Tabel 4.11 . Distribusi Bangunan Fisik Asrama Berdasarkan Ventilasi Ruang
Tidur Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011. Ventilasi Ruang tidur
Jumlah Persentase
Memenuhi syarat 5
100 Tidak Memenuhi syarat
Total 5
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah asrama berdasarkan berdasarkan Ventilasi ruang tidur pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 yang
memenuhi syarat yaitu 5 ruang tidur atau sekitar 100.
4.4.3. Pencahayaan Ruang Tidur
Pencahayaan pada ruang tidur yang memenuhi syarat yaitu cukup, sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal dan yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak cukup, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal. Hasil pengamatan terhadap pencahayaan pada ruang tidur santri disajikan
dalam tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12 . Distribusi Bangunan Fisik Asrama Berdasarkan Pencahayaan
Ruang Tidur Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.
Pencahayaan Jumlah
Persentase
Cukup 5
100 Tidak cukup
Total 5
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ruang tidur berdasarkan pencahayaan pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 yaitu
sebanyak 5 ruang tidur atau sekitar 100 pencahayaannya cukup sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4. Kepadatan Hunian Ruang tidur
Ruangan tidur dikatakan padat jika 4 meter persegi penghuni sedangkan tidak padat bila
≥ 4 meter persegipenghuni. Hasil pengukuran terhadap kepadatan hunian ruang tidur disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.13 . Distribusi Bangunan Fisik Asrama Berdasarkan Kepadatan Hunian
Ruang Tidur Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.
Kepadatan Hunian Ruang Tidur
Jumlah Persentase
Padat 4
80.0 Tidak Padat
1 20.0
Total 5
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepadatan hunian ruang tidur pada Pesantern Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 padat yaitu 4 kamar atau sekitar
80 dan tidak padat yaitu 1 kamar atau sekitar 20.
4.5 Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren
Penilaian sanitasi dasar lingkungan pesantren dengan mempergunakan Kepmenkes RI Nomor 829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, yang terdiri dari 2 dua kriteria yaitu “sehat” apabila skor ≥ 334 dan
“tidak sehat” apabila skor 334
Universitas Sumatera Utara
Hasil observasi sanitasi dasar lingkungan pesantren dapat disajikan pada tabel
4.14 berikut ini. Tabel 4.14. Hasil Observasi Sanitasi Dasar pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011 No Komponen yang dinilai
Nilai Bobot
1. Sarana Air Bersih
25
Ada, milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa
2 50
2. Jamban Sarana pembuangan kotoran
Ada, Leher angsa,septic tank 4
100 3.
Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL
Ada,dialirkan keselokan terbuka
2 50
4. Sarana Pembuangan sampah
Ada, Kedap air dan tidak bertutup
2 50
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa sarana air bersih pada pesantren darel hikmah kota pekanbaru yaitu ada, milik sendiri, berbau, berwarna dan
berasa dengan nilai skor 50.Untuk jamban pada pesantren darel hikmah kota pekanbaru yaitu ada,leher angsa, dan memiliki septic tank dengan skor 100. Untuk
Sarana pembuangan air limbah SPAL berdasarkan observasi yaitu ada, dan dialirkan keselokan terbuka dengan skor 50, sedangkan untuk sarana pembuangan
sampah berdasarkan observasi yaitu ada, kedap air dan tidak bertutup dengan skor 50.Jadi total secara keseluruhan yaitu 275 ini artinya sarana sanitasi dasar pada
Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Responden
Hasil observasi dan analisis data didapat bahwa responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki paling banyak menderita scabies yaitu sebesar 77.8 dan
perempuan hanya sekitar 22.2. Menurut Muin 2009 bahwa orang dengan jenis kelamin perempuan akan lebih kecil resiko terpapar penyakit scabies karena
perempuan lebuh cenderung merawat diri dan menjaga penampilan sedangkan laki- laki cenderung tidak memperhatikan penampilan diri, hal itu tentunya akan
berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri, dan kebersihan diri yang buruk akan sangat berpengaruh terhadap kejadian scabies. Berada pada kelompok umur yang
paling banyak menderita scabies yaitu berumur 12 sampai 13 tahun sebanyak 55.6. Beberapa penyakit menular tertentu menunjukkan bahwa umur muda mempunyai
resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat kerentanannya melainkan juga pengalaman terhadap penyakit tersebut biasanya sudah dialami oleh mereka yang
berumur tinggi Noor, 2008. Menurut Muin 2009 bahwa pengalaman keterpaparan sangat berperan
karena mereka yang berumur lebih tinggi dan mempunyai pengalaman terhadap penyakit scabies tentu mereka akan lebih tahu cara pencegahannya serta
penularannya.Untuk tingkat pendidikan yang paling banyak menderita scabies adalah kelas 2 MTs yaitu sebesar 55.6. Menurut Notoatmodjo 2003, tingkat pendidikan
seseorang dapat meningkatkan pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang
Universitas Sumatera Utara
kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mereka tahu bagaimana cara pencegahan dan penularan penyakit scabies.
