Semiotik Penyimpangan Sosial Dalam Buku Komik Si Juki Cari Kerja!

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Disusun Oleh:

Mulky Hayun

NIM 1110051000030

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK Mulky Hayun

NIM: 1110051000030

Semiotik Penyimpangan Sosial Dalam Buku Komik Si Juki Cari Kerja!

Seiring dengan perkembangan zaman, kartun dan komik menjadi pilihan masyarakat dalam memahami fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Faza Meonk merupakan salah satu komikus yang memanfaatkan perkembangan media kartun dan komik di Indonesia sebagai media berdakwah terutama untuk kalangan anak muda melalui buku komik Si Juki Cari Kerja!, berbagai pengalaman yang menarik dan menyimpang digambarkan dengan cara yang menghibur namun mendidik.

Berdasarkan konteks diatas, maka pertanyaan mayornya adalah apa makna penyimpangan sosial yang terdapat dalam buku komik Si Juki Cari Kerja!? Kemudian pertanyaan minornya adalah apa makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam buku komik Si Juki Cari Kerja!?

Penyimpangan-penyimpang yang terdapat dalam buku komik karya Faza Meonk merupakan penyimpangan sosial yang sering terjadi, segala tindakan yang merugikan orang lain digambarkan dengan munculnya profesi dukun dan praktek klenik menyimpang yang digambarkan oleh komikus dengan gambar dan penjelasan yang kreatif dan menghibur. Maka denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam buku komik menjelaskan tentang penyimpangan-penyimpangan sosial yang yang sudah membudaya di Indonesia dan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Teori yang digunakan adalah teori mitos Roland Barthes. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis dengan melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur (library research). Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terdapat dalam objek tertentu.

Berbagai kejadian yang terdapat pada gambar dan balon dialog dalam komik Si Juki Cari Kerja! memiliki makna denotasi, konotasi, dan mitos yang menjelaskan tentang penyimpangan sosial yang melanggar hukum negara dan hukum Islam, yaitu tentang praktek klenik yang merupakan kasus penipuan menurut pasal 378 KUHP dan menyimpang dari ajaran Islam karena percaya kepada selain Allah adalah perilaku syirik dan dosa besar.

Dalam buku komik Si Juki Cari Kerja! menjelaskan tentang makna mitos tentang kesaktian dukun dan praktek klenik yang hingga kini masih dipercaya oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia, sedangkan Islammengajarkan umatnya agar tidak percaya kepada selain Allah SWT. Hal ini lah yang ingin disampaikan oleh komikus bahwa percaya kepada dukun merupakan penyimpangan dalam hukum negara dan agama Islam.


(6)

ii

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, karunia dan hidayat-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada sayyidina Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Semiotik Penyimpangan Sosial Dalam Buku Komik Si Juki Cari Kerja!”.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak jarang penulis menemukan berbagai macam hambatan dan kesulitan yang dapat menurunkan semangat penulis. Namun berkat dukungan semangat dan motivasi dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis, sehingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini sudah selayaknya penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Suparto, M.Ed, M.A. sebagai Wakil Dekan I. Dr. Hj. Roudhonah, MA. sebagai Wakil Dekan II. Dr. Suhaimi, M. Si. sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Masran, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fita Fathurokhmah M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

4. Bapak Dr. Suhaimi, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk beliau yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan ilmu dan arahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik kelas KPI A angkatan tahun 2010.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan. Dan juga kepada jajaran staf karyawan akademik dan perpustakaan Fakultas yang telah menyediakan referensi-referensi yang dapat dijadikan bahan rujukan skripsi penulis.

7. Ucapan terima kasih penulis ucapkan secara khusus kepada keluarga, terutama kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Hayun dan Ibu Evo Mayanti serta kakak-kakaku, Luly Nazwa Halidah dan Nurfalah Hayun yang senantiasa mendoakan, memotivasi dan memberi dukungan penuh baik berupa materi maupun non-materi yang mengiringi penulis selama masa kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

8. Faza Ibnu Ubaydillah Salman, Komikus Si Juki Cari Kerja!, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai peneliti. 9. Sahabat-sahabat alumni SMA Islamic Village, Ryan, Fahri, Rizky

Imam, Arum, Silvia, Sella, Hesti, Monica, dan seluruh teman alumni SMA Islamic Village yang tidak dapat disebut seluruhnya, yang selalu


(8)

menyemangati dan membantu penulis dalam pengerjaan skripsi dan mencari buku-buku materi.

10.Kawan-kawan seperjuangan kelas KPI A 2010 Pringgo, Reza, Talitha, Rizki, Dina, Bianda, Razak, Hafiz, Edi, dan seluruh teman kelas KPI A yang tidak dapat disebut seluruhnya, yang sukarela memberikan tenaga, pikiran, waktu dan tempat untuk membantu penulis selama proses penulisan skripsi.

11.Kawan-kawan KKN AKSI 2010 yang sukarela menjalani masa bakti pengabdian bersama dan kenangan indah yang tak terlupakan di desa Sukamakmur, Bogor.

12.Kawan-kawan kosan, Leonardo, Rizki, Althof, Bari, Bangkit, Subky, Andhy yang senantiasa membantu penulis selama proses penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca unuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Komik 1. Pengertian Komik ... 14

2. Komik Sebagai Media Dakwah Islam ... 19

B. Penyimpangan Sosial 1. Pengertian Penyimpangan Sosial ... 21

2. Penyimpangan Sosial Menurut Islam ... 23

C. Semiotik 1. Pengertian Semiotik ... 27

2. Mitos dalam Semiotik Roland Barthes ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM KOMIK SI JUKI CARI KERJA! A. Biografi Singkat Faza Ibnu Ubaydillah Salman ... 40

B. Profil Tokoh Komik ... 41

C. Komikografi dan Prestasi Faza Ubaydillah Salman 1. Karya-Karya Faza Ubaydillah Salman ... 44

2. Prestasi-Prestasi Faza Ubaydillah Salman ... 45

D. Sinopsis Komik Si Juki Cari Kerja! ... 46

BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Data-Data Komik Si Juki Cari Kerja! ... 47

B. Makna Penyimpangan Sosial Komik Si Juki Cari Kerja! ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(10)

vii

Tabel 1 Analisis Data 1 ... 47

Tabel 2 Analisis Data 2 ... 52

Tabel 3 Analisis Data 3 ... 56

Tabel 4 Analisis Data 4 ... 60

Tabel 5 Analisis Data 5 ... 64

Tabel 6 Analisis Data 6 ... 68


(11)

viii

1. Peta Tanda Roland Barthes ... 31

2. Second-Order Semiological System ... 37

3. Juki, Mbah Gendeng, dan Pasien ... 46

4. Penipuan Berkedok Kesurupan ... 52

5. Penipuan Jual Beli Benda Pusaka Kepada Pasien ... 56

6. Kerugian Pasien dan Keuntungan Mbah Gendeng ... 60

7. Daftar Orang yang Mudah Diperdaya Dukun ... 64

8. Konflik Mbah Gendeng dan Selebriti ... 68


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Si Juki adalah salah satu project Faza Meonk yang paling dikenal pembaca di Indonesia. Selain di komik, Faza Meonk juga memperkenalkan karakter si Juki yang juga tersebar di Facebook, Twitter, Kaskus, Youtube, Line Messenger dan media sosial lainnya. Faza Meonk telah menerbitkan beberapa komik lain dengan karakter si Juki. Kemudian salah satu komiknya yang paling banyak menerima penghargaan adalah komik Si Juki Cari Kerja! diantaranya Penulis dan Buku Komik/Novel Grafis Terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia 2013, Juki sebagai

Character of The Year pada Ngomik.com 2013 dan Sampul Komik Grafis Terbaik Anugerah Pembaca Indonesia 2013.1 Faza Ibnu Ubaydillah Salman, atau yang

lebih dikenal dengan nama Faza Meonk adalah seorang visual entertainer

sekaligus seorang komikus.

Faza Meonk lebih dikenal dengan gaya penulisan komik yang terkesan memang suka mengkritik secara sarkastik, dan kebanyakan isi komiknya tentang kehidupan mahasiswa sehari-hari. Sehingga pada tahun 2011, komik Faza Meonk berjudul Ngampus!!! Buka-Bukaan Aib Mahasiswa terbit.

Penjualan komik Si Juki Cari Kerja! merupakan penjualan komik terbaik Faza, karena hanya dalam waktu satu bulan, komik tersebut terjual tidak kurang dari 5000 eksemplar.2 Perkembangan zaman memaksa para komikus untuk lebih

1

Faza Ibnu Ubaydillah, Komik Si Juki Cari Kerja Pemenang API 2013, Jakarta, www.Sijuki.com diakses pada tanggal 27 agustus pukul 14:04

2

Faza Ibnu Ubaydillah Salman, Komik Si Juki Cari Kerja Pemenang API 2013, Jakarta, www.Sijuki.com diakses pada tanggal 27 agustus pukul 14:04


(13)

kreatif dalam memasarkan produknya. Dengan memaksimalkan branding dan marketing di sosial media dan website, keikutsertaan Faza pada event Popcon Asia beberapa tahun ini juga membuat Faza Meonk dan karakter Juki tidak hanya dikenal di Indonesia, namun Asia, kini Faza lebih leluasa dalam memperkenalkan komik dan karakter Juki yang protagonis, nasionalis, namun nyeleneh. Sifat

nyeleneh yang ada pada karakter-karakter dalam komiknya sengaja diciptakan seperti itu karena melihat fenomena yang ada pada saat ini, sifat yang tidak wajar justru menjadi pusat perhatian banyak orang, terutama anak muda di Indonesia, karena itulah Faza sebagai komikus muda Indonesia mencoba memberikan pesan-pesan kebaikan atau berdakwah kepada anak muda melalui cerita-cerita komiknya yang lucu, menghibur, dan mendidik dengan karakter yang nyeleneh dan fenomena-fenomena yang menyimpang.

Setiap manusia yang beragama Islam memiliki kewajiban untuk menyiarkan agama Islam. Karena setiap muslim adalah dai, dan dai memiliki kewajiban mengamalkan ilmu yang dimilikinya dengan metode dakwah. Dakwah yang mengajak kepada kebaikan dan menuntun orang agar mengikuti jalan kebenaran „Amar ma’ruf nahi munkar. Ada beberapa macam cara orang berdakwah, salah satunya dengan tulisan (bil qalam). Seiring dengan perkembangan zaman, banyak media-media yang bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Komik merupakan media yang sangat mudah kita temui, dan komik merupakan media visual berupa gambar dan tulisan.

Dalam media komik seorang komikus mampu menggambarkan secara jelas maksud dan tujuan yang diharapkan dan mudah dicerna oleh pembaca, karena komik menghadirkan gambar dan kata-kata secara bersamaan namun teratur.


(14)

Seorang komikus mampu mendeskripsikan apa yang dia maksud dengan menggunakan gambar manusia, busana, benda, dan sebagainya, sehingga tidak menyulitkan pembaca dalam mencerna mkasud dari isi pesan dalam komik tersebut.

Komunikasi dalam penyampaian pesannya dapat dilakukan melalui media apa saja, salah satunya dengan menggunakan media komik, komik sendiri merupakan media komunikasi visual yang penyampaian pesannya melalui cerita bergambar. Saat ini komik merupakan media cetak yang sangat digemari oleh berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Komik memiliki gambar dan kumpulan cerita yang menarik dan biasanya mengangkat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang gemar membaca komik karena suka dengan cerita dan karakter tokohnya yang unik dan variatif.

Pada tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat dua dunia di bawah Finlandia sebagai negara yang paling banyak membaca komik manga. Melihat fenomena tersebut kini mulai banyak bermunculan komikus kreatif yang ingin mengembalikan masa kejayaan komik lokal, karena dulu komik Indonesia pernah berjaya yang saat itu isi ceritanya didominasi oleh kisah perjuangan dan nasionalisme, sehingga dulu sempat bermunculan tokoh-tokoh fiktif seperti Si Buta dari Gua Hantu dan Gundala Putera Petir.3

Saat ini buku komik di Indonesia mulai berkembang dan dihargai oleh masyarakat lokal, terlihat sekarang sudah banyak bermunculan komikus-komikus terkenal di Indonesia seperti Benny, Mice, dan Juki. Berbeda dengan tahun kejayaan komik di Indonesia beberapa tahun lalu yang isi ceritanya tentang

3

Richard Susilo, Indonesia Peringkat ke 2 Pembaca Manga Terbanyak Di Dunia, Tokyo, www.Tribunnews.com diakses pada hari Jumat, 4 September 2015, pada pukul 21.50 WIB


(15)

perjuangan dan nasionalisme, kini komik-komik di Indonesia mulai bangkit lagi dan banyak mendapat respon positif dari para penggemar komik lokal, namun isi ceritanya banyak bersifat sarkas bahkan cenderung ke arah penyimpangan sosial namun tetap tidak menghilangkan sisi nasionalisme atau cinta tanah air. Karena bagi beberapa komikus termasuk Faza yang merupakan kreator karakter Juki, zaman sekarang masyarakat lokal lebih tertarik dengan hal-hal yang fenomenal atau menciptakan sensasi seperti perilaku yang menyimpang untuk menarik perhatian pembaca.

Di zaman modern ini kreatifitas memiliki peran penting dalam setiap kegiatan manusia, seorang dai dituntut untuk bisa mengemas pesan-pesan agama sekreatif mungkin agar mudah diterima oleh semua kalangan baik yang muda maupun orangtua. Adapun pengertian dakwah dalam yaitu seruan, ajakan, penyebarluasan serta pengajaran agama Islam untuk mengislamkan orang-orang kafir agar meninggalkan kekeliruan dan kesesatannya, mengikuti jalan kebenaran ajaran Islam, dengan menggunakan usaha/kegiatan mewujudkan nilai-nilai Islam dalam hidup dan kehidupan orang-orang kafir, menjadi mukmin yang muslim dan menyampaikan ajakan atau penyampaian ajaran Islam di lingkungan ummat Islam yang lengah, lalai dan dangkal pengetahuannya tentang Islam, agar mereka kembali sadar kekeliruannya, dan mempertebal ketaqwaannya kepada Allah SWT.4

Melalui komik, para pembaca dibawa ke dalam situasi yang lebih santai. Meskipun pesan didalam beberapa kartun sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, pesan-pesan-pesan-pesan kartun lebih mudah

4


(16)

dicerna dan dipahami karena sifatnya yang menghibur. Tambahan pula kritikan-kritikan yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.5

Seiring dengan banyaknya minat baca komik di Indonesia, kini banyak para penulis kreatif yang berprofesi sebagai komikus. Melihat semakin berkembangnya komik-komik Jepang seperti Naruto dan One Piece baik di negaranya sendiri maupun dunia, kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa komikus untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan spiritual agar mudah dipahami oleh masyarakat dengan kemasan yang kreatif, menghibur, dan memiliki nilai-nilai agama didalamnya.

Sebagai bahasa gambar, komik menarik minat para ahli semiotik dan linguis, seperti ungkapan seorang ahli komunikasi massa berkebangsaan Italia,

Umberto Eco, “Komik menjadi sebuah bidang kajian yang luas dan sulit

dijelajahi, tetapi terbuka bagi semiotik pesan gambar”. Demikian pula yang ditegaskan oleh Arthur Asa Berger, diakhir salah satu tulisannya, dalam buku

Signs in Contemporary Culture, ia mengatakan komik memiliki banyak hal yang dapat kita baca, namun hanya jika kita peduli.6

Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari biasanya tidak tanpa alasan, seseorang melakukan hal yang menyimpang menurut kita belum tentu menyimpang bagi orang lain, karena perilaku menyimpang tidak selamanya negatif dan berdampak negatif, terkadang perbedaan norma dan kondisi fisik seseorang bisa berakibat

5

I Dewa Putu Wijana, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hal 4

6

Veetra, Mari Membaca Komik, www.Veegraph.com artikel diakses pada 12 Februari 2014


(17)

penyimpangan sosial. Menurut Robert M.Z. Lawang, penyimpangan adalah semua tindakan menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau perilaku abnormal. Menurut William Kornblum, penyimpangan adalah kelakuan atau tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.7

Sekalipun penyimpangan sosial bisa memiliki makna berbeda bagi orang atau masyarakat yang berbeda, penyimpangan sosial bisa didefinisikan sebagai tindakan yang tak sesuai atau berlainan dari norma-norma atau ekspektasi-ekspektasi sosial.8 Oleh karena itu, penyimpangan sosial sulit didefinisikan secara

tepat karena penyimpangan sosial bersifat relatif, adapun beberapa teori sosiologis terkenal yang membahas tentang teori-teori penyimpangan sosial seperti anomie, teori konflik, teori pembelajaran sosiokultural, teori labeling, teori kontrol, teori fungsi (Durkheim), teori sosialisasi, teori interaksionisme simbolis, dan teori etnometodologis.9

Pendekatan semiotik digunakan untuk mengetahui tanda-tanda apa yang terkandung dalam komik Si Juki Cari Kerja! dan kita akan mengetahui pesan-pesan apa yang terkandung dalam tanda-tanda yang ada pada gambar karya komikus tersebut.

