Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. 8. Adanya proses validitas terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

d. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah saintifik. Langkah-langkah pendekatan ilmiah scientific appoach dalam proses pemebelajaran meliputi menggali informsi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan manganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Gambar 2.1 Langkah- langkah Pendekatan Saintifik Daryanto, 2014: 59 1 Mengamati Observasi Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran meaningfull learning, Metode ini memiliki keunggulan tertentu seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dinamis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru Daryanto, 2013: 60. Dalam kegiatan mengamati guru membuka kesempatan secara luas agar pesrta didik dapat melihat, menyimak, mendengar, membaca. Menurut Permendikbud RI No 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan melihat, membaca, mendengar hal yang penting dari suatu benda atau objek. 2 Menanya Kegiatan mengamati guru membuka kesempatan secara luas kepada pesera didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pengamatan tentang hasil pengamatan objek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep prosedur, atau pun hal yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik , semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. 3 Mengasosiasi Mengolah Informasi Menalar Kegiatan “mengasosiasi mengolah informasi menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. 4 Menarik Kesimpulan Kegiatan menarik kesimpulan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individu membuat kesimpulan. 5 Mengkomunikasikan Pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah penyampaian hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya Daryanto, 2013:80. 3. Discovery learning Oemar Hamalik dalam ilahi 2012: 29 discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Burner ini menitikberatkan pada kemapuan anak didik dalam menemukan sesuatu melalui proses inquiry penelitian secara terstruktur dan terorganisir dengan baik. Discovery strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus slalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran Mulyasa: 2015:10, dengan kata lain proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hanya sekedar hasil akhir yang terlihat, proses pembelajaran discovery tidak menekankan agar peserta didik sepenuhnya menguasai materi melainkan lebih menekankan pada pemahaman mereka. Yang dimaksud proses mental dimana siswa mampu mengasimilasi suatu konsep atau prinsip yang dimaksud proses mental tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan. Fungsi pembelajaran dengan discovery learning yaitu sebagai berikut. a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan ketertiban, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan suatu dalam proses pembelajaran. b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajran. c. Membangun sikap percaya diri Self Confidence dan terbuka Openess terhadap hasil temuanya Suhana dan Hanafi, 2009: 78. Adapun tahap-tahap penerapan pembelajaran discovery learning yaitu sebagai berikut. Tahap-tahap penerapan pembelajaran melalui metode dicovery learning adalah : a. Stimulus pemberian perangsang Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan, atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memusat permasalahan. b. Problem Statement Mengidentifikasi Masalah Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang lebih menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. c. Data Colection Mengumpulkan data Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dengan jelas membaca literatur mengamati objeknya, mencoba sendiri dan sebagainya. d. Data Prossesing Pengolahan data Semua informasi itu diolah, diacak, di klasifikasi, ditabulasi, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verifikan Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut pertanyaan yang telah dirumuskan terdahulu dicek, apakah terbukti atau tidak. f. Generalisasi Berdasarkan verivikasi, siswa belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu Rusyan, dkk, 1994: 117.

4. Pendekatan Saintifik Model Discovery Leaning

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI POKOK MANAJEMEN TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 3 SLAWI KAB

3 52 233

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SERVICE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA PADA MATERI POKOK PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 1 SUNGGAL.

0 1 22

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IIS 3 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN AJARAN 2014/2015 (Kompetensi Dasar Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan)

0 0 23

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BERBASIS FLIPBOOK MAKER PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI [POKOK BAHASAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN] DI SMA NEGERI 2 BANTUL KELAS XI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 20

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 1 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN (Materi Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Kelas XI IIS 1 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2014/

0 0 21

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XI IIS SMAN 1 BOYOLANGU - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XI IIS SMAN 1 BOYOLANGU - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XI IIS SMAN 1 BOYOLANGU - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | - | Jurnal Pendidikan Bisnis da

0 0 21