5.2 Hubungan kebersihan Kulit dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori baik yaitu 22 orang 61.1 dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan kulit secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p = 0,000
p 0,05. Scabies merupakan penyakit kulit yang desebabkan oleh tungau sarcoptes
scabiei dan sering muncul karena kurangnya kebersihan diri salah satunya kebersihan kulit.Penyakit ini juga bisa terjadi karena pemakaian sabun sacara bergantian sesama
teman.Pada pertanyaan apakah pernah memakai sabun bergantian sesama teman didapat bahwa sebanyak 72.2 penderita scabies pernah memakai sabun secara
bergantian.Hali ini sejalan dengan penelitian Debi 2004 bahwa prilaku yang sering mendukung terjadinya scabies adalah saling bergantian memakai sabun sesama
teman. Menurut Tarwoto dan Martonah 2003, Kebersihan diri termasuk kebersihan
kulit sangat penting dalam usaha pemeliharaan kersehatan seperti mandi 2 kali sehari menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit menular.
Bagi Kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat
menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit,
Universitas Sumatera Utara
maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi Wolf, 1984.
5.3 Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori baik yaitu 7 orang 19.4 dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan tangan dan kuku secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
dengan nilai p = 0,029 p 0,05. Kebersihan tangan dan kuku sangatlah penting karena apabila penderita
scabies memiliki kebersihan tangan yang buruk dan kuku yang panjang dapat menyebabkan perkembangan kuman penyakit scabies.Pada pertanyaan apakah
memotong kuku sekali seminggu didapat bahwa sebanyak 75.0 penderita scabies tidak memotong sekali seminggu. Hal ini sejalan dengan penelitian Desi 2005
bahwa penyakit scabies bisa tejadi akibat kebersihan tangan dan kuku yang kurang baik.
Menurut Wolf 2000, Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar
ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi.
Menurut Stevens 2000, adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan normal serta
mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan
Universitas Sumatera Utara
kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun.
5.4 Hubungan Kebersihan Genitalia dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori baik yaitu 8 orang 22.2 dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan genitalia secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,000 p 0,05. Pada pertanyaan apakah menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari
didapat bahwa sebanyak 69.4 penderita skabies tidak menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari. Menurut Lita 2005, apabila pakaian dalam tidak dijemur
dibawah terik matahari ini akan menyebabkan kuman scabies cepat berkembang biak karena lembab.Dengan menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari ini akan
dapat mengurangi perkembangbiakannya. Sepatutnya dalam sehari minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali
sehari untuk menjaga kebersihan, jika tidak jamur,bakteri bahkan parasit bisa menempel dialat kelamin.Hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang
lain karena mudah menularkan penyakit infeksi Handri, 2010
Universitas Sumatera Utara
5.5.Hubungan Kebersihan pakaian dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori baik yaitu 14 orang 38.9 dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan pakaian secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,025 p 0,05. Pada pertanyaan apakah pernah bertukar pakaian sesama teman didapat bahwa
responden yang menderita scabies sebanyak 77.8 pernah bertukar pakaian sesama teman. Hasil penelitian Ma’rufi 2005, bahwa prilaku yang sering mendukung
terjadinya scabies adalah sering bergantian pakaian sesama teman. Menurut Mansyur 2007 penularan scabies secara tidak langsung dapat disebabkan melalui
perlengkapan tidur,pakaian dan handuk. Menurut Lita 2005, bila pakaian tidak pernah di cuci ataupun dijemur dalam
jangka waktu yang lama Maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada di pakaian itu banyak sekali dan sangat besar resiko untuk menularkan pada orang lain.
