Persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru studi kasus pada guru SD dan SMP negeri dan swasta di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sle
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU
DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN
DAN STATUS GURU
Studi Kasus pada Guru-Guru SD dan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Yovita Arum Dati
041334066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
(2)
ii
SKRIPSI
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU
DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN
DAN STATUS GURU
Studi kasus pada Guru SD dan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Oleh: Yovita Arum Dati
Telah disetujui oleh:
Pembimbing:
(3)
iii
SKRIPSI
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU
DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN
DAN STATUS GURU
Studi kasus pada Guru SD dan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Yovita Arum Dati 041334066
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Agustus 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si ... Sekretaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si ... Anggota Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA ... Anggota Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si ... Anggota Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. ...
(4)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:
Universitas Sanata Dharma
serta
Tuhan Yesus dan Bunda Maria Pembimbingku
Kedua Orang Tuaku
Kedua Saudaraku
&
(5)
v
MOTTO
Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya
Ceroboh dan tidak bisa menahan emosi adalah sikap yang bisa berakibat fatal
kita tidak harus berhasil dalam semua hal, karena keberhasilan dalam satu hal saja, sudah
lebih dari cukup untuk menjadikan semua hal in…dah bagi kita.
keberhasilan adalah proses, bukan tujuan. nikmati prosesnya!
(6)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Agustus 2010
(7)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yovita Arum Dati
Nomor Mahasiswa : 041334066
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar, Tingkat Pendidikan dan Status Guru“
Studi Kasus pada Guru-guru SD dan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Agustus 2010 Yang menyatakan,
(8)
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU
DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN
DAN STATUS GURU
Studi Kasus pada Guru-Guru SD dan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta
Yovita Arum Dati Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru.
Penelitian dilaksanakan di SD dan SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kecamatan Ngaglik pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2009. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 617. Sampel penelitian berjumlah 243 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji T dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) tidak ada perbedaan persepi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar (Fhitung = 0,188 < Ftabel = 3,04), (2) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (Thitung = -0,099 < Ttabel = 1,973), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru (Fhitung = 0,133 < Ftabel = 3,04).
(9)
ix
ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S
PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM
TEACHING EXPERIENCE, EDUCATIONAL LEVEL AND
TEACHER’S STATUS
A Case Study at State and Private Primary School and Junior High School Teachers in Ngaglik District Sleman Regency, D.I. Yogyakarta
Yovita Arum Dati Sanata Dharma University
2010
The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s professional certificate perceived from: (1) teaching experience; (2) educational level; (3) teacher’s status.
This research was conducted at Private and State Primary School and Junior High Schools in Ngaglik District, Sleman Regency in October 2009. The methods of data collection were documentation and questionnaire. The population of this research were 617 teachers. The samples of this research were 243 teachers. The techniques of data analysis were T test and F test.
The result of this research shows that there isn’t any different perception towards teacher’s professional certificate perceived from: (1) teaching experience (F count = 0,188 < F table = 3,04), (2) educational level (T count = -0,099 < T table = 1, 973), (3) teacher’s status (F count = 0,133 < F table = 3,04).
(10)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S., yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran serta bantuan dalam proses penerjemahan abstrak dalam Bahasa Inggris demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam proses perkuliahan.
(11)
xi
9. Tenaga Administrasi Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi, Pak Wawiek dan Mbak Aris, dkk atas bantuan dan pelayanannya dalam hal administrasi perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
10.Kepala Sekolah dan para guru SD dan SMP Negeri dan Swasta tempat penulis melakukan penelitian (SDN Seloharjo, SDN Karangmloko I, SDN Dayuharjo, SDIT Bias, SDK Karitas, SDIT Hidayahtullah, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, SMP Hamong Putera, SMP Karitas, SMP Piri), terimakasih atas kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
11.Keluargaku (Bapak, Ibu, Abang, Sari) tercinta untuk doa, cinta, dukungan dan kasih yang tek pernah berhenti untukku.
12.Keluarga besar Om Andrei dan Tante Ima dan Adik kecil yang cantik juga Sexy Adys (..kukuk sayang..) untuk perhatian dan dukungannya yang juga gak pernah berhenti buat kami bertiga (Maaf kalo sering merepotkan).
13.Keluarga besar ku yang tersayang baik di Riau (Tj. Balai Karimun, Batam), Purwokerto, Madiun, Surabaya, Gresik (Ngendi neh..?) untuk dukungannya, tawa, perhatian dan semuanya.
