47
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dapat mendukung penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder. Teknik
pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dan bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk memperoleh
hal-hal dan variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan cara : 1. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-
buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki revalansi dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada serta sumber-sumber lain
yang menyangkut masalah yang diteliti dengan perusahaan terkait.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti merupakan teknik analisis data kuantitatif yakni analisa yang digunakan untuk menguji pengaruh maupun
hubungan dari variabel bebas x terhadap variabel terikat y yakni dengan analisis regresi linier sederhana menggunakan SPSS 15.0 for Windows Evaluatio
Version . “Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen” Sugiyono, 2007:204.
48
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pengujian normalirtas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau
tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas Juliandi 2013:169.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu:
a. Analisis Grafik Cara yang digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. b. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah uji Kolmogorov-Smirnov K-
S dengan α = 5 ketentuannya adalah: a Nilai Sig. 0,05, maka data tidak normal.
b Nilai Sig. 0,05, maka data normal.
2. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika
varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
49
disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.
Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Dasar pengambilan keputusannya adalah : jika pola tertentu seperti titik- titik poin-poin yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka
terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik point- point menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas Santoso, 2000.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data runtut waktu time series. Autokorelsi akan muncul bila data sesudahnya merupakan
fungsi dari data sebelumnya atau dat sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat
tergantung pada tempat data tersebut terjadi Ghozali, 2005:175. Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson DW. a. Jika nilai D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Jika nilai D-W di atas -2 berarti ada autokorelasi negatif
50
3.7.2 Analisis Regresi Linier Sederhana
1. Persamaan Regresi
Y = a + bX
Keterangan: Y
= Profitabilitas Perusahaan
X =
Penerapan Good Corporate Governance a
= Konstanta
b =
Koefisien Regresi
2. R-square R
2
Nilai R-Square atau sering disebut dengan koefisien determinasi, adalah mengukur kebaikan dari persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau
persentase variasi total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R-Square digunakan untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat
dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas Juliandi 2013:174.
3. Uji Signifikansi Parsial t-test
Pengujian ini dilakukan untuk melihat besarnya nilai variabel dependen dengan menggunakan t-test yaitu pengujian yang dilakukan untuk melihat ada
tidaknya pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel
dependen apabila variabel tersebut memiliki nilai signifikansi Sig dibawah 0,05.
51
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dapat dilihat dari nilai F pada nilai probabilitasnya Juliandi 2013:175. Kriteria
penerimaanpenolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Tolak H jika nilai probabilitas yang dihitung
≤ probabilitas yang
ditetapkan sebesar 0.05 Sig. ≤ α
0.05
b. Terima H jika nilai probabilitas yang dihitung probabilitas yang
ditetapkan sebesar 0.05 Sig. α
0.05
52
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Mandiri Persero Tbk
Bank Mandiri adalah bank terbesar di Indonesia bila dilihat dari sektor jumlah aset, pinjaman dan deposito. Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2
Oktober 1998. Dengan penggabungan usaha bank-bank Badan Usaha Milik Negara BUMN yang terdiri dari BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo pada
tanggal 31 Juli tahun 1999. Sejarah keempat Bank BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo tersebut sebelum bergabung menjadi Bank Mandiri, dapat ditelusuri
lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank nasional tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan Indonesia, dan masing-
masing telah memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische
Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia Jakarta pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada
tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan
pertambangan. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula
dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV,
53
menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank sebelumnya adalah Bank milik Inggris juga dinasionalisasi, dan Bank Umum
Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti
nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya. Bank Ekspor Impor Indonesia Bank Exim berawal dari perusahaan
dagang Belanda N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun
1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara
Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara
Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan Indonesia Bapindo berawal dari Bank Industri Negara BIN, sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank
Industri Negara adalah mendukung pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk
sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu
pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata.
54
Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang
saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan
seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya
secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9core banking system yang berbeda dari 4 bank pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk
mengkonsolidasikan sistem-sistem dari platform yang terkuat. Dibutuhkan tiga tahun dan dana sebesar US 200 Juta demi mengembangkan program untuk
menggantikan core banking platform sebelumnya agar sesuai dengan standar perbankan ritel.
Kini infrastruktur IT Bank Mandiri telah menyediakan sistem pengolahan data straigth-through dan interface yang seragam bagi pelanggannya. Sesuai
dengan visinya, Bank Mandiri memasuki segmen bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus berperan sebagai institusi perbankan yang
komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri berfokus pada segmen korporasi, komersial, mikro ritel, serta pembiayaan konsumen dengan strategi yang
berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik Multispesialis di Indonesia
dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus dengan menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang Bank Mandiri fokuskan. Selain itu, Bank
Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia. Sebagai bank publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di Asia
55
Tenggara ini akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar. Untuk mencapainya Bank Mandiri melakukan Program Transformasi, yaitu:
a. Program Transformasi Tahap I 2005 - 2009 Ambisi Bank Mandiri yang ditetapkan untuk 4 tahun ke depannya hanya
dapat dicapai dengan mengubah organisasi Bank Mandiri untuk dapat beradaptasi dengan dinamika dan pergerakan pasar. Di tahun 2005, Bank Mandiri
berkomitmen untuk menjalankan program transformasi selama 5 tahun untuk membentuk Bank Mandiri menjadi Bank Multispesialis yang dominan. Bank
Mandiri menetapkan empat tema transformasi sebagai syarat utama, yaitu: budaya, penjualan, aliansi dan kontrol NPL. Bank Mandiri melakukan Program
Transformasi dalam tiga tahap, yaitu: Tahap 1 2006-2007
Back on Track : Dalam tahapan ini, fokus utama Bank Mandiri adalah
merekonstruksi ulang fondasi Bank Mandiri untuk pertumbuhan di masa depan. Tahap 2 2008-2009
Outperform the Market : Dalam periode ini, Bank Mandiri lebih menekankan
ekspansi bisnis untuk menjamin pertumbuhan yang signifikan di berbagai segmen dan mencapai level profit yang mampu melampaui target rata-rata pasar
Tahap 3 2010 Shaping the End Game
: Di tahap ini, Bank Mandiri menargetkan diri untuk menjadi bank regional terdepan melalui konsolidasi dari bisnis jasa keuangan dan
lebih mengutamakan peluang strategi pertumbuhan non-organik, termasuk memperkuat kinerja anak perusahaan dan akuisisi bank atau perusahaan keuangan
lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi Bank Mandiri.