Adapun penularan penyakit scabies dapat secara kontak tidak langsung yaitu melalaui benda – benda terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita seperti
pakaian, handuk, sprei, bantal dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5.6 Hubungan Kebersihan Handuk dengan kejadian Skabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori baik yaitu 3 orang 8.3 dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan pakaian secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,034 p 0,05. Secara kontak tidak langsung penyakit scabies disebabkan karena sering
bertukaran handuk sesama teman dan tidak dijemur dibawah terik matahari.Hal ini sejalan dengan penelitian Sidit 2004 bahwa sebagian besar santri sering bertukaran
handuk sesama teman. Pada pertanyaaan apakah menggunakan handuk bergantian sesama teman
didapat bahwa sebanyak 80.6 penderita skabies menggunakan handuk secara bergantian. Menurut Lita 2005, sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara
bersama sama karena mudah menularkan kuman scabies dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak
dicuci dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada
orang lain.
Universitas Sumatera Utara
5.7 Hubungan Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei dengan Kejadian Skabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori baik yaitu 3 orang 8.3 dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan pakaian secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,000p 0,05. Pada pertanyaaan apakah menjemur kasur sekali seminggu didapat bahwa
sebanyak 78.8 penderita scabies tidak menjemur kasur sekali seminggu dan pada pertanyaan apakah mengganti sprei sekali seminggu didapat bahwa sebanyak 83.3
penderita skabies tidak mengganti sprei sekali seminggu. Menurut Lita 2005,kuman scabies paling senang hidup dan berkembang biak di perlengkapan tidur. Dengan
menjemur kasur sekali seminggu dan mengganti sprei sekali seminggu ini bisa mengurangi perkembangbiakan kuman scabies.Menurut Handayani 2007 penularan
melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur memegang peranan penting dalam penyakit scabies.
Kasur merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x
seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah Handri,2010
Universitas Sumatera Utara
5.8 Gambaran Sanitasi Asrama Pesantren 5.8.1. Kelembaban
Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban pada asrama santri didapatkan hasil bahwa 100 kelembaban asrama santri sudah memenuhi syarat kesehatan
dimana kelembaban ruangan yang di perbolehkan menurut Kepmenkes RI No 829MenkesSKVII1999 adalah 40-70.
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan
baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan tidur berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies
memudahkan tungau Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai pejamu baru Soedjadi, 2003.
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit Notoatmodjo, 2007.
5.8.2. Ventilasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa ventilasi pada asrama santri 100 sudah memenuhi syarat kesehatan. Menurut Kepmenkes RI No
829MenkesSKVII1999 luas ventilasi adalah 10 dari luas lantai. Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada
Universitas Sumatera Utara
penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan Chandra, 2007.
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara didalam ruangan tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah yang berarti kadar karbon dioksida
yang bersifat racun bagi penghuni semakin meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan akan naik
karena proses penguapan cairan dari kulit dan peneyarapan. Kelembaban ini merupakan media yang baiak untuk bakteri pathogen. Fungsi kedua dari ventilasi
adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri pathogen, karena terjadi aliran udara yang terus menerus Notoatmodjo, 2003.
5.8.3. Pencahayaan