Status Sosial Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA

sehingga akan diangkat sebagai pegawai tetap, sedangkan pegawai tetap berorientasi pada peningkatan karier.

E. Status Sosial Ekonomi

Setiap masyarakat senantiasa memiliki suatu penghargaan tertentu terhadap hal-hal yang terkait dalam masyarakat. Hal-hal yang dihargai di dalam masyarakat dapat berupa uang, benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, atau mungkin keturunan dari keluarga tersebut. Sorokim menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur Soekanto, 1982:219. Manusia yang memiliki sesuatu yang berharga dan dengan jumlah yang cukup banyak dianggap oleh masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas, dan mereka yang sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga akan dipandang memiliki kedudukan dalam lapisan bawah. Di antara lapisan atas dan bawah terdapat lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri oleh mereka yang hendak mempelajari sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Sistem lapisan dalam masyarakat ini dikenal dengan istilah social stratification. Social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah. Dasar dan inti dati lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajban, terutama kewajiban dan tanggung jawab dalam nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat. Schumpeter menyatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat sangat diperlukan untuk menyesuaikan mesyarakat dengan keperluan- keperluan yang nyata. Akan tetapi makna kelas-kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya Soekanto, 1982:229. Bentuk nyata dari lapisan-lapisan di dalam masyarakat tersebut tidak sedikit, akan tetapi secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat diklarifikasikan ke dalam tiga macam kelas yaitu ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya ketiga bentuk pokok tadi memiliki hubungan yang erat satu sama lain dimana terjadi saling mempengaruhi, misalnya mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis atau kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang penting. Akan tetapi, tidak semua demikian keadaannya karena hal tersebut tergantung pada sistem nilai-nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat yang bersangkutan. Kedudukan status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan orang-orang lainnya, status sendiri mempunyai dua aspek yang penting, yaitu aspek yang statis, yang sifatnya hierarkis, artinya mengandung perbandingan tinggi dan rendahnya secara relatif terhadap status yang lain, dan aspek fungsional yang berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu. Dalam hal ini dapat berhubungan dengan jabatan, tingkah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI laku yang formal dan jasa yang diharapkan dari fungsi jabatan tersebut Soekanto, 1982:233. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yatitu ascribed status yang merupakan kedudukan yang diperoleh tanpa memperlihatkan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan yang diperoleh melalui kelahiran, dan achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja dan diperoleh tidak melalui kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, dan ini tergantung dari kemampuan masing- masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya Soekanto, 1982:217. Dengan demikian sistem pelapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Ada pula yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama, yang biasanya menjadi alasan terjadinya sistem pelapisan tersebut seperti kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat. Ukuran atau kriteria yang dipakai untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang lainnya sebagai berikut Soekanto, 1982:231- 232: 1. Ukuran kekayaan dapat dijadikan sebagai suatu ukuran. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, ia termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam bentuk rumah, mobil, pakaian, dan sebagainya. 2. Ukuran kekuasaan dapat dijadikan sebagai ukuran. Barang siapa memiliki kekuasaan atau wewenang, menempati lapisan yang tertinggi. Kekuasaan mencakup baik suatu kemampuan untuk memerintah dan juga untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memberi keputusan–keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lain. Max Webber menyatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan- kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu. 3. Ukuran kehormatan yang terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. 4. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran-ukuran tersebut trekadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu dari ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan teapi gelar kesarjanaannya. Seperti diungkapkan di atas mengenai ukuran-ukuran yang dapat dipakai untuk menggolongkan masyarakat, yaitu ukuran kekayaan. Status sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh penghasilan yang diperoleh seseorang. Dalam penelitian ini adalah seorang guru. Guru yang memiliki penghasilan yang tinggi akan memiliki status sosial ekonomi yang tinggi, karena dengan penghasilan yang tinggi tersebut seorang guru akan mampu untuk membeli barang-barang kebutuhan sekunder atau bahkan kebutuhan tersier. Dengan kepemilikikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI barang-barang itu maka guru akan dipandang di dalam masyarakat sebagai orang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi.

F. Pekerjaan Sambilan

Dokumen yang terkait

MINAT MAHASISWA BERPROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA Minat Mahasiswa Berprofesi Guru Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

0 1 17

MINAT MAHASISWA BERPROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA Minat Mahasiswa Berprofesi Guru Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

0 2 10

Persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian, status sertifikasi profesi, dan jenis kelamin : sebuah survai terhadap guru-guru di dua SMP negeri dan tiga SMP swasta di Kota Yogyakarta.

0 0 156

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa dan pekerjaan orangtua : studi kasus SMA St. Mikael Warak Sleman.

0 0 131

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi : studi kasus guru-guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman.

0 1 123

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah : survei guru SD, SMP, dan SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates.

0 0 172

Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar, dan status guru ; studi kasus guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

0 0 203

Persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru studi kasus pada guru SD dan SMP negeri dan swasta di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sle

0 2 140

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN MASA KERJA GURU

0 0 104

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN PORTOFOLIO SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, STATUS SERTIFIKASI PROFESI, DAN JENIS KELAMIN Sebuah Survai terhadap Guru-guru di dua SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Kota Yogyakarta SKRIPSI Di

0 0 154