56
Proses transformasi yang telah dijalankan sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 ini secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri. Hal ini
tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial, diantaranya: 1. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi
yang turun dari 15,34 di tahun 2005 menjadi 0,62 di tahun 2010. 2. Laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun
di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010. Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan
transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai nilai budaya untuk menjadi pedoman kerja pegawai. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah
dalam peningkatan kualitas layanan, yaitu menjadi service leader perbankan nasional dengan menempati urutan pertama pelayanan prima selama empat tahun
berturut-turut tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 berdasarkan survei Marketing Research Indonesia
MRI. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam penerapan Good Corporate Governance.
Peningkatan kinerja Bank Mandiri mendapatkan respon positif oleh investor, tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara
signifikan dari posisi terendah Rp 1.110 per lembar saham pada 16 November 2005, menjadi Rp 6.300,- per lembar saham pada 30 September 2011, atau
meningkat 33,6 per tahunnya berdasarkan rata-rata CAGR. Dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun, nilai kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat
sekitar 7 kali lipat, dari Rp 21,8 Triliun menjadi Rp 146,9 Triliun.
57
b. Program Transformasi Tahap II 2010 - 2014 Saat ini Bank Mandiri tengah melaksanakan tahap transformasi lanjutan
tahun 2010-2014, dimana Bank Mandiri telah melakukan revitalisasi visi, yaitu Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang Paling Dikagumi dan Selalu
Progresif. Sejalan dengan visi tersebut, Bank Mandiri juga ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, yaitu di atas Rp 225 Triliun
dengan pangsa pasar pendapatan mendekati 16, ROA mencapai kisaran 2,5 dan ROE mendekati 25, namun tetap menjaga kualitas asset yang direfleksikan
dari rasio NPL gross di bawah 4. Bank Mandiri juga berambisi untuk masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN pada tahun 2014.
Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri menargetkan untuk masuk dalam jajaran Top 3 Bank di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi
pemain utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank Mandiri tahun 2010 - 2014 akan difokuskan pada 3 tiga area bisnis yaitu:
1. Wholesale transaction
Bank Mandiri akan memperkuat leadership-nya dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik
melayani institusi corporate commercial di Indonesia. 2.
Retail deposit payment Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan nasabah di bidang
retail deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.
58
3. Retail Financing
Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor 1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis
kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di micro banking.
Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan peningkatan infrastruktur cabang, IT, operation dan risk management untuk
memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri didukung oleh Sumber Daya Manusia yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan
manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secara seksama dan penuh pertimbangan, serta penerapan Good Corporate Governance yang telah teruji.
Hingga Desember 2011, total aset Bank Mandiri telah mencapai Rp 551,9 Triliun, dimana jumlah ini berlipat ganda dari total aset di tahun 2006 sebesar Rp
267 Triliun, atau tumbuh 15,6 CAGR. Ini mengukuhkan posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia. Kredit Bank Mandiri juga tumbuh menjadi Rp
314,4 Triliun, meningkat 22 CAGR dari kredit tahun 2006 yang sebesar Rp 118 Triliun. Sedangkan net profit Bank Mandiri tumbuh menjadi Rp 12,2 Triliun,
meningkat 28,3 CAGR dari tahun 2006 yang sebesar Rp 2,4 Triliun. Selain menjadi bank pemberi pinjaman terbesar di Indonesia secara konsolidasi, Bank
Mandiri juga merupakan bank penyimpanan terbesar di Indonesia dengan dana pihak ke tiga sebesar Rp 422,3 Triliun. Bank Mandiri juga telah berhasil
mempertahankan kualitas aset yang kuat, dibuktikan dengan nilai Gross dan Net NPL Ratio yang masing-masing sebesar 2,21 dan 0,52. Salah satu momen
penting dalam proses transformasi tahap 2 ini adalah suksesnya rights issue pada
59
Februari 2011 untuk memperkuat permodalan bank. Dengan ini, modal Bank Mandiri telah mencapai Rp 62,7 Triliun, meningkat dari 48,9 tahun ke tahun
dan menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih gelar Bank Internasional, sesuai dengan Banking Architecture atau Arsitektur Perbankan Indonesia API.
Kinerja Bank Mandiri juga didukung oleh perusahaan-perusahaan anak yang memberikan kontribusi pendapatan signifikan, yaitu sekitar 12 dari laba
bersih konsolidasi Bank Mandiri. Kini Bank Mandiri memiliki jaringan ATM terbesar, yaitu sejumlah 10.000 unit yang telah terpasang dan tersebar di seluruh
Indonesia. Ini menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbaik dalam pelayanan selama 4 tahun berturut-turut dan menjadi perusahaan yang paling terpercaya di
Indonesia untuk Good Corporate Govenance selama 5 tahun berturut-turut. Setelah memenuhi berbagai persyaratan dari Bank Indonesia, Bank
Mandiri kini berhak untuk menyandang titel sebagai Bank Internasional yang telah beroperasi di sektor perbankan regional dan siap menjadi bank panutan di
Indonesia. Hal ini turut didukung dengan visi Bank Mandiri untuk menjadi Lembaga Keuangan yang Paling Dikagumi dan Paling Progresif di Indonesia.
4.1.2 Visi, Misi dan Budaya Perusahaan PT. Bank Mandiri Persero Tbk a.
Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif.
b. Misi
1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar 2. Mengembangkan sumber daya manusia professional
60
3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder 4. Melaksanakan manajemen terbuka
5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang
didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Bank Mandiri melayani seluruh nasabah dengan standar layanan internasional melalui
penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Bank Mandiri ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik.
Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi pelanggan, Bank Mandiri mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang
Indonesia dan selalu menghasilkan imbal balik yang tinggi secara konsisten bagi pemegang saham.
c. Budaya Perusahaan
Budaya TIPCE Trust
- Membangun keyakinan dan sangka baik diantara stakeholders dalam hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan.
Integrity - Setiap saat berpikir, berkata dan berperilaku terpuji, menjaga martabat
serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Professionalism
- Berkomitmen untuk be ke rja tuntas d an akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab.
Customer Focus - Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang
saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan. Excellence
- Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang untuk mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus-menerus.
61
4.1.3 Arti dan Filosofi Logo Baru Bank Mandiri
Perubahan Logo Bank Mandiri tidak mengubah Legal Name PT Bank Mandiri Persero Tbk., dan Nick Name Bank Mandiri.
Gambar 4.1 Logo Bank Mandiri
Sumber: www.bankmandiri.co.id
Logo baru Bank Mandiri tanpa kata bank sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia ke depan yang akan mengijinkan Bank untuk menjual produk-produk
non Bank seperti Reksadana, Bank Insurance dll, serta sejalan dengan rencana Bank Mandiri memiliki anak perusahaan non Bank.
1. Bentuk Logo dengan huruf kecil, melambangkan sikap ramah dan rendah hati Ramah terhadap semua segmen bisnis yang dimasuki, menunjukkan
keinginan yang besar untuk melayani dengan rendah hati Customer Focus 2. Warna Huruf Biru Tua
- Biru melambangkan rasa nyaman, tenang, menyejukkan, warna ini umumnya dipakai oleh institusi di bidang jasa.
- Warisan luhur, stabilitas Command, memimpin dan serius Respect serta tahan uji Reliable
62
- Dasar pondasi yang kuat, berhubungan dengan kesetiaan, hal yang dapat dipercaya, kehormatan yang tinggi Trust, Integrity.
- Simbol dari spesialis Professionalism
1. Bentuk Gelombang Emas Cair sebagai simbol dari kekayaan finansial di Asia. Lengkungan emas sebagai metamorphosa dari sifat Agile, Progresif,
Pandangan ke depan, Excellence, fleksibilitas serta ketangguhan atas segala kemungkinan yang akan datang.
2. Warna Kuning Emas kuning ke arah orange - Warna logam mulia emas menunjukkan keagungan, kemuliaan,
kemakmuran, kekayaan. - Menjadikan kita merasa tajam perhatiannya warna yang menarik
perhatian orang, aktif, kreatif dan meriah, warna spiritual dan melambangkan hal yang luar biasa
- Warna ini juga ramah, menyenangkan dan nyaman - Warna ini diterima sebagai warna riang, membuat perasaan Anda bahwa
masa depan lebih baik, cemerlang dan menyala-nyala.
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank Mandiri
Persero Tbk periode 2007-2013
Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG menjadi hal yang mutlak diperlukan bagi kelangsungan usaha perusahaan dewasa ini. Bank
Mandiri terus berupaya mengikuti perkembangan praktik GCG terbaik baik di
63
tingkat nasional, regional maupun internasional yang relevan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut menjadi upaya Bank Mandiri untuk menjalankan
sistem perbankan yang sehat dengan berlandaskan pada penerapan prinsip-prinsip GCG. Penerapan GCG di Bank Mandiri mengacu pada UndangUndang No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN, Peraturan Bank lndonesia PBI No. 84PB12006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum yang telah diubah dengan PBI No.
814PB12006; Surat Edaran Bank Indonesia No 1515 DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum; Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: PER-01MBU2011 tentang Penerapan GCG pada BUMN. Dalam prakteknya, Bank Mandiri senantiasa mengikuti perkembangan
terkini dan best practices GCG yang berlaku antara lain Pedoman Umum GCG oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman GCG perbankan
Indonesia, Asean Corporate Governance Scorecard serta memperhatikan etika dan praktik bisnis terbaik. Untuk itulah Bank Mandiri terus meningkatkan
komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan GCG dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Seluruh jajaran Bank Mandiri meyakini
bahwa pemenuhan aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan Bank baik dalam mencapai kinerja terbaik, profitabilitas dan nilai tambah bagi seluruh pemangku
kepentingan, serta keberlangsungan bisnis jangka panjang. a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance GCG
Bank Mandiri terus mendorong peningkatan cakupan implementasi GCG di berbagai aspek dan di setiap tingkatan dan jenjang organisasi perusahaan,
antara lain dengan terus menyempurnakan soft-structure GCG yang dimiliki, sosialisasi softstructure GCG secara berkelanjutan serta melaksanakan self
64
assessment penilaian GCG secara berkala untuk mendukung penerapan GCG yang semakin efektif. Implementasi GCG berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang
meliputi: Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness
TARIF. Adapun penerapan prinsip-prinsip GCG Bank Mandiri dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Prinsip-Prinsip GCG Bank Mandiri Prinsip-
Prinsip GCG Uraian
Transparansi
1. Bank mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat
diakses oleh pihak yang berkepentingan stakeholders sesuai dengan haknya.
2. Bank mengungkapkan informasi yang meliputi tetapi tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha, strategi Bank, kondisi
keuangan,susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, cross share holding, pejabat eksekutif,
pengelolaan risiko, sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan implementasi good
corporate governance serta informasi dan fakta material yang
dapat mempengaruhi keputusan pemodal. 3. Prinsip keterbukaan tetap memperhatikan ketentuan
rahasia bank, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan yang berlaku.
4. Kebijakan Bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders dan yang berhak memperoleh informasi
tentang kebijakan tersebut.
65
Akuntabilitas
1. Bank menetapkan sasaran usaha dan strategi untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholders.
2. Bank menetapkan check and balance system dalam pengelolaan Bank.
3. Bank memiliki ukuran kinerja dari semua Jajaran Bank berdasarkan ukuran yang disepakati secara konsisten dengan
nilai perusahaan Corporate Culture Values, sasaran usaha dan strategi Bank serta memiliki rewards and punishment
system. 4. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi Bank
mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam implementasi good
corporate governance.
Responsibilitas 1. Bank berpegang pada prinsip kehati-hatian prudential
banking practices dan menjamin kepatuhan terhadap
peraturan yang berlaku. 2. Bank sebagai good corporate citizen peduli terhadap
lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial secara wajar.
Independensi
1. Bank menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh Stakeholders manapun dan tidak terpengaruh oleh
kepentingan sepihak serta terbebas dari benturan kepentingan conflict of interest.
2. Bank mengambil keputusan secara obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.
Kewajaran dan
Kesetaraan
1. Bank memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran equal treatment.
2. Bank memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Bank serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan. Sumber:
www.bankmandiri.co.id
66
b. Kilas Balik Implementasi Good Corporate Governance GCG Implementasi GCG Bank Mandiri telah dilakukan secara terstuktur dengan
kilas balik sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kilas Balik Implementasi GCG Bank Mandiri TAHUN
PROGRAM TATA KELOLA PERUSAHAAN
1998 Awal Merger
Kesadaran implementasi GCG didorong adanya krisis perbankan akibat adanya praktek “bad governance” yang
menyeluruh di industri perbankan, hal ini menyebabkan banyak bank yang harus di-bailout dan kemudian Direksi
serta Dewan Komisaris bank harus menandatangani Kontrak Manajemen dengan Bank Dunia yang didalamnya
mencantumkan kewajiban bank untuk menerapkan GCG. 2000 – 2001
Peletakan Dasar-Dasar
Governance Commitment,
Structure And Mechanisms
1. Respon Bank Mandiri terhadap Kontrak Manajemen dengan Bank Dunia tersebut, menerbitkan ketentuan
antara lain: a. Surat Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris
tentang Prinsip-prinsip GCG b. Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan
Komisaris tentang Code of Conduct yang menjadi pedoman perilaku dalam berinteraksi dengan
nasabah, rekanan dan sesama pegawai c. Keputusan Direksi tentang Kebijakan Kepatuhan
Compliance Policy yang mewajibkan seluruh jajaran Bank Mandiri untuk bertanggung jawab penuh
secara individu di dalam melakukan kegiatan operasional Bank di bidangnya masing-masing
2. Bank Mandiri telah menugaskan PWC untuk melakukan diagnostic review
atas implementasi GCG 3. Atas implementasi pelaksanaan GCG tersebut, Standard
Poor’s telah memberikan penilaian GCG untuk
67
periode tahun 2003 dengan skor sebesar 6,2, meningkat dari penilaian tahun sebelumnya dengan skor 5,4.
2003 Initial Public
Offering IPO Bank
Mandiri Dalam rangka pelaksanaan IPO, Bank Mandiri telah
melakukan penyempurnaan implementasi GCG, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembentukan Komite-komite di Level Dewan Komisaris, yaitu:
- Komite Audit - Komite Pemantau Risiko
- Komite Remunerasi dan Nominasi - Komite GCG
2. Pembentukan Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary
3. Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi
perusahaan publik 4. Melaksanakan keterbukaan informasi secara tepat waktu,
antara lain dalam publikasi Laporan Keuangan, informasi maupun peristiwa atau fakta material
5. Menyusun Laporan Tahunan yang tepat waktu, memadai, jelas dan akurat
6. Menghormati dan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas
7. Mengikuti penilaian implementasi GCG oleh Lembaga Independen yaitu The Indonesian Institute for Corporate
Governance. 2005
Transformasi Budaya
1. Melakukan transformasi melalui penetapan nilai-nilai kebersamaan shared values serta perumusan perilaku
utama Bank Mandiri TIPCE yang merupakan Budaya kerja perusahaan.
2. Penyusunan Charter GCG yang dituangkan melalui Keputusan Dewan Komisaris, yang mengatur pokok-
68
pokok pelaksanaan GCG di Bank Mandiri 2008 - 2010
Transformasi Budaya
Lanjutan 1. Secara berkelanjutan melaksanakan penyempurnaan
penerapan prudent banking, GCG serta internal control melalui pengembangan website GCG, Compliance Risk
Management System , Standar prosedur Anti Pencucian
Uang Pencegahan Pendanaan Teroris, Risk Based Audit Tools
dan Sistem Informasi Manajemen Audit. 2. Pengambilan keputusan bisnis maupun keputusan
manajemen lainnya dengan mempertimbangkan prinsip- prinsip GCG serta senantiasa mempertimbangkan semua
ketentuan yang berlaku 3. Pelaksanaan program internalisasi budaya lanjutan antara
lain melalui penyelenggaraan Culture Fair, Culture Seminar, dan Recognition Program berupa pemberian
penghargaan kepada unit kerja dan change agentter baik dalam implementasi program budaya.
2011 – 2013 1. Bank Indonesia mengeluarkan PBI No. 131PBI2011
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, mewajiibkan Bank baik secara individual maupun
konsolidasi melakukan penilaian GCG dengan
pendekatan Risk Based Bank Rating RBBR. 2. Konsistensi penerapan GCG Bank Mandiri secara terus
menerus, mendapatkan apresiasi dari berbagai lembaga nasional dan internasional yang independen dan
profesional, antara lain: a. Rating GCG
dalam Corporate Governance
Perception Index CGPI meraih predikat “Sangat
Terpercaya” sebanyak 7 kali berturut-turut. b. Rating GCG oleh The Indonesian Institute for
Corporate Directorship IICD kepada
100 perusahaan publik dengan nilai kapitalisasi pasar
terbesar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Bank
69
Mandiri meraih predikat Best Financial c. Rating GCG oleh Corporate Governance Asia
CGA yang berkedudukan di Hongkong, sejak tahun 2009 Bank Mandiri selalu meraih posisi sebagai
perusahaan terbaik dalam implementasi GCG. 3. Menerbitkan
Petunjuk Teknis Operasional Gift Disclosure Statement
pada tanggal 2 Juli 2013 sebagai upaya dalam pencegahan penerimaan gratifikasi yang
sejalan dengan himbauan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
4. Berpartisipasi untuk terus menciptakan budaya anti korupsi antara lain dengan mengikuti acara kegiatan
Pekan Anti Korupsi 2013 yang diselenggarakan KPK dan memperoleh penghargaan sebagai stand terbaik kedua.
2014 1. Corporate Governance Perception Index CGPI adalah
program riset dan pemeringkatan penerapan GCG yang dilakukan oleh lembaga independen yaitu The Indonesian
Institute for Corporate Governance IICG, dimana Bank
Mandiri telah mengikuti penilaian CGPI selama 10 sepuluh tahun berturut-turut sejak tahun 2003. Di tahun
2014 Bank Mandiri meraih predikat “Sangat Terpercaya” sebanyak 8 kali berturut-turut.
2. Rating GCG oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship
IICD dalam ajang ASEAN CG Scorecard, Bank Mandiri meraih kategori “Best Overall”.
3. Rating GCG oleh Corporate Governance Asia CGA yang berkedudukan di Hongkong, Bank Mandiri meraih
predikat ICON in Corporate Governance. 4. Good Corporate Citizen GCC sejalan dengan corporate
plan Bank Mandiri 2015 – 2020 yang salah satunya
adalah social economic impact, dimana salah satu komponen yaitu role model corporate citizen. Bank
70
Mandiri telah melakukan diagnostic review terhadap penerapan GCC di Bank Mandiri.
5. Menyempurnakan ketentuan larangan gratifikasi yang diatur dalam Petunjuk Teknis Operasional Gift
Disclosure Statement sesuai dengan himbauan KPK.
Sumber: www.bankmandiri.co.id
c. Tahapan Implementasi Good Corporate Governance GCG Disadari bahwa upaya implementasi GCG perlu dilakukan secara terarah
dan terencana sesuai standar terbaik dalam mendukung pencapaian tujuan Perusahaan maka aktualisasi GCG di Bank Mandiri dilakukan sejalan dengan
ketentuanpelaksanaan GCG bagi Bank Umum di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi. Pelaksanaan GCG di Bank Mandiri berpedoman pada Peraturan Bank
lndonesia Nomor 84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 814PBI2006 tanggal 5
Oktober 2006. Tahapan Implementasi GCG Bank Mandiri diawali dengan 1 perumusan
governance commitment , 2 Government Structure, 3 penyempurnaan
governance mechanism , 4 sosialisasi dan evaluasi serta 5 walking the talk.
71
Gambar 4.2 Tahapan Implementasi GCG Bank Mandiri
Sumber: www.bankmandiri.co.id
Transformasi GCG di Bank Mandiri dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-prinsip GCG yang dilaksanakan dalam 5 lima tahap, yaitu:
Tabel 4.3 Tahapan Implementasi GCG di Bank Mandiri
Sumber: www.bankmandiri.co.id
d. Fokus Tata Kelola Bank Mandiri 2014 Bank Mandiri menyadari bahwa penerapan GCG merupakan proses jangka
panjang yang akan menghasilkan sustainable value, sehingga Bank mutlak
72
memerlukannya untuk menghadapi persaingan usaha, meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mengelola sumber daya, memaksimalkan nilai perusahaan
sehingga Bank Mandiri mampu beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan. Oleh karenanya, Bank Mandiri terus berupaya optimal untuk melakukan internalisasi
prinsip-prinsip GCG ke dalam sistem dan prosedur serta pembentukan perilaku yang sesuai guna mendorong terciptanya budaya yang menjunjung tinggi
profesionalisme, integritas, kualitas layanan dan prudential banking. Untuk melanjutkan tahapan yang telah dilakukan pada tahun-tahun
sebelumnya, pada tahun 2014 Bank Mandiri memperkuat penerapan GCG yang antara lain berfokus pada:
1. Sinergi implementasi GCG Bank Mandiri Group Sejak tahun 2012 Bank Mandiri mulai melakukan proses penyelarasan
implementasi GCG pada Perusahaan Anak. Perusahaan Anak yang telah melakukan penilaian GCG dan turut serta dalam Corporate Governance
Perception Index CGPI adalah Bank Syariah Mandiri dengan predikat “Sangat Terpercaya”, dan untuk tahun 2014 Perusahaan Anak yang turut serta
dalam CGPI adalah Bank Syariah Mandiri dengan predikat “Sangat Terpercaya”, Mandiri Tunas Finance dan Bank Sinar Harapan Bali dengan
predikat “Terpercaya”. 2. Sistem Integritas Nasional
Program pengendalian gratifikasi dan implementasi sistem integritas secara berkelanjutan melalui Sistem Integritas Nasional. Pada tanggal 4
November 2014, Bank Mandiri dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK bersama-sama menandatangani komitmen dalam hal penerapan sistem
73
integritas dalam budaya kerja serta pengendalian gratifikasi untuk memperkuat penetapan tata kelola perusahaan yang baik dalam setiap proses
bisnis. Kesepahaman tersebut telah ditindaklanjuti program dengan kegiatan
nyata, baik bersifat jangka panjang maupun jangka pendek yang langsung dapat memberikan hasil nyata, berupa kick off kegiatan dan workshop
pembangunan budaya integritas, sosialisasi sistem integritas nasional yang ditindaklanjuti dengan rangkaian TOT Tunas Integritas.
