Daya Berkecambah DB Deteksi status vigor benih kedelai (Glycine max L Merr) melalui metoda uji daya hantar listrik

29 penanganan terhadap benih. Menurut Justice dan Bass 2002, struktur benih akan berpengaruh terhadap masa simpannya. Sukarman dan Muhadjir 1993 menyatakan bahwa benih kedelai varietas Lokon memiliki kulit biji yang lebih permeabel dibandingkan dengan varietas Galunggung dan Kerinci, sehingga imbibisi lebih cepat terjadi. Kondisi daya tumbuh benih di akhir penyimpanan selama 7 bulan menunjukkan bahwa varietas Lokon memiliki daya tumbuh yang paling kecil dibandingkan varietas Galunggung dan Kerinci. Hal lain yang berkaitan dengan perubahan KA selama penyimpanan adalah adanya sifat fisik benih kedelai yang higroskopis. Menurut Barlian 1991 kadar air benih kedelai sangat mudah berubah dan sangat tergantung dengan kelembapan nisbi dan suhu di sekitarnya. Menurut Purwanti 2004 suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembapan nisbi ruangan. Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi. Pada kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar Air KA di awal penyimpanan berkisar dari 9.35 – 10.15 dan di akhir penyimpanan ada pada kisaran 9.78-10.23. Selama masa penyimpanan terjadi perubahan KA dalam benih namun demikian perubahan ini tetap berada di bawah batas toleransi maksimal benih, yaitu 11. Kondisi ini berkaitan dengan adanya pengemasan dengan menggunakan plastik poly ethylene 0,08 mm. Kantong plastik disini berperan sebagai moisture barrier yang menghalangi terjadinya pertukaran udara di sekitar benih dengan udara di luar. Meskipun telah dikemas dengan tehnik pengemasan yang tertutup rapat disealed namun masih terjadi perubahan KA hal ini diduga terkait dengan aktivitas respirasi benih. Menurut Sukarman dan Muhadjir 1993 produk respirasi pada benih kedelai berupa H 2 O dan CO 2 dapat menyebabkan peningkatan KA benih.

c. Daya Berkecambah DB

Mutu fisiologis identik dengan peubah daya berkecambah dimana peubah ini menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh normal dalam kondisi optimum AOSA, 2001. ISTA 2006 menunjukkan bahwa tujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk menentukan potensi perkecambahan maksimum dari suatu lot benih yang dapat digunakan untuk 30 membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda dan untuk menduga mutu benih sebagai bahan tanaman the field planting value. Hasil analisis statistik terhadap faktor varietas, periode simpan dan interaksinya pada peubah DB menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata untuk faktor varietas Lampiran 15. Pengujian statistik lebih lanjut terhadap kelompok varietas berukuran besar dan kelompok varietas berukuran sedang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada peubah DB Lampiran 22. Nilai rata-rata DB pada kelompok varietas berukuran besar adalah 90,99 sedangkan nilai rata-rata kelompok varietas berukuran sedang sebesar 88.30 Lampiran 23. Interaksi antara faktor varietas dan periode simpan pada peubah DB dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya penurunan DB pada semua varietas selama periode simpan. Penurunan persentase DB benih kedelai selama penyimpanan terjadi karena adanya faktor suhu tidak terkendali di ruang penyimpanan. Menurut Purwanti 2004 suhu ruang penyimpanan di atas 20 o C umumnya kurang baik untuk benih kedelai. Pada ruangan bersuhu 30 o C, benih yang daya berkecambahnya tinggi dalam waktu 6 bulan daya kecambahnya akan turun menjadi 0. Penyimpanan dalam gudang atau ruangan biasa suhu 26 o C, RH 80-90 hanya dapat mempertahankan daya berkecambah benih kedelai 84 selama 4 bulan. Hal senada juga dikemukakan oleh Sarungallo 2001 DB benih kedelai dari berbagai tingkat kemasakan mengalami penurunan selama 5 bulan periode simpan. Viabilitas potensial benih diketahui melalui peubah DB. Benih yang paling awal mengalami penurunan DB adalah Panderman minggu ke-12, Sinabung mulai turun di minggu ke-15, sedangkan DB Baluran dan Wilis mulai turun pada minggu ke-18. Burangrang dan Kaba mulai turun pada minggu ke-21. Penurunan DB pada benih Menurut Purwanti 2004 suhu ruang penyimpanan di atas 20 o C umumnya kurang baik untuk benih kedelai. Pada ruangan bersuhu 30 o C, benih yang berdaya kecambah tinggi dalam waktu 6 bulan daya kecambahnya akan turun menjadi 0. Penyimpanan dalam gudang atau ruangan biasa suhu 26 o C, RH 80-90 hanya dapat mempertahankan daya berkecambah benih kedelai 84 selama 4 bulan. Keragaman penurunan DB pada periode simpan tertentu diduga karena adanya faktor genetis dari masing-masing varietas. Arief et al. 2004 mengemukakan bahwa suhu udara yang berkisar 28-32 o C serta fluktuasi 31 kelembapan nisbi udara yang cukup tinggi mendorong terjadinya deteriorasi benih lebih cepat pada penyimpanan benih jagung. Copeland dan MCDonald 1995 mengatakan bahwa faktor internal yang berpengaruh terhadap viabilitas benih selama penyimpanan adalah sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Tabel 8. Rata-rata daya berkecambah dari 6 varietas kedelai pada beberapa periode simpan Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5 DB varietas Sinabung memiliki nilai yang terendah dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini berhubugan erat dengan mutu awal benih sebelum disimpan. Dari ke-enam varietas benih kedelai, varietas Sinabung memiliki nilai DB yang terendah, sehingga di akhir penyimpananpun mutu benih ini meliliki nilai DB yang kecil dibadingkan benih lainnya. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartono 2004 beberapa faktor yang mempengaruhi daya berkecambah benih kedelai selama penyimpanan adalah 1 mutu dan daya berkecambah benih sebelum disimpan; 2 kadar air benih; 3 kelembapan ruang penyimpanan; 4 suhu tempat penyimpanan; 5 hama dan penyakit di tempat penyimpanan; dan 6 lama penyimpanan. Agrawal 1981 menyampaikan bahwa kualitas benih awal penyimpanan mempengaruhi kualitas benih selama penyimpanan. Persentase DB di awal penyimpanan berkisar 87.00– 95.5 sedangkan di Periode Simpan minggu Varietas 3 6 9 12 15 18 21 Panderman 94,00 a-e 97,00 a 95,00 a-d 95,5 ab 88,00 c-j 88,00 c-j 77,00 lm 76,00 m Burangrang 95,50 abc 95,75 ab 94,50 a-e 96,00 ab 94,00 a-e 91,00 a-i 90,00 a-j 83,00 jkl Baluran 94,50 a-e 97,00 a 93,00 a-g 91,00 a-i 94,00 a-e 92,00 a-h 86,00 f-j 86,00 f-j Sinabung 87,00 e-j 87,50 d-j 88,50 b-j 85,00 h-j 87,50 d-j 77,00 lm 78,00 kl m 76,00 m Wilis 93,50 a-f 95,00 a-d 92,50 a-g 91,50 a-h 94,50 a-e 90,00 a-j 84,00 ijk 85,50 h-j Kaba 92,00 a-h 93,00 a-f 90,00 a-j 92,50 a-h 93,00 a-f 92,50 a-h 91,50 a-h 83,50 jkl 32 akhir penyimpanan ada pada kisaran 76.00-86.00. Menurut Chai et al., dalam Tatipata et al. 2004 perkecambahan benih kedelai akan menurun dari perkecambahan awal yaitu diatas 90 menjadi 0 tergantung spesies dan kadar air selama penyimpanan. Beberapa penelitian terdahulu telah mengungkapkan fenomena yang terjadi selama penyimpanan benih. Purwanti 2004 mengemukakan bahwa penyimpanan kedelai pada suhu tinggi dapat mempercepat aktivitas enzim respirasi. Hasil respirasi selama penyimpanan benih berupa panas dan uap air. Panas yang timbul sebagai hamburan energi dalam benih yang seharusnya disimpan selama penyimpanan secara langsung dapat menyebabkan viabilitas dan vigor benih menurun. Menurut Priestley 1986 perombakan cadangan makanan berupa karbohidrat, protein dan lemak akibat respirasi menghasilkan bahan metabolit sebagian bahan metabolit ini bersifat menghambat atau meracuni metabolisme yang lain. Hidrolisis dari ikatan ester antara rantai asil dan gliserol dalam triasil gliserol benih akan menghasilkan asam lemak jenuh dan tak jenuh. Damanhuri et al. 1993 menambahkan bahwa selama penyimpanan benih kedelai terdapat beberapa asam lemak jenuh yang dihasilkan dan menyebabkan degradasi peroksida, sehingga tidak hanya lemak yang hancur tetapi juga reaksi kompleks yang menghasilkan suatu produk toksin yang potensial yang dapat mengakibatkan hilangnya daya berkecambah sebelum persediaan sumber energi habis. Perbedaan DB pada masing-masing varietas sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dari masing-masing varietas tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Justice dan Bass 2002 variasi antar spesies mempengaruhi umur simpan benih. Sebagian benih kedelai ukuran besar memiliki umur simpan yang lebih pendek dibandingkan kedelai berukuran kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Harnowo dan Adie 1999. Purwanti 2004 juga mengatakan bahwa benih kedelai berukuran kecil memiliki daya simpan yang lebih baik dibandingkan dengan benih kedelai berukuran lebih besar. Pada kelompok kedelai berukuran sedang diperoleh data bahwa varietas Sinabung memiliki nilai DB yang paling kecil hal ini terkait erat dengan mutu benih awal dimana kedelai varietas Sinabung memiliki nilai DB yang terendah dibandingkan varietas lainnya. 33

d. Indeks Vigor IV