7 Murdiyatmoko Janu, “Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat”,

(Bandung : Grafindo Media Pratama, 2007), hal 119

8

David Berry, “Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi”, penej. Pulus Wirotomo (Jakarta: Raja Grafindo), hal. 174-176

9 Yusron Razak, “Sosiologi Sebuah Pengantar”

, (Jakarta : Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Hal. 205


(18)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dengan mengangkat sebuah judul skripsi, “Semiotik Penyimpangan Sosial

Dalam Buku Komik Si Juki Cari Kerja!.

B.Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Skripsi ini akan mengkaji tentang semiotik penyimpangan sosial dalam buku komik Si Juki Cari Kerja!. Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, peneliti fokus pembahasan pada tanda-tanda yang ada didalam komik yang berindikasi penyimpangan sosial dengan memahami makna denotasi, konotasi, dan mitos di dalam komik. Peneliti tidak berfokus pada makna menurut komikus (source), pembaca (receive), dan akibat yang dirasakan masyarakat (effect).

2. Rumusan Masalah

Maka rumusan masalah mencakup sebagai berikut:

1. Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam komik Si Juki Cari Kerja!?

2. Apa makna penyimpangan sosial yang terdapat dalam komik Si Juki Cari Kerja!?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


(19)

1. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam komik Si Juki Cari Kerja!?

2. Untuk mengetahui apa makna penyimpangan sosial yang terdapat dalam komik Si Juki Cari Kerja!?

2. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi akademis dan praktis, yaitu:

1. Akademis

Untuk pengembangan ilmu komunikasi dan dakwah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis dan pengetahuan pesan-pesan dakwah bisa disampaikan melalui kartun dan simbol-simbol yang terkandung dalam sebuah komik.

2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu membantu memberikan pengetahuan bahwa komik bisa menjadi media dakwah yang baik dan modern serta mengembangkan pemikiran serta pengetahuan tentang simbol-simbol dan tanda-tanda yang terkandung dalam komik. Serta menghargai karya seni anak bangsa.

D.Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa karya ilmiah yang serupa namun memiliki fokus yang berbeda. Studi penelitian sebelumnya yaitu :

1. Skripsi yang berjudul “Semiotik Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu

karya Agus Riyanto mahasiswa KPI lulusan tahun 2013. Teori yang digunakan adalah teori semiotik Christian Metz dan Steve Campsall. Masalah yang diteliti adalah tentang semiotik yang terkandung dalam film.


(20)

2. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Film Negeri 5 Menara” karya Amin Rois mahasiswa KPI lulusan tahun 2013. Teori yang digunakan adalah teori semiotik Roland Barthes. Masalah yang diteliti adalah mengetahui objek yang penuh dengan tanda-tanda atau simbol berupa gambar, suara, dan dialog dalam fim.

3. Skripsi yang berjudul “Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Komik 33 Pesan Nabi Karya VBI_Djenggotten” karya Rochman Afiani mahasiswa KPI lulusan tahun 2013. Teori yang digunakan adalah analisis isi (content analysis) teori Holstly. Masalah yang diteliti adalah isi pesan dakwah dalam komik.

4. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di

Harian Kompas Edisi 1 Bulan Desember 2007” karya Nasuri mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusn Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Ferdinand de Saussure dengan metode penelitian deskriptis analitis. Hasil penelitian ini adalah dapat mengetahui macam dan makna tanda berikut pesan yang terdapat dalam komik strip Benny & Mice.

E.Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur (library research). Tujuannya adalah untuk membuat deskipsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang


(21)

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.10 Pembahasan dilakukan

dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan makalah, buku, ataupun sumber-sumber yang tertulis lainnya untuk mengeksplorasi makna pesan yang terdapat dalam tanda-tanda didalam komik Si Juki Cari Kerja!. Pendekatan semiotik yang digunakan adalah teori Roland Barthes.

Teknik Sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek yang diteliti.11

Banyak masyarakat di Indonesia percaya bahwa dukun adalah orang sakti yang memiliki kekuatan di luar akal sehat, bahkan banyak yang lebih mempercayai dukun ketimbang dokter ketika mereka sakit, dan yang lebih berbahaya adalah banyak orang yang percaya dengan kesaktian dukun sehingga orang tersebut lebih percaya kepada kekuatan dukun dibanding kekuatan Allah SWT.

Maka dari itu, penting bagi peneliti untuk meneliti komik ini karena dibalik gambar-gambar yang lucu dan menghibur, komik ini memiliki sisi mendidik dan kritis dalam menangkap dan mengemas fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Selain itu komik Si Juki Cari Kerja! karya Faza Meonk ini juga memiliki berbagai prestasi di tingkat nasional dan berhasil menjual lebih dari 5000 eksemplar dalam waktu satu bulan sejak komik ini diterbitkan.

10

Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 9

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2006) h. 246


(22)

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada narasumber yaitu penulis komik Si Juki Cari Kerja! kemudian jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)12.

b. Observasi atau pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dalam fenomena-fenomena yang diselidiki. Disini penulis membaca dan memahami isi pesan dan makna dari tanda atau simbol yang ada pada komik Si Juki Cari Kerja!. Setelah itu penulis mengutip kemudian mencatat dialog ataupun paragraf yang mengandung pesan pada komik ini untuk dijadikan codingsheet, yakni rangkaian pencatatan lambang atau pesan secara sistematis untuk kemudian diberikan interpretasi.13

c. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus menjadi pelengkap dan pembanding. Data primer yaitu berupa komik yang diteliti Si Juki Cari Kerja!, sedangkan data sekunder yaitu berupa buku-buku dan tulisan lain berkaitan dengan masalah objek studi ini.

12

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h. 67-68

13

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006). Cet. Ke-1, h. 53


(23)

3. Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan dan diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis semiotik yaitu melaporkan dengan menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data yang terkumpul secara denotasi dan konotasi, kemudian data tersebut disimpulkan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Faza Ibnu Ubaydillah Salman, atau yang lebih dikenal dengan nama Faza Meonk. Dan objek penelitian ini adalah buku komik Si Juki Cari Kerja!

5. Pedoman Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010/2011 yang diterbitkan oleh Biro Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.14

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab, yakni:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini mengurai secara singkat latar belakang masalah, perumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

14

Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010/2011, (Jakarta: Biro Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010).


(24)

Bab ini membahas tentang pengertian penyimpangan sosial, pengertian dan perkembangan komik, dan pengertian semiotik.

BAB III PROFIL KOMIK SI JUKI CARI KERJA!

Bab ini membahas tentang konsep dari komik dan asal mula terciptanya komik Si Juki Cari Kerja! serta profil komikus.

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang berisi tentang makna penyimpangan sosial dan pesan yang terdapat dalam komik Si Juki Cari Kerja!

BAB V PENUTUP

Dalam bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis, serta memberikan saran-saran dan beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.


(25)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komik

1. Pengertian Komik

Sebelum membahas tentang komik, kartun merupakan komponen terpenting dalam sebuah komik, kartun berasal dari bahasa Itali, cartone yang artinya kertas. Pada mulanya kartun adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini kartun adalah gambar yang bersifat dan bertujuan sebagai humor satir. Jadi, kartun tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk kepentingan seni semata-mata, melainkan mempunyai maksud melucu, bahkan menyindir dan mengkritik.1

Secara umum, kartun merupakan sebuah potret satiris (sindiran) melalui proses pelebih-lebihan (exagerated), penekanan (emphasized), dan pemletotan (distorted). Mengangkat bagian yang paling aneh, paling spesifik, paling karakteristik, dan bahkan paling menggelikan dari seseorang atau sesuatu. Perbandingan ukuran tubuh dengan kepala bisa sangat bervariasi, terutama pada jenis komik strip.2

Komik berdasarkan bentuknya menurut Bonneff, terdiri dari dua kategori yaitu komik bersambung (comic strips) dan buku komik (comics-books). Komik strip merujuk pada komik yang terdiri dari beberapa panel saja dan biasanya

1

I Dewa Putu Wijana, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta : Ombak, 2004), h. 6.

