1. Dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas sehingga tidak diperlukan pengkoreksian terhadap pH.
2. Kandungan belerang yang cukup akan mengoksidasi senyawa karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan rantai gugus karbon yang lebih pendek
sehinga mudah membentuk flok. 3. Tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan.
4. Tidak perlu bahan pembantu karena mengandung polimer khusus dengan struktur polielektrolit.
5. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim dan hemat dalam penggunaan
bahan. 6. Lebih cepat membentuk flok dari pada koagulan biasa, diakibatkan gugus
aktif aluminat bekerja efektif mengikat koloid yang diperkuat rantai polimer dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat
Rifa’i, 2007. Koagulan selain menurunkan kekeruhan, juga dapat menurunkan kadar Fe,
Mn, dan zat organik. Analisis Fe, Mn, dan zat organic dilakukan terhadap air hasil jar test Anugrah, 2013.
2.4 Tawas Aluminium Sulfat
Tawas Aluminium Sulfat adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia AL
2
SO
4
.11 H2O atau 14H
2
O atau 18 H
2
O, umumnya yang digunakan adalah 18 H
2
O. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah
penyimpanannya. Bahan ini dapat berfungsi efektif pada pH antara 4-8. Jumlah pemakaian tawas tergantung turbidity kekeruhan air baku. Semakin tinggi
turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang terkandung oleh air baku
tersebut. Semakin banyak dosis tawas yang di tambahkan maka pH akan semakin turun, karena di hasilkan asam sulfat sehingga di perlukan pencarian dosis tawas
yang efektif antara pH 5,8 - 7,4 Nainggolan, 2011. Koagulan yang berbasis Aluminium seperti Aluminium Sulfat digunakan
pada pengolahan air minum untuk memperkuat penghilangan materi partikulat, koloidal dan bahan-bahan terlarut lainnya melalui air, sehingga menimbulkan
konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam air yang diolah dari pada dalam air mentah itu sendiri Nainggolan, 2011.
Dosis koagulan yang ditambahkan dalam proses pengolahan air bersih penting untuk ditentukan agar tidak boros membubuhkannya. Salah satu cara
penentuan dosis tersebut adalah dengan jar test di laboratorium. Jar test merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan kondisi optimum proses
koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dari berbagai mutu air baku. Jar test dilakukan dengan cara membubuhkan koagulan dengan konsentrasi yang berbeda-
beda diikuti dengan pengadukan cepat, pengadukan lambat, dan sedimentasi. Partikel terlarut dalam air baku akan mengendap, filtrat yang diperoleh diukur
kekeruhan, kadar Fe, Mn, dan zat organiknya. Dosis koagulan yang tepat ditentukan dari penurunan kekeruhan, kadar Fe, Mn, dan zat organik hingga
memenuhi persyaratan Permenkes tentang Air Minum No 492