Dari Gambar 2.1 diperoleh model dalam bentuk sistem persamaan diferensial berikut.
2.11 Penyakit Polio
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Ini menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan
jam. Individu yang terkena polio mempunyai gejala demam disertai lumpuh layuh mendadak dan pada pemeriksaan tinja ditemukan virus polio.
2.11.1 Etiologi
Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoranfeses
atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan
terkontaminasi atau benda-benda yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. Jenis
– jenis Polio antara lain : 1.
Polio Non-Paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2.11
2. Polio Paralisis Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini
akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis AFP. Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks dada dan abdomen perut, disebut quadriplegia.
3. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan
dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol
pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur
pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal
ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher Wilson, 2001 .
Ketiga jenis tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi.
Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3.
2.11.2 Penularan
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke system saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan paralisis. Penularan terutama terjadi dari orang ke orang melalui rute orofekal, virus
lebih mudah dideteksi dari tinja, dalam waktu jangka panjang dibandingakan dengan dari secret tenggorokan. Di daerah dengan sanitasi lingkungan yang baik,
penularan terjadi melalui secret faring daripada melalui rute orofekal. Walaupun jarang, susu makanan dan barang-barang yeng tercemar dapat berperan sebagai
media penularan. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio. Air dan limbah jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan.
2.11.3 Gejala dan tanda
Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian
akan dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian. Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang.
Gejala lain yang biasanya muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak diperut disertai demam ringan, lemas dan nyeri kepala ringan.
Gejala klinis yang mengarah pada serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut, kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa, terutama
terjadi pada tungkai bawah, asimetris dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai dengan segala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada
leher dan punggung setelah 24 jam. Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan
dengan lumpuh layu akut, AFP, acud flacide paralysismenyerang satu tungkai lemas sampai tidak ada gerakan. Otot biasanya mengecil, reflex fisiologis dan
reflex patologis negative. WHO mengatakan bahwa kelumpuhan dapat disebabkan oleh lebih dari 100
macam penyebab. Namun di Indonesia sampai saat ini di laporkan disebebkan oleh 23 penyakit. Sebanyak 60-70 kelumpuhan disebabkan oleh Gulain Baree
Syndrome GBS. Untuk membuktikan apakah kelumpuhan disebabkan oleh polio atau bukan, harus dilakukan pembuktian dan pemeriksaan laboratorium yang sudah
terakreditasi WHO yaitu laboratorium Biofarma, BBLK Surabaya dan laboratorium puslit penyakit Jakarta.
Diagnosis banding yang mirip dengan polio adalah Mielitis Transversa, yaitu tentang peradangan sum-sum tulang belakang . kumpulan layu biasanya menyerang
kedua tungkai, bersifat akut, dan lemas flefleksi fisiologi dan reflex patologis negative, bisa disertai dengan gangguan buang air kecil dan besar.
Diagnosis banding lainnya adalah GBS, dimana terjadi demam disertai gejala khas kelumpuhan yang berangsur dari ujung jari naik keatas dengan batas tegas bila
sudah sampai pergelangan membentuk gambaran seperti sarung tangankaki glove phenomenon. Kelumpuhan menyerang kedua tungkaim, reflex fisiologis negative
sedangkan reflex patologi positif bila kelumpuhan menyerang otot saluran pernafasan, maka penderita dapat mengalami sesak nafas sampai meninggal.
2.11.4 Vaksinasi
Pencegahan dan pemberantasan virus polio sebenaraya sangat mudah karena sudah ada vaksin yang sangat bagus dan efektif yaitu vaksin polio oral OPV dan
vaksin polio inaktif IPV, dan hanya manusia satu-satunya reservoire untuk penyebaran virus polio. Penyebaran virus polio melalui fecal-oral. Anak yang
terinfeksi virus polio mengekskresi virus polio melalui feces selama 14 hari, tetapi dapat juga ditemukan sampai 30 hari meskipun kemungkinannya sangat kecil. OPV
biasa digunakan di negara berkembang karena harganya terjangkau dan mudah pemberiannya, sedangkan IPV biasa digunakan di negara maju karena
efektivitasnya tinggi, tidak menimbulkan masalah kelumpuhan pada penerima vaksin WHO, 2008.
Vaksin polio pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1955 dan Albert Sabin pada tahun 1962. Sejak saat itu, jumlah kasus polio menurun
tajam. Saat ini upaya imunisasi di banyak negara dibantu oelh Rotary International UNICEF dan WHO untuk mempercepat eradikasi global polio Widoyono, 2008.
Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara di penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio
Erapo tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama yang dilakukan adalah
1. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh
2. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996,
dan 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu.
Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun 3.
Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan karena polio atau bukan. 4.
Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat
status imunisasi polio sebelumnya WHO, 2005.
2.12 Titik Kesetimbangan Ekuilibrium