Solo Hulu Total Adaptasi

Tugas Mata Kuliah PTT8104 55 Raymond Valiant negara BUMN ini. Berdasarkan hasil pemantauan keseluruhan batang yang telah ditanam sekitar 5,29 juta. Tentu saja jumlah ini belum termasuk batang yang ditanam instansi lain, dengan tingkat keberhasilan hidup yang bervariasi, walaupun demikian diperoleh gambaran upaya penanaman sudah dilaksanakan seluas mungkin. Tabel 15 – Keseluruhan batang tanaman konservasi yang telah ditanam oleh PJT-I No Tahun Brantas Hulu

B. Solo Hulu Total

1 2008 72.230 19.006 91.236 2 2009 94.500 15.000 109.500 3 2010 625.001 3.240 628.241 4 2011 937.664 65.520 1.003.184 5 2012 1.578.145 53.600 1.631.745 6 2013 1.272.282 555.300 1.827.582 Sumber: PJT-I 2013 diolah kembali; data 2013 adalah prognosa Upaya memperluas tutupan lahan ini diharapkan dapat mengurangi bencana yang mungkin timbul akibat dari pemanasan global. Penambahan tutupan lahan dengan vegetasi berdampak antara lain pada: − Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah perbukitan dan mengurangi abrasi laut untuk daerah lahan pantai; − Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah, serta menahan intrusi air laut; − Memelihara keanekaragaman hayati; − Menaikkan kadar oksigen dalam udara lingkungan. Kenaikan kadar oksigen di udara akan membantu memperkecil atau menambal lubang ozon yang terjadi. Selain mengurai dampak pemanasan global konservasi lahan secara penambahan tutupan lahan dengan vegetasi juga untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang telah rusak akibat pola hidup manusia. 4.2.7 Keragaman Hayati Menjaga keanekaragaman hayati agar rantai kelestarian tidak terputus oleh variabilitas iklim. Keanekaragaman hayati merupakan suatu komponen ekosistem yang sangat penting, semisal hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai lingkungan dan yang penting dalam mencegah terjadinya pemanasan global karena hutan hujan tropis merupakan: − Paru-paru bumi yang mampu menghasilkan O 2 dan menyerap CO 2 di udara fungsi sebagai cekapan karbon atau carbon sink; − Menjaga kestabilan iklim global dengan cara memperthankan suhu dan kelembaban udara; Tugas Mata Kuliah PTT8104 56 Raymond Valiant − Mempertahankan kelanjutan ekosistem dan; Keanekaragaman hayati juga memiliki potensi yang patut dipertimbangkan dalam menghadapi perubahan iklim: − Sumber kekayaan genetik genetic pool bagi pengembangan atau pemuliaan bibit tanaman baik untuk pangan, serat, kayu-kayuan maupun biomassa, yang dapat beradaptasi pada dampak perubahan iklim. Sebagai contoh, saat ini berbagai varietas padi lokal di Indonesia sedang diteliti untuk menemukan jenis-jenis yang tahan pada kekeringan atau suhu udara yang lebih panas. − Bila dikombinasikan dengan kebajikan setempat local wisdom yang dimiliki masyarakat tradisional, keanekaragaman hayati menjadi unsur pembentuk lingkungan yang dapat mempertahakan kualitas ekosistem di tengah-tengah perubahan. Sebagai contoh: kegiatan konservasi daerah aliran sungai dengan penanaman spesies tanaman keras lokal yang tidak memakai air secara berlebihan sehingga evapotranspirasi secara keseluruhan dapat dikendalikan dan memperbesar kelembaban tanah. Protokol Nagoya 2011 yang mengatur pengelolaan sumberdaya genetika, telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No 11 Tahun 2013 tanggal 11 Mei 2011. Indonesia meratifikasi Protokol Nagoya bersama-sama 26 negara dari 92 negara yang menandatangani protokol dimaksud. Protokol yang diratifikasi ini memastikan terwujudnya pembagian keuntungan bagi sumberdaya genetika Indonesia yang dipakai di luar negeri dan menyiptakan insentif bagi konservasi serta penggunaan sumberdaya genetika yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Tugas Mata Kuliah PTT8104 57 Raymond Valiant

V. Kesimpulan