14.Semua teman dan sahabat PAK’04 kelas A dan B juga C spesial buat mereka yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
15.Teman-teman UKMK dan Jarum UKMK untuk persahabatanya semoga tetap menjalin persaudaraan yang sejati walau raga terpisah jauh.
16. Sahabat dan Staff TotalStation dan PT. Geomap Yogyakarta, untuk sebuah awal dari kehidupan saya berikutnya.
17.My Mates : Abriel, Erna, Ria buat lungsurannya, buat ceritanya, buat rahasianya, buat ketawanya, buat kegilaannya dan buat sedihnya juga misuhnya.
18.For Special One Mas Putra a.k.a Yoyo jangan ada Pertam*x diantara kita..^_^’ terimakasih dukungan lahir dan batinya ya.
19.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kerjasama, bantuan, dukungan, doa dan perhatiannya sehingga skripsi ini benar-benar terselesaikan dengan baik dan lancar.
(12)
xii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan masukan, saran dan kritik yang sekiranya dapat melengkapi dan menyempurnakan isi skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap adanya perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 24 Agustus 2010 Penulis
(13)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Kajian Teoretis ... 9
1. Pengertian Persepsi ... 9
2. Pengertian Guru ... 10
3. Persepsi Guru ... 11
(14)
xiv
5. Pengalaman Mengajar ... 18
6. Tingkat Pendidikan ... 19
7. Status Guru ... 20
B. Kerangka Berfikir ... 22
1. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Pengalaman Mengajar ... 22
2. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 23
3. Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru ... 23
C. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
1. Tempat Penelitian ... 26
2. Waktu Penelitian ... 26
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27
1. Subjek Penelitian ... 27
2. Objek Penelitian ... 27
D. Populasi dan Sampel ... 27
1. Populasi ... 27
2. Sampel ... 28
3. Pengambilan Sampel ... 28
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 29
1. Variabel Pengalaman Mengajar ... 30
2. Variabel Tingkat Pendidikan ... 30
3. Variabel Status Guru ... 30
4. Variabel Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Guru .. 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
(15)
xv
2. Dokumentasi ... 36
G. Uji Kuesioner ... 37
1. Pengujian Validitas ... 37
2. Pengujian Reliabilitas ... 39
H. Teknik Analisis Data ... 40
1. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 40
2. Pengujian Hipotesis ... 42
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 46
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 47
2. Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 49
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 53
1. Uji Normalitas ... 53
2. Uji Homogenitas ... 55
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 57
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
1. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Pengalaman Mengajar ... 60
2. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 62
3. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru ... 64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan ... 67
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi
Guru ... 32
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 36
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 38
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 40
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 46
Tabel 4.2 Deskripsi Responden menurut Pengalaman Mengajar Guru ... 47
Tabel 4.3 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Pengalaman Mengajar Guru ... 47
Tabel 4.4 Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 48
Tabel 4.5 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 48
Tabel 4.6 Deskripsi Responden menurut Status Guru ... 48
Tabel 4.7 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Status Guru ... 49
Tabel 4.8 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 49
Tabel 4.9 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar ... 50
Tabel 4.10 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 51
Tabel 4.11 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Status Guru ... 52 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru
(17)
xvii
Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar . 54 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru
Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 54 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru
Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Status Guru ... 55 Tabel 4.15 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari
Pengalaman Mengajar ... 56 Tabel 4.16 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Tingkat
Pendidikan ... 56 Tabel 4.17 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Status
Guru ... 56 Tabel 4.18 Tabel Anova Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Ditinjau
Dari Pengalaman Mengajar ... 57 Tabel 4.19 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi
Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 58 Tabel 4.20 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi
(18)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 74
Lampiran II Data Uji Validitas dan Reliabilitas ... 81
Lampiran III Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 83
Lampiran IV Data Induk Penelitian ... 86
Lampiran V Tabulasi Data Penelitian ... 92
Lampiran VI Analisis Data ... 96
Lampiran VII Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 99
Lampiran VIII Daftar TTabel, RTabel ... 105
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru adalah ujung tombak bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Melalui pendidikan yang berkualitas akan lahir generasi-generasi yang mampu bersaing dalam era globalisasi sehingga guru dituntut menjadi seseorang yang profesional di bidangnya. Dalam situs www.sertifikasiguru.org dituliskan bahwa sebagai tenaga profesional guru dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional salah satu faktor yang dianggap mampu meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas tenaga pendidik atau guru. Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Keikutsertaan guru dalam program uji sertifikasi selain diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dapat pula memperoleh manfaat antara lain terlindunginya profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra profesi guru, melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional serta dapat meningkatkan kesejahteraan guru.