2


(26)

muncul di surat kabar ataupun majalah. Sedangkan buku komik adalah komik yang disajikan dalam bentuk yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainnya.3

Adapun kartun-kartun yang terdapat di media-media cetak itu meliputi berbagai jenis seperti :

1. Kartun editorial, yang digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan masalah politik atau peristiwa aktual sehingga sering disebut kartun politik.

2. Kartun murni, yang dimaksudkan sekedar sebagai gambar lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa actual.

3. Kartun komik, yang merupakan susunan gambar, biasanya terdiri dari tiga sampai enam kotak. Isinya adalah komentar humoris tentang suatu peristiwa atau masalah aktual. Hal ini tidak mengingkari adanya kartun-kartun komik yang isinya tidak berbeda dengan kartun-kartun murni.4

Komik merupakan suatu bentuk seni yang menyampaikan cerita dengan ilustrasi gambar. Penggunaan gambar dalam komik berfungsi untuk memudahkan pembaca memahami cerita yang disampaikan oleh pengarang. Penggemar komik terdiri dari berbagai kalangan tanpa membedakan usia, gender, dan profesi. Komik sebagai media komunikasi, mempunyai kemampuan menyesuaikan diri, sehingga kadang digunakan untuk berbagai tujuan. Komik bisa digunakan sebagai bacaan hiburan, dapat berperan sebagai media propaganda, alat bantu pendidikan dan pengajaran.

3

Indiria Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, (Yogyakarta : Kata Buku, 2011), h. 17.

4

I Dewa Putu Wijana, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta : Ombak, 2004), h. 11.


(27)

Dalam komik, terdapat beberapa peran yang bertujuan untuk menentukan siapa tokoh utama dalam sebuah cerita, peran karakter dalam sebuah komik sangat penting. Dia bisa seorang protagonis (jagoan, pelakon utama yang baik) atau antagonis (lawan protagonis, pelakon jahat yang bisa berbentuk orang atau sesuatu yang melawan kebaikan). Protagonis tidak selalu berwajah bagus, antagonis pun tidak selalu berwajah buruk, yang menentukan adalah bahasa jiwa mereka yang digambarkan oleh kata-kata dan perilakunya. Keluasan pandangan dan kedalaman pikiran seorang komikus sangat mempengaruhi hasil karyanya.5

Komik menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki pengertian cerita bergambar (majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yg umumnya mudah dicerna dan lucu. Adapun beberapa istilah dalam dunia komik. Esvantdiari Sant dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop

mengatakan bahwa dunia komik mempunyai istilah-istilah tersendiri yang harus dipahami oleh para komikus pemula diantaranya :

1. Outline: garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan standar yang baku, outline yang memiliki tabal tipis akan lebih terlihat dinamis dan hidup.

2. Panel: kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah persegi empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi panel.

5


(28)

3. Tone atau screentone: lembaran motif yang digunakan untuk mengisi bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang salah satu sisinya dilapisi lem/perekat.

4. Toning: proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.

5. Balon dialog: tempat meletakan dialog: umumnya berbentuk bulat atau lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat lebih variatif lagi.

6. Foreground: gambar yang dilihat mata dahulu atau terletak di bagian depan. Biasanya memiliki outline yang lebih tebal dibandingkan latar belakang.

7. Latar belakang atau background: gambar yang terletak di belakang

foreground. Biasanya memiliki outline yang lebih tipis dibandingkan

foreground.6

Adapun beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan buku komik yaitu :

1. Membuat sinopsis cerita : Sinopsis cerita merupakan tahap awal dalam membuat komik. Sinopsis cerita berarti menentukan tema, naskah beserta plot dan seting yang akan diangkat dalam karya komik.

2. Membuat Story line : Storyline adalah membuat rancangan dalam bentuk tulisan tentang apa saja yang akan komikus buat baik teks maupun ilustrasinya dalam tiap halaman komik.

3. Membuat karakter tokoh verbal : Tokoh verbal adalah bagaimana seorang komikus menjelaskan dalam bahasa tekstual tokoh-tokoh yang

6

Esvandiari Sant, Seri Penuntun Praktis: Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006) Cet. 2, h. 22.


(29)

terlibat dalam cerita yang sedang dibuat. Dalam bagian ini dijelaskan deskripsi lengkap dari tokoh tersebut, mulai dari nama, jenis kelamin, usia, ciri-ciri fisik beserta sifat-sifatnya.

4. Membuat karakter tokoh visual : Melakukan sket model karakter berdasarkan deskripsi verbal.

5. Tahap sket lay out panel, ilustrasi dan balon teks : Tahap ini merupakan visualisasi dengan sket berdasarkan storyline yang sudah dibuat. Deskripsi verbal panel dalam tiap halaman divisualkan dengan sket pensil hitam putih lengkap dengan ilustrasi dan balon teks.

6. Tahap penintaan : Bagian ini merupakan tahapan pemberian tinta dengan menggunakan drawing pen, kuas ataupun media lain pada sket yang telah dibuat.

7. Tahap pewarnaan : Tahap ini merupakan pewarnaan yang dilakukan dengan komputer. Dengan demikian maka perlu dilakukan pemindahan dahulu dari master (sebutan untuk sket yang sudah jadi atau ditinta) ke dalam format digital melalui .

8. Tahap pembuatan balon teks beserta isinya : Setelah semua panel tersusun dengan baik, maka dibuatlah balon teks beserta kata-kata yang terdapat dalam balon teks tersebut.

9. Pembuatan cover : Cover merupakan ilustrasi yang mewakili keseluruhan cerita yang ada dalam komik. Artinya, cover harus mampu mengarahkan pembaca untuk sedikit mengetahui tema cerita yang ditawarkan oleh komik tersebut tanpa harus terlebih dahulu melihat isinya.


(30)

10.Lay out buku komik : Lay out buku komik berarti format yang dipakai dalam pembuatan komik tersebut sebelum proses produksi. Yang masuk dalam tahap ini adalah penentuan komposisi penempatan unsur-unsur yang ada dalam cover sekaligus isi dari bentuk buku komik.

11.Finishing : Proses pemeriksaan seluruh teks dan ilustrasi yang sudah dibuat sekaligus cover dan bentuk lemasan komik yang nantinya akan dibuat.7

2. Komik Sebagai Media Dakwah Islam

Menyampaikan informasi kepada masyarakat dan menuntut gerakan dakwah Islam harus mampu memanfaatkan hasil sains, teknologi dan informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah Islam, yaitu memperluas jangkauan pengaruh dakwah8. Ayat-ayat iqra’, yakni wahyu pertama yang sangat revolusioner itu, berisi perintah baca-tulis kepada manusia yang saat itu sebagiannya justru “anti

-huruf”, itulah yang kemudian menjadi ruh kebangkitan Islam. Objek bacaan dalam hal ini umum diartikan sebagai alam raya (kauniyah) dan teks (qauliyah).

Perintah Tuhan untuk membaca teks dan alam ini seakan menunjukkan bahwa Research and Development itu penting. Riset, analisis, refleksi dan temuan merupakan serangkaian proses pencarian, penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, yang pada gilirannya mewujudkan peran manusia sebagai khalifah diatas bumi. 9

7

Indiria Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, (Yogyakarta : Kata Buku, 2011), h. 149.

8

Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bil Qalam dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Mizan Media Utama, 2004), h. 127.

9


(31)

Sesungguhnya yang pertama diciptakan Allah adalah al-qalam, kemudian

Allah menjadikan nun, yakni tinta; lalu dia berkata padanya “Tulisan”. Al-qalam

bertanya, “Apa yang harus kutulis?” Ia berfirman, “Tulisan apa yang telah terjadi

dan yang akan terjadi sampai hari kiamat, baik perbuatan, peninggalan, maupun

pemberian. “lalu qalam pun menuliskan apa yang telah terjadi sampai hari kiamat.

