DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

(1)

i

KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN

KABUPATEN SRAGEN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Ganjar Utomo NIM. 3250405016

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :

Hari : Senin

Tanggal : 10 Januari 2011

Pembimbing I

Dra. Puji Hardati, M.Si NIP. 195810041986032001

Pembimbing II

Rahma Hayati, S.Si.M.Si NIP. 197206241998032003

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso M.Si. NIP. 196209041989011001


(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Uiversitas Negeri Semarang pada :

Hari : 24 Januari 2011

Tanggal : Senin

Penguji Skripsi

Drs. Haryanto, M.Si NIP. 196203151989011001

Pembimbing I

Dra. Puji Hardati, M.Si NIP. 195810041986032001

Pembimbing II

Rahma Hayati, S.Si.M.Si NIP. 197206241998032003

Mengetahui : Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M. Pd. NIP. 195108081980031003


(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 24 Januari 2011

Ganjar utomo NIM. 3250405016


(5)

v

MOTTO

Jika ada kemungkinan pada kita untuk gagal, maka ada kemungkinan pada

kita untuk berhasil. Berfokuslah pada hal-hal yang memberhasilkan, lalu

perhatikan apa yang terjadi.

Mario Teguh

Mengapa kita sering jatuh, karena kita dilatih untuk bangkit

Ganjar Utomo

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karyaku ini kepada :

1. Keluargaku tercinta, Bapak Agus Rachman Dharma dan Ibu Rahayu Setyarsih (alm) atas semua doa, perhatian dan kasih sayang yang engkau berikan. 2. Semua keluarga besarku.

3. Praemurdia Ariti buat semua doa dan dukungannya. 4. Mbak Pipin terima kasih untuk motivasi dan

perhatiannya.


(6)

vi

hidayah dan kemudahan, sehingga skripsi yang berjudul Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen” ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh pendidikan.

2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas ijin penelitian yang telah diberikan.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Puji Hardati, M.Si, Dosen Pembimbing pertama yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi.

5. Rahma Hayati, S.Si.M.Si, Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi.


(7)

vii penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Geografi, terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Karyawan Jurusan Geografi, untuk kerjasama dan bantuannya selama empat tahun ini.

9. Keluarga Besarku, terima kasih untuk dukungan, kasih sayang, pengertian dan perhatianmu.

10. Teman-teman Geografi angkatan 2005, kalian adalah keluargaku yang membantu aku sampai terselesainya skripsi ini.

11. Theo, Hanung, Lele, Bowo, Aas, Ibnu Bayu, Jatu, Kendil terima kasih buat jasa-jasa kalian.

12. Seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon atas informasi yang telah diberikan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, terima kasih untuk dukungan dan bantuannya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga jasa baik mereka mendapatkan balasan yang berlipat dari-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 24 Januari 2011


(8)

viii

Kata kunci: Distribusi Spasial Lokasi, Pedagang Kaki Lima

Fenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa kota di Indonesia. Keadaan tersebut terkait dengan jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung di sektor formal mengharuskan mereka terjun ke sektor informal pedagang kaki lima untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kota Sragen yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah tidak lepas dari keberadaan pedagang kaki lima. Kelurahan Sragen Kulon salah satu wilayah Kabupaten Sragen yang dilewati jalan Solo-Ngawi merupakan daerah konsentrasi pedagang kaki lima. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persebaran lokasi pedagang kaki lima, apa jenis dagangan pedagang kaki lima, berapa besarnya sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima, mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima, mengetahui besarnya sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon, yaitu sebanyak 53 orang. Penelitian ini termasuk penelitian populasi yaitu seluruh populasi merupakan sampel penelitian. Subyek dari penelitian ini adalah pedagang kaki lima. Variabel penelitian meliputi persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima, jenis dagangan pedagang kaki lima, sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga. Data dikumpulkan menggunakan metode angket dan dianalisa dengan menggunakan teknik analisis deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran pedagang kaki lima yang berada di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang mengikuti jalan utama kota Sragen. Lokasi pedagang kaki lima Kelurahan Sragen Kulon tersebar di delapan dukuh, Dukuh Beloran berjumlah 30 orang (56,6%), Dukuh Mojosari 5 orang (9,43%), Dukuh Jetis 1orang (1,89%), Dukuh Mojomulyo 4 orang (7,55%), Dukuh Kuwungsari sebanyak 4 orang (7,55%), Dukuh Ringin Anom 1 orang (1,89%), Dukuh Talangrejo sebanyak 6 orang sebanyak (11,32%), Dukuh Cantelkulon sebanyak 2 orang (3,77%). Jenis dagangan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon di dominasi paling banyak jenis makanan dengan 39 orang sebagai pedagang kaki lima jenis makanan (73,6%), diikuti jenis dagangan non makanan sebanyak 7 jenis (13,2%), jasa pelayanan sebanyak 7 jenis (13,2%). Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar 68,68 % dari seluruh pendapatan keluarga yang mereka peroleh.

Berdasar uraian diatas penulis memberikan kesimpulan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon sebagian besar berada di Dukuh Beloran sebanyak 30 orang (56,6%). Hal ini terjadi karena lokasi Beloran yang dekat


(9)

ix

didominasi oleh jenis dagangan makanan yaitu sebanyak 32 orang (73,6%), Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga sebesar 68,68 %. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima perbulan adalah Rp 1.166.000,00, oleh karena itu peneliti memberikan saran, Pedagang kaki lima masih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan tentang tempat-tempat yang diperbolehkan untuk berdagang supaya tidak mengganggu ketertiban.


(10)

x

PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Permasalahan...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

E. Penegasan Istilah ...7

F. Sistematika Skripsi ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Distribusi Spasial Lokasi...10

B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi ...12

C. Pedagang Kaki Lima ...15

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima ...15

2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima ...17

3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima ...19

4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga ...20


(11)

xi

1. Pengertian Pendapatan ...25

2. Penggolongan Pendapatan...25

3. Pendapatan Keluarga...27

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian...28

B. Lokasi Penelitian ...29

C. Variabel Penelitian ...29

D. Jenis Data...31

E. Metode Pengumpulan Data ...32

F. Tehnik Analisis Data ...33

G. Langkah-langkah Penelitian ...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...36

B. Pembahasan ...74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...78

B. Saran ...79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(12)

xii

3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008... 42 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 ... 44 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat

Pendidikan di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 ... 45 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Menurut Mata

Pencaharian di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008... 46 7. Jumlah dan Persebaran PKL di Kabupaten Sragen ... 48 8. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 51 9. Persebaran Relatif PKL di Kelurahan Sragen Kulon... 52 10. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 Menurut Jalan ... 52 11. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Menurut Tempat Berdagang di

Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010... 54 12. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 57 13. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Sarana Fisik Berdagang di

Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010... 58 14. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Menurut Waktu Berdagang di

Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010... 59 15. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pedagang Kaki Lima di

Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 60 16. Jenis Pekerjaan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima di Kelurahan

Sragen Kulon Tahun 2010 ... 61 17. Pendapatan Pokok Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan


(13)

xiii

di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 63 19. Pendapatan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima Setiap Hari

di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 63 20. Pendapatan Keluarga Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan

Sragen Kulon Tahun 2010 ... 64 21. Umur Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 66 22. Jenis Kelamin Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 67 23. Tingkat Pendidikan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 68 24. Status Perkawinan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 69 25. Daerah Asal Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 71 26. Lama Usaha Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 72 27. Jumlah Anak dan Tanggungan Pedagang Kaki Lima

di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 72 28. Jumlah Anak Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon


(14)

xiv

2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon ... 40 3. Peta Jumlah Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen... 49 4. Peta Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima ... 55


(15)

xv

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 83

2. Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kaki Lima... 87

3. Data Hasil Penelitian Identitas Pedagang Kaki Lima ... 88

4. Data Hasil Penelitian Jenis dagangan dan Lokasi Pedagang Kaki Lima... 90

5. Data Hasil Penelitian Pendapatan Keluarga ... 91

6. Status Kepemilikan Rumah Tangga Pedagang Kaki Lima... 93

7. Surat Ijin Penelitian... 94


(16)

A. Latar Belakang

Negara Indonesia ialah Negara agraris yaitu Negara yang menggantungkan sektor pertanian sebagai kekuatan dalam bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Pada tahun 1994 sebanyak 63,66 persen penduduk indonesia terserap dalam sektor ini untuk menggantungkan kondisi ekonominya (Anoraga, 2004:44). Akan tetapi kondisi sekarang ini sektor pertanian tidak dapat lagi diandalkan karena semakin menyempitnya lahan pertanian. Menurut Direktur Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian Jafar Hasnah dalam kurun waktu 3 tahun lahan pertanian seluas 610.596 ha yang ada di negeri ini telah banyak digunakan atau dibangun pabrik maupun perumahan-perumahan dan serta makin meningkatnya pembangunan fasilitas umum yang ada semakin banyak seperti halnya gedung bioskop, rumah sakit, maupun pusat perbelanjaan yang ada pada saat ini (Kompas, 17 Mei 2004).

