Kerangka Kerja Mitigasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Tugas Mata Kuliah PTT8104 36 Raymond Valiant dan kesepakatan, yang semuanya disahkan melalui COP dari negara-negara anggota PBB. Pada 2012 di Doha, Qatar, Protokol Kyoto diamandemen untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan perubahan iklim beserta kebijakan negara-negara anggota PBB dalam proses mitigasi dan adaptasinya. Pengendalian terhadap perubahan iklim sejauh ini di dalam Protokol Kyoto didekati dengan dua cara: mitigasi dan adaptasi. Untuk pendekatan mitigasi diupayakan agar faktor pendorong dari perubahan iklim dapat dikendalikan ataupun dibatasi penyebabnya. Sementara untuk pendekatan adaptasi merupakan upaya menyesuaikan diri terhadap proses perubahan iklim yang telah berjalan, termasuk segala konsekuensinya.

3.1 Kerangka Kerja Mitigasi

3.1.1 Pengendalian Pelepasan GRK Salah satu cara mitigasi pemanasan global adalah pengendalian faktor pendorong dari perubahan iklim, yang dalam hal ini adalah mengendalikan pelepasan GRK ke atmosfer. Sebagian besar upaya untuk melakukan mitigasi dengan pengendalian GRK dirangkum dalam Protokol Kyoto, termasuk di dalamnya kewajiban dari negara-negara pelepas GRK terbesar di dunia seperti Amerika Serikat, Cina dan Uni-Eropa, untuk menurunkan pelepasannya secara bertahap sampai dengan batas tertentu yang diatur dalam penahapan dari protokol tersebut. Selain melalui pengendalian faktor pendorong, upaya mitigasi lain adalah memperbesar penyerapan dari penyebab pemanasan global, yakni menyerap unsur-unsur penyebab perubahan iklim. Penyerapan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun metode paling terpilih saat ini adalah dengan meningkatkan luasan hutan di dunia yang diharapkan dapat menjadi «paru- paru» atau respirator penyerap GRK, khususnya karbon dioksida atau CO 2 dari atmosfer. Rencana penurunan pelepasan GRK yang diatur dalam Protokol Kyoto menggunakan laporan IPCC Pertama 1990 yang membagi negara-negara pelepas GRK di dunia menjadi dua kelompok yakni Annex B dan Non-Annex B. Negara yang masuk dalam Annex B merupakan «negara industri» yang pada saat itu dianggap menjadi sumber GRK terbesar. Negara-negara ini diikat dalam komitmen menurunkan pelepasan GRK. Annex B mencakup Amerika Serikat, Federasi Rusia, Jepang, Jerman, Kanada dan negara industri lainnya. Sedangkan Non-Annex B mencakup negara yang sedang berkembang industrinya atau eksportir bahan mentah, seperti: Cina, India, Korea Selatan, Saudi Arabia dan lain-lain. Tugas Mata Kuliah PTT8104 37 Raymond Valiant 3.1.2 Penyerapan GRK Penyerapan GRK dari atmosfer merupakan upaya mitigasi perubahan iklim. Melalui penyerapan yang lazim disebut gas-house sequestration ini diharapkan permukaan bumi dan laut dapat menjadi cekapan sink untuk menyimpan kembali karbon yang telah dilepas ke udara. Ada beberapa cara penyerapan GRK namun yang paling dikenal adalah dengan memperluas hutan atau kawasan berhutan. Cara yang lain, seperti penambahan reaktor untuk menyerap karbon secara aktif dari cerobong atau menginjeksikan kembali sisa karbon ke dalam tanah, melibatkan teknologi yang mahal dan memerlukan biaya yang besar. Tabel 11 – Komponen lingkungan dan aspek yang terlibat dalam penyusunan kebijakan dalam rangka mitigasi perubahan iklim Aspek Kebijakan Terkait Pemangku Kepentingan Instrumen Kebijakan Iklim-mikro Memperkecil kerentanan terkait perubahan cuaca secara ekstrim Penduduk setempat lokal Penanaman pepohonan Air biru Mengalokasikan air untuk kepentingan paling utamabernilai ekonomi; memperkecil konflik Pengguna air Pembangunan infrastruktur pengairan; hak guna air; biaya jasa pengelolaan air Air biru dan air hijau Penyimpanan air