(20)
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru dimana sertifikat pendidik tersebut telah ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru (www.sertifikasiguru.org). Program pemberian sertifikat pendidik dilakukan melalui uji sertifikasi pendidik yang juga merupakan kontrol kualitas calon pendidik yang dilaksanakan secara selektif dan bertahap. Secara selektif berarti uji sertifikasi dilakukan melalui serangkaian seleksi mulai dari seleksi administrasi, tes tertulis, tes kinerja dan penilaian portofolio guru. Sedangkan secara bertahap uji sertifikasi akan dilakukan secara bergelombang pada setiap tahunnya sesuai dengan kemampuan penyelenggara program sertifikasi/pemerintah (Sarimaya, 2008:10).
Uji sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan rekam jejak profesionalitas guru selama masa mengajar yang mencakup sepuluh dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Permasalahan muncul ketika para guru harus memenuhi sepuluh komponen penilaian portofolio. Tuntutan ini menimbulkan beragam persepsi dari para guru yang hendak mengikuti uji sertifikasi. Pengalaman mengajar merupakan masa
(21)
kerja sebagai guru pada jenjang, jenis dan satuan pendidikan formal tertentu dan bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang (pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan). Bervariasinya pengalaman mengajar atau masa kerja guru diduga akan menimbulkan perbedaan persepsi. Guru dengan pengalaman mengajar yang tinggi memiliki peluang yang lebih besar dalam pengumpulan nilai portofolio dibandingkan dengan guru yang cukup atau kurang pengalaman mengajarnya.
Menurut Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2007) dalam Tanya Jawab tentang Sertifikasi Guru menuliskan bahwa guru yang dapat mengikuti sertifikasi adalah guru yang telah memenuhi persyaratan utama yaitu memiliki ijasah akademik atau kualifikasi minimal S-1 atau D4. Fauziah (2009) menuliskan syarat ijasah dalam ketentuan sertifikasi ini menjadi permasalahan banyak guru di sekolah-sekolah dikarenakan masih ada guru yang berijasah diploma 1, diploma 2 dan diploma 3. Adanya perbedaan tingkat pendidikan ini diduga akan menimbulkan perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi.
Golongan jabatan berkaitan dengan periode bekerjanya seorang guru dan tingkat pendidikannya, bila tingkat pendidikan guru dan periode bekerjanya tinggi maka golongan jabatan yang dimiliki juga tinggi sehingga guru dapat mengajukan permohonan kenaikan pangkat atau golongan jabatan sampai dengan jenjang maksimal kepangkatannya. Karena tingkat pendidikan dan periode bekerja setiap guru berbeda, maka golongan jabatan yang diterima masing-masing guru
(22)
juga berbeda. Dari perbedaan golongan jabatan yang diterima setiap guru akan menimbulkan perbedaan persepsi terhadap uji sertifikasi. Guru dengan golongan jabatan rendah akan berpandangan positif terhadap uji sertifikasi karena dengan lulus uji sertifikasi maka tingkat kesejahteraan akan lebih terjamin, namun guru dengan golongan jabatan tinggi diduga memiliki pandangan yang berlawanan dengan guru golongan jabatan rendah karena dirasa guru dengan golongan jabatan tinggi telah tercukupi kesejahteraannya sehingga kurang tertarik untuk mengikuti uji sertifikasi.
Disebutkan dalam UU Guru dan Dosen pasal 35 ayat (2) bahwa guru yang dapat mengikuti uji sertifikasi adalah guru yang telah memenuhi sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu sebagai beban mengajarnya. Persyaratan ini menjadi dasar timbulnya perbedaan persepi dari setiap guru. Guru dengan beban mengajar kurang dari persyaratan tersebut diduga akan memiliki persepsi yang negatif terhadap uji sertifikasi karena bertambahnya beban persyaratan untuk mengikuti proses uji sertifikasi ini, sedangkan guru dengan beban mengajar yang telah memenuhi persyaratan tersebut diduga akan terpacu untuk lulus seleksi uji sertifikasi ini
Uji sertifikasi guru diikuti oleh semua guru yang memenuhi persyaratan baik guru PNS maupun Non-PNS (Guru Tetap Yayasan dan Guru Tidak Tetap). Perbedaan persepsi ditinjau dari status guru diduga muncul dikarenakan kuota peserta uji sertifikasi guru untuk guru yang berstatus PNS lebih banyak dibandingkan dengan kuota guru yang berstatus Non-PNS. Kuota sertifikasi guru
(23)
dalam jabatan tahun 2009 Provinsi D.I Yogyakarta untuk guru PNS sebanyak 6.983 dan Non PNS sebanyak 1.232 (http://lpmpjogja.diknas.go.id/index, 2009).
