2.8 Standar Kualitas Angkutan Umum
Parameter yang menentukan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktorat Jendral Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan tahun 1996. Pada pedoman tersebut berisikan tentang
beberapa aspek terukur seperti waktu tunggu, jarak perjalanan, perpindahan moda, waktu perjalanan, headway dan kecepatan pada ruas jalan selengkapnya terlihat
pada Tabel 2.1. Tabel 2.1
Standar Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
NO ASPEK
PARAMETER STANDAR
1. Waktu Tunggu
Jumlah waktu tunggu penumpang menunggu angkutan di pemberhetian menit
- Rata-rata
- Makismum
5 – 10
10 – 20
2. Jarak Perjalanan
Menuju Rute
Angkutan Kota Jarak perjalanan menuju rute angkutan kota
meter -
Di pusat kota -
Di pinggiran kota 300 - 500
500 – 1000
3. Pergantian
Rute dan
Moda Perjalanan
Frekwensi penumpang yang berganti moda dalam perjalanan dari ke tempat tujuan kali
- Rata-rata
- Maksimum
– 1 2
4. Waktu Perjalanan
Jumlah waktu yang diperlukan dalam perjalanan setiap hari dari ke tempat tujuan jam
- Rata-rata
- Maksimum
1,0 – 1,5
2 – 3
5. Headway
Waktu antara kendaraan menit -
Headway ideal -
Headway puncak 5
– 10 2
– 3 6.
Kecepatan Berdasarkan kelas jalan kmjam
- Kelas II
- Kelas III A
- Kelas III B
- Kelas III C
Berdasarkan jenis trayek kmjam -
Cabang -
Ranting 30
20 – 40
20 10
– 20 20
10
Sumber: Departemen Perhubungan, 1996
2.9 Rute Pelayanan Jasa Angkutan Umum
Secara umum, dalam merencanakan suatu rute untuk angkutan umum ditentukan berdasarkan moda transportasi bus memiliki rute yang tetap.
Pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek, tercepat, dan termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup
misalnya tentang kemacetan jalan sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik. Dalam merencanakan suatu rute meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut
Idwan, 1996: 1.
Identifikasi Daerah Pelayanan Dalam melakukan identifikasi daerah pelayanan, faktor utama yang harus
diperhatikan adalah potensi travel demand. Hal ini perlu dilakukan mengingat pada dasarnya suatu rute angkutan umum diadakan dalam usaha
mengantisipasi kebutuhan akan mobilitas masyarakat travel demand. Dalam melakukan identifikasi travel demand ini perlu diperhatikan pertama-tama
adalah karakteristik tata guna tanah dan juga interaksi ruang spatial interaction yang terjadi pada daerah yang ditinjau.
Daerah pelayanan sebaiknya bermula di daerah pinggiran kota di mana terkonsentrasi daerah pemukiman dan berakhir ataupun melewati daerah pusat
kota yang terdiri dari daerah perkantoran ataupun pertokoan. Hasil dari tahapan ini adalah diprolehnya beberapa alternatif daerah pelayanan rute.
2. Analisis Kondisi Prasarana Jaringan Jalan
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui secara rinci kondisi dan karakteristik prasarana jaringan jalan dari masing-masing alternatif daerah