Vigor setelah Accelerated Ageing V

37 sedang nilai K CT sebesar 21.85 pada minggu ke 3, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai perkecambahan 100 adalah 4,6 hari.

f. Vigor setelah Accelerated Ageing V

AA Pengujian penuaan dipercepat Accelerated AgeingAA pada benih kedelai merupakan metode uji vigor yang sudah distandardisasi oleh ISTA. Prinsip pengujian tersebut adalah memberi perlakuan pada benih dalam periode yang singkat pada suhu dan kelembapan relatif tinggi  95. Pada pengujian AA, benih didera pada kondisi suhu tinggi 41 o C dan kelembapan tinggi  95 selama 72 jam. Selama pengujian, benih menyerap uap air dari lingkungan yang lembap sehingga kadar air benih meningkat. Benih yang mempunyai vigor tinggi akan mampu bertahan pada kondisi yang ekstrim dan proses penuaan lebih lambat dibandingkan dengan lot benih yang mempunyai vigor rendah. Viabilitas setelah didera fisik V AA pada benih yang mempunyai vigor tinggi akan tetap memiliki total kecambah normal yang tinggi, sedangkan lot benih yang mempunyai vigor rendah total kecambah normalnya akan berkurang. Benih yang bervigor tinggi akan tetap memiliki performansi yang baik dibandingkan benih yang bervigor rendah. Performasi benih pada pengujian AA ditunjukkan melalui persentase kecambah normal pada benih yang telah didera. Berdasarkan penelitian Ram dan Wiesner 1988 pada benih gandum, terlihat bahwa benih yang memiliki vigor tinggi akan memberikan nilai kecambah normal yang tinggi pula setelah Accelerated Ageing Hasil analisis statistik terhadap faktor varietas, periode simpan dan interaksinya pada peubah V AA menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata untuk faktor varietas Lampiran 18. Pengujian statistik lebih lanjut terhadap kelompok varietas berukuran besar dan kelompok varietas berukuran sedang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada peubah V AA Lampiran 22. Nilai rata-rata V AA pada kelompok varietas berukuran sedang lebih besar dari pada nilai V AA pada kelompok varietas berukuran besar. Lampiran 23 menunjukkan bahwa nilai V AA kelompok varietas berukuran sedang adalah 63,62 sedangkan nilai V AA rata-rata kelompok varietas berukuran besar adalah 53,22. Interaksi antara faktor varietas dan periode simpan pada peubah K CT dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan V AA pada berbagai varietas mengalami penurunan selama periode simpan. Kedelai varietas 38 Burangrang mengalami penurunan nilai V AA yang paling tajam di akhir periode simpan, sedangkan kedelai varietas Wilis memiliki nilai V AA yang paling tinggi pada akhir periode simpan 31.50. Tabel 11. Rata-rata persentase V AA dari 6 varietas kedelai pada beberapa periode simpan Periode Simpan minggu Varietas 3 6 9 12 15 18 21 Panderman 87,00 abc 87,50 abc 89,50 ab 74,00 efg 30,00 n 21,50 pq 14,25 r 7,00 s Burangrang 89,00 ab 90,00 a 89,50 ab 73,25 e-h 44,50 jk 42,00 jkl 22,00 opq 1,00 t Baluran 82,50 bcd 85,00 a-d 79,50 def 73,50 efg 30,00 n 33,00 mn 27,75 no 4,50 st Sinabung 79,75 de 79,50 def 85,50 a-d 74,50 efg 68,00 gh 67,00 h 31,00 mn 27,25 nop Wilis 91,00 a 91,50 a 91,00 a 73,00 fgh 60,00 i 47,50 j 36,75 lm 31,50 mn Kaba 87,00 abc 85,00 a-d 81,00 cd 70,00 gh 58,00 i 44,00 jk 40,50 kl 19,00 qr Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5 Hasil penelitian TeKrony dan Egli 1977 pada benih kedelai menunjukkan bahwa pengujian AA berkorelasi dengan field emergence dihitung segera setelah benih mulai berkecambah hingga kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Hal senada juga diungkapkan oleh Kulik dan Yaklich 1982 memberikan hasil pengujian AA pada benih kedelai dapat mengestimasi potensi field emergence satu atau dua daun trifoliate telah muncul dan terbuka.

g. Daya Tumbuh DT