a. Ditanam lanfill, yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b. Dibakat incenaration, yaitu memusnakan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran incenarator
c. Dijadikan pupuk composting Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk
sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah
perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila setiap anggota rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dan an-organik, kemudian
sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah an-organik dibuang, dan akan segera dipungut
oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang.
2.5. Sumber Sampah
Berdasarkan sumbernya, Wibowo. Arianto dan Djajawinata. T. Darwin,
2007 membagi sampah menjadi dua kelompok yaitu:
1. Sampah domestik adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara langsung, contohnya sampah rumah tangga, pasar, sekolah dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Sampah non domestik adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara tidak langsung, contohnya sampah pabrik, industri dan pertanian.
2.6. Daerah Aliran Sungai DAS
Daerah Aliran Sungai DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.
Berdasarkan pengertian dari definisi tersebut maka DAS merupakan suatu wilayah daratan atau lahan yang mempunyai komponen topografi, batuan, tanah,
vegetasi, air, sungai, iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di bawah, dan di atas tanah. Sekalipun definisi atau pengertian DAS sama pada
beberapa Peraturan Perundangan yang berbeda Kehutanan dan Sumberdaya Air, namun implementasi dan pengejawantahannya dalam Pengelolaan DAS belum sama;
sekaligus ini menjadi masalah pertama yang harus dituntaskan agar platform dan mainframe setiap kementerian, instansi, dan lembaga lainnya menjadi sama.
Menurut Suardji 2007, DAS adalah komponen pada permukaan bumi ysng dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke arah lembah
di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaatan darinya. Agar manfaat DAS
Universitas Sumatera Utara
dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
DAS ialah istilah geografi mengenai sebatang sungai, anak sungai dan area tanah yang dipengaruhinya, batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan
titik-titik tertinggi diantara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lainnya Slamet, 2009; 108.
Batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan
kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air
debit dan curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi lindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan
menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit Slamet, 2009; 108.
Menurut Slamet 2009; 109 masalah-masalah DAS di Indonesia yaitu: 1. Banjir
2. Produktivitas tanah menurun 3. Pengendapan lumpur pada waduk
4. Saluran irigasi 5. Proyek tenaga air
6. Penggunaan tanah tidak tepat perladangan berpindah, pertanian lahan kering dan konservasi yang tidak tepat.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang memengaruhi DAS di Indonesia: 1. Iklim
2. Jenis batuan yang dilalui DAS 3. Banyak sedikitnya air hujan yang jatuh ke alur DAS
4. Lereng DAS 5. Bentukan alam mender, dataran dan delta
2.7.Bencana Banjir
Menurut Setyawan 2008 banjir adalah salah satu proses alam, banjir terjadi karena debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran
sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi terjadi kerana curah hujan yang tinggi, sementara itu, banjir juga dapat terjadi karena kesalahan
manusia. Sebagai proses alam, banjir adalah hal yang biasa terjadi dan merupakan
bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran sungai. saat banjit terjadi
transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai ke hilir dalam jumlah yang besar, muatan sedimen itu bersal dari erosi yang terjadi di derah pegunungan atau
perbukitan. Banjir akibat kesalahan manusia setidaknya disebabkan oleh dua hal, yaitu
pengelolaan daerah hulu sungai yang buruk, dan pengolahan drainase yang buruk. Dalam siklus hidrologi, daerah hulu sebenarnya adalah daerah resapan air.
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan daerah hulu yang buruk menyebabkan air banyak mengalir sebagai air permukaan yang dapat menyebabkan banjir Setyawan, 2008.
2.8.Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap
manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak
saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang,
dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli
Azwar, 2007; 87. Thurstone dalam Azwar 2007 mendefinisikan sikap sebagai derajat afek
positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sikap atau Attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek
Gerungan, 2004. LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Definisi Petty Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah
evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu dalam Azwar, 2007; 89.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fishben Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu.
Sherif Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau
kejadiankejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku dalam Dayakisni Hudaniah, 2003.
Azwar 2007; 89, menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi
seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Kedua, kerangka
pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada
skema triadik triadic schema. Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Universitas Sumatera Utara
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku
terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif.
