Proses Pengulangan Reduplikasi afiksasi

bakar „bakaran‟ dapat „dapatan‟ jahit „jahitan‟ minun „minuman‟ potong „potongan‟ 2. kata keadaan nomina kuning „kuningan‟ 3. kata bilangan nomina satu „satuan‟ puluh „puluhan‟ ratus „ratusan‟ ribu „ribuan‟

b. Proses Pengulangan Reduplikasi

Pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan merupakan bentuk dasar. Misalnya, rumah-rumah, dan rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memiliki bentuk dasar seperti, sia-sia, mondar-mandir dll. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. atau komparatif, mungkin kata- kata itu dapat dimasukkan golongan kata ulang. Pengulangan tidak merubah golongan kata nomina. Contoh : Berkata-kata dari bentuk dasar berkata. Pada cara ini ada pengecualian yaitu pada imbuhan setinggi-tingginya ini tidak merupakan pengulang. Setinggi-tingginya merupakan kata keterangan. Universitas Sumatera Utara Reduplikasi pembentuk nomina dalam bahasa Melayu Deli ialah reduplikasi seluruh bentuk dasar, reduplikasi sebagian bentuk dasar, dan dengan reduplikasi proses morfologis. a. Reduplikasi seluruh bentuk dasar Contoh : rumah –rumah „rumah-rumah‟ atap-atap „atap-atap‟ abah-abah „bapak-bapak‟ mak- mak „ibu-ibu‟ gubuk-gubuk „gubuk-gubuk‟ andung-andung „nenek-nenek‟ anak-anak „anak-anak‟ dinding-dinding „dinding-dinding‟ b. Reduplikasi sebahagian bentuk dasar Contoh : makan-makanan „makan-makanan‟ tidor-tidoran „tidur-tiduran‟ main-mainan „main-mainan‟ minum-minuman „minum‟minuman‟ c. Redupikasi dengan proses morfologis Contoh : kanak-kanakan „orang yang mempunyai sifat kekanak-kanakan‟ uhang-uhangan „orang-orangan‟ Universitas Sumatera Utara

c. Proses kompositum atau pemajemukan

Kompositum adalah proses kata pemajemukan, kata majemuk adalah kata gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru Alisjahbana,1953. Contoh : kamar + mandi kamar mandi „kamar mandi‟ mata + pelajaran mate pelajaran „mata pelajaran‟ kumis + kucing kumis kucing „kumis kucing‟ anjing + laut anjing laut „anjing laut‟ ayam + jantan ayam agam „ayam jantan‟ ayam + betina ayam puan „ayam betina‟ Kumis kucing dalam arti „sejenis tanaman „ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti „kumis dari seekor kucing‟ bukanlah kata majemuk. Pokok kata tidak bisa diartikan jika sendiri, tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan. Ciri-ciri majemuk. Jika kursi malas merupakan klausa, tentu kata kursi dapat diikuti kata „itu‟ menjadi „kursi itu malas‟, kata malas dapat didahului kata tidak, sangat, atau agak, menjadi : „kursi itu tidak malas‟, „kursi itu sangat malas‟, „kursi itu agak malas‟, Jelas bahwa semua itu tidak mungkin berbeda dengan adik malas yang dapat diperluas menjadi: Universitas Sumatera Utara „ Adik itu malas‟ „Adik itu sangat malas‟ „Adik itu agak malas‟ Jika kursi malas itu merupakan frase, tentu dapat disela dengan kata menjadi kursi yang malas seperti halnya adik malas yang diantara unsurnya dapat ditambahkan kata yang menjadi adik yang malas. Kalau dipisahkan dengan kata itu, yang, dll tidak memberi benar. Contoh: „kursi itu malas‟ kata majemuk „Adik itu malas‟ frase Jadi, dapat disimpulkan bah wa „kursi itu malas‟ maka majemuk karena merupakan kata yang tidak benar. „Adik itu malas‟ merupakan kata yang benar dan jelasnya. Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa kursi malas tidak merupakan klausa, dan juga tidak merupakan frase, melainkan merupakan kata majemuk. Dengan melihat ciri-ciri kata mejemuk tersebut dapat ditentukan satuan mana yang merupakan kata majemuk dan satuan mana yang tidak merupakan kata majemuk, ciri-ciri itu sebagai berikut. Contoh: pasukan tempur pasukan + tempur Karena kata tempur merupakan pokok kata, jadi pasukan tempur merupakan kata majemuk. lomba lari lomba + lari Universitas Sumatera Utara Karena kata lomba merupakan pokok kata, jadi lomba lari merupakan kata majemuk.

2.1.4 Pengertian Nomina

Kridalaksana 1990:66 mengatakan, „„Kata benda adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk 1 bergabung dengan partikel tidak 2 mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari ”. Burton 1997:67 mengatakan, „„Nomina adalah kata yang mengaju pada manusia, binatang, benda, konsep, dan pengertian. Kalimat yang predikatnya kata kerja, maka nomina ini cenderung menduduki fungsi subjek, objek dan pelengkap. Nomina ini umumnya juga dapat diikuti oleh kata sifat”. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nomina adalah salah satu bentuk atau wujud mungkin berupa kata dasar dan mungkin pula kata jadian yang mempunyai sifat sama dan menyatakan benda atau yang dibendakan. Dalam membicarakan nomina, penulis mengemukakan pendapat beberapa sarjana bahasa Indonesia yaitu: C. A. Mess 1951 : 46 mengatakan, „„Adapun nomina sebagian terdiri dari kata dasar dan sebagian lagi terdiri dari kata keturunan. Kedua dari golongan itu selain dari bentuknya mempunyai sifat-sifat yang sama, sehingga pada tempatnya pula dimasukkan kepada satu jenis perkataan. Pada umumnya kata dasar mengucapkan nama benda-benda yang dapat diperiksa kongkrit seperti : nama alat, nama benda, nama jenis, nama diri, sedang kata benda yang diturunkan itu kadang-kadang dinyatakan hal-hal yang tak dapat diperiksa abstrak misalnya nama sifat keadaan, atau perbuatan. Tetapi kata benda yang diturunkan, sebegitu banyak juga memakai pengertian yang kongkrit, sehingga pembedaan itupun tidak berguna‟‟. S. Mulyono 1957 : 50 mengatakan, „„ Kata benda yang nyata adalah kata benda yang dapat dicapai dengan panca indra dapat dilihat, diraba, dapat didengar, dirasai dan sebagainya yang diangan-angan sebagai berwujud, jadi beberapa yang pengertian yang dicairkan dari benda yang nyata‟‟. Universitas Sumatera Utara Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian nomina itu adalah salah satu bentuk atau wujud mungkin berupa kata dasar dan mungkin pula kata jadian yang mempunyai sifat sama dan menyatakan benda atau yang dibendakan. Atau dengan kata lain, kata benda itu adalah semua kata yang merupakan nama diri, nama benda atau yang dibendakan dan bentuknya ada yang bentuk dasar, dan berbentuk turunan. Serta dilihat dari wujud benda atau kata benda itu ada yang berwujud nyata kongkrit dan ada yang tidak berwujud abstrak. Demikian juga dalam bahasa Melayu Deli, kata benda itu terdiri dari bentuk dasar atau berupa bentuk tunggal dan bentuk turunan atau kompleks. Serta wujud dari benda yang dimaksud ada yang nyata kongkrit dan ada yang tidak berwujud abstrak. Nomina dapat merupakan kata nama dari sesuatu nomina atau sesuatu yang dibendakan yang berfungsi sebagai nomina, nama orang, kata ganti benda orang yang sering muncul dalam frasa nomina. Nomina itu dapat dilihat dalam bentuk berikut. Contoh : gunung „gunung‟ lembah „lembah‟ padang „ladang‟ laot „laut‟ kampung „kampung‟ istana „istana‟ klambir „kelapa‟ Universitas Sumatera Utara tangge „tangga‟ cangkir „cangkir‟ seluwar „celana‟ rumah „rumah‟ kepale „kepala‟

2.1.5 Nominalisasi

Menurut Kridalaksana 1990 mengatakan, “Nominalisasi itu adalah proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata yang lain.

a. afiksasi

Berdasarkan pada kemungkinan kombinasinya, nomina turunan dapat dibagi atas bentuk yang berafiks dengan: 1 nominalisasi dengan prefiks ke-, pe- peN- dan per- Prefiks ke- dan per- sebagai pembentuk kata tidak lagi produktif. Hanya ada tiga kata yang dibentuk dengan ke- dan satu dengan per-: ketua, kekasih, kehendak dan pertapa. Sebaliknya prefiks pe-peN- yang membentuk nomina lewat prefiks me- sangat produktif, karena dapat ditempatkan pada berbagai dasar dan memiliki makna: a. Orang yang pekerjaannya melakukan sesuatu verba : Contoh : Universitas Sumatera Utara pe + nyanyi „nyanyi‟ penyanyi „penyanyi‟ pe + latih „latih‟ pelatih „pelatih‟ pe + tumbuk „pukul‟ pemukul „pemukul‟ pe + buke „buka‟ pembuke „pembuka‟ b. Orang yang ajektiva: Contoh : pe + malas „malas‟ pemalas „pemalas‟ pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟ pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟ c. Orang yang menjadi ajektiva: Contoh ; pe + marah „marah‟ pemarah „pemarah‟ pe + benci „benci‟ pembenci „pembenci‟ 2 Nominalisasi dengan sufiks –an Sufik –an dapat membentuk nomina dengan makna sebagai berikut: a. Apa yang dikerjakan seseorang verba: Universitas Sumatera Utara Contoh : tulis + -an „tulis‟ tulisan „tulisan‟ bace + -an „baca‟ bacean „bacaan‟ b. Barang yang ajektiva: Contoh : manis + -an „manis‟ manisan „manisan‟ asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟ 3 Nominalisasi dengan konfiks ke-an Konfiks ke-an dapat membentuk nomina langsung dari kata dasar. Makna yang terbentuk: a. Hasil dari verba: Contoh : ke – an + menang „menang‟ kemenangan „kemenangan‟ ke – an + pergi „pergi‟ kepergian „kepergian‟ ke – an + datang „datang‟ kedatangan „kedatangan‟ b. Dalam keadaan: Contoh : Universitas Sumatera Utara ke - an + bimbang „bimbang‟ kebimbangan „kebimbangan‟ ke - an + berani „berani‟ keberanian „keberanian‟ ke- an + cepat „cepat‟ kecepatan „kecepatan‟ 4 Nominalisasi dengan konfiks pe-an Proses nominalisasi dengan pe-an sangat produktif. Proses ini diturunkan melalui prefiks me- dan memberi makna: a. Melakukan perbuatan verba : Contoh ; pe – an + pukul „pukul‟ pemukulan „pemukulan‟ pe – an + rawat „rawat‟ perawatan „perawatan‟ pe – an + bace „baca‟ pembacean „pembacaan‟ Nomina di atas berhubungan dengan verba meN- dengan atau tanpa akhiran –kan atau –i. Verba yang berhubungan dengan kelima nomina di atas ialah masing-masing: memeriksa, memberontak, mengumumkan, menyelesaikan, menghargai. 5 Nominalisasi dengan konfiks per-an Proses ini berlangsung melalui prefiks ber-. Morfem seperti juang, coba dan setuju hanya dapat diturunkan dengan konfiks per-an menjadi perjuangan, Universitas Sumatera Utara percobaan, persetujuan. Tidak mengenal bentuk-bentuk menjuang, penjuang. Kata perjuangan berasal dari kata berjuang, dan persetujuan dari bersetuju yang sudah tidak lazim digunakan di Indonesia, sedangkan percobaan berasal dari kata bercoba yang tidak lazim lagi. Makna penurunan ini ialah: a. Hasil dari verba: Contoh : per- an + tanya „tanya‟ pertanyaan „pertanyaan‟ per- an + minta „minta‟ permintaan „permintaan‟ b. Melakukan verba: perlawanan, pergerakan Contoh : per –an + lawan „lawan‟ perlawanan „perlawan‟ pe –an + gerak „gerak pergerakan „pergerakan‟

2.2 Teori yang Digunakan