Di Indonesia uji sertifikasi menuai banyak pro dan kontra dari berbagai pihak salah satunya diungkapkan oleh Sawali Tuhusetya (2009) beliau menuliskan bahwa tujuan program ini sesungguhnya cukup ideal, yakni untuk melahirkan guru profesional yang memiliki kompetensi pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian. Guru yang dinyatakan lulus uji sertifikasi akan mendapatkan sertifikat pendidik dan akan menerima tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. Dengan tingkat kesejahteraan yang memadai, etos kerja guru diharapkan dapat meningkat sehingga akan berdampak positif terhadap kualitas pendidikan. Namun, program ini mulai bermasalah ketika proses uji sertifikasi guru yang dilaksanakan dalam bentuk portofolio diduga terjadi penyimpangan. Banyak dokumen yang diduga palsu, sehingga tidak mencerminkan kompetensi yang sesungguhnya. Hal ini dirasakan juga oleh guru-guru SD dan SMP di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman karena program ini berlaku untuk semua guru di seluruh Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar, Tingkat Pendidikan dan Status Guru” studi kasus pada guru Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
(24)
B. Batasan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi guru terhadap proses uji sertifikasi seperti yang telah dijelaskan di latar belakang antara lain pengalaman mengajar, tingkat pendidikan, golongan jabatan, beban mengajar, dan status guru.
Mengingat waktu, biaya dan tenaga yang terbatas, penelitian ini memfokuskan permasalahan pada tiga faktor yaitu pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru dan mengabaikan guru-guru yang sudah mengikuti uji sertifikasi.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari pengalaman mengajar guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan guru?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari status guru?
(25)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingi dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari pengalaman mengajar guru.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari status guru.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah tentang tanggapan para guru terhadap uji sertifikasi, sehingga pemerintah dapat membuat kebijakan yang sesuai dan selaras berkaitan dengan profesi guru.
2. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru selaku tenaga pendidik mengenai persepsi teman sejawat mengenai uji sertifikasi yang mulai dilaksanakan serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi para guru untuk dipergunakan sesuai kebutuhan.
(26)
3. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah wacana menganai uji sertifikasi dan pandangan guru-guru terhadap uji sertifikasi yang ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru. 4. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan dan penghargaan terhadap profesi guru.
(27)
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Kajian Teoretis 1. Pengertian Persepsi
Manusia selain sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individual oleh karena itu terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain dengan adanya perbedaan ini menyebabkan seseorang menyenangi suatu objek sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci objek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi objek tersebut dengan persepsinya (Wolberg, 1967).
Persepsi merupakan proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
Muhadi (1989) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa objek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik di tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain).
Dalam proses persepsi seseorang dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian ini dapat bersifat positif atau negatif, senang atau
(28)
tidak senang dan sebagainya. Selanjutnya dari persepsi akan terbentuk sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula (www.renijudhanto.com, 2009).
2. Pengertian Guru
Guru memiliki kedudukan strategis sebagai tenaga profesional yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Sarimaya, 2008:33).
Menurut Mulyasa (2007:5) guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Sedangkan Usman, U (1990:1) menuliskan bahwa guru merupakan profesi yang jabatannya atau pekerjaannya memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Oleh karena itu, sebagai sebuah profesi, tugas guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih siswa. Mendidik berarti mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan siswa. Sarimaya, F (2008:113) menuliskan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
(29)
Menurut Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (civil mission). Ketiga tugas guru ini harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis, harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
3. Persepsi Guru
Persepsi guru dapat disimpulkan sebagai tanggapan guru terhadap suatu keyakinan yang ditangkap melalui penglihatan dan pendengaran tentang isu-isu yang berkembang yang kemudian membentuk suatu konsep diri dalam menyatakan keinginan yang kemudian akan terefleksi melalui sikap dan perilaku terhadap obyek tertentu.
4. Sertifikasi Guru
Secara umum pengertian sertifikasi mengacu pada National Commision On Educational Services (NCES), yang menyebutkan certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credential and provides him or her license to teach dalam Mulyasa, E (2007 : 34)
Suyatno (2008:2) mengemukakan pengertian dasar tentang sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dimana diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu adalah benar adanya. Sertifikasi adalah proses pembuatan dan pemberian dokumen tersebut. Guru yang
(30)
telah mendapat sertifikasi berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan di dalam sertifikat itu.
