21 matematika pada siswa. Hal ini selaras dengan tujuan pembelajaran PMRI yaitu
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan sikap positif terhadap matematika pada anak.
Prinsip ketiga menurut Gravemeijer Marpaung, 2008: 4 yaitu from informal to formal mathematics dari matematika formal ke matematika informal
yang menunjukan adanya fungsi jembatan berupa model. PMRI berpangkal pada masalah kontekstual yang mampu membuat siswa mengembangkan model
belajarnya sendiri. Model yang masih mirip dengan masalah kontekstual disebut dengan matematika informal. Selanjutnya, melalui generalisasi dan formalisasi
masalah dapat dikembangkan menjadi model yang lebih luas dan mengarah pada matematika formal.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan PMRI memiliki tiga prinsip yaitu guide reinvention and progressive mathematization,
didactical phenomenology, and from informal to formal mathematics.
2.1.1.7 Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
Karakteristik RME dibagi menjadi lima. Karakteristik pertama RME yaitu penggunaan konteks. Konteks adalah lingkungan keseharian siswa yang nyata.
Matematika tidak selalu diartikan konkret, namun dapat dipahami atau dibayangkan siswa Siswono, 2006: 5. Permasalahan yang disajikan terdapat
pada kehidupan sehari-hari sehingga mampu dibayangkan oleh siswa. Masalah yang disajikan di awal diharapkan mampu membangun konsep, definisi, operasi,
dan cara pemecahan masalah Suryanto, 2010: 44.
22 Karakteristik kedua yaitu penggunaan model. Model berfungsi untuk
menjembatani pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju matematika tingkat formal Wijaya, 2012: 22. Model yang dimaksud adalah benda konkret
ataupun semikonkret seperti gambar dan skema. Penggunaan model memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan penalaran maupun kreativitas melalui
pengarahan model konkret menuju ke abstrak atau model dari situasi nyata ke arah abstrak. Penggunaan model tidak harus berupa benda yang menjadi media
dengan harga mahal, tetapi cukup menggunakan benda di sekitar yang mampu dimanfaatkan sedemikian rupa Siswono, 2006: 5.
Karakteristik ketiga merupakan konstruksi siswa. Konstruksi siswa atau kontribusi siswa dibutuhkan ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi peserta didik sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka ke
arah yang lebih formal atau baku. Kontribusi siswa mampu meningkatkan sikap berani pada anak dan mendorong kreativitas anak untuk berkembang dalam
menyelesaikan permasalahan Siswono, 2006: 5. Memberikan kebebasan pada siswa untuk memikirkan cara pemecahan masalah dapat mengembangkan
pemahaman siswa mengenai konsep matematika sekaligus aktivitas dan kreativitasnya.
Karakteristik yang keempat adalah adanya interaktivitas yang merupakan proses sosial dalam pembelajaran. Suryanto 2010: 45 menyatakan bahwa
interaksi dapat terjadi pada siswa dengan siswa atau siswa dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Interaksi lain yang dapat terjadi adalah interaksi
23 antara kelompok dengan kelompok lain dan kelompok dengan guru. Guru
diharapkan memberikan bimbingan dalam pelaksanaan diskusi dan menyeleksi untuk dibahas secara bersama. Bentuk interaksinya juga beragam seperti diskusi,
negosiasi, demonstrasi, praktik, dan komunikasi lainnya Siswono, 2006: 5. Karakteristik kelima adalah keterkaitan antar konsep matematika.
Keterkaitan dalam pelajaran matematika mampu mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersama walaupun tetap ada konsep
yang mendominasi Wijaya, 2012: 23. Keterkaitan antar konsep atau topik yang kuat memungkinkan matematika diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain
untuk mempertajam kebermanfaatan belajar matematika. Keterkaitan juga membantu siswa dalam memahami berbagai konsep matematika dalam waktu
yang relatif cepat karena beberapa konsep yang dikaitkan dapat dipelajari langsung oleh siswa Suryanto, 2010: 45.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan PMRI memiliki lima karakteristik yaitu penggunaan konteks, penggunaan model,
konstruksi siswa, interaktivitas dan keterkaitan.
2.1.1.8 Pengertian Buku Ajar