Lapangan kerja di sektor formal umumnya menjadi prioritas penduduk dalam menggantungkan kebutuhan hidupnya, namun karena terbatasnya skill dan tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat sulit untuk bersaing di bidang formal (Prajanto, 2009:34).


(17)

Menurut Wakil Presiden Indonesia Boediono, rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama satu dasawarsa terakhir ini sebesar 1,14 persen, fakta ini akan mempunyai implikasi luas bagi program-program pembangunan. Sebab, perkembangan kuantitatif tidak seimbang dengan perkembangan kualitatif, pertumbuhan penduduk tidak sesuai dengan pertumbuhan lapangan kerja yang ada (Koran Tempo, 21 Juli 2010).

Semakin sulitnya memperoleh pekerjaan di dalam sektor formal yang menuntut adanya keahlian atau ketrampilan yang lebih membuat daya saing dalam memperoleh pekerjaan semakin ketat serta bertambahnya angkatan kerja yang meningkat tiap tahunnya mempersempit peluang kerja yang ada (Daldjoeni, 2003:225). Untuk itu masyarakat beralih pada sektor lain dalam menggantungkan kondisi ekonominya, yaitu sektor informal. Salah satunya adalah sebagai pedagang kaki lima karena sektor ini tidak memerlukan keahlian khusus, modal kecil, tidak hanya bergantung pada faktor alam dan tentunya tidak memerlukan lahan yang luas. Pedagang kaki lima merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, karena pedagang kaki lima secara pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur (Alma, 2004:119).

Fenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa kota di Indonesia. Hal ini terjadi karena sektor formal yang tidak mampu menampung jumlah angkatan kerja, sehingga banyak yang beralih ke sektor informal pedagang kaki lima. Di Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang sektor ini mampu menampung 1453 angkatan kerja untuk


(18)

menjadi pedagang kaki lima (Astriyanto, 2010 : 34), sedangkan di Kabupaten Sukoharjo khususnya di Alun-alun kota, sektor ini mampu menampung 68 angkatan kerja (Prajanto, 2009 : 25).

Kelurahan Sragen Kulon berada di sepanjang jalur utama Solo-Surabaya merupakan tempat yang strategis. Lokasi yang strategis ini merupakan salah satu potensi bagi perkembangan usaha pedagang kaki lima, karena keberadaan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon dapat memberikan layanan bagi pengguna jalur utama tersebut, baik yang bersifat lokal maupun interlokal.

Perkembangan usaha pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon didukung oleh berkembangnya pembangunan fisik yang terjadi di wilayah ini, seperti pembangunan kantor-kantor pemerintahan, bank, pusat perbelanjaan, sehingga pedagang kaki lima dapat menyediakan layanan bagi pegawai atau karyawan dengan berjualan makanan, minuman dan sebagainya. Disamping itu penggunaan lahan di wilayah Kelurahan Sragen Kulon yang seluruhnya berupa pemukiman penduduk juga mendukung keberadaan pedagang kaki lima, karena selain karyawan atau pegawai kantoran pedagang kaki lima juga dapat melayani penduduk setempat di Kelurahan ini. Perkembangan usaha pedagang kaki lima juga makin bertambah jumlahnya sebab untuk memasuki sektor ini sangatlah mudah, karena menjadi pedagang kaki lima tidaklah harus memiliki ketrampilan khusus atau lebih dan berpendidikan tinggi, hal inilah yang menjadikan penduduk yang tidak terserap dalam sektor formal memilih menjadi pedagang kaki lima sebagai mata pencahariannya. Kegiatan sebagai


(19)

usaha pedagang kaki lima ini tentunya dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga bagi penduduk di Kelurahan Sragen Kulon. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh seseorang tergantung pada besarnya pendapatan yang diperoleh.

Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon tersebar di beberapa tempat. Mereka berjualan di tempat yang dianggap strategis dan menghasilkan keuntungan. Para pedagang ini ada yang berjualan tanpa mengindahkan peraturan daerah yang terkait, sehingga tampak sebagai pemandangan yang kumuh, kotor dan mengurangi nilai estetika kota. Untuk itu perlu adanya identifikasi terhadap keberadaan lokasi pedagang kaki lima yang dimana nantinya hasil identifikasi tersebut untuk mengetahui sebaran lokasi pedagang kaki lima yang diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk pemerintah daerah yang terkait dalam menentukan kebijakan dalam upaya penataan lokasi pedagang kaki lima atau relokasi, sehingga keberadaan pedagang kaki lima yang tadinya mengurangi keindahan kota dapat dimanfaatkan sebagai penghias kota dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata apabila ditata dengan baik.

Berdasarkan dari latar belakang di atas tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen“.


(20)

B. Permasalahan

Dengan melihat latar belakang penelitian seperti di atas, maka penelitian ini ingin mengungkapkan secara mendalam tentang pedagang kaki lima yang membuka lokasi usahanya di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Untuk menjelaskan arah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan penelitian tersebut kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ?

2. Apa jenis dagangan pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ?

3. Berapa besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

2. Mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.


(21)

keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan informasi tentang pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

2. Manfaat Bagi Pembangunan

Dari penelitian ini diharapkan akan menambah atau memberikan sumbangan yang positif bagi pembangunan daerah, karena dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan dalam bidang perdagangan oleh pemerintah daerah agar penetapan lokasi untuk kawasan pedagang kaki lima dapat dilakukan secara tepat. b. Diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan

lokasi pedagang kaki lima di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah terutama


(22)

3. Manfaat Bagi Penulis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah diperlukan untuk memahami penulisan ini supaya tidak terjadi penyimpangan arti dan dapat menjadi satu kesatuan utuh. Berikut penegasan istilah dalam penelitian ini.

1. Distribusi

Penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat (Depdiknas, 2008 : 360).

2. Spasial

Berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008 : 1499). 3. Lokasi

Letak atau tempat (Depdiknas, 2008 : 941). 4. Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha (Alma, 2004 : 120).

5. Distribusi Spasial Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Berdasar pengertian istilah diatas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud distribusi spasial pedagang kaki lima dalam penelitian ini


(23)

adalah Persebaran pedagang kaki lima pada suatu wilayah menurut kondisi fisik, sosial di Kelurahan Sragen Kulon.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan laporan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1. Bagian Awal

Bagian ini berisi tentang judul skripsi, abstrak, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel.

2. Bagian Isi

Bagian ini mencakup lima bab yang terdiri sebagai berikut. BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi gambaran keseluruhan isi skripsi yaitu latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini merupakan kajian pustaka yang membahas teori-teori yang sesuai dengan permasalahan skripsi ini. BAB III Metode penelitian

Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, diagram alir penelitian, penyusunan instrumen, informan dan metode analisis data.


(24)

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Pada bab ini berisi deskripsi dan hasil penelitian. BAB V Penutup

Pada bab ini berisi simpulan dan saran penelitian. 3. Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang turut mendukung skripsi.


(25)

10

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini di jelaskan mengenai penjabaran tentang distribusi spasial lokasi, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga. Semua penjabaran tersebut sesuai dengan teori-teori yang sudah dijelaskan. Untuk lebih jelasnya peneliti akan menjabarkan satu per satu teori yang berhubungan dengan distribusi spasial atau persebaran, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga.

A. Distribusi Spasial Lokasi Dalam Geografi

Menurut Depdiknas (2008:360) distribusi mempunyai arti penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat, sedangkan kata spasial berasal dari bahasa Inggris yaitu space yang berarti ruang atau tempat. Dalam bahasa Indonesia kata spasial memiliki makna berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008:1499) dan lokasi sendiri mempunyai arti letak atau tempat (Depdiknas, 2008:941). Studi geografi menelaah benda, gejala dan masalah kehidupan dalam ruang (space) yang menyangkut lokasi, penyebaran dan interaksinya (interaksi keruangan) satu sama lain. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ruang tidak lain adalah bagian permukaan bumi yang meliputi daratan (litosfer), air (hidrosfer) dan lapisan udara (atmosfer). Wujud ruang di permukaan bumi berbentuk tiga dimensi, bentangannya berupa daratan dan perairan sedangkan kearah vertikal berupa lapisan udara. Dalam ruang inilah berlokasinya benda-benda dan


(26)

gejala yang berinteraksi satu sama lain (Sumaatmadja, 1988:13). Dari pengertian berbagai sumber tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan distribusi spasial lokasi adalah persebaran lokasi yang menekankan keberadaannya pada ruang. Keberadaannya dalam ruang yang dimaksud dalam penelitian disini adalah bagaimana pola persebaran lokasi, dimana lokasi persebaran pedagang kaki lima berada dalam suatu ruang.

Geografi mempunyai berbagai pendekatan dalam mendekati atau menghampiri masalah geografi. Dalam mendekati dan menganalisis gejala permasalahan atau fenomena kajian geografi dapat digunakan pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan wilayah (Bintarto dan Surastopo, 1978: 12). Pendekatan geografi yang berkaitan dalam penyelesaian permasalahan ini adalah pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Keberadaan ruang dalam geografi dapat dipandang dalam struktur ruang (spatial structure), pola ruang (spatial pattern) dan proses (spatial process). Adapun elemen elemen dalam ruang dapat disimpulkan dalam tiga bentuk utama yaitu kenampakan titik

(point features), kenampakan garis(line features) dan kenampakan bidang

(areal features) (http://hestyborneo.blogspot.com). Dalam analisa keruangan

ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik(point data)dan data bidang (areal data). Yang digolongkan dalam data titik disini adalah data keberadaan lokasi pedagang kaki lima dan penggunaan lahan (Bintarto dan Surastopo, 1978: 13).