Azwar 2007; 47 menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu: a. Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen perilaku Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
2.8.1. Perwujudan sikap dalam perilaku
Werner dan Defleur Azwar, 2007; 46 mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu
postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent consistency. Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut:
Universitas Sumatera Utara
a. Postulat Konsistensi Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang
cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya hubungan
langsung antara sikap dan perilaku. b. Postulat Variasi Independen
Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri
individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. c. Postulat Konsistensi Kontigensi
Postulat konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Normanorma,
peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku.
Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Postulat
yang terakhir ini lebih masuk akal dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku. Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai
bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditampakkannya merupakan ekspresi
sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang
Universitas Sumatera Utara
sesungguhnya terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu mengalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam mengatakan sikap yang
sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman fisik maupun ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak
dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin tidak sejalan dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat
sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan. Semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang menjadi
pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah mempediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator Azwar, 2007; 47.
2.9.Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak
tentang organisasi, atau pemerintah, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemenadministrasi dalam usaha mencapai
sasaran tertentu Pustaka, 1991. Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan
dilaksanakan pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan rakyat Euleu dan Prewit, 1973.
Dunn 2003; 20 menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah kebijakan- kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara
tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan.
Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas
politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu. Proses
analisis kebijakan yaitu antara lain:
2.9.1. Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa
yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik
dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan policy issues
sering disebut juga sebagai masalah kebijakan policy problem. Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai
arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas
Universitas Sumatera Utara
suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik Kimber, dll, 1974, yaitu:
1. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius
2. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis 3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak umat
manusia dan mendapat dukungan media massa 4. Menjangkau dampak yang amat luas
5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat 6. Menyangkut suatu persoalan yang fasionable sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya Karakteristik para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah
pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.
Ilustrasi legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang- undang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan
disetujui. Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih. Penyusunan agenda kebijakan sebaiknya dilakukan berdasarkan tingkat
urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
2.9.3. Adopsi Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.
2.9.4. Penilaian Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-
program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dunn 2003; 1 analisis kebijakan menerangkan karakteristik dan peranan kebijakan dalam memecahkan masalah dan mengurangi elemen-elemen
analisis kebijakan sebagai proses pengkajian.
2.10. Jenis Kebijakan dan Kegiatan
Jenis dan tingkat partisipasi masyarakat akan berbeda, tergantung pada jenis kebijakan atau kegiatan. Untuk memudahkan identifikasi jenis dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kebijakan atau kegiatan, Bank Dunia memperkenalkan social assessment yang umumnya mengelompokkan empat jenis kebijakan atau kegiatan
berdasarkan karakteristik hasil dan dampak sosialnya, yaitu: 1 indirect social benefits and direct socialcosts; 2 significant uncertainty or risks; 3 large number
of beneficiaries and few socialcost; dan 4 targeted assistance. Indirect benefits, direct social cost, kebijakan atau kegiatan yang memberi
manfaat tidak langsung kepada masyarakat, tetapi menimbulkan biaya sosial. Contohnya, antara lain pembangunan insfrastruktur, keanekaragaman hayati,
structural adjustment, dan privatisasi. Significant uncertainty or risk, kebijakan untuk menyelesaikan masalah yang
bentuk penyelesaiannya belum jelas dan tidak cukup tersedia informasi serta komitmen dari kelompok sasaran. Contohnya, antara lain intervensi pembangunan
wilayah pasca konflik. Large number of beneficiaries and few social cost, kebijakan atau kegiatan
yang jumlah penerima manfaat atau dampaknya sangat besar, tetapi hanya sedikit
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan biaya sosial. Contoh kegiatan ini antara lain pembangunan kesehatan, pendidikan, penyuluhan pertanian, dan desentralisasi.
Targeted assistance, kebijakan atau kegiatan yang kelompok dan jumlah penerima manfaat atau dampaknya telah terdefinisikan secara jelas. Contoh kegiatan
ini antara lain penanggulangan kemiskinan di suatu wilayah, penanganan pengungsi, reformasi kelembagaan institutional reform, dan korban bencana alam Direktorat
Pengairan dan Irigasi, 2007.
2.11. Implementasi Kebijakan Edward III