Menurut Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan (2007) sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru serta mengangkat harkat dan martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Permendiknas No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 menuliskan sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan sebagai tenaga profesional.
a. Tujuan Sertifikasi Guru
Menurut Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tahun 2007 tujuan dari sertifikasi guru adalah:
1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
(31)
2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan 3) Meningkatkan martabat guru
4) Meningkatkan profesionalitas guru b. Manfaat Sertifikasi Guru
Adapun manfaat dari sertifikasi guru antara lain:
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra profesi guru.
Guru dituntut menerapkan teori dan praktik kependidikan yang telah teruji ke dalam pembelajaran di kelas.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
Mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran di kelas. Melalui sertifikasi, masyarakat akan menilai sekolah tertentu berdasarkan mutu kedua faktor tersebut, bukan berdasar promosi yang gencar yang dilakukan oleh sekolah yang bersangkutan.
3) Meningkatkan kesejahteraan guru.
Hasil dari uji sertifikasi guru dapat dengan mudah digunakan untuk menentukan besarnya imbalan yang pantas diberikan kepada masing-masing guru. Dengan sertifikasi, guru dapat terhindar dari guru hebat ternyata hanya mendapat imbalan kecil. Sebaliknya, dapat pula terhindar guru berkualitas rendah mendapat imbalan besar.
(32)
c. Portofolio Sertifikasi Guru
Dalam Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio 2007 menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi dari portofolio. Portofolio dalam konteks pendidikan dimaksudkan sebagai bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/berprestasi yang dicapai selama menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Sepuluh komponen portofolio yang menjadi penilaian dalam uji sertifikasi guru meliputi:
1) Kualifikasi akademik
Adalah ijasah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru pada saat yang bersangkutan mengikuti sertifikasi baik dengan gelar S-1, S-2 atau S-3 maupun non gelar D-IV. Bukti fisik dari kualifikasi akademik berupa ijasah atau sertifikat diploma
2) Pendidikan dan pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru dalam rangka pengembangan dan atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional. Bukti fisik komponen pendidikan dan pelatihan berupa sertifikat atau piagam yang dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara.
3) Pengalaman mengajar
Adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).
(33)
Bukti fisik dari komponen portofolio pengalaman mengajar berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik dari komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran (RP/RPP/SP) yang diketahui/disahkan oleh atasan.
Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola oleh guru dengan format terlampir.
5) Penilaian dari atasan dan pengawas
Adalah penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, meliputi ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggungjawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerja sama. Bukti fisik dari komponen ini berupa format penilaian atasan.
6) Prestasi akademik
Adalah prestasi yang dicapai guru terutama yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional.
(34)
Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.
7) Karya pengembangan profesi
Adalah suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut. 8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Adalah partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat/piagam bagi nara sumber, dan sertifikat/piagam bagi peserta.
9) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Adalah pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan dan sosial dan atau mendapat tugas tambahan. Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain: pengurus PGRI, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI), dan asosiasi profesi kependidikan lainnya. Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua RW, ketua LMD/BPD, dan pembina kegiatan keagamaan. Mendapat tugas tambahan lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio. Bukti
(35)
fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Adalah penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
Penyusunan dokumen portofolio ini memiliki fungsi untuk menilai kompetensi guru sebagai pendidik dan agen pembelajaran. Kompetensi yang harus dikuasai oleh pendidik meliputi:
1) Kompetensi Pedagogik
Penilaian kompetensi pedagogik ini meliputi penilaian melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, serta perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
(36)
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Aspek yang dinilai dalam kompetensi profesional meliputi dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, prestasi akademik serta karya pengembangan profesi.
5. Pengalaman Mengajar
Berdasarkan pada Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio 2007, pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu dan bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang (pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan).
Bagi guru pegawai negeri sipil (PNS) pengalaman mengajar dihitung mulai dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS, sedangkan bagi guru Non-PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang
(37)
dibuktikan dengan surat keputusan dari sekolah berdasarkan surat pengangkatan dari yayasan (Widyatmoko, 2008:45).
Penilaian komponen pengalaman mengajar dalam portofolio menurut Pedoman Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru Tahun 2007 adalah sebagai berikut.
6. Tingkat Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1981:232) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sebagai pendidik profesional, guru harus memenuhi persayaratan kualifikasi akademik maupun kompetensi. Kualifikasