Piliang, Yasrat Amir, Hiper Semiotika : Tafsir Cultural Studies atas matinya

Makna, Yogyakarta: Salasutra, 2003.

Sant, Esvandiari, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop, Jakarta : PT Elex Media Komputindo.


(6)

96

Sobur, Alex, Analisis Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, Bandung : Rosdakarya, 2006.

---, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, 2006.

Stephen, W. Littlejhon dkk. Teori Komunikasi: Theories of Human

Communication, Jakarta: Salemba Humanika. 2009.

Tinar Buko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual : Metode awal Tanda dan

Makna pada karya Desain komunikasi Visual, Yogyakarta : Jalasutra,

cet.ke-2, 2008.

Wijaya, I Dewa Putu, Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa, Yogyakarta: PT.Ombak, 2004.

Sumber Lain :

“ Pengertian makna denotatif & konotatif” diakses pada tanggal 28 desember 2009 pukul 11:00 WIB dari http : // organisasi.org

“mitos & bahasa media mengenal semiotika roland barthes” diakses pada tanggal 28 desember 2009 pukul 10:30 WIB dari http :// www.averroes.or.i

http://nalar.co.id/kritik-ketawa-ala-benny-mice-335.php di unduh pada 22 Maret 2011, pukul 10:15

http://nalar.co.id/kritik-ketawa-ala-benny-mice-335.php, ibid

http:// karikatur-gendeng.blogspot.com

http://basnendar.dosen.isi-ska.ac.id/2010/07/26/kajian-makna-kartun-editorial-melalui