(27)

B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005: 122). Adapun teori lokasi usaha menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Teori lokasi usaha menurut Von Thunen

Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh harga penjualan, biaya produksi dan biaya antar lokasi pertanian dan daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat dinyatakan dalam model K= N - ( P + A) dimana K adalah keuntungan, N adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan tertentu (misalnya hektar), P adalah biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan (Von Thunen dalam Prasetyo, 2003: 37).


(28)

2. Teori Lokasi usaha menurut Weber

Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Menurut Weber, ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Karena lokasi yang ideal jarang terdapat, lantas faktor yang paling menentukan berdirinya pabrik itu, orientasi khusus ke bahan mentah, tenaga kerja, pasar (Daldjoeni, 2003: 168).

3. Teori lokasi pendekatan pasar Losch

Losch dalam bukunya Economics of location terbitan 1954 mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan ini, Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar (Tarigan, 2005: 145).


(29)

4. Teori lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron

Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, penentuan lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor penentu lokasi, artinya masih banyak faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi), sumber energy (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut. Setiap faktor kemudian dirangking menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dilokasikan. Setelah itu dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu skor di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai skor terbesar yang dipilh sebagi lokasi (Both, Terry dan Rawstron dalam Prasetyo, 2003: 34).

5. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif

Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan dimana lokasi suatu kegiatan produksi itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industry secara komprehensif, diperlukan gabungan dari


(30)

berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu. Apabila hendak membangun atau mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun keinginan para pemberi dana (bank), pengusaha juga harus melakukan studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk melihat bahwa proyek itu tidak hanya memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan (Tarigan, 2005: 150).

C. Pedagang Kaki Lima

Untuk memberikan gambaran mengenai pedagang kaki lima, berikut ini akan disajikan mengenai pengertian PKL, karakteristik PKL, penggolongan PKL, sumbangan PKL terhadap pendapatan keluarga.

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

P e d a g a n g k a k i lim a a d a la h p e d a g a n g y a n g m e la k u k a n u sa h a a ta u k e g ia ta n n y a , y a itu b e rju a la n d i k a k i lim a a ta u tro to a r y a n g d a h u lu b e ru k u ra n le b a r k u ra n g d a ri lim a k a k i, d a n b ia sa n y a m e n g a m b il te m p a t


(31)

a ta u lo k a si d i d a e ra h -d a e ra h k e ra m a ia n u m u m se p e rti d i d e p a n p e rto k o a n , p a sa r, se k o la h a n , g e d u n g b io sk o p , d a n la in -la in (N u rh a n a fia n sy a h , 1 9 9 4 : 6 ). Sedangkan Alma (2004 :120) memberikan pengertian lain tentang pedagang kaki lima, yaitu setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha;

D e f in is i lain tentang pengertian pedagang kaki lima menurut Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 11 tahun 2000 yang tertera pada pasal 1 tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana yang mudah dibongkar pasang/dipindahkan serta mempergunakan bagian jalan/trotoar, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha atau tempat lain yang bukan miliknya.

M e n u r u t Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, Pedagang Kaki Lima adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan menggunakan bagian jalan/trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya.

P e d a g a n g kaki lima sangat popular di Negara kita. Kepopuleran pedagang kaki lima ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dampak positifnya secara pasti di sektor ini pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini


(32)

mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat barang, harga yang murah, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli oleh-oleh buat keluarganya di rumah. Sedang dampak negatifnya adalah pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan. Dimana ada pedagang kaki lima, disana pasti timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah (Alma, 2004 : 119).

2. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima bermula tumbuh dan berkembang dari adanya krisis moneter yang melanda secara berkepanjangan yang menimpa Indonesia pada tahun sekitar 1998 dimana salah satunya mengakibatkan terpuruknya kegiatan ekonomi. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup, serta sulitnya menembus sektor formal, menuntut masyarakat dengan modal dan kemampuan terbatas untuk menjadi pedagang kaki lima (Surya, 2006 : 33).

Salah satu karakteristik sektor informal adalah cenderung menggunakan sumber daya lokal dan tidak memiliki ijin resmi sehingga keberadaan usaha sektor informal sangat beraneka ragam dan berkembang karena untuk memasuki usaha ini relatif mudah dan sederhana. Adapun usaha-usaha sektor informal adalah seperti pedagang kaki lima, pedagang eceran, pedagang keliling dan lain-lain (Herlianto, 1986 : 133).


(33)

Menurut Simanjuntak (1989 : 44) karakteristik pedagang kaki lima dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Aktivitas usaha yang relatif sederhana dan tidak memiliki sistem kerja sama yang rumit dan pembagian kerja yang fleksibel.

2. Skala usaha relatif kecil dengan modal usaha, modal kerja dan pendapatan yang umumnya relatif kecil.

3. Aktivitasnya tidak memiliki ijin usaha.

Pedagang kaki lima mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dari sektor informal. Ciri-ciri pedagang kaki lima menurut Alma (2004:121) adalah: (1) kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, (2) tidak memiliki surat ijin usaha, (3) tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja, (4) bergerombol di trotoar, atau tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana banyak orang ramai, (5) menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen. Sedangkan m e n u ru t Abidin (1989 : 57) p e d a g a n g k a k i lim a m e m p u n y a i c iri-c iri y a itu se b a g a i b e rik u t.

1. Kelompok ini merupakan pedagang yang terkadang juga menjadi produsen sekaligus, misalnya pedagang makanan dan minuman yang dimasak sendiri.

2. Perkataan pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka umumnya menjajakan barang-barang dagangannya pada gelaran tikar atau pinggir-pinggir jalan, atau di muka toko yang dianggap strategis. 3. Pedagang kaki lima biasanya menjual barang eceran.


(34)

4. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil bahkan tidak jarang mereka merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan jerih payah.

5. Pada umumnya pedagang kaki lima merupakan kelompok marginal bahkan adapula yang tergolong kelompok submarginal.

6. Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima mengkhususkan diri dalam penjualan barang-barang cacat sedikit dengan harga yang lebih murah.

7. Omset penjualan pedagang kaki lima ini umumnya tidak besar.

8. Para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah. 9. Kasus dimana pedagang kaki lima berhasil secara ekonomis sehingga akhirnya dapat menaiki tangga dalam jenjang hirarki pedagang sukses agak langka atau jarang terjadi.

10. Barang yang ditawarkan pedagang kaki lima biasanya tidak standar dan “shifting” jenis barang yang diperdagangkan seringkali terjadi. 11. Tawar menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi diri

yang khusus usaha perdagangan para pedagang kaki lima. 12. Terdapat jiwa kewiraswastaan yang kuat.

3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima

Menurut McGee dan Yeung dalam Surya (2006:34) mengatakan bahwa pedagang kaki lima dapat dibedakan berdasar jenis dagangan yang mereka jual. Jenis dagangan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang kaki lima tersebut


(35)

beraktivitas. Sebagai contoh di kawasan perdagangan, maka jenis dagangannya beranekaragam seperti makanan atau minuman, kelontong, pakaian dan lain-lain. Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima secara umum oleh McGee dan Yeung dapat dibagi menjadi: 1. B a h a n m e n ta h m a k a n a n d a n m a k a n a n se te n g a h ja d i (Unprocessed

and semiprocessed foods) T e rm a s u k p a d a je n is d a g a n g a n in i a d a la h b a h a n m e n ta h m a k a n a n se p e rti d a g in g , b u a h d a n sa y u ra n . S e la in itu ju g a d a p a t b e ru p a b a ra n g -b a ra n g se te n g a h ja d i se p e rti b e ra s.

2 . M a k a n a n sia p sa ji (Prepared food)

T e rm a s u k d a la m je n is d a g a n g a n in i b e ru p a m a k a n a n a ta u m in u m a n y a n g te la h d im a sa k d a n la n g su n g d isa ji k a n d ite m p a t m a u p u n d ib a w a p u la n g . P e n y e b a ra n fisik P K L in i b ia sa n y a c e n d e ru n g m e n g e lo m p o k d a n h o m o g e n d e n g a n k e lo m p o k m e re k a . 3. N o n m a k a n a n (Non foods)

Je n is b a ra n g d a g a n g a n y a n g tid a k b e ru p a m a k a n a n . C o n to h n y a a d a la h m u la i d a ri te k stil sa m p a i d e n g a n o b a t -o b a ta n .

4. Ja sa p e la y a n a n (Services)

Ja sa p e la y a n a n y a n g d ip e rd a g a n g k a n a d a la h ja sa p e ro ra n g a n , se p e rti tu k a n g m e m b u a t k u n c i, tu k a n g m e m b u a t p ig u ra , re p a ra si ja m d a n lain -la in .

4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga

Sumbangan merupakan persamaan dari kontribusi, yaitu mempunyai andil atau mempunyai sumbangan (D e p d ik n a s, 2 0 0 8 : 8 0 6 ).


(36)

S u m b a n g a n y a itu se su a tu y a n g b e ru p a p ik ira n , id e , te n a g a , m a te ria l, d a n k e u a n g a n y a n g d ib e rik a n k e p a d a p ih a k la in d e n g a n tu ju a n u n tu k m e rin g a n k a n b e b a n y a n g d ita n g g u n g (D e p d ik n a s, 2 0 0 8 : 1 1 0 1 ). S u m b a n g a n p e d a g a n g k a k i lim a te rh a d a p p e n d a p a ta n k e lu a rg a d a p a t d ia rtik a n , se b e ra p a b e sa rk a h a n d il p e n d a p a ta n p e d a g a n g k a k i lim a te rh a d a p p e n d a p a ta n k e lu a rg a d e n g a n tu ju a n m e rin g a n k a n b e b a n y a n g d ita n g g u n g k e lu a rg a .

K e m a k m u ra n masyarakat sangat ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan dan konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Biasanya pendapatan yang rendah dapat menyebabkan orang atau masyarakat tersebut berada dalam garis kemiskinan. Dalam keluarga yang makmur dapat ditentukan dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya.

P e ra n a n pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga diwujudkan dalam presentase yaitu dengan membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan jumlah keseluruhan pendapatan keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% , sehingga ditemukan hasil sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga dalam presentase. Cara untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.

a. Mencari terlebih dahulu pendapatan pedagang kaki lima dengan cara menjumlahkan pendapatan pokok dari berdagang kaki lima dan pendapatan sampingan selain menjadi pedagang kaki lima.


(37)

b. Setelah diketahui pendapatan pedagang kaki lima seperti diatas, kemudian mencari pendapatan keluarga dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan. Setelah itu, membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan, Maka ditemukan besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga.

c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rumus Sumbangan Pendapatan

Pedagang Kaki Lima (SPKL), sebagai berikut.

Dimana SPKL adalah Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Sari, 2008:33)

5. Hasil Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan

Penelitian tentang pedagang kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya, yang di lihat mulai dari judul penelitian, tujuan, metode dan hasil penelitian digunakan peneliti untuk memperluas kajian pustaka. Mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di sajikan pada Tabel 1.

Penelitian yang dilakukan (Surya, 2006:76) di Semarang untuk menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit dr.Karyadi. Peneliti membagi pedagang kaki lima berdasar jenis dagangan yaitu pedagang kaki lima dengan jenis buah-buahan, pedagang kaki lima


(38)

dengan jenis makanan, pedagang kaki lima dengan jenis non makanan, pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan melalui pengamatan lapangan wawancara dan persebaran angket. Dari analisa data dapat diperoleh hasil bahwa lokasi yang paling diminati pedagang kaki lima adalah di jalan dr.Karyadi dan didominasi oleh jenis makanan.

Joko Prajanto melakukan penelitian pada tahun 2009 tentang faktor yang mempengaruhi pendapatan dan profil pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo. Dari analisa data dapat diperoleh bahwa status pedagang kaki lima sebagian besar sudah berumah tangga dan sebagian besar berpendidikan SLTA. Adapun pendapatan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja (Prajanto, 2009:87).

Penelitian yang dilakukan oleh (Astriyanto, 2010:72) di Sekaran Kecamatan Gunungpati Kabupaten Semarang adalah mengetahui dan menganalisis kondisi infrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kondisi infrastruktur menuju lokasi usaha adalah bagus, tingkat keamanan 75 persen sudah aman, dan pemakaian tenaga kerja sudah tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.


(39)

Tabel 1. Beberapa Penelitian Pedagang Kaki Lima Lainnya

Nama dan Tahun Tema Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian

Joko Prajanto Tugas Akhir (2009)

Analisis profil dan persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo

1. Analisis profil demografi sosial ekonomi

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan

Populasi: pedagang kaki lima di alun-alun sukoharjo Sampel:

menggunakan total sampling area, 68 sampel

Variabel: sosial demografi, sosial ekonomi, jenis kegiatan usaha. Analisis data: tabulasi silang dan statistik

1. Sosial demografi dan ekonomi: sebagian besar berstatus kawin dan berpendidikan SLTA, modal rata-rata

Rp.466.435,-2. Pendapatan pedagang

kaki lima dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja

Octora Lintang Surya Skripsi (2006)

Kajian karakteristik berlokasi pedagang kaki lima di kawasan sekitar fasilitas kesehatan (studi kasus di rumah sakit dr.Karyadi Semarang)

Menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit dr.Karyadi

Populasi: pedagang kaki lima di sekitar RS dr.Karyadi. Sampel menggunakan proportional stratified random sampling, 48 sampel. Variabel:sosial demografi, sosial ekonomi, pola penyebaran pkl, jenis barang dagangan. Analisis data: deskripsi dan kuantitatif

1. Lokasi yang diminati pkl adalah di jalan dr.Karyadi dan tempat yang diminati adalah trotoar.

2. Jenis dagangan di dominasi oleh jenis makanan

Teguh Astriyanto skripsi (2010)

Analisis lokasi usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

1. Mengetahui profil usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

2. Mengetahui dan menganalisis kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja

Populasi: pkl yang ada di desa sekaran, 1453. Sampel: proporsional area random sampling,94 sampel. Variabel: kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. . Analisis data: deskripsi dan deskriptif presentatif

1. Menjadi pkl 0-5 th 67.2 % 2. Status kepemilikan milik

sendiri 71,28% 3. Kondisi jalan ke lokasi

usaha bagus

4. Tingkat keamanan 75% aman


(40)

D. Pendapatan Keluarga

Dalam bekerja, pendapatan merupakan hal yang sangat penting. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya. Peneliti mencari pentingnya kontribusi pendapatan untuk keluarga. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pengertian pendapatan, penggolongan pendapatan dan sumbangan pendapatan keluarga.

1. Pengertian pendapatan

Setiap orang bekerja mengharapkan adanya imbalan atau upah dari orang yang memberikan pekerjaan tersebut, upah kerja yang diterima oleh seorang pekerja ditentukan beberapa faktor seperti status pekerjaan, tingkat keahlian, ketrampilan dan jumlah jam kerja. Pendapatan seseorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno dalam Ine, 2004: 13).

Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990 : 236). Sedangkan menurut Saedah (1990 : 3) pendapatan adalah segala penerimaan keluarga baik berupa uang maupun barang dari pihak atau dari hasil penjualan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang.

2. Penggolongan Pendapatan

Berdasarkan penggolongannya, pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga, diantarannya yaitu: 1) golongan pendapatan tinggi adalah jika


(41)

pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per bulan, 2) golongan pendapatan menengah adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 550.000,00-Rp 950.000,00 per bulan, 3) golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan kurang dari Rp 550.000,00 per bulan (BPS, 2003: 25).

Menurut Biro Pusat Statistik (1999: 10), pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerja bebas, dan pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiunan dan jaminan sosial. Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dengan harga subsidi ataupun reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

Kebutuhan hidup yang besar memungkinkan membutuhkan penghasilan/ pendapatan yang tinggi. Menurut Soegiman dalam Suratmi (1999: 28) tingkat pendapatan rendah senilai 240 kg beras per orang setahun, dan tingkat pendapatan tinggi senilai 360 kg beras perorang pertahun. Pendapatan keluarga diwujudkan dalam bentuk uang atau barang yang dihitung dengan rupiah.


(42)

Penduduk melakukan mobilitas karena pendapatan yang diperoleh di daerah tujuan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal. Tekanan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan di daerah asal akan menjadi pendorong penduduk untuk mencari pekerjaan di tempat lain yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal (Mantra dalam Giyarsih, 1999: 143).

3. Pendapatan Keluarga

Biro Pusat Statistik (2002 : 3) pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau barang yang diterimakan sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Keluarga adalah ibu, bapak dengan anak anaknya, seisi rumah (Depdiknas, 2008:721). Pendapatan keluarga adalah pendapatan semua keluarga dan kepala keluarga, atau pendapatan suami dan istri. Dalam penelitian Hardati (2001:24) untuk mengetahui pendapatan keluarga yaitu dengan menambahkan pendapatan pokok keluarga baik dari suami maupun istri dengan pendapatan sampingan baik dari suami maupun istri. Untuk lebih jelasnya menggunakan rumus pendapatan keluarga yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

= Pendapatan Keluarga = Pendapatan sampingan = Pendapatan Pokok


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Rachman, 1999: 63). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di seluruh wilayah administrasi Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen yang berjumlah 53 pedagang kaki lima.

Sampel adalah bagian dari populasi (Nazir, 2005: 271). Menurut Arikunto (2002: 112) dalam menentukan besarnya sampel menyebutkan, apabila subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100 maka dalam pengambilan sampel lebih baik diambil semua sebagai anggota sampel, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena subyek penelitian berjumlah dibawah 100, yaitu 53 maka subyek diteliti semua sehingga penelitian disebut penelitian populasi.