di tanah dengan kelembaban memadai; meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah; memperkecil erosi Pengelola ar permukaan, pengguna air Pengendalian pemanfaatan lahan; insentif untuk mengurangi erosi; rehabilitasi lahan Air biru dan air abu-abu Memperkecil beban limbah cair; pengendalian kualitas air; daur ulang Pengguna air; masyarakat di sebelah hilir Pengendalian kualitas air; iuran lingkungan untuk pencemar Air biru, air abu-abu dan air hijau Menekan pemakaian air hijau dengan mengalokasikan air biru misal: hindari tanaman keras penyerap air Pengguna air; masyarakat di sebelah hilir Pengendalian tanaman keras yang tumbuh secara cepat Euchalyptus sp, Agathis alba dsb Kelembaban udara Memperkecil gangguan pada sistem yang melibatkan vegetasi dan iklim sejak pra- peradaban Masyarakat di daerah aliran sungai Pertahankan luas tutupan hutan; perkecil luasan monokultur Penyerapan karbon Memperbesar penyerapan karbon secara ekstra-terestrial Global makro Inisiatif REDD+; AR carbon debt mechanism CDM; green credit untuk negara-negara partisipan Sumber: Noordwijk et al 2014 dengan perubahan Perluasan hutan atau kawasan berhutan merupakan salah satu strategi untuk memperbesar penyerapan unsur-unsur penyebab perubahan iklim. Metode Tugas Mata Kuliah PTT8104 38 Raymond Valiant memperluas hutan atau kawasan berhutan dapat menempuh pendekatan agroforestry yang telah menjadi perhatian sejak cukup lama. Pendekatan ini menggabungkan pengelolaan lahan menggunakan pepohonan forestry dengan tanaman pertanian di bawah tegakan pohon agronomy. Sehingga, bagian atas lahan akan tertutup oleh dedaunan pohon, sementara bagian bawah dimanfaatkan untuk ruang hidup tanaman pangan, serta dan biomassa. Terkait dengan upaya memperluas hutan dan kawasan berhutan di permukaan dunia, maka berbagai komponen lingkungan dan aspek ikut terlibat, mempengaruhi atau dipengaruhi. Ikhtisar mengenai komponen dan aspek tersebut diberikan pada Tabel 11. Bila mana pembukaan lahan oleh aktifitas manusia ternyata berhubungan dengan daur hidrologi dan perubahan iklim baik pada skala setempat lokal, bentang alam meso dan global makro, maka demikian pula sebaliknya: penutupan lahan kembali dengan tanaman akan berpengaruh pada berbagai skala iklim. Hubungan antara tutupan lahan khususnya berupa hutan dengan iklim telah diteliti sejak lama dan menunjukkan adanya telekoneksi antara hutankawasan berhutan selaku penyerap GRK dengan perilaku kelembaban udara serta besaran evapotranspirasi Noordwijk et al, 2014. Selain mengembangkan vegetasi untuk menyerap CO 2 di atmosfer maka upaya ini juga menciptakan kawasan di permukaan bumi yang melepaskan GRK secara rendah. Kawasan hutan dan berhutan semacam ini akan membatasi pertumbuhan GRK secara keseluruhan, yang salah satunya bersumber dari pembukaan dan alih-guna pemanfaatan lahan. Penciptaan kawasan rendah GRK dapat diupayakan dengan antara lain: − Memperluas kawasan hutan yang dikelola secara lestari, antara lain melalui pemanenan kayu secara hati-hati dan terukur, dengan tata kelola kehutanan silviculture yang memadai; − Mempertahankan kawasan hutan yang dipanen kayunya secara sistematis dengan melakukan penanaman kembali reboisasi; − Mempertahankan dan memperkecil bila perlu luasan hutan produksi yang telah ada; − Mengembangkan pendekatan agroforestry yang konsisten dan lestari dalam pengelolaan hutan yang telah dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan pertanian kebutuhan pangan, serat dan biomassa; − Mendorong pemanfaatan kawasan berhutan sebagai pelengkap hutan, dengan menciptakan tata kelola pemanfaatan lahan yang konsisten dan lestari. Tugas Mata Kuliah PTT8104 39 Raymond Valiant

3.2 Metode Adaptasi