Hasil observasi sanitasi dasar lingkungan pesantren dapat disajikan pada tabel
4.14 berikut ini. Tabel 4.14. Hasil Observasi Sanitasi Dasar pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011 No Komponen yang dinilai
Nilai Bobot
1. Sarana Air Bersih
25
Ada, milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa
2 50
2. Jamban Sarana pembuangan kotoran
Ada, Leher angsa,septic tank 4
100 3.
Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL
Ada,dialirkan keselokan terbuka
2 50
4. Sarana Pembuangan sampah
Ada, Kedap air dan tidak bertutup
2 50
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa sarana air bersih pada pesantren darel hikmah kota pekanbaru yaitu ada, milik sendiri, berbau, berwarna dan
berasa dengan nilai skor 50.Untuk jamban pada pesantren darel hikmah kota pekanbaru yaitu ada,leher angsa, dan memiliki septic tank dengan skor 100. Untuk
Sarana pembuangan air limbah SPAL berdasarkan observasi yaitu ada, dan dialirkan keselokan terbuka dengan skor 50, sedangkan untuk sarana pembuangan
sampah berdasarkan observasi yaitu ada, kedap air dan tidak bertutup dengan skor 50.Jadi total secara keseluruhan yaitu 275 ini artinya sarana sanitasi dasar pada
Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Responden
Hasil observasi dan analisis data didapat bahwa responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki paling banyak menderita scabies yaitu sebesar 77.8 dan
perempuan hanya sekitar 22.2. Menurut Muin 2009 bahwa orang dengan jenis kelamin perempuan akan lebih kecil resiko terpapar penyakit scabies karena
perempuan lebuh cenderung merawat diri dan menjaga penampilan sedangkan laki- laki cenderung tidak memperhatikan penampilan diri, hal itu tentunya akan
berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri, dan kebersihan diri yang buruk akan sangat berpengaruh terhadap kejadian scabies. Berada pada kelompok umur yang
paling banyak menderita scabies yaitu berumur 12 sampai 13 tahun sebanyak 55.6. Beberapa penyakit menular tertentu menunjukkan bahwa umur muda mempunyai
resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat kerentanannya melainkan juga pengalaman terhadap penyakit tersebut biasanya sudah dialami oleh mereka yang
berumur tinggi Noor, 2008. Menurut Muin 2009 bahwa pengalaman keterpaparan sangat berperan
karena mereka yang berumur lebih tinggi dan mempunyai pengalaman terhadap penyakit scabies tentu mereka akan lebih tahu cara pencegahannya serta
penularannya.Untuk tingkat pendidikan yang paling banyak menderita scabies adalah kelas 2 MTs yaitu sebesar 55.6. Menurut Notoatmodjo 2003, tingkat pendidikan
seseorang dapat meningkatkan pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang
Universitas Sumatera Utara
kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mereka tahu bagaimana cara pencegahan dan penularan penyakit scabies.
5.2 Hubungan kebersihan Kulit dengan kejadian scabies