III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret 2005 sampai dengan November
2005. Lokasi penelitian berada di kawasan Kotamadya Jakarta Timur. Jakarta Timur terletak diantara 106
49 35
Bujur Timur dan 06 10
37 Lintang Selatan.
Secara administratif wilayah Jakarta Timur dibagi menjadi 10 Kecamatan, 65 Kelurahan, 673 Rukun Warga dan 7.513 Rukun Tetangga serta dihuni oleh
Penduduk sebanyak 1.959.022. Berdasarkan data yang diperoleh dari Suku Dinas Pertamanan Jakarta
Timur, saat ini terdapat 24 jalur hijau yang tersebar di 10 kecamatan, yaitu kecamatan Matraman, kecamatan Jatinegara, kecamatan Pasar Rebo,
kecamatan Kramat Jati, kecamatan Pulo Gadung, kecamatan Cakung, kecamatan Ciracas, kecamatan Cipayung, kecamatan Makasar, dan kecamatan
Duren Sawit.
Untuk lokasi penelitian meliputi 6 Jalur Hijau Jalan di Kotamadya Jakarta Timur, yaitu: Jalan Matraman, Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan Dewi Sartika,
Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan Pramuka dan Jalan Pemuda.
PETA JAKARTA
6 1
3 2
5 4
KETERANGAN 1. Jalan Matraman
2. Jalan Otto Iskandar Dianata 3. Jalan Dewi Sartika
4. Jalan Pramuka 5. Jalan Pemuda
6. Jalan I Gusti Ngurah Rai
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian dalam Wilayah Kotamadya Jakarta Timur Pemilihan keenam jalur hijau jalan tersebut didasarkan tipe jalan yang
termasuk jalan utama di Wilayah Jakarta Timur dengan karakteristik jalan dan penggunaan lahan sekitar yang berbeda.
3.2. Alat dan Bahan
Data pendukung dalam penelitian adalah sebagai berikut : § Peta Rupa Bumi Indonesia
Peta rupa bumi yang digunakan adalah yang didalamnya sudah terintegrasi peta jalan, garis kontur, bangunan-bangunan utama, tata guna lahan Land
use, serta atribut yang lainnya. § Data Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Kotamadya Jakarta Timur.
Data pengelolaan Jalur Hijau Jalan diperoleh dari Suku Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Timur yang meliputi data-data sebagai berikut:
- Data Inventarisasi Prasarana dan Sarana Jalur Hijau Kotamadya
Jakarta Timur -
Program kerja Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Timur Selain itu juga ditampilkan data primer yang mencakup:
- Foto-foto jalur hijau wilayah Kotama dya Jakarta Timur
- Data inventarisasi pohon jalur hijau Kotamadya Jakarta Timur
Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat untuk mendukung pengolahan data, yang terdiri dari perangkat lunak Software dan perangkat
keras Hardware. § Perangkat lunak software
- ArcView GIS versi 3.2
- Microsoft Excel
- dll
§ Perangkat keras hardware -
Komputer -
GPS Global Positioning System GARMIN etrexevst200 -
Kompas -
Kamera digital NIKON -
Scanner -
dll
T = TAN á + TAN âd 3.3. Metode
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei dan studi pustaka. Metode survei dilakukan dengan mengamati kondisi fisik pohon tepi jalan di
Kotamadya Jakarta Timur, sedangkan studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai standart pemeliharaan pohon. Secara umum
penelitian dibagi dalam 4 tahap, yaitu: 1 Pengumpulan data pohon di lapang, 2 Pemetaan data pohon, 3 Pengolahan basisdata pohon, dan 4 Penyajian
akhir.
