Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi

B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang spatial order kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber- sumber potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti Tarigan, 2005: 122. Adapun teori lokasi usaha menurut para ahli adalah sebagai berikut. 1. Teori lokasi usaha menurut Von Thunen Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh harga penjualan, biaya produksi dan biaya antar lokasi pertanian dan daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat dinyatakan dalam model K= N - P + A dimana K adalah keuntungan, N adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan tertentu misalnya hektar, P adalah biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan Von Thunen dalam Prasetyo, 2003: 37. 2. Teori Lokasi usaha menurut Weber Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Menurut Weber, ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu 1 bahan mentah, 2 tenaga kerja, 3 pasar bagi produk yang dihasilkan. Karena lokasi yang ideal jarang terdapat, lantas faktor yang paling menentukan berdirinya pabrik itu, orientasi khusus ke bahan mentah, tenaga kerja, pasar Daldjoeni, 2003: 168. 3. Teori lokasi pendekatan pasar Losch Losch dalam bukunya Economics of location terbitan 1954 mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan pasar semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan ini, Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar Tarigan, 2005: 145. 4. Teori lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, penentuan lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor-faktor penentu lokasi, artinya masih banyak faktor- faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi jalan dan alat transportasi, sumber energy listrik, batubara, dll, air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut. Setiap faktor kemudian dirangking menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dilokasikan. Setelah itu dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu skor di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai skor terbesar yang dipilh sebagi lokasi Both, Terry dan Rawstron dalam Prasetyo, 2003: 34. 5. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan dimana lokasi suatu kegiatan produksi itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industry secara komprehensif, diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu. Apabila hendak membangun atau mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun keinginan para pemberi dana bank, pengusaha juga harus melakukan studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk melihat bahwa proyek itu tidak hanya memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan Tarigan, 2005: 150.

C. Pedagang Kaki Lima