Itulah maksud Allah dalam ayat: Nuun, perhatikan qalam dan apa yang dituliskannya. Begitu sabda Rasulallah Saw.10

Dakwah bi al-qalam memiliki keunggulan sebagai media cetak antara lain sebagai berikut: Pertama, lebih dalam pengaruhnya dari gelombang suara lisan ahli pidato. Kedua, tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu kali dan akan melekat terus menerus dalam hati serta bisa jadi buah tutur setiap hari. Ketiga, bahasa tulisan lewat media cetak lebih rapi dan lebih teratur daripada bahasa lisan karena menulis adalah berpikir dengan teratur. Keempat, pembaca bisa membaca berulang-ulang hingga meresapi. Kelima, lebih mengutamakan jalinan atau persaksian.11

Ada dua macam cara pendekatan dakwah Islam dengan kartun. Pertama, langsung memasang atribut keIslaman. Kedua, secara implisit mengumandangkan dakwah Islam tetapi tanpa simbol-simbol baku. Jangan terjebak pada simbol-simbol dan baju yang kadang malah sering membuat kedodoran. Langsung memasang simbol-simbol Islami itu cocok untuk kalangan yang sudah mapan keIslamannya, meskipun pendapat ini juga tidak betul seratus persen. Lebih merupakan usaha pemupukan. Bahwa umat Islam memiliki bermacam-macam latar belakang dan itu berimbas pada kadar keIslamannya. Sebaiknya lebih baik mengambil

10

Hadist Imam Muhammad Isa bin Surah Al-Tirmizy, juz V (Beirut: Dar Al-Fikr, 1994), h. 211-212.

11


(32)

langkah dakwah Islam yang tidak vulgar, tidak langsung. Ambillah hatinya, lalu lakukan pendekatan yang menyentuh kalbu.12

B. Penyimpangan Sosial

1. Pengertian Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial mengacu pada perilaku, cara bertindak, sikap, keyakinan dan gaya yang melanggar norma-norma, aturan, etika dan harapan masyarakat.13 Perilaku menyimpang atau penyimpangan yang sering kita lihat

dalam kehidupan sehari-hari biasanya tidak tanpa alasan, seseorang melakukan hal yang menyimpang menurut kita belum tentu menyimpang bagi orang lain, karena perilaku menyimpang tidak selamanya negatif dan berdampak negatif, terkadang perbedaan norma dan kondisi fisik seseorang bisa berakibat penyimpangan sosial. Menurut Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sosial adalah semua tindakan menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau perilaku abnormal. Menurut William Kornblum, penyimpangan sosial adalah kelakuan atau tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.14

Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang melanggar norma atau nilai-nilai yang sebelumnya telah disepakati oleh suatu kelompok, misalnya masyarakat. Meskipun makna penyimpangan sosial bisa memiliki makna yang berbeda bagi orang lain atau kelompok lain,

12

Setiawan G.Sasongko, Kartun Sebagai Media Dakwah (Jakarta: Sisma Digi Media, 2005), h. 6.

13

John Scott, Sosiologi: Key Concepts, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), h. 81.

14

JanuMurdiyatmoko, Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat, (Bandung : Grafindo Media Pratama, 2007), h. 119.


(33)

penyimpangan sosial bisa didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau ekspektasi masyarakat, maka dari itu penyimpangan tidak selalu berdampak buruk, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Dengan kata lain, penyimpangan sosial bukanlah kualitas dari suatu tindakan, melainkan konsekuensi dari adanya penerapan sangsi bagi perilaku tersebut.

Sekalipun penyimpangan sosial bisa memiliki makna berbeda bagi orang atau masyarakat yang berbeda, penyimpangan sosial bisa didefinisikan sebagai tindakan yang tak sesuai atau berlainan dari norma-norma atau ekspektasi-ekspektasi sosial. Oleh karena itu, penyimpangan sulit didefinisikan secara tepat karena penyimpangan bersifat relatif, adapun beberapa teori sosiologis terkenal yang membahas tentang teori-teori penyimpangan seperti anomie, teori konflik, teori sosiokultural,teori labeling, teori kontrol, teori fungsi (Durkheim), teori sosialisasi, teori interaksionisme simbolis, dan teori etnometodologis.15

Edwin Lemert berpendapat bahwa aturan melanggar merupakan hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari dan bahwa banyak episode pelanggaran norma menimbulkan reaksi kecil dari orang lain atau berpengaruh pada konsep diri seseorang (penyimpangan primer), dalam kebanyakan kasus, pelanggaran aturan menjadi normal dan diakomodasikan ke dalam penerimaan kehidupan. Ini adalah reaksi ketika masyarakat berprasangka negatif terhadap terjadinya penyimpangan awal (stigma) dan serangkaian gerakan perilaku yang diulang individu yaitu melanggar aturan dan penyesuaian identitas menyimpang sebagai sarana penyesuaian penyimpangan boleh di bilang menjadi penyimpangan sekunder.16

15

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta : Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 205.

16


(34)

Penyimpangan sosial dalam masyarakat tradisional relatif statis, tidak akan disukai. Penyimpangan sosial terhadap kaidah-kaidah dalam masyarakat yang tradisional memerlukan suatu keberanian dan kebijaksanaan tersendiri. Namun, apabila masyarakat tradisional tersebut merasakan manfaat dari suatu penyimpangan tertentu, maka penyimpangan sosial tersebut dapat diterima. Biasanya proses tersebut dimulai oleh generasi muda yang pernah pergi merantau. Kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya dari luar, mulai ditiru oleh orang-orang sekitarnya untuk kemudian menjalar ke seluruh masyarakat.17

Seperti yang kita ketahui, penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat, jika ada seseorang yang berperilaku menyimpang maka orang tersebut akan diberikan sanksi atau hukuman yang telah disepakati bersama oleh masyarakat atau pun agama yang mayoritas masyarakat tersebut meyakininya.

Dalam komik Si Juki karya Faza Meonk ini peneliti melihat banyak adegan yang merupakan penyimpangan sosial, misalnya penipuan dengan modus MLM (Multi Level Marketing), merusak kebersihan lingkungan dengan sampah-sampah visual, dan praktek dukun yang merugikan masyarakat dan berakibat buruk bagi kepercayaan atau iman seseorang.

2. Penyimpangan Sosial Menurut Islam

Seperti yang kita ketahui bahwa penyimpangan sosial biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, Islam pun memiliki pandangan tersendiri tentang penyimpangan sosial, segala sesuatu yang bersifat berseberangan dengan hukum Islam maka bisa disebut sebagai penyimpangan, dan memiliki hukum tersendiri,

17

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), h. 238.


(35)

baik hukum berupa dosa maupun hukum yang berlaku sesuai tafsiran dari Alquran dan hadist seperti hukum potong tangan bagi pelaku pencuri atau denda berupa harta yang harus dikeluarkan jika melakukan suatu penyimpangan.

Dalam Islam, ada istilah syirik, yaitu penyembahan terhadap benda pusaka atau berhala dan meyakini kekuatan benda tersebut sehingga pelakunya ragu akan kuasa Allah. Orang yang melakukan tindakan syirik tersebut disebut musyrik.

Allah SWT berfirman:























































































Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan

diri”. (QS. An Nisa: 36)

Adapula riddah, yaitu keluar dari agama Islam, baik pindah agama yang lain atau menjadi tidak beragama. Adapun pelaku riddah terjadi karena tiga sebab, yaitu:

1. Perbuatan yang mengkafirkan, seperti sujud pada berhala, menyembah bulan, batu, benda pusaka, dan lain-lainnya.


(36)

2. Perkataan yang mengkafirkan, seperti menghinakan Allah atau Rasul-Nya, begitu juga memaki salah seorang Nabi Allah.

3. Itikad (keyakinan) seperti mengitikadkan alam kekal, Allah baru, menghalalkan zina, menghalalkan minum arak, dan mengharamkan yang disepakati ulama akan halalnya.18

Allah SWT Berfirman;



















































































Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Maidah: 54)

Dalam komik Si Juki Cari Kerja! terdapat adegan dimana seorang karyawan sedang meminta sebuah benda yang bisa dia gunakan untuk kepentingan naik

18


(37)

jabatan secara instan, pada adegan tersebut Mbah Gendeng yang merupakan seorang dukun memberikan sebuah tasbih untuk digunakan oleh karyawan tersebut.

Allah SWT berfiman;

























Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)

Menurut pengertian dari ayat di atas, maka jelas lah bahwa perilaku menyekutukan Allah atau menyembah dan percaya kepada selain Allah adalah perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, karena bersifat syirik dan hukumnya haram bagi para pelakunya seperti ahli sihir atau dukun.