(44)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian itu dilaksanakan. Lokasi dalam penelitian ini di lakukan di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian atau obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Variabel yang menjadi penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel pesebaran lokasi usaha pedagang kaki kima

a. Lokasi absolut, yaitu lokasi menurut lintang dan bujur, bersifat tetap. b. Lokasi relatif, yaitu lokasi yang tergantung pengaruh daerah

sekitarnya, sifatnya berubah.

2. Jenis dagangan pedagang kaki lima, yaitu macam dagangan yang dijual pedagang kaki lima baik makanan, non makanan maupun jasa.

3. Variabel sumbangan pendapatan keluarga pedagang kaki lima a. Pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan pedagang kaki lima.

Pekerjaan pokok pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang dilakukan pedagang kaki lima untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji, bersifat tetap.

Pekerjaan sampingan pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang dilakukan pedagang kaki lima untuk memperoleh untuk memperoleh upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu.


(45)

b. Pekerjaan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak.

Pekerjaan pokok, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji, bersifat tetap.

Pekerjaan sampingan, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh untuk memperoleh upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu. c. Pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima.

Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

d. Pendapatan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak

Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

e. Pendapatan keluarga


(46)

bekerja, baik pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan yang diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

D. Jenis Data

Pada penelitian umumnya dikenal dua jenis data, maka dalam penelitian ini juga menggunakan dua jenis data tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicermati atau dicatat untuk pertama kali oleh si peneliti sendiri. Umar (2001: 130) menjelaskan bahwa data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan. Data Primer dalam penelitian ini meliputi data identitas pedagang kaki lima, data lokasi pedagang kaki lima, jenis dagangan, pekerjaan dan pendapatan keluarga pedagang kaki lima.

2. Data sekunder

Menurut Umar (2001: 130) data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data ini diperoleh dengan mengambil data yang telah tersedia oleh pihak lain berupa laporan atau informasi dari dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan adalah data jumlah pedagang kaki lima seluruh Kabupaten Sragen, data monografi penduduk Sragen Kulon yang diperoleh dengan cara mencari ke dinas yang terkait seperti BPS Kabupaten Sragen, Dinas Perdagangan dan Perpajakan Daerah


(47)

(DP2D) Kabupaten Sragen, Kelurahan Sragen Kulon dan Kecamatan Sragen.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data pokok yang digunakan berupa data primer, data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi dan angket. Adapun yang dimaksud dengan observasi dan angket adalah sebagai berikut. 1. Observasi

Observasi yaitu cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika, 2005: 44). Metode observasi ini digunakan untuk mengamati fenomena yang diteliti, berupa data jenis usaha, jumlah dan persebaran lokasi pedagang kaki lima.

2. Angket atau Kuesioner

Menurut DR. Hadari Nawawi dalam Tika (2005: 54), angket (kuesioner) adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang berasal dari responden, yakni pedagang kaki lima sehingga akan diperoleh data tentang jenis usaha, jumlah, persebaran lokasi pedagang kaki lima, serta profil pedagang kaki lima.


(48)

F. Tehnik Analisis Data

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan menggunakan analisis data untuk memecahkan masalah penelitian, sehingga data yang dianalisis tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut. 1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima dengan

menggunakan peta.

Persebaran lokasi yang dimaksud adalah tempat dimana para pedagang kaki lima melakukan aktivitas ekonominya. Dengan begitu waktu mempetakan dapat diketahui di daerah mana pedagang kaki lima berjualan atau berdagang. Setelah mengetahui daerah atau lokasi usaha pedagang kaki lima, maka lokasi pedagang kaki lima dalam melakukan aktivitas ekonominya dapat dipetakan.

2. Mengetahui jenis dagangan adalah sebagai berikut.

Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima dapat berwujud barang maupun jasa. Untuk mengetahui jenis dagangan yang dijual peneliti melakukan pengamatan /observasi secara seksama, sehingga peneliti dapat mengetahui jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima. 3. Mengetahui sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap

pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.

Menghitung pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang, yaitu hasil yang diperoleh bersih dari hasil menjadi pedagang kaki lima tanpa dari kerja sampingan yang lain, dalam hal ini pendapatan yang


(49)

diterima setiap hari, kemudian menghitung pendapatan keluarga yaitu dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima serta istri dan anak yang bekerja. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima dapat diketahui dengan cara membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan total keseluruhan pendapatan keluarga dikalikan 100%, sehingga dapat diketahui besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima yang diwujudkan dalam persen. Berikut rumus untuk menghitung sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga.

X100% keluarga

pendapatan Jumlah

lima kaki pedagang pendapatan

Jumlah SPKL

Dimana SPKL adalah sumbangan pendapatan pedagang kaki lima. (Sari, 2008:33)

G. Langkah Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan selama penelitian meliputi hal sebagai berikut.

1. Penyusunan proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian.

2. Penyusunan instrumen, penyusunan instrumen diperlukan adanya alat bantu penelitian yang digunakan dalam melaksanakan tahapan penelitian instrumen. Instrumen tersebut diantaranya kuesioner yang diisi responden. 3. Pengumpulan data, dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan


(50)

4. Analisis data, analisis data diperlukan untuk mengetahui kondisi suatu tempat atau memecahkan masalah penelitian.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dengan metode observasi dan angket melalui pengolahan data. Hasil penelitian yang dideskripsikan meliputi kondisi umum daerah penelitian, kondisi sosial penelitian, identitas pedagang kaki lima.

1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kondisi umum daerah penelitian dapat diuraikan berdasarkan letak astronomis, kondisi geografis, sarana dan prasarana fisik, dan kondisi monografi Kelurahan Sragen Kulon.

a. Letak Astronomi Daerah Penelitian

Letak astronomi merupakan letak suatu daerah berdasarkan garis lintang dan bujur. Secara astronomi Kelurahan Sragen Kulon terletak pada posisi7°35’43,32” LS-7°25’43,16” LS dan 111°0’47,12”

BT-111°0’48,12” BT(Peta Rupa Bumi Indonesia Sheet 1508 - 411 ) b. Letak Administrasi

Secara administratif Kelurahan Sragen Kulon berada dalam satu bagian dari Pemerintah Daerah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon berjarak 1 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Sragen dan 1 Km dari pusat pemerintahan


(52)

Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut.

Sebelah utara : Kelurahan Karangtengah Sebelah timur : Kelurahan Sragen Tengah Sebelah selatan : Kecamatan Karangmalang Sebelah barat : Kelurahan Sine

Batas-batas wilayah Kelurahan Sragen Kulon secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 peta administrasi Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen berikut (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008).


(53)

Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sragen Kulon Beloran Cantel Kulon Bangunsari Mojo Mulyo Mojo Kulon Tegal Sari Mojo Wetan Gunung Sari Jetis Kuwung Sari Talangrejo Mojo Sari Ringin Anom Kelurahan Sine

Kelurahan Sragen Tengah

Kecamatan Karang Malang

Kelurahan Karang Tengah

PETA ADMINISTRASI KELURAHAN SRAGEN KULON

KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

26' 15 " 26 '1 5" 25' 50 " 25 '5 0" 25' 25 " 25 '2 5" 25' 00 " 25 '0 0" 111°25" 111°25" 111°50" 111°50" 111°1'15" 111°1'15" 500500 500500 501200 501200 501900 501900 502600 502600 91 77 70

0 917

77

00

9

17

84

00 917

84 00 91 79 10 0 91 79 10 0 91 79 80 0 91 79 80 0 7° 26' 17 " 7° 26' 17" 7° 24' 18" 7° 24 '18" 7° 22' 19" 7° 22' 19" 110°59'30" 110°59'30" 111°1'29" 111°1'29" 111°3'28" 111°3'28"

Lokasi Kelurahan Sragen Kulon

Inset Kecamatan Sragen

Jalan kereta api Jalan Utama Jalan Kolektor Jalan Lokal Sungai Batas Dukuh Kantor Lurah Batas Kelurahan Dukuh Legenda U

150 0 150 300 450 Meter

Peta Rupabumi Indonesia Lembar Sragen sheet 1508- 411

Skala 1:15.000

Sumber :

Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1 Dibuat Oleh :

Bangunsari Beloran Cantel Kulon Gunung Sari Jetis Kuwung Sari Mojo Kulon Mojo Mulyo Mojo Sari Mojo Wetan Ringin Anom Talangrejo Tegal Sari


(54)

c. Kondisi Geografis

Wilayah Kelurahan Sragen Kulon berada pada ketinggian 86 meter diatas permukaan laut dengan kondisi curah hujan rata-rata 2756 mm/tahun terbanyak 114 hari. Kondisi tanah di wilayah Kelurahan Sragen Kulon merupakan tanah yang berstruktur litosol (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008).

d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen pada tahun 2008 memiliki luas wilayah 215,6 ha dengan penggunaan lahan seluruhnya (100%) untuk pemukiman. Untuk tanah sawah dan tanah basah tidak terdapat di Kelurahan Sragen Kulon (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008). Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan Kelurahan Sragen Kulon, dapat dilihat peta penggunaan lahan Kelurahan Sragen Kulon (Gambar 2 halaman 40).


(55)

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon

Kelurahan Karang Tengah

Kecamatan Karang Malang

Kelurahan Sragen Tengah Kelurahan Sine Beloran Cantel Kulon Bangunsari Mojo Mulyo Mojo Kulon Tegal Sari Mojo Wetan Gunung Sari Jetis Kuwung Sari Talangrejo Mojo Sari Ringin Anom

Dibuat Oleh : Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1 Sumber :

Skala 1:15.000

Peta Rupabumi Indonesia Lembar Sragen sheet 1508- 411

150 0 150 300 450 Meter U Legenda Batas Kelurahan Kantor Lurah Batas Dukuh Sungai Jalan Lokal Jalan Kolektor Jalan Utama Jalan kereta api

Inset Kecamatan Sragen

Lokasi Kelurahan Sragen Kulon

7° 26' 17" 7° 26' 17" 7° 24 '1

8" 7°24'

18" 7° 22' 19" 7° 22' 19 " 110°59'30" 110°59'30" 111°1'29" 111°1'29" 111°3'28" 111°3'28" 9 17 98 00 91 79 80 0 91 79 10 0 91 79 10 0 91 78 40 0 91 78 40 0 9 17 77 00 91 77 70 0 502600 502600 501900 501900 501200 501200 500500 500500 111°1'15" 111°1'15" 111°50" 111°50" 111°25" 111°25" 25 '0 0" 25' 00 " 25 '2 5" 25' 25 " 25 '5 0" 25' 50 " 26 '1 5" 26 '1 5"

PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN SRAGEN KULON

KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN


(56)

e. Sarana dan Prasarana Fisik

Untuk membantu kelancaran pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan Sragen Kulon memiliki sarana dan prasarana kehidupan sebagai penunjang aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakatnya, baik yang dipergunakan dalam bidang pemerintahan, transportasi, dan komunikasi, perekonomian maupun sarana dan prasarana sosial dan budaya. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008 No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persen (%)

1 Kantor Kelurahan 1 0,27

2 Masjid/ Mushola 34 9,39

3 Sekolah 29 8,01

4 Toko, warung/ kios 190 52,48

5 Gereja 1 0,27

6 Bank 6 1,65

7 Koperasi 73 20,16

8 Posyandu 24 6,62

9 Apotek 1 0,27

10 Rumah Bersalin 3 0,82

Jumlah 362 100

Sumber :Data Monografi Kelurahan Sragen Kulon 2008

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui sarana dan prasarana yang terbanyak di Kelurahan Sragen Kulon adalah toko, kios/warung dengan jumlah 190 atau 52,48 %, kemudian yang terkecil adalah kantor Kelurahan, gereja dan apotek dengan jumlah 1 atau 0,27 %. Sarana dan prasarana tersebut digunakan untuk menjalankan aktivitas di Kelurahan Sragen Kulon dan penunjang kegiatan perekonomian penduduk, sedangkan untuk mendukung kelancaran komunikasi dan


(57)

transportasi, penduduk Kelurahan Sragen Kulon memanfaatkan sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 No. Sarana Transportasi dan Komunikasi Jumlah

1 Jalan 18,4 Km

2 Jembatan 2 Buah

3 Truk 18 Buah

4 Mobil Pribadi 144 Buah

5 Sepeda Motor 2.012 Buah

6 Sepeda 2.995 Buah

7 Becak 161 Buah

8 Gerobak Dorong 51 Buah

9 Bus 16 Buah

10 Colt 35 Buah

11 Telepon 1.395 Buah

12 Radio 1.335 Buah

13 Televisi 2.480 Buah

Sumber :Kecamatan Sragen dalam angka tahun 2008

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sarana transportasi masih di dominasi oleh sepeda dengan jumlah 2.995 buah, kemudian disusul oleh sepeda motor dengan jumlah 2.012 buah. Hal ini disebabkan karena sepeda dianggap sarana transportasi yang paling murah bagi masyarakat Kelurahan Sragen Kulon, sedangkan untuk sarana komunikasi masyarakat masih banyak memanfaatkan televisi dibanding radio dan telepon.


(58)

2. Kondisi Sosial a. Jumlah Penduduk

Penduduk Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen pada tahun 2008 berjumlah 15.682 jiwa dengan sex ratio 904 yang artinya setiap 1000 penduduk perempuan terdapat 904 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 13 Dukuh/ Dusun.

b. Komposisi Penduduk

Dari komposisi penduduk akan dapat diketahui beberapa ciri kependudukan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, komposisi penduduk menurut pendidikan, komposisi penduduk menurut mata pencaharian.

1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui ciri kependudukan tersebut maka disajikan tabel terlebih dahulu mengenai komposisi penduduk Kelurahan Sragen Kulon menurut umur dan jenis kelamin. Secara rinci dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini.


(59)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008

No. Kelompok Jenis Kelamin L+P Persen

Umur L Persen P Persen (%)

1 0-4 950 12,84 1.003 12,17 1.953 12

2 5-9 840 11,36 907 11 1.747 11

3 10-14 870 11,76 879 10,67 1.749 11

4 15-19 911 12,32 839 10,18 1.75 11

5 20-24 735 9,94 789 9,57 1.524 10

6 25-29 600 8,11 794 9,63 1.394 9

7 30-34 540 7,30 676 8,20 1.216 8

8 35-39 480 6,49 502 6,09 982 6

9 40-44 385 5,20 405 4,91 790 5

10 45-49 300 4,05 367 4,45 667 4

11 50-54 230 3,11 299 3,62 529 3

12 55-59 120 1,62 208 2,52 328 2

13 60-64 135 1,82 163 1,97 298 2

14 65-69 115 1,55 135 1,63 250 2

15 70-74 85 1,14 107 1,29 192 1

16 75+ 98 1,32 165 2 263 2

18 Jumlah 7.394 100 8.238 100 15.682 100

Sumber :Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008 2. Komposisi Penduduk Menurut tingkat Pendidikan

Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh faktor tingkat pendidikan, kriteria yang dipakai dalam penelitian di Kelurahan Sragen Kulon meliputi: tingkat pendidikan rendah yaitu tamat SD, tingkat pendidikan menengah yaitu tamat SMP sampai tamat SMA, dan tingkat pendidikan tinggi yaitu tamat Diploma sampai tamat perguruan tinggi. Komposisi penduduk Kelurahan Sragen Kulon menurut tingkat pendidikan secara rinci dapat dilihat dari Tabel 5 berikut ini.


(60)

Tabel 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Keatas di Kelurahan Sragen Kulon Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)

1 Akademi/ Perguruan Tinggi 599 4,36

2 SMA 4.863 35,4

3 SMP 3.446 25,1

4 SD 2.121 15,4

5 Tidak Tamat SD 517 3,76

6 Belum Tamat SD 1.659 12,1

7 Tidak/ Belum Sekolah 524 3,8

Jumlah 13.729 100

Sumber :Kecamatan Sragen Dalam Angka Tahun 2008

Berdasar Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Sragen Kulon paling besar adalah SMA dengan presentase sebesar 35,4 %, selanjutnya adalah SMP dengan 25,1 %, SD dengan 15,1%. Kemudian belum tamat SD 12,1 %, Akademi/ Perguruan Tinggi 4,36 %, tidak/belum sekolah SD 3,8% dan tidak tamat SD menduduki presentase paling kecil dengan 3,76%.

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan gambaran umum keadaan perekonomian suatu daerah, karena mata pencaharian berkaitan dengan pendapatan seseorang. Untuk dapat lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.


(61)

Tabel 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Keatas di Kelurahan Sragen Kulon Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jenis Kelamin L+P (%)

L P

1 Pertanian, perkebunan,

peternakan, perikanan

83 16 99 1,28

2 Pertambangan 4 3 7 0,09

3 Industri Pengolahan 381 137 518 6,7

4 Listrik, gas, air minum 9 - 9 0,11

5 Konstruksi 1.092 102 1.194 15,46

6 Perdagangan & akomodasi 612 794 1406 18,2

7 Angkutan dan Komunikasi 146 10 156 2,02

8 Keuangan & Real estate 94 36 130 1,68

9 Jasa & Sosial 2.832 1.371 4.203 54,42

Jumlah 5.253 2.469 7.722 100

Sumber:Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008

Berdasarkan Tabel 6 sebanyak 4.203 penduduk di Kelurahan Sragen Kulon bekerja di bidang jasa dan sosial dengan persentase 54,42% kemudian sebanyak 1.406 orang bekerja di bidang perdagangan dan akomodasi dengan persentase 18,2%, 1.194 orang bekerja di bidang konstruksi dengan persentase 15.46%, 518 orang bekerja di industri pengolahan dengan persentase 6,7%, 156 orang bekerja di bidang angkutan dan komunikasi dengan persentase 2,02%, 130 orang bekerja di bidang keuangan dan real estate dengan persentase 1,68%, 99 orang bekerja di pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dengan persentase 1,28%, 9 orang bekerja di bidang listrik, gas dan air minum dengan persentase 0,11% dan yang paling kecil bermata


(62)

pencaharian di bidang pertambangan dengan jumlah sebanyak 7 orang atau 0,09%.

3. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen

Perkembangan pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Sragen dimulai semenjak masyarakat mengenal sektor informal. Sektor formal yang menuntut keahlian dan ketrampilan lebih membuat masyarakat beralih ke sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, salah satunya menjadi pedagang kaki lima. Perkembangan PKL semakin pesat seiring permintaan yang tinggi karena untuk memasuki sektor ini tidak memerlukan ijin dalam mendirikan usaha. Tidak disediakannya lokasi penampungan untuk PKL, menyebabkan PKL tersebut menempati ruang publik seperti trotoar, bahu jalan. Selain itu, dikarenakan pula tidak tersedianya ruang pribadi atau harga sewa serta pajak yang relatif tinggi.

Pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen tersebar berbagai Kecamatan. Kecamatan Sragen merupakan daerah yang paling banyak ditempati PKL, hal ini terjadi karena Kecamatan Sragen merupakan tempat berlokasinya pusat pemerintahan Kabupaten Sragen, pusat perdagangan dan jasa, pendidikan maupun industri. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah pedagang kaki lima, berikut ini disajikan tabel tentang jumlah dan persebaran pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen.


(63)

Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen

No. Kecamatan Jumlah PKL Persen (%)

1 Kalijambe 13 3,11

2 Plupuh 10 2,39

3 Masaran 26 6,22

4 Kedawung 13 3,11

5 Sambirejo 16 3,83

6 Gondang 11 2,63

7 Sambungmacan 11 2,63

8 Ngrampal 15 3,59

9 Karangmalang 11 2,63

10 Sidoharjo 10 2,39

11 Tanon 20 4,78

12 Gemolong 61 14,59

13 Miri 7 1,67

14 Sumberlawang 45 10,77

15 Mondokan 3 0,72

16 Sukodono 4 0,96

17 Gesi 10 2,39

18 Tangen 22 5,26

19 Jenar 5 1,20

20 Sragen 105 25,12

21 TOTAL 418 100

Sumber:Dinas Perdagangan dan Pajak Daerah 2008

Berdasar Tabel 7 dapat dilihat bahwa persebaran pedagang kaki lima paling banyak di Kecamatan Sragen jumlah sebanyak 105 orang dengan persentase 25,12%, dan yang paling kecil di Kecamatan Mondokan dengan persentase 0,72%. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran lokasi pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada peta persebaran pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen (Gambar 3 halaman 49).


(64)

Gambar 3. Peta Persebaran Pedagang Kaki Lima Kabupaten Sragen Jenar Miri Gesi Tanon Tangen Plupuh Sidoarjo Masaran Sumberlawang Gondang Kedawung Sukodono Mondokan Kalijambe Sambirejo Ngampal Sragen Gemolong Karangmalang Sambungmacan

3 0 3 6 9 Km

Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Lokal Jalan Kolektor Jalan Propinsi Jalan Nasional 111°20' 111°20' 110°15' 110°15' 109°10' 109°10' 6° 5 0 ' 6 °5 0 ' 7° 5 5 ' 7 °5 5 ' 9 2 0 4 0 0 0 9 2 0 4 0 0 0 9 1 9 1 0 0 0 9 1 9 1 0 0 0 9 1 7 8 0 0 0 9 1 7 8 0 0 0 9 1 6 5 0 0 0 9 1 6 5 0 0 0 507000 507000 494000 494000 481000 481000 111°2'53" 111°2'53" 110°53'54" 110°53'54" 7 °1 5 '0 5 " 7 ° 1 5 '0 5 " 7 °2 4 '0 4 " 7 ° 2 4 '0 4 " 7 °3 3 '0 3 " 7 ° 3 3 '0 3 "

PETA PERSEBARAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN SRAGEN

Inset Provinsi Jawa Tengah

Lokasi Kabupaten Sragen

Sumber : Peta Rupabumi Indonesia Digital

Skala 1 : 25.000

Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1 Dibuat Oleh :

U

Skala 1 : 300.000

Legenda 1 2 3 5 4

3 - 23,4 23,4 - 43,8 64,2 - 84,6 43,8 - 64,2 84,6 - 105 Kelas Pedagang Kaki Lima


(65)

4. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Lokasi kegiatan berdagang ditetapkan atau diputuskan berdasarkan bermacam pertimbangan, keputusan lokasi yang bersangkutan mempertimbangkan faktor dekat dengan konsumen dan aksesibilitas. Berikut ini adalah persebaran lokasi pedagang kaki lima berdasarkan lokasi absolut dan lokasi relatif

a. Persebaran Lokasi Absolut

Lokasi absolut adalah lokasi berdasar garis lintang dan garis bujur, bersifat mutlak dan tetap. Berdasar data hasil penelitian dapat diketahui bahwa lokasi kegiatan pedagang kaki lima yang paling banyak berada di Dukuh Beloran dengan jumlah sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 56,6%, kemudian yang berada di Dukuh Mojosari sebanyak 5 orang (9,43%) yang berada di Dukuh Mojomulyo 4 orang (7,55%), yang berada di Dukuh Kuwungsari sebanyak 4 orang (7,55%), Dukuh Ringin Anom sebanyak 1 orang (1,89%), Dukuh Talangrejo sebanyak 6 orang sebanyak (11,32%), Dukuh Cantel kulon sebanyak 2 orang (3,77%) dan untuk Dukuh Jetis sebanyak 1 orang (1,89%). Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran lokasi pedagang kaki lima yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.


(66)

Tabel 8.Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

Jenis Dagangan Lokasi

Makanan Non Jasa Jumlah Persen

(Dukuh) Makanan Pelayanan %

Beloran 24 5 1 30 56,60

Mojosari 2 1 2 5 9,43

Mojomulyo 2 - 2 4 7,55

Kuwungsari 4 - - 4 7,55

Ringin Anom 1 - - 1 1,89

Talangrejo 3 1 2 6 11,32

Cantelkulon 2 - - 2 3,77

Jetis 1 - - 1 1,89

Jumlah 39 7 7 53 100

Sumber :Data Primer, 2010 b. Persebaran Lokasi Relatif

Persebaran lokasi relatif yaitu persebaran lokasi yang dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan sifat berubah-ubah. Dalam hal ini pedagang kaki lima (PKL) menetapkan lokasi usahanya karena ditarik oleh aktivitas ekonomi yang berada di Kelurahan Sragen Kulon, selain itu wilayah Kelurahan Sragen Kulon yang seluruhnya pemukiman penduduk berpotensi menjadi konsumen PKL, hal ini menjadikan pertimbangan penduduk untuk berlokasi di daerah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(67)

Tabel 9. Persebaran Lokasi Relatif di Kelurahan Sragen Kulon 2010 Dusun Jumlah

PKL Persen Kawasan

Beloran 30 56,6 Jalan Utama Solo-Surabaya, pusat perdagangan, perkantoran Mojosari 5 9,43 Pemukiman penduduk, Stadion sepak

bola

Mojomulyo 4 7,55 Pemukiman Penduduk

Kuwungsari 4 7,55 Jalan Utama Solo-Surabaya Ringin Anom 1 1,89

Jalan Utama Solo-Surabaya, pusat perdagangan, perkantoran ,

pemukiman Talangrejo 6 11,32 Pemukiman penduduk Cantelkulon 2 3,77 Pemukiman padat penduduk

Jetis 1 1,89 Pemukiman penduduk

Jumlah 53 100

Sumber:Data Primer 2010

Pola persebaran pedagang kaki lima bersifat memanjang yaitu berlokasi sepanjang jalan. Bentuk pola penyebaran secara memanjang dapat ditemukan pada PKL yang berlokasi sebagian besar di sepanjang jalan utama. Untuk lebih jelasnya lokasi pedagang kaki lima yang berada pada ruas jalan yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Persebaran Pedagang Kaki Lima Menurut Jalan Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

Jenis Dagangan

Jenis Jalan

Jalan Utama Jalan Kolektor Jalan Lokal Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%)

Makanan 19 35,85 6 11,32 13 24,53

Non Makanan 4 7,55 2 3,77 2 3,77

Jasa Pelayanan 1 1,89 2 3,77 4 7,55

SUBTOTAL 24 45,28 10 18,87 19 35,85


(68)

Menurut Tabel 10 dapat diketahui bahwa ruas jalan utama di Kelurahan Sragen Kulon merupakan lokasi favorit bagi keberadaan pedagang kaki lima, hal ini di buktikan dengan 24 pedagang kaki lima banyak yang membuka usahanya di lokasi ini. Di jalan utama ini banyak didominasi oleh pedagang kaki lima yang menjual makanan dengan jumlah 19 orang dengan persentase 35,85%, kemudian pedagang kaki lima dengan jasa pelayanan sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 1,89%, dan selanjutnya pedagang kaki lima dengan menjual non makanan sebanyak 4 orang (7,55%). Selain jalan utama, di jalan lokal banyak dijumpai pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima jenis makanan mendominasi dengan jumlah sebanyak 13 orang, pedagang kaki lima yang menjual non makanan sebanyak 2 orang pedagang, kemudian pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan sebanyak 4 orang sehingga total keseluruhan pedagang kaki lima yang berada di jalan lokal ada 19 pedagang kaki lima. Untuk lebih jelasnya mengenai keberadaan lokasi pedagang kaki lima dapat dilihat pada peta sebaran pedagang kaki lima (Gambar 4 halaman 55).

Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon dalam melakukan kegiatan berdagangnya banyak yang menempati fasilitas publik, seperti emperan toko, trotoar dan bahkan sebagian badan jalan. Hal ini terjadi karena tidak adanya ruang khusus untuk pedagang kaki lima dalam melakukan kegiatan berdagang. Untuk lebih jelasnya mengenai tempat berdagang pedagang kaki lima dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(69)

Tabel 11. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Berdagang Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

No

Jenis Pedagang Kaki Lima

Jumlah Persen

(%) Tempat

Berdagang Makanan

Non makanan

Jasa Pelayanan

1 Trotoar 17 7 3 27 50,94

2 Badan Jalan 8 - 3 11 20,76

3 Emperan Toko 14 - 1 15 28,30

4 Jumlah 53 100

Sumber :Data Primer,2010

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebanyak 27 pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon menempati ruang publik trotoar dengan persentase sebesar 50,94%, 15 pedagang menempati emperan toko dengan persentase 28,30%, kemudian 11 pedagang kaki lima menempati sebagian badan jalan (20,76%).


(70)

(1)

LAMPIRAN 5

Data Hasil Penelitian

Pendapatan Keluarga

No. Nama

Pendapatan Pendapatan Pendapatan Total Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan

Berdagang Selain Suami/ istri Pendapatan SPKL Pokok Sampingan suami/istri

PKL Keluarga

1 Ibu Sugiman 60,000 - 65,000 125,000 48.00 PKL - pedagang

2 Mas Taufik 40,000 - 20,000 60,000 66.67 PKL - pedagang

3 Hasan 45,000 - 20,000 65,000 69.23 PKL - pedagang

4 Maryanto 60,000 - - 60,000 100.00 PKL -

-5 Jack 50,000 - - 50,000 100.00 PKL -

-6 Aris 30,000 10,000 30,000 70,000 42.86 PKL Buruh Buruh

7 Yudi 60,000 - - 60,000 100.00 PKL -

-8 Bu Wito 45,000 - 30,000 75,000 60.00 PKL - Pedagang

9 Bu Johan 30,000 - 30,000 60,000 50.00 PKL - Tukang Cukur

10 BJ 30,000 - - 30,000 100.00 PKL

-11 Untung 25,000 - 20,000 45,000 55.56 PKL - pedagang

12 Supadmi 35,000 - 20,000 55,000 63.64 PKL - Tukang Becak

13 Yuni 30,000 - - 30,000 100.00 PKL -

-14 Ari Nugroho 30,000 4,000 25,000 59,000 50.85 PKL Buruh Buruh

15 Senen 60,000 - - 60,000 100.00 PKL -

-16 Handoyo 25,000 - 20,000 45,000 55.56 PKL Pedagang

17 Andik 65,000 - - 65,000 100.00 PKL -

-18 Bu Kamto 45,000 - 60,000 105,000 42.86 PKL - PNS

19 Parno 15,000 5,000 15,000 35,000 42.86 PKL Buruh Buruh

20 Ika 35,000 - 30,000 65,000 53.85 PKL - Sopir

21 Glimpung 50,000 - - 50,000 100.00 PKL -

-22 Agung 30,000 5,000 - 35,000 85.71 PKL Buruh

-23 Ibu Darmi 40,000 - 60,000 100,000 40.00 PKL - PNS

24 Dul 60,000 - - 60,000 100.00 PKL -

-25 Gesit 25,000 - - 25,000 100.00 PKL -


(2)

-29 Parji 45,000 - 5,000 50,000 90.00 PKL - Buruh

30 Bantolo 30,000 - - 30,000 100.00 PKL -

-31 Amir 20,000 - 20,000 40,000 50.00 PKL - Pedagang

32 Rini 35,000 - 25,000 60,000 58.33 PKL - Tukang Becak

33 Suyatno 15,000 5,000 10,000 30,000 50.00 PKL Buruh Buruh

34 Ranto 35,000 5,000 20,000 60,000 58.33 PKL Buruh Pedagang

35 Sri Lestari 45,000 - 25,000 70,000 64.29 PKL - Sopir

36 Bu Siti 40,000 - 50,000 90,000 44.44 PKL - PNS

37 Mulyanto 20,000 10,000 15,000 45,000 44.44 PKL Tukang Becak Buruh

38 Mbak Timpong 45,000 - 40,000 85,000 52.94 PKL - Sopir

39 Dwi Yanto 10,000 5,000 - 15,000 66.67 PKL Buruh

-40 Bu Gendro 40,000 - 35,000 75,000 53.33 PKL - Sopir

41 Yatmi 45,000 - 40,000 85,000 52.94 PKL - Pedagang

42 Rohim 50,000 - 20,000 70,000 71.43 PKL - Pedagang

43 Rini 35,000 - 35,000 70,000 50.00 PKL - Pedagang

44 Lek Men 45,000 5,000 20,000 70,000 64.29 PKL Buruh Buruh

45 Pak Nur 50,000 - 30,000 80,000 62.50 PKL - Pedagang

46 Mang Brewok 45,000 - 15,000 60,000 75.00 PKL - Buruh

47 Cipto 45,000 - 20,000 65,000 69.23 PKL - Pedagang

48 Supri 50,000 - 25,000 75,000 66.67 PKL - Pedagang

49 Suyatno 45,000 - 15,000 60,000 75.00 PKL - Pedagang

50 Pardi 35,000 - 10,000 45,000 77.78 PKL - Pedagang

51 Mas Bunder 50,000 - 25,000 75,000 66.67 PKL - Pedagang

52 Giyarto 20,000 5,000 10,000 35,000 57.14 PKL Buruh Buruh


(3)

LAMPIRAN 6

Data Hasil Penelitian

Kepemilikan Rumah Tangga

No Nama Status Lama Jenis atap Jenis Jenis Alat Alat

Kepemilikan Tinggal Rumah Dinding Lantai Elektronik Transportasi

1 Ibu Sugiman 2 2 1 1 2 1 2

2 Mas Taufik 1 3 1 1 2 2 2

3 Hasan 1 3 1 2 3 2 2

4 Maryanto 3 2 1 1 2 2 2

5 Jack 4 1 1 1 2 2 3

6 Aris 3 1 1 2 2 2 2

7 Yudi 1 1 1 1 1 2 2

8 Bu Wito 1 1 1 1 2 2 3

9 Bu Johan 3 1 1 1 2 3 2

10 BJ 2 1 1 1 2 2 2

11 Untung 1 4 1 1 2 3 3

12 Supadmi 1 2 1 1 2 3 2

13 Yuni 1 1 1 1 2 2 3

14 Ari Nugroho 1 1 4 2 2 3 2

15 Senen 1 3 1 1 2 2 2

16 Handoyo 1 4 1 1 2 2 2

17 Andik 1 5 1 1 1 2 2

18 Bu Kamto 1 2 1 1 1 1 2

19 Parno 1 2 1 2 3 2 3

20 Ika 2 2 1 1 2 2 3

21 Glimpung 1 3 4 1 3 2 2

22 Agung 1 1 1 2 1 3 2

23 Ibu Darmi 1 1 1 1 2 2 2

24 Dul 2 4 1 1 3 3 4

25 Gesit 1 2 1 1 1 2 2

26 Mas Nanda 2 2 1 1 2 2 3

27 Mas Petruk 3 2 1 1 2 2 2

28 Mbah Dul 1 4 1 1 2 3 3

29 Parji 1 3 1 1 1 2 2

30 Bantolo 1 4 1 1 2 1 3

31 Amir 2 4 2 2 3 3 3

32 Rini 3 2 1 1 2 3 3

33 Suyatno 1 3 2 2 3 3 3

34 Ranto 1 4 1 1 1 3 3

35 Sri Lestari 1 4 1 2 2 2 3

36 Bu Siti 2 2 1 1 1 2 2

37 Mulyanto 1 4 1 1 2 1 2

38 Mbak Timpong 1 4 1 1 2 1 2

39 Dwi Yanto 1 4 1 1 1 2 2

40 Bu Gendro 1 4 1 1 1 1 2

41 Yatmi 1 3 1 2 2 3 3

42 Rohim 1 4 1 1 2 2 2

43 Rini 2 1 1 1 2 3 3

44 Lek Men 1 4 1 1 1 2 3

45 Pak Nur 1 3 1 1 1 1 2

46 Mang Brewok 1 4 1 1 2 2 2

47 Cipto 1 4 1 1 2 2 3

48 Supri 3 3 1 1 2 3 2

49 Suyatno 1 4 1 1 1 2 2

50 Pardi 1 3 1 1 2 3 3

51 Mas Bunder 1 2 1 1 2 3 2


(4)

(5)

LAMPIRAN 7


(6)