Pertemuan formal maupun informal antara jajaran pimpinan Bank Mandiri dan pejabat KPK telah dilakukan secara simultan hingga terbangun
kesepahaman bersama dan kerangka pikir kerjasama pembangunan sistem integritas nasional, dalam hal ini telah dilakukan penyelarasan antara
pembangunan budaya di lingkungan Bank Mandiri serta semangat “spirit memakmurkan negeri” dengan program-program pencegahan terintegrasi
dalam kerangka pembangunan sistem integritas nasional. Sistem Integritas Nasional SIN menjadi inisiatif KPK untuk memastikan
bahwa upaya pemberantasan korupsi mempunyai makna yang kuat, yaitu dalam kerangka mencapai tujuan nasional. Keberhasilannya memerlukan
keterlibatan seluruh elemen bangsa, baik pemerintahan maupun swasta serta sektor penting bangsa lainnya, semua elemen perlu berkolaborasi untuk
membangun Sistem Integritas Nasional. Bank Mandiri terus meningkatkan komitmen untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai integritas dan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Seluruh jajaran Bank Mandiri meyakini bahwa
74
pemenuhan aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan Bank baik dalam mencapai kinerja terbaik, profitabilitas dan nilai tambah bagi seluruh pemangku
kepentingan, serta keberlangsungan bisnis jangka panjang.
e. Rating GCG – CGPI Award Bank Mandiri telah mengikuti rating dan survei Corporate Governance
Perception Index CGPI setiap tahun. Adapun tujuan, manfaat dan aspek yang dinilai dalam CGPI diuraikan sebagai berikut:
Tujuan : 1. Sebagai indikator atau standar mutu yang ingin dicapai perusahaan dalam
bentuk pengakuan dari masyarakat terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG; 2. Mewujudkan komitmen dan tanggung jawab bersama serta upaya yang
mendorong seluruh anggota organisasi perusahaan untuk menerapkan GCG dan memperhatikan aspek risiko bisnis.
Manfaat : 1. Menata organisasi perusahaan guna mendukung terwujudnya GCG;
2. Meningkatkan kesadaran dan komitmen bersama dari internal perusahaan dan stakeholder terhadap penerapan GCG;
3. Memetakan masalah-masalah strategis dalam praktik GCG; 4. Meningkatkan kesadaran bersama terhadap pentingnya GCG dalam
pengelolaan risiko ke arah pertumbuhan yang berkelanjutan. Aspek penilaian :
Aspek-aspek yang dinilai CGPI, terdiri dari 4 empat aspek yaitu: self assessment
, dokumen, makalah dan observasi.
75
Hasil Penilaian CGPI Bank Mandiri tahun 2014 mendapatkan skor sebesar 92,36 dengan predikat “Perusahaan Sangat Terpercaya”. Hasil penilaian CGPI selama 8
tahun berturut-turut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Skor CGPI Bank Mandiri tahun 2007-2014
Sumber: www.bankmandiri.co.id
Gambar 4.3 Grafik CGPI Bank Mandiri tahun 2007-2014
Sumber: www.bankmandiri.co.id
4.2.2 Profitabilitas PT. Bank Mandiri Persero Tbk periode 2007-2013
Profitabilitas adalah ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya pada suatu periode akuntansi tertentu. Profitabilitas Bank
76
Mandiri dalam penelitian ini diukur dengan indikator Return on Equity ROE yaitu rasio profitabilitas untuk mengukur perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas investasi mereka. Rasio yang menunjukkan
berapa besar kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi para pemegang saham adalah return on equity ROE. Rasio ini juga
menunjukkan kesuksesan manajemen perusahaan dalam dalam mengelola investasi untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham. Semakin
tinggi ROE berarti semakin baik posisi manajemen dihadapan para pemegang saham Simamora 2000:529. Rasio ROE Bank Mandiri tahun 2007-2013 dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 ROE Bank Mandiri tahun 2007-2013 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
Rata-Rata
ROE 15,86 18,13 22,11 24,22
25,57 27,23 27,31
22,92 Sumber:
www.bankmandiri.co.id
Tabel di atas menunjukkan nilai ROE Bank Mandiri dari tahun 2007 sampai 2013 selalu meningkat yang secara berturut-turut adalah sebesar 15,86;
18,13; 22,11; 24,22; 25,57; 27,23; 27,31 dengan rata-rata 22,92, yang artinya tingkat penghasilan yang diperoleh suatu usaha atas modal sendiri
yang diinvestasikan adalah sebesar 22,92 atau dalam setiap Rp. 100, modal sendiri yang diinvestasikan memberikan keuntungan sebesar Rp. 22,92.
Rasio ini jika semakin tinggi maka akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan dimana menurut Kasmir 2008:208 standar industri
77
untuk ROE adalah sebesar 40. Nilai ROE pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk berada di bawah standar industri sebesar 17,08 atau tidak terlalu jauh dari
standar industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup mampu menghasilkan laba secara maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang
saham yang berarti kinerja keuangan perusahaan cukup baik.
4.3 Analisis Data
Berikut ini data penerapan GCG dan profitabilitas Bank Mandiri tahun 2007-2013 dalam tabel 4.6 yaitu:
Tabel 4.6 Rasio CGPI dan ROE PT. Bank Mandiri Persero Tbk. 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
CGPI 88,66 89,86 90,65 91,67 91,81
91,91 91,88 ROE
15,86 18,13 22,11 24,22 25,57
27,23 27,31 Sumber:
www.bankmandiri.co.id
4.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji ini terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Di bawah ini diuraikan hasil dari uji-uji tersebut.
1. Hasil Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau
78
tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi mematuhi asumsi normalitas.
Dalam analisis grafik, dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya.
Gambar 4.4 Normal P-P Plot
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Berdasarkan gambar 4.4, pada grafik normal plot terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan data telah terdistribusi normal.
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
E xpected
C um
P
rob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: profitabilitas
79
Gambar 4.5 Grafik Histogram
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Berdasarkan gambar 4.5, terlihat bahwa grafik histogram pola distribusi yang tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan hal ini menunjukkan bahwa data
dari variabel ROE telah terdistribusi secara normal.
2. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk pengujian ini digunakan alat analisis grafik Scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya
Regression Standardized Residual
2 1
-1 -2
Frequency
3
2
1
Histogram Dependent Variable: profitabilitas
Mean =-4.5E-15 Std. Dev. =0.913
N =7
80
adalah : jika pola tertentu seperti titik-titik poin-poin yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik point-point menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil pengujian heteroskedastisitas terhadap variabel dependen akan disajikan pada gambar 4.6 berikut ini:
Gambar 4.6 Grafik Scatterplot
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Berdasarkan gambar 4.6, pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Regression Standardized Predicted Value 1.0
0.5 0.0
-0.5 -1.0
-1.5 -2.0
R egressi
on S tudent
ized D
el et
ed P
ress R
esi dual
3 2
1 -1
-2
Scatterplot Dependent Variable: profitabilitas
81
3. Hasil Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu periode t −1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson DW.
a. Jika nilai D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Jika nilai D-W di atas -2 berarti ada autokorelasi negatif
Hasil pengujian autokorelasi terhadap variabel dependen akan disajikan pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .983a
.966 .959
.92906 .928
a Predictors: Constant, GCG b Dependent Variable: Profitabilitas
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 0,928. Oleh karena itu, nilai DW berada di antara -2 sampai 2 -2 1,699 2, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.
82
4.3.2 Hasil Analisis Regresi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari
pengujian dengan regresi sederhana terhadap variabel profitablitas dapat dilihat di bawah ini.
1. Persamaan Regresi
Tabel 4.8 Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
95 Confidence Interval for B
B Std.
Error Beta
Lower Bound
Upper Bound
B Std. Error
1 Constant
-141.632 13.870
-10.211 .000
-177.286 -105.977
GCG 1.789
.151 .983
11.873 .000
1.402 2.177
a Dependent Variable: Profitabilitas
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8 diperoleh model persamaan regresi sederhana sebagai berikut:
Y = -141,632 + 1,789X
a konstanta sebesar -141,632 menyatakan bahwa jika nilai skor penerapan Good Corporate Governance
X adalah 0 atau tidak ada, maka ROE atau profitabilitas Y nilainya negatif yaitu sebesar -141,632; artinya jika
perusahaan tidak melakukan penerapan GCG maka ROE akan turun sebesar 141,632
b koefisien regresi variabel GCG X sebesar 1,789; artinya jika skor penerapan GCG ditingkatkan 100; maka rasio ROE Y akan meningkat 1,789.
83
Koefisien bernilai positif, menunjukkan bahwa GCG X berpengaruh positif terhadap ROE Y, artinya semakin baik penerapan GCG maka akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan hasil dari persamaan regresi di atas, pada penelitian ini
variabel GCG berpengaruh positif terhadap variabel ROE.
2. Hasil R-Square
Nilai R-Square digunakan untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas.
Tabel 4.9 R-Square
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .983a
.966 .959
.92906 .928
a Predictors: Constant, GCG b Dependent Variable: Profitabilitas
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Data di atas menunjukkan nilai R-square sebesar 0,966; hal ini berarti bahwa 96,6 variasi rasio ROE ditentukan oleh peran dari variasi rasio penerapan
GCG yaitu Corporate Governance Perception Index CGPI. Secara praktis dimaknai nilai R-square tersebut sebagai kontribusi rasio CGPI dalam
mempengaruhi nilai NPM dalam melihat rasio profitabilitasnya adalah sebesar 96,6, sementara 3,4 adalah kontribusi variabel lain yang tidak termasuk di
dalam model regresi.
