Analisis AWOT Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dalam Pemanfaatan Mesin Rice Processing Complex bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan Tabel 20, nilai BC perbandingan antara keuntungan dan biaya adalah 0,025 artinya usaha ini mendapatkan keuntungan sebesar 2,5 persen dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan nilai RC perbandingan antara penerimaan dan biaya adalah 1, 025, tetapi jika tidak mengikutsertakan dedak dan menir nilai RC-nya adalah 0,968. Artinya usaha ini tidak menguntungkan karena tidak balik modal, penerimaannya kurang dari biayanya. Hasil analisis usaha tersebut dapat dilihat bahwa usaha RPC kurang efisien jika dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasaran. Selain itu, jika dilihat di lapangan ternyata penjualan berasnya tidak mudah karena adanya persaingan dengan tengkulak dari Asahan Provinsi Sumatera Utara. Para tengkulak berani menjual dengan harga yang tidak begitu jauh berbeda dengan yang dijual oleh Bulog, tetapi memiliki kelebihan dapat dihutangkan. Jika hasil Bulog dihutangkan maka akan mengalami kesulitan dalam perputaran dananya. Oleh karena itu jika ingin melihat kelayakan investasinya, sepertinya jauh dari target pengembalian investasi, karena program ini lebih ditekankan pada program peningkatan pendapatan masyarakat.

5.3. Analisis AWOT

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Rokan Hilir, Pegawai Bulog dan Dinas Pertanian Provinsi Riau, didapatlah beberapa hasil SWOT, yaitu: Kekuatan - Banyak tersedia bahan baku dan lahan sawah Daerah yang dijadikan tempat kegiatan RPC adalah daerah-daerah yang merupakan penghasil beras, yaitu Kecamatan Kubu, Kecamatan Bangko dan Kecamatan Rimba Melintang - Mesin RPC Mesin ini merupakan mesin yang kompleks, karena dari GKP bisa menghasilkan beras yang baik, selain itu kapasitasnya 3 ton GKP per jam. - Bangunan Bangunan tempat usaha RPC merupakan bangunan permanen yang relatif besar, cukup untuk menampung GKP sesuai dengan kapasitas mesinnya. Kelemahan - Kelembagaanmanajemen Kelembagaan yang disiapkan untuk mengelola mesin RPC belum ada, oleh karena itu ada mesin RPC yang belum beroperasi - Panen 1 kali 1 tahun Untuk dapat menunjang operasional mesin RPC untuk jangka panjang, maka sebaiknya pola tanam untuk padi adalah 2 kali setahun. - Patahan beras relatif masih tinggi Jika patahan beras bisa diminimalkan, maka mutu beras akan membaik dan harga pun bisa menjadi lebih tinggi - Pemasaran Selama ini untuk RPC yang jalan, yaitu milik Bulog, pemasarannya hanya menunggu yang datang, sehingga pasarnya terbatas - SDM belum sesuai Untuk RPC milik Bulog, sudah berjalan tetapi SDMnya terbatasl sehingga seorang pegawai bertugas macam-macam, sehingga tidak fokus - Harga jual tinggi dan Pembayaran langsung Dikarenakan biaya operasional yang tinggi, maka akan sulit bagi beras produksi RPC ini untuk bersaing, selain itu jika menjual ke pihak ke tiga akan kalah bersaing dengan tengkulak, karena tengkulak memberikan tempo untuk pembayarannya. - Danamodal kurang Untuk RPC milik pemerintah, salah satu permasalahannya adalah kurangnya dana untuk operasional, sehingga tidak jalan. - Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir kurang bergerak Kurangnya koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dengan pihak pemberi mesin RPC, sehingga program tidak berjalan dengan baik Peluang - Adanya bantuan dari Bulog dan Provinsi Riau Ini bisa dilihat pada keadaan yang sudah ada, dimana terdapat dua mesin RPC yang merupakan bantuan dari pihak Bulog dan Pemerintah Provinsi Riau. - Kerjasama dengan Pemkab Rohil Peluang ini dapat digunakan dalam pemasarannya, sehingga beras yang dibagikan kepada pegawai Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir merupakan beras hasil olahan sendiri. - Adanya kebijakan dan bantuan infrastruktur dari Pemprov Pemerintah Provinsi Riau dalam mengoptimalkan mesin RPC yang ada melakukan perbaikan infrastruktur di sekitar tempat penggilingan. Ini dilakukan agar mesin dapat berjalan dan beroperasional. Ancaman - Harga beras yang relatif rendah Jika dibandingkan dengan beras hasil produksi RPC milik Bulog, ternyata harga beras di pasaran bisa lebh murah dari pada beras produksi Bulog tersebut, sehingga sulit bagi Bulog untuk bersaing. - adanya RMU Sementara ini banyak petani yang menggiling berasnya ke RMU terdekat, tetapi pihak Bulog mencoba untuk bekerja sama dengan pemilik RMU, yaitu jika menggiling beras kurang dari satu ton maka pemggilingan yang digunakan adalah RMU, sedangkan jika beras yang akan digiling lebih dari satu ton maka akan menggunakan RPC milik Bulog - adanya Tengkulak Tengkulak merupakan pihak yang sudah lama berhubungan dengan para petani, mereka berani untuk membeli dengan cara ijon kepada petani, setelah itu untuk pemasarannya mereka berani untuk menghutankan berasnya. Inilah yang membuat beratnya persaingan antara RPC Bulog dan tengkulak - adanya konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit Di lain pihak ada beberapa petani yang sudah mengkonversikan lahannya dari sawah menjadi kelapa sawit, oleh karena itu perlu aturan khusus dari Pemerintah Rokan Hilir dalam menghadapi masalah ini. Strategi: - Perbaikan manajemen, bekerjasama dengan Pemkab Rohil dan penambahan dana Diharapkan dengan hal-hal tersebut maka pengelolaan akan berjalan baik, jika tidak maka akan tidak seimbang dan dapat mengakibatkan operasional akan berhenti - Peningkatan produksi padi, seperti intensifikasi dan ekstensifikasi Untuk menunjang RPC maka harus dapat ditingkatkan produksi padi, jika tidak maka mesin tersebut akan terbengkalai. Yang akan digunakan hanya RMU saja - Sosialisasi dan pemanfaatan RPC Dengan adanya sosialisasi dan pemanfaatan RPC maka masyarakat akan mengetahui bahwa mesin penggilingan padi milik Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir telah berjalan dengan baik, maka diharapkan masyarakat dapat menggunakan mesin tersebut. - RMU dijadikan mitra Pihak Bulog telah mencoba untuk bekerja sama dengan pemilik RMU, yaitu jika menggiling beras kurang dari satu ton maka pemggilingan yang digunakan adalah RMU, sedangkan jika beras yang akan digiling lebih dari satu ton maka akan menggunakan RPC milik Bulog

5.4 Hasil Analisis AWOT