3.3.1. Pengumpulan Data Pohon di Lapang 3.3.1.1. Inventarisasi dan Pengukuran Fisik Pohon
Inventarisasi pohon dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah pohon serta letak geografi lokasi titik pohon dengan menggunakan GPS. Untuk
pengukuran fisik pohon dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut: 1 Diameter batang setinggi dada atau Diameter at the Breast Height DBH
Pengukuran dilakukan ±140-145 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan DBHmeter. Data DBH yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kelas Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi Kelas DBH Pohon
Kelas Kualifikasi
Diameter cm D1
Semai DBH 10
D2 Tiang kecil
10 DBH 30 D3
Hampir dewasa sedang 30 DBH 60
D4 Dewasa besar
DBH 60
Sumber : Daniel, Helms, Baker 1995 2 Tinggi Pohon
Pengukuran tinggi pohon dengan mengggunakan Abney Level untuk memperoleh sudut bawah dan sudut atas pohon. Tinggi pohon diperoleh
melalui perhitungan dengan rumus, sebagai berikut:
Keterangan : T : tinggi pohon meter
á : sudut atas
o
â : sudut bawah
o
d : jarak pengamatan meter
d
á
â
Gambar 2 Sketsa Pengukuran Tinggi Pohon Menggunakan Abney Level Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4
kategori. Tabel 2 Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon
Kelas Kualifikasi
Tinggi m T1
Semai rendah T 1
T2 Pohon muda sedang
1 T 6 T3
Tiang tinggi 6 T 28
T4 Pohon tua Dewasa sangat tinggi
T 28
Sumber : Daniel, Helms, Baker 1995
3 Lebar Tajuk
Lebar tajuk diukur menggunakan rollmeter. Data lebar tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas Tabel 3.
Tabel 3 Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon
Kelas Kualifikasi
Lebar m L1
Semai L 2
L2 Kecil
2 L 5 L3
Sedang 5 L 9
L4 Besar
L 9
Sumber : Daniel, Helms, Baker 1995
3.3.1.2. Penilaian Kondisi Fisik Pohon
Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan hama dan penyakit tanaman, dan mekanik. Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan
berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian pangkal akar yang berada di permukaan tanah, batang, daun dan
percabangannya. Sistem penilaian pohon berdasarkan sistem skoringnilai, sebagai berikut:
1 Kerusakan yang disebabkan hama dan penyakit tanaman
Pengamatan kerusakan yang disebabkan hama dan penyakit tanaman dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Kerusakan hama dan penyakit pada pangkal akar di permukaan tanah dan batang Tabel 4.
b. Kerusakan hama dan penyakit tanaman pada cabang dan daun Tabel 6. Tabel 4 Kerusakan Hama Penyakit Tanaman pada Pangkal Akar dan Batang
No Kerusakan Hama dan Penyakit
Nilai 1
Tidak ada kerusakan hama dan penyakit 2
Adanya kerusakan hama dan penyakit 1
3 Adanya jamur dan benalu
2 4
Batang kering lapuk; akar kering lapuk 3
5 Batang busuk; akar busuk
4 6
Gerowong keropos yang nampak 5
Sumber : Purnamasari 2003 Tabel 5 Kerusakan Hama Penyakit Tanaman Pada Cabang dan Daun
No Kerusakan Hama dan Penyakit
Nilai 1
Tidak ada kerusakan hama dan penyakit 2
Adanya kerusakan hama dan penyakit 1
3 Adanya jamur dan benalu
2 4
Klorosis 3
5 Nekrosis
4 6
Percabangan lapuk 5
Sumber : Purnamasari 2003 Pada penilaian ini menunjukkan tingkat kerusakan yang semakin berat
pada nilai yang lebih besar. Seperti pada kerusakan hama penyakit yang menunjukkan serangannya belum mempengaruhi bagian pohon hingga menjadi
kering, busuk ataupun keroposgerowong, tapi sudah memp erlihatkan kondisi serangan yang terlihat nyata pada pohon. Untuk serangan jamur dan benalu
T
ab
= Ó n
i
.
.
P
i
x 100 n
i
T
cd
= Ó n
i
.
.
P
i
x 100 n
i
dapat menunjukkan adanya serangan yang terlihat parah hingga pohon yang terkena dipengaruhi. Pada batang akar kering dan busuk menunjukkan
serangan hama penyakitnya sudah parah hingga mengakibatkan pohon dalam kondisi kering ataupun busuk dan serangan ini sangat terlihat secara fisik.