84
3. Hasil Uji Signifikan Parsial Uji–t
Uji–t dilakukan untuk menguji secara parsial atau individu apakah penerapan GCG X secara parsial berpengaruh terhadap ROE Y, hasil uji–t
dapat dilihat di tabel 4.10. Dari hasil uji–t, dapat diketahui variabel GCG akan berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan yang diproksi
dengan ROE jika nilai probabilitasnya 0,05. Berdasarkan hasil uji–t, dari tabel 4.10 dapat diketahui nilai probabilitas untuk variabel GCG adalah 0,036 berarti
penerapan GCG berpengaruh terhadap ROE karena probabilitasnya berada di bawah 0,05.
Dapat disimpulkan, bila bergerak secara parsial, penerapan GCG berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan yaitu ROE dengan tingkat
signifikansi variabel independen 0,000 0,05. Hal ini berarti secara parsial, tinggi rendahnya skor penerapan GCG X mempengaruhi ROE Y perusahaan.
Hasil penelitian ini secara parsial menemukan bahwa penerapan GCG berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Tabel 4.10 Hasil Uji-t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
95 Confidence Interval for B
B Std.
Error Beta
Lower Bound
Upper Bound
B Std. Error
1 Constant
-141.632 13.870
-10.211 .000
-177.286 -105.977
GCG 1.789
.151 .983
11.873 .000
1.402 2.177
a Dependent Variable: Profitabilitas
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
85
4. Hasil Uji Hipotesis
Kriteria penerimaanpenolakan hipotesis adalah sebagai berikut: a Tolak H
jika nilai probabilitas yang dihitung ≤ probabilitas yang
ditetapkan sebesar 0.05 Sig. ≤ α0.05
b Terima H jika nilai probabilitas yang dihitung probabilitas yang
ditetapkan sebesar 0.05 Sig. α0.05
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis
ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 121.684
1 121.684
140.976 .000a
Residual 4.316
5 .863
Total 126.000
6 a Predictors: Constant, GCG
b Dependent Variable: Profitabilitas
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015
Dari hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa nilai F dengan probabilitas Sig.0,000
α
0,05
Dengan demikian H ditolak dan H
a
diterima. Kesimpulannya pengaruh CGPI terhadap ROE adalah signifikan. Yaitu terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk periode 2007-2013.
86
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Good Corporate Governance
GCG memiliki pengaruh terhadap profitabilitas PT. Bank Mandiri Persero Tbk. Studi dilakukan selama 7 tahun yaitu periode 207-2013 dengan
menggunakan variabel independent skor pemeringkatan Corporate Governance Perception Index
CGPI yang diikuti oleh Bank Mandiri dan variabel dependen profitabilitas menggunakan rasio Return on Equity ROE. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan metode statistik uji–t setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik dan persamaan regresi.
Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan, bahwa:
1. Bank Mandiri meyakini bahwa pemenuhan aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan Bank baik dalam mencapai kinerja terbaik, profitabilitas
dan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan, serta keberlangsungan bisnis jangka panjang. Penerapan GCG di Bank Mandiri
mengacu pada Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Peraturan Bank lndonesia PBI No. 84PB12006 tentang Pelaksanaan
GCG Bagi Bank Umum; Surat Edaran Bank Indonesia No 1515 DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum;
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01MBU2011 tentang Penerapan GCG pada BUMN. Salah satu bentuk penerapan GCG di Bank
87
Mandiri adalah mengikuti pemeringkatan Corporate Governance Perception Index
CGPI. CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG yang dilakukan oleh lembaga independen yaitu The
Indonesian Institute for Corporate Governance IICG, dimana Bank
Mandiri telah mengikuti penilaian CGPI selama 10 sepuluh tahun berturut- turut sejak tahun 2003. Di tahun 2014 Bank Mandiri meraih predikat
“Sangat Terpercaya” sebanyak 8 kali berturut-turut. 2. Profitabilitas Bank Mandiri dalam penelitian ini diukur dengan indikator
Return on Equity ROE yaitu rasio profitabilitas untuk mengukur
perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. nilai ROE Bank Mandiri dari tahun 2007 sampai 2013 selalu meningkat dengan
rata-rata 22,92, yang artinya tingkat penghasilan yang diperoleh suatu usaha atas modal sendiri yang diinvestasikan adalah sebesar 22,92 atau
dalam setiap Rp. 100, modal sendiri yang diinvestasikan memberikan keuntungan sebesar Rp. 22,92. Nilai ROE pada PT. Bank Mandiri Persero
Tbk berada di bawah standar industri sebesar 17,08 atau tidak terlalu jauh dari standar industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup mampu
menghasilkan laba secara maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang saham yang berarti kinerja keuangan perusahaan cukup baik.
3. Variabel CGPI yang digunakan sebagai ukuran penerapan GCG berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan, dalam hal ini
Return on Equity ROE. Dan pengujian pengaruh variabel GCG terhadap
profitabilitas perusahaan menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,000 0.05 dan nilai
88
R-square = 0,966 menunjukkan bahwa variabel ROE dapat dijelaskan dengan variabel penerapan GCG sebesar 96,9, sedangkan sisanya 3,4
dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi. Artinya bahwa dengan semakin baik pengelolaan perusahaan atau Good Corporate Governance
dengan sendirinya upaya untuk peningkatan kinerja keuangan dapat secara maksimal dilakukan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan dua peneliti terdahulu yaitu R.Atit dan Jeanny 2010 dan Devid 2011 yang menunjukkan bahwa penerapan GCG
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibnu 2010 dan Dani
2011 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan berlawanan arah yang tidak signifikan antara penerapan GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Hubungan positif yang terjadi antara penerapan GCG dan profitabilitas perusahaan pada penelitian ini sesuai dengan teori yang ada. Secara teoritis,
pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangannya.
5.2 Saran