Orang yang percaya pada hal yang syirik atau percaya kepada selain Allah akan tercabut dari segala nilai keutamaan, dan terlepas dari tanggung jawab agama dan nalar yang sehat. Ada orang yang mengaku dari kalangan orang-orang pandai yang mengatakan bahwa dalam perilaku tabdzir dan melebihi batas terdapat obat untuk mengobati penyakit jiwa. Adapula yang mengatakan bahwa memakai emas, perak, sutera, tak punya rasa malu, wanita telanjang dan menari, wanita memasrahkan tubuhnya yang telanjang ke pelukan para pemuda atau laki-laki


(38)

hidung belang dengan diiringi tetabuhan dan tiupan terompet, dapat mengobati kesepian dan kegersangan di hati.

Allah SWT berfirman;





































Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia

telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

Ada juga yang mengatakan menyembelih domba atau berbagai macam burung dapat mengeluarkan jin Ifrit dari tubuh seorang wanita. Sungguh ini merupakan kehancuran cara berpikir, dan (lebih lanjut) kehancuran rumah tangga. Ini adalah musibah dan bencana yang sangat besar bahkan telah menimpa akal, kehidupan dan masa depan generasi muda.19

Allah SWT berfirman:





















Artinya:Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al Baqarah: 147)

Diantara cara berpikir yang menyimpang dari kebenaran adalah percaya kepada khurafat dan mitos. Yang dimaksud dengan mitos adalah cerita-cerita

19

Muhammad Abdussalam Khadr, Bid’ah-Bid’ah yang Dianggap Sunnah, (Jakarta: Qishti Press, 2005), Cet. 7, h. 380.


(39)

bohong tentang suatu hal seperti asal usul tempat, alam, manusia dan sebagainya yang mengandung arti mendalam dan diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan definisi khurafat adalah ajaran atau keyakinan yang tidak mempunyai landasan kebenaran, disebut pula takhayul.

Khurafat dan mitos merupakan salah satu sebab disembahnya patung-patung, batu, benda-benda keramat dan sesembahan lainnya selain Allah SWT. Di Indonesia khususnya, banyak khurafat dan mitos yang hingga saat ini dipercaya sebagai sebuah kebenaran secara turun temurun. Bahkan bukan hanya dipercaya tapi kepercayaan itu direalisasaikan dalam bentuk ritual-ritual tertentu yang mengandung unsur kesyirikan.20

C. Semiotik

1. Pengertian Semiotik

Semiotik berasal dari kata Yunani, yaitu: semeion yang berarti tanda. Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.21

20

Abu Mujahidah al-Ghifari, Mitos dan Khurafat dalam Pandangan Islam, 2014,

(mimbarhadits.wordpress.com) diakses pada hari kamis, 27 Nopember 2014, pada pukul 08.45 WIB 21

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), Cet. 9, h. 53


(40)

Secara sederhana semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.22 Konsep dasar yang

menyatukan semiotik adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar yang kedua adalah simbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa memberikan perbedaan yang kuat antara anda dan simbol, tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak. Namun para ahli lainnya melihat sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang sama. Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.23

Semiotik menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotik secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).

Menurut Ferdinand De Saussure semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang

22

Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), Cet. 1, h. 262

23


(41)

pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotik Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda. Semiotik dikenal sebagai disiplin yang mengkaji tanda, proses menanda dan proses menandai. Bahasa adalah sebuah jenis tanda tertentu. Dengan demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik.24

Memahami teori Saussure, ada makna denotatif dan konotatif dalam linguistik. Denotasi adalah hubungan yang digunakan didalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah pertanda.25

Sedangkan makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar.26 Dalam makna konotatif, orang yang

tersenyum bisa berarti sebagai kesenangan dan kebahagiaan atau sebaliknya, bisa

24

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 6, h. 125.

25

Alex Sobur, Semiotik komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 2, h. 263.

26


(42)

saja tersenyum itu diartikan sebagai ekspresi sindiran atau penghinaan terhadap orang lain.

Dalam konteks ini, ketika kepercayaan masyarakat yang disebut dengan mitos dipandang sebagai produk kebudayaan, maka penting untuk melihat bagaimana masyarakat memproduksi makna melalui praktik bahasanya. Adapun Roland Barthes, seorang ahli semiotik yang mengembangkan teori Saussure, jika Saussure hanya berhenti di pengertian konotatif, Roland Barthes meneruskan ke tahap kedua konotatif yaitu mitos. Teori semiotik Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure. Dalam semiotik, dibalik bahasa (mitos)

seringkali terkandung “sesuatu” yang misterius. Dan semiotik dipercaya sebagai salah satu metode yang digunakan untuk membantu melacak keberadaan misteri tersebut.

Barthes mengembangkan model dikotomis penanda-petanda menjadi lebih dinamis, ia mengemukakan bahwa dalam kehidupan sosial budaya penanda adalah

“ekspresi” (E) tanda, sedangkan petanda adalah “isi” (dalam bahasa Prancis

contenu (C)). Jadi, sesuai dengan teori de Saussure, tanda adalah “relasi” (R) antara E dan C. Ia mengemukakan konsep tersebut dengan model E-R-C.27

Konotasi bagi Barthes Justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu. Tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang menjadi penyebab keberadaannya. Tambahan ini merupakan pemikiran Barthes terhadap semiologi Saussure yang hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif.

27

Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Depok: Komunitas Bambu, 2008) h. 12


(43)

Dengan membuka wilayah pemaknaan konotatif, seorang pembaca teks dapat memahami penggunaan gaya bahasa kiasan dan metafora yang itu tidak dapat dilakukan pada level denotatif. Lebih dari itu, disamping gagasannya yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis mitos, semiotik konotasi ala Barthes ini kemungkinan penggunaannya untuk wilayah-wilayah lain seperti pembacaan terhadap karya sastra dan fenomena budaya kontemporer atau budaya pop. Bahkan Barthes mengembangkan ide-ide Saussure pada semua aspek kehidupan sosial. Bagi Barthes, semiologi bertujuan untuk memahami sistem tanda, apapun substansi dan batasannya, sehingga seluruh fenomena sosial yang ada dapat ditafsirkan sebagai tanda.

Sebagaimana pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat

arbitrer atau sewenang-wenang. Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat.28

Berikut adalah peta tanda Roland Barthes: 1. Signifier

(Penanda)

2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Connotative Signifier Connotative Signified

(Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif)

Connotative Sign (Tanda Konotatif)

28


(44)

Gambar 1 (Peta Tanda Roland Barthes)

Sumber: Paul Cobey & Litza Jansz, Introducing Semiotics, NY: Totem Books,

1999, h. 51

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda dan pertanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas.29

Dalam buku Mythologies,Barthes menjelaskan konotasi tentang minuman anggur (le vin) sebagai minuman totem (boisson-totem), yakni minuman yang berkonotasi keprancisan (Frenchness). Bagi masyarakat Prancis, minuman anggur bukan sekedar minuman beralkohol, tetapi minuman yang merupakan minuman yang dirasakan sebagai pemameran kesenangan (etalement de’un plaisir), bukan sekadar obat pekasih (philtre), tetapi suatu tindakan minum yang berefek jangka panjang dalam kehidupan sosial, sedangkan tindakan minumnya mempunyai nilai retoris.30

Pada penjelasan Barthes diatas, ia menjelaskan tentang minuman anggur yang memiliki makna denotasi sebagai minuman beralkohol yang terbuat dari hasil fermentasi buah anggur. Makna konotasinya adalah minuman anggur tersebut bukanlah sekedar minuman alkohol biasa, namun minuman tersebut merupakan simbol dari pemameran kesenangan atau perayaan sehingga konotasi minuman anggur berakar pada kebudayaan Prancis selama berabad-abad dan menjadi mitos.

Di sini dapat dikatakan bahwa Makna denotatif adalah makna yang digunakan untuk menunjukkan secara jelas tentang sesuatu yang memiliki arti sebenarnya dari sebuah tanda. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang

29

Ibid., hal 28. 30

Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Depok: Komunitas Bambu, 2008) h. 13


(45)

memiliki arti tambahan dari makna denotatif yang merupakan hasil dari pikiran yang mengacu pada tradisi, emosional maupun nilai rasa pada seseorang terhadap sesuatu, baik berupa kata ataupun benda.

2. Mitos dalam Semiotik Roland Barthes

Kata mitos berasal dari bahasa Yunani mythos yang berarti kata, ujaran, kisah tentang dewa-dewa. Dengan mengetahui mitos, kita dapat mempelajari bagaimana masyarakat yang berbeda menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar tentang dunia dan tempat bagi manusia di dalamnya. Kita dapat mengkaji mitos untuk mempelajari bagaimana orang-orang mengembangkan suatu sistem sosial khusus dengan banyak adat istiadat dan cara hidup, dan juga memahami secara lebih baik nilai-nilai yang mengikat para anggota masyarakat untuk menjadi suatu kelompok. Mitos dapat dibandingkan untuk mengetahui bagaimana kebudayaan dapat saling berbeda atau menyerupai satu sama lain, dan mengapa orang bertingkah laku seperti itu. Kita juga dapat mengkaji mitos sebagai kerangka referensi yang mendasari tidak hanya karya-karya besar di bidang arsitektur, sastra, musik, lukisan, dan seni pahat, tetapi juga hal-hal kontemporer seperti iklan dan program televisi.31

Mitos menurut Roland Barthes bukan berarti tentang sesuatu hal yang mistis atau bersifat supranatural, melainkan maksud mitos ini adalah konotasi yang berasal dari ideologi baru dari suatu penanda yang petandanya didapat oleh kesepakatan masyarakat berdasarkan kepercayaan dan kebudayaan mereka.

Barthes berpendapat cara kerja mitos yang yang paling penting adalah menaturalisasi sejarah. Hal ini menunjuk pada fakta bahwa mitos sesungguhnya merupakan produk sebuah kelas sosial yang telah meraih dominasi dalam sejarah

31


(46)

tertentu: makna yang disebarluaskan melalui mitos pasti membawa sejarah bersama mereka, namun pelaksanaannya sebagai mitos membuat mereka mencoba menyangkalnya dan menampilkan makna tersebut sebagai yang alami (natural), bukan bersifat historis atau sosial. Mitos memistifikasi atau mengaburkan asal-usul mereka dan hal tersebut dimensi politis atau sosial mereka.32

Mitos sebagai keluaran akhir dari praktek bahasa dapat dipahami sebagai produksi makna. Pada dasarnya semua hal dapat menjadi mitos, satu mitos timbul untuk sementara waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena digantikan oleh mitos lainnya. Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan yang lain. Mitos bukanlah tanda yang bersifat netral melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu yang bisa jadi berbeda sama sekali dengan makna asalnya. Meskipun begitu, kandungan makna mitologis tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang salah, mitos selalu diartikan memiliki makna berseberangan dengan kebenaran, sering dikatakan bahwa penandaan seringkali memproduksi mitos.

Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkat menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya. Sedangkan Van Zoest menegaskan, siapapun bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat di dalamnya. Dalam pandangan Umar Yunus, mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, tetapi melalui anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan oleh karenanya lebih banyak hidup dalam masyarakat. Ia

32

JohnFiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 143.


(47)

mungkin hidup dalam gosip kemudian ia mungkin dibuktikan dengan tindakan nyata. Sikap kita terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini menyebabkan kita mempunyai prasangka tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam mitos.33

Untuk mengetahui atau mendeteksi mitos dapat diketahui dengan cara mengenal karakter-karakter mitos seperti yang dikatakan Barthes sebagai berikut :

1. Tautologi, Suatu pendefinisian dari suatu pernyataan yang tidak dapat diperdebatkan lagi, misalnya “karena dari sananya sudah

begitu” isi dari pernyataan tersebut telah direduksi menjadi penampilan. Sebagai contoh lain adanya suatu pernyataan

pernyataan hampa seperti “Midnight’s Summer Dream karya

Shakespere“ tidak mengatakan apa-apa tetapi mengandung implikasi lainnya seperti prestise karena dalam pernyataan itu terdapat nama Shakespere.

2. Identifikasi, Perbedaan dan keunikan direduksi menjadi satu

identitas fundamental. Misalnya: “semua agama adalah sama” atau

sama sekali diasingkan dibuat agar tidak dimengerti.

3. Neither-norism (bukan ini bukan itu), Orang yang menganut opini dalam posisi di tengah tidak berani memilih/memihak.

4. Mengkuantitaskan yang kualitas, Kualitas direduksi ke kuantitas, semua tingkah laku manusia, realitas sosial dan politik direduksikan kepada pertukaran nilai kuantitas. Sebagai contoh misalnya

33

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi, (Tangerang: Wisma Tiga Dara Perum Cimone Permai, 2009), h. 20.


(1)

Wawancara dengan Faza Meonk di Universitas Bina Nusantara Rabu, tanggal 8 April 2015

Pukul 13:44 WIB

1. Apa alasan mas Faza membuat karakter-karakter yang menyimpang seperti Pocong, Dukun, dan perilaku si Juki itu sendiri?

Sebenarnya saya melihat karakter-karakter zaman sekarang itu supaya di lirik sama orang, karakter itu harus sensasional, sama halnya seperti artis kalau mau cepet terkenal, dia harus nyeleneh, dia harus melakukan sensasi, jadi berdasarkan itu saya mau bikin, saya ga bilang karakter yang belum pernah ada, tapi itu karakter yang mungkin kalau di kehidupan masyarakat biasa itu mungkin susah ditemukan orang seperti itu, justru itu selling point-nya, jadi dengan saya bikin karakter Juki yang nyeleneh, terus yang diangkat itu isu-isu yang menyimpang, karena biasa isu seperti itu yang orang mau lebih membaca dibanding isu-isu yang lebih berat, isu-isu-isu-isu yang lebih serius, jadi dari situ saya ingin bikin hal yang lebih berbedalah dari yang lain, supaya orang mau baca dulu, karena kan di industri komik ini kan, kita saingannya bukan sesama komikus, tapi saingannya udah media hiburan lainnya, udah komikus Jepang, udah komik-komik Amerika gitu kan, dari sini saya ingin gimana caranya komik atau karakter buatan saya bisa dilihat sama orang-orang yang selama ini mungkin menikmati komik-komik Jepang, dan mereka gak nemuin karakter kaya gini di komik-komik Jepang, maka saya harus bikin yang bener-bener berbeda, sebenernya motivasinya itu, gimana caranya supaya menarik perhatian orang aja sih, untuk pembaca. Karena lo ga mungkin nemuin karakter si Juki yang Indonesia ini di komik Jepang, pasti beda banget, karena culture-nya juga beda, nah itu yang bedain dan pengen saya jadiin selling point, nah selling point-nya itu, lebih kesitu sebenarnya.

2. Kenapa dalam komik ini mas Faza mengambil fenomena-fenomena seperti pertemanan Juki dengan setan pocong dan keakraban Juki dengan dukun?

Jadi, kan memang kalau di Indonesia ini kita akrab sama yang namanya klenik-klenik gitu yah, hal mistis, sebenernya saya menggambarkan si Juki itu sebenernya ngegambarin bahwa orang Indonesia tuh, ngesarkasin bahwa orang Indonesia tuh percaya sama dukun, kalau kamu baca komik Si Juki Cari Kerja, ternyata dukun itu ada modus operandinya kalau di komik si Juki, bahwa dia ga bener-bener tau soal lo, tapi dia punya trik segala macem, ini itu ini itu supaya dipercaya sama masyarakat, jadi dari.. saya pengen ngungkapin dunia kerja terutama di Jakarta mungkin orang kira kerjaan-kerjaan yang biasa itu ya jadi PNS, jadi pegawai swasta, tapi banyak pekerjaan-pekerjaan yang mungkin jarang di bahas, dan itu saya membahasnya kaya ojek payung, kaya apa namanya ee.. joki three in one, ada dukun, ada yang masangin ikla segala macem, jadi saya pengen ngangkat yang mungkin jarang diangkat, gitu aja sih, ya MLM, itu kan juga mungkin sebagian dari kita sering lah diajak ajak hal yang seperti itu gitu loh, temen-temen kita terjerumus sama hal seperti itu, tapi kan di komik itu juga saya ga bilang MLM ga baik, ada MLM yang baik gitu kan, kalo misalnya mau diliat sekarang kan kaya apa, tau Tupperware kan? Tupperware tuh MLM loh, tapi kenapa stigma kita ga buruk sama Tupperware? Karena Tupperware dia menjual produk, bukan nyari member gitu loh, hal-hal kaya gitu, jadi yang saya sorotin lebih ke MLM yang buruk gitu, karena kan banyak MLM tuh yang get member daripada ngunggulin kualitas produknya gitu loh, jadi produknya kaya yang numpang lewat yang penting member nambah, member nambah, nah itu kan kaya gitu kan yang bullshit sebenernya, kalo yang baik-baik kan kaya Tupperware kan mereka menjual produk.


(2)

3. Apakah fenomena-fenomena yang mas Faza kemas dalam komik ini adalah fenomena yang terjadi di Indonesia saja ya mas?

Mostly, setting-nya kan kota Jakarta, jadi yang saya perhatikan adalah, apa sih pekerjaan-pekerjaan nyeleneh yang ada di kota Jakarta gitu, makanya ada joki three in one, ga ada di kota lain joki three in one, karena three in one cuma ada di Jakarta, iya kan? Mungkin dukun ada di kota lain, mungkin ojek payung bisa kamu temuin di kota lain di Bandung atau kota lain, tapi mostly itu karena Juki anak Jakarta jadi ya Jakarta.

4. Berarti, mas Faza ini mengangkat fenomena-fenomena yang ada di Jakarta saja? Betul, karena memang karakternya si Juki ini anak Jakarta, jadi Jakarta. Harapannya adalah ketika saya bikin karakter ini, creator-creator komik daerah lain juga bikin dong karakternya masing-masing, gitu sih.

5. Kenapa karakter si tokoh utama Juki ini sifatnya nyeleneh dan bukan menyontohkan perilaku warga Indonesia yang baik?

Itu sebenernya gimana caranya gw pengen menarik perhatian pembaca, gitu caranya untuk menarik perhatian pembaca, pembaca aware, ada karakter Juki di sosial media, ada di toko buku segala macem, baru dari situ pelan-pelan kalo misalnya lo ngikutin Juki di sosial media, media segala macem, kita sebenernya ngarahin ke arah yang bener kok, kita bikin gerakan #BeraniBeda, kita bikin gerakan ayo anak-anak muda supaya di samping kreatif atau kita bikiin gerakan, kita selalu ngeliat mainstream-nya apa sekarang saya melihat mainstream-nya sekarang anak-anak remaja di Indonesia kenapa jomblo itu jadi suatu hal yang kayanya berdosa banget, iya kan? Nah kita biasanya bikin kebalikannya, makanya kita bikin Juki sekarang hashtag-nya bangga jadi jomblo. Jadi kita memang selalu menyoroti hal-hal yang lagi di soroti sama anak-anak muda, lagi in, lagi hot, tapi kita menyikapinya dengan perspektif yang berbeda lewat karakter si Jukinya itu, bahkan kalau si Jukinya di build sebagai karakter anti mainstream itu sih, karena gini loh, kalau kita bikin karkater yang bener-bener memberi pengaruh yang baik pada masyarakat dengan cara karakternya baik, ganteng, terus lurus-lurus aja ga menarik, di lewati begitu aja gitu loh, anak muda sekarang itu butuh yang aneh-aneh, yang nyeleneh-nyeleneh baru mereka merhatiin, begitu mereka merhatiin, dia ngikutin, baru kita bisa belok pelan-pelan, jadi strateginya seperti itu.

Jakarta, 28 Juli 2015


(3)

Wawancara dengan Faza Meonk via Google mail

30 Nopember 2014

1. Bagaimana awal mula mas Faza terjun ke dunia komik?

- Awal mula terjun di dunia komik ketika iseng-iseng bikin komik untuk menyindir kelakuan teman-teman saat kuliah lewat komik DKV4.

Lalu pada akhirnya komik DKV4 di terbitkan oleh penerbit Bukune dan di adaptasi dengan judul "Ngampus!!! Buka-bukaan aib Mahasiswa"

2. Dari mana ide mas Faza membuat komik Si Juki Cari Kerja?

- Ide awalnya melanjutkan cerita si Juki dan Petualangan Lulus UN. Dari situ mulai mencari ide, tentang apa sih yang biasanya masyarakat indonesia lakukan setelah Lulus SMA? ada yang bekerja, ada yang berkuliah. Walaupun Juki nantinya akan berkuliah saya ingin menceritakan bagaimana susahnya mencari kerja di kota jakarta dengan pengalaman yang minim. Dimana hal ini banyak sekali dialami oleh mayoritas masyarakat di Jakarta.

3. Butuh waktu berapa lama mas Faza membuat komik Si Juki Cari Kerja?

- Untuk pengembangan cerita dan riset memerlukan waktu sekitar 3 bulan, dan pengerjaan gambarnya 1 Bulan.

4. Kalau boleh tau sudah berapa banyak penghargaan yang mas Faza raih sejak membuat komik?

- Ada beberapa, diantaranya ngomik.com award, Anugerah Pembaca Indonesia, Kompetisi Komik Indonesia, Lomba Maskot Jakarta, dan Kosasih Award

5. Apa latar belakang pembentukan karakter Juki?

- Awalnya saya gelisah akan tidak adanya generasi karakter lokal yang bisa populer setelah si Unyil. Kemudian saya membuat project si Juki ini di awal 2012 dengan niat menjadikan si Juki salah satu icon karakter fiksi indonesia yang bisa dikenal oleh banyak orang.

Lewat si Juki ini saya juga ingin menjadikan komik dan karakter sebagai media penyampai pesan-pesan positif dan kritik untuk masyarakat.

6. Apa maksud dari anti mainstream yang melekat pada karakter Juki?

- Kata Anti Mainstream cukup dipandang negatif bagi sebagian orang, dari pandangan tersebut saya ingin memunculkan sarkasme dari kata antimainstream yang di lebih diarahkan ke makna positif seperti, 'memandang sebuah hal dari persepektif yang berbeda', 'kreatif', 'inovatif', 'bangga menjadi diri sendiri' dan Nyeleneh.

Saya ingin mengajak anak-anak muda indonesia untuk bisa lebih produktif, tidak selalu mengikuti tren yang diciptakan luar, tapi bagaimana bisa menciptakan sesuatu yg positif kemudian membuat tren sendiri.

7. Beberapa tokoh dalam komik mas Faza memiliki karakter yang berbeda-beda, dari mana inspirasi mas Faza menciptakan tokoh dan karakter dalam komik Si Juki Cari Kerja?


(4)

- Inspirasi karakter yang ada di komik si Juki cari kerja tentu saja dari masyarakat jakarta yang saya amati dan alami selama ini.

8. Dalam komik Si Juki Cari Kerja terdapat beberapa adegan yang mengarah pada penyimpangan sosial, seperti sampah visual, penipuan MLM dan praktek dukun Mbah Gendeng. Mengapa mas Faza mengangkat fenomena penyimpangan dalam komik Si Juki Cari Kerja?

- Saya ingin mengangkat pekerjaan-pekerjaan yang tidak lazim dibahas dan diangkat. Bahwa di jakarta apapun bisa dijadikan pekerjaan, bahkan kita bisa menciptakan masalah sendiri dan menjual solusinya ke publik seperti halnya tukang tambal ban yang menyebar paku di

jalanan. Saya merasa fenomena-fenomena itu perlu diangkat agar pembaca bisa lebih hati-hati dalam memilih pekerjaan dan tentu sebagai bahan untuk mencari tau lebih lanjut pekerjaan-pekerjaan seperti itu.

9. Siapakah segmen pembaca dari komik Si Juki Cari Kerja?

- Sejatinya remaja - dewasa berumur 17-25 tahun yang memang sudah atau sedang mengalami proses mencari jati diri.

10. Apakah tujuan yang ingin mas Faza capai sebagai komikus Indonesia?

- Sederhana aja, bagaimana agar masyarakat bisa lebih menghargai komik indonesia, dan menjadikan komik indonesia raja di negeri sendiri dulu, kemudian harapan berikutnya bisa bersaing di kancah internasional.

11. Pesan apa yang ingin mas Faza sampaikan dalam komik Si Juki Cari Kerja? - Pesan sederhana, apapun yang anda putuskan persiapkan segalanya dengan matang, jangan kayak Juki yang cuma mengandalkan keberuntungan saat mencari kerja di kota metropolitan ini.

Jakarta, 28 Juli 2015


(5)

(6)