Faktor kedua siswa belum mampu berfikir analitis, kritis dan kreatif. Hal ini disebabkan karena pembelajaran selama ini hanya sebatas membaca buku,
mengahafal dan latihan berulang. Tepatnya proses pembelajaran hanya memberikan memori jangka pendek terhadap siswa Megawangi 2012. Lain
halnya dengan model pembelajaran POE. Pada pembelajaran ini melibatkan siswa secara aktif untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui sintak-sintak
pembelajaran POE seperti memprediksi, mengobservasi dan menjelaskan hubungan keterkaitan antara observasi dan prediksi. Hal ini menyebabkan siswa
tidak mudah lupa dengan apa yang dipelajarinya. Menurut Limbach Waugh 2003 pembelajaran yang aktif memberikan pengalaman yang bermakna serta
menstimulasi perkembangan kognitif siswa. Faktor ketiga, Gupta Chandiwala 2009 menambahkan model pembelajaran POE kurang cocok diterapkan pada
materi-materi yang sulit untuk mendapatkan hasilnya secara singkat hands-on. Diperlukan materi yang dapat didemonstrasikan agar siswa termotivasi untuk
mencari jawaban yang sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Meskipun terdapat beberapa faktor penghambat penggunaan LKS
berbasis POE, guru tetap bersedia menerapkan LKS berbasis POE guna membantu siswa mengungkapkan ide-ide sehingga mempermudah proses belajar
siswa, memotivasi siswa untuk mengeksplor pengetahuan konsepsi dan memicu siswa untuk melakukan investigasi Costu 2010. Ozdemir 2008 menambahkan
model pembelajran POE dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa karena di dalam model pembelajaran POE terdapat beberapa metode praktikal
yang merupakan pembelajaran produktif yang dapat menjadikan siswa paham dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Metode praktikal
tersebut meliputi membuat rancangan predict, melakukan pengamatan observe, dan menganalisis explain.
2. Perlunya pengembangan LKS berbasis POE
Menurut Sumaji 2005 pembelajaran inovatif sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yaitu pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses daripada isi, atau lebih menekankan apa yang perlu diketahui siswa. Hal ini sesuai dengan LKS berbasis POE yang menekankan siswa untuk ikut
berpartisipasi dalam menemukan konsep pembelajaran sendiri dengan langkah- langkah kegiatan LKS tersebut. Pembelajaran berbasis POE dapat memotivasi
siswa untuk mengeksplor pengetahuan konsepsi siswa, memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan investigasi dan meningkatkan keaktifan proses sains. Hal
tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk mencapai tujuan permendiknas nomor 23 Tahun 2006 Costu 2010. Wu 2005
menambahkan pembelajaran POE dapat meningkatkan keaktifan siswa karena menemukan ide awal, menggeneralisasikan diskusi, menggeneralisasikan
investigasi, memotivasi untuk menyelidiki konsep dan mengajarkan ketrampilan proses sains merupakan bagian kecil dari beberapa faktor untuk mengkonstruksi
keaktifkan. Kegiatan POE juga dapat membentuk kepribadian siswa dalam menumbuhkan budi pekerti luhur yang tercermin dalam kejujuran siswa
mengerjakan soal, menuliskan hasil prediksi, hasil observasi dan memberikan penjelasan keterkaitan antara hasil observasi dengan hasil prediksi sesuai
kemampuannya. Sundayana 2011 mengatakan pengembangan LKS berbasis POE sesuai
dengan visi dan misi sekolah yang diteliti. Sama halnya dengan keterampilan sains siswa yang dapat dirangsang dengan model pembelajaran dan bahan ajar
yang mendukung. Sekolah memiliki komitmen untuk menciptakan siswa berkualitas, berprestasi, beriman dan berbudi pekerti luhur. Menurut Haysom
2010 model pembelajaran POE dapat dijadikan sebagai salah satu cara efektif untuk mewujudkan komitmen sekolah tersebut. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran POE dapat meningkatkan kualitas pemahaman siswa dengan beberapa metode praktikal.
Hal lain yang mendukung pengembangan LKS berbasis POE adalah potensi kabupaten Jepara yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
kontekstual sesuai dengan model pembelajaran POE. Perda Jepara nomor 2 Tahun 2011 menegaskan Jepara merupakan kota kabupaten yang mempunyai kondisi
alam berupa kawasan Taman Nasional Karimunjawa, kawasan hutan wisata yang ada di kecamatan Keling, dan kawasan pantai berhutan bakau. Misalnya kawasan
pantai berhutan bakau tersebut dapat dijadikan sebagai sumber belajar dengan
melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran eksperensial seperti kegiatan mengobservasi keanekaragaman hayati di lingkungan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan adanya dukungan yang positif terhadap pengembangan LKS berbasis POE. Dengan demikian pengembangan
LKS berbasis POE perlu dan penting dilakukan untuk mendukung proses pembelajaran dan potensi kabupaten jepara.
3. Pengembangan dan pembuatan LKS berbasis POE