Kerusakan gerowong merupakan gejala kerusakan fisik lanjutan akibat akumulasi dari kerusakan lainnya dan ini mempengaruhi fisik poh on. Untuk gejala klorosis
berupa perubahan warna daun menjadi kekuningan, bila terjadi kematian jaringan maka warnanya menjadi kecoklatan yang merupakan gejala nekrosis.
Penilaian ini dilakukan pada tiap serangan, lalu ditentukan serangan yang paling parah indikasinya dan terlihat secara fisik pada pohon pada saat itu. Kemudian
dilakukan penilaian pada serangan tersebut.
Pada penilaian yang didapat kemudian ditentukan intensitas kerusakan yang telah dibagi dalam 4 skala nilai, yaitu :
Ø Serangan kerusakan 0 – 25 : 0.25
Ø Serangan kerusakan 26 – 50 : 0.5
Ø Serangan kerusakan 51 – 75 : 0.75
Ø Serangan kerusakan 76 – 100 : 1.00
Menurut Purnamasari 2003 untuk menghitung tingkat kerusakan karena hama dan penyakit pada pangkal akar dan batang digunakan rumus:
Keterangan : T
ab
: Tingkat kerusakan hama-penyakit pada pangkal akar dan batang
P
i
: Skala nilai intensitas kerusakan n
i
: Nilai n
i
: Jumlah total nilai dari kerusakan hama dan penyakit pada pangkal akar dan batang
Sedangkan tingkat kerusakan hama dan penyakit pada cabang dan daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan : T
cd
: Tingkat kerusakan hama-penyakit pada cabang dan daun P
i
: Skala nilai intensitas kerusakan n
i
: Nilai n
i
: Jumlah total nilai dari kerusakan hama dan penyakit pada cabang dan daun
Untuk menghitung total tingkat kerusa kan hama penyakit menggunakan rumus:
Keterangan : Tingkat kerusakan hama dan penyakit yang telah diperoleh kemudian
dikategorikan dalam peringkat sebagai berikut:
a. Peringkat 1 tidak ada : serangan 0 T
HPT
15 b. Peringkat 2 sedikit
: serangan 15 T
HPT
30 c. Peringkat 3 banyak
: serangan 30 T
HPT
50 d. Peringkat 4 sangat banyak
: serangan T
HPT
50
2 Kerusakan Mekanik
Kerusakan mekanik merupakan kerusakan pada pohon yang disebabkan oleh kontak dengan benda-benda fisik corat coret, gesekan, goresan, benturan
dan sebagainya yang dapat menimbulkan luka dan merusak visual dari pohon tersebut. Pengamatan yang dilakukan juga berdasarkan sistem nilai Tabel 6.
Tabel 6. Kerusakan Mekanik pada Pohon
Sumber : Purnamasari 2003 Pada penilaian kerusakan vandalisme berupa grafiti corat-coret,
pemasangan papan iklan dan spanduk, serta adanya warung atau pedagang kaki lima. Goresan berupa pelukaan pohon tapi belum terlalu dalam
dibandingkan sayatan. Untuk sayatan berupa pelukaan pada kulit pohon yang dalam dan menimbulkan pembusukan.
No Kerusakan Hama dan Penyakit
Nilai 1
Tidak ada kerusakan mekanik 2
Vandalisme 1
3 Sayatan
2 4
Goresan 3
5 Patah cabang
4 6
Tersambar petirkendaraan 5
T
HPT
= T
ab
+ T
cd
2
T
HPT
: Tingkat kerusakan hama dan penyakit pohon T
ab
: Tingkat kerusakan hama dan penyakit pada pangkal akar dan batang
T
cd
: Tingkat kerusakan hama dan penyakit pada cabang dan daun
Tingkat kerusakan mekanik pada pohon dapat dihitung menggunakan rumus: Keterangan : T
M
: Tingkat kerusakan mekanik pada pohon P
i
: Skala nilai intensitas kerusakan n
i
: Nilai n
i
: Jumlah total nilai dari kerusakan mekanik pada pon Tingkat kerusakan mekanik yang diperoleh kemudian dikategorikan dalam
peringkat sebagai berikut: a. Peringkat 1 tidak ada
: serangan 0 T
M
15 b. Peringkat 2 sedikit
: serangan 15 T
M
30 c. Peringkat 3 banyak
: serangan 30 T
M
50 d. Peringkat 4 sangat banyak
: serangan T
M
50 Persentase kerusakan hama dan penyakit dan mekanik kemudian digunakan
untuk memperoleh tingkat kerusakan total pohon dengan menggunakan rumus: Keterangan : T : Total tingkat kerusakan pohon
T
HPT
: Tingkat kerusakan hama dan penyakit pada pohon T
M
: Tingkat kerusakan mekanik pada pohon Data tingkat kerusakan pohon yang diperoleh kemudian dikategorikan
berdasarkan peringkat sesuai dengan metode Grey dan Deneke 1978 yang telah dimodifikasi:
a. Peringkat 1 sangat baik
Pohon sehat dan vigor. Rata-rata serangan hama penyakit dan kerusakan mekanik 0 T 15. Sedikit atau tidak memerlukan tindakan perbaikan.
b. Peringkat 2 baik Pohon cukup baik. Rata-rata serangan hama penyakit dan kerusakan
mekanik 15 T 30. Memerlukan perbaikan.
c. Peringkat 3 buruk Pohon kurang baik dan kurang sehat. Rata-rata serangan hama penyakit dan
kerusakan mekanik 30 T 50. Memerlukan banyak tindakan perbaikan.
T = T
HPT
+ T
M
2 T
M
= Ó n
i
.
.
P
i
x 100 n
i
d. Peringkat 4 sangat buruk Pohon dengan rata-rata serangan hama penyakit dan kerusakan mekanik
T 50 atau terancam mati atau mati.
3.3.2. Pemetaan Data Pohon
Data hasil pengukuran lapangan dan data dari GPS dimasukkan ke dalam sistem SIG. Data spasial untuk plotting menggunakan sistem koordinat
UTM Universal Tranverse Mercator yang sesuai dengan koordinat peta rupa bumi digital dari BAKOSURTANAL.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView 3.2 melalui titik pohon yang diambil
menggunakan GPS. Pengemasan hasil pengamatan dalam SIG ini untuk memudahkan pengguna dalam mencari informasi.
Penyajian gambar peta daerah pengelolaan Jalur Hijau Jalan dengan menggunakan titik point data dari survey GPS sehingga membentuk jaringan
digital yang sebelumnya GPS tersebut telah dikonversi kedalam tipe koordinat yang diinginkan. Peta dasar digital yang sudah terbentuk digunakan sebagai
background yang berfungsi sebagai referensi digital koordinat. 3.3.3. Pengolahan Basisdata Pohon
Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan ArcView 3.2. sedangkan pengelolaa n data atribut berupa angka dan huruf dengan program
MS Excel. Link antara ArcView 3.2 dengan MS Excel, dilakukan dengan cara save as type DBF 4 dbase IV , sehingga dapat membaca data pada program
ArcView 3.2. 3.3.4. Penyajian Hasil
Penyajian hasil basis data informasi pengelolaan Jalur Hijau Kotamadya Jakarta Timur dalam bentuk digital dilakukan pada layar monitor menu view dan
bentuk cetakan kertas menu layout.
Gambar 3 Bagan Kerangka Kerja Menentukan Jalur Hijau Jalan sebagai
Lokasi Penelitian
Survei Lapang
Pengumpulan Data Pohon Inventarisasi Jenis dan Titik Letak
Pohon Penilaian Kondisi Fisik Pohon
Penilaian Kerusakan Hama Penyakit dan Mekanik
Pemetaan Data Pohon
Pengolahan Basisdata
Analisis Pemeliharaan Pohon
Penyajian Hasil Akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN