17
2.1.1.3 Teori Perkembangan Kognitif
Penyajian matematika sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Menurut Jean Piaget siswa memiliki empat tahap dalam berpikir
sesuai dengan bertambahnya usia Suparno, 2001: 25. Tahapan tersebut adalah: 1 sensorimotor 0-2 tahun, 2 praoperasional 2-7 tahun, 3 operasi konkret
7-11 tahun, 4 operasi formal 11 tahun ke atas. Siswa SD berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa cenderung mudah dalam memahami
sesuatu dengan menggunakan benda yang nyata Suparno, 2001: 70. Tahap operasional konkret tetap ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa
yang kelihatan nyata atau konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih
mempunyai kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variabel Suparno, 2001: 70.
Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget sebagai dasar untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia
anak sekolah dasar. Teori ini memberi pedoman bagi peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran yang menyediakan kegiatan-kegiatan nyata. Anak pada
tahap operasional konkret membutuhkan kegiatan-kegiatan yang langsung melibatkan dirinya pada objek-objek nyata untuk memahami lingkungannya.
Anak mampu menyelesaikan masalah yang abstrak, namun tetap membutuhkan kegiatan nyata untuk menyelesaikan masalah pada pelajaran matematika
menggunakan kegiatan konkret.
18
2.1.1.4 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
Matematika selalu dihadapi secara nyata oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Freudenthal dalam Wijaya, 2012: 20 berpendapat bahwa
matematika merupakan “suatu bentuk aktivitas manusia” menunjukkan bahwa Freudenthal tidak menempatkan matematika sebagai suatu produk jadi, melainkan
sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses. Aktivitas manusia dalam kesehariannya tidak pernah lepas dengan matematika, sehingga hal tersebut yang
melandasi adanya Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Banyak yang mengartikan kata “realistik” sebagai “real-world” yang
berarti dunia nyata dan beranggapan bahwa PMRI merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang selalu menggunakan masalah sehari-hari. Van den
Heuvel-Panhuizen dalam Wijaya, 2012: 20 mengungkapkan bahwa penggunaan kata realistik tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia
nyata, tetapi lebih mengacu pada fokus pendidikan matematika realistik dalam menempatkan penggunaan penekanan suatu situasi yang bisa dibayangkan siswa.
Permasalahan yang terdapat pada PMRI bukan hanya permasalahan yang memang senyatanya ada dan dihadapi oleh siswa, namun permasalahan tersebut dapat
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi, pendekatan PMRI merupakan pendekatan pembelajaran pada matematika yang
menggunakan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membahas tiga hal mengenai pendekatan PMRI yaitu sejarah
PMRI, prinsip PMRI, dan karakteristik PMRI.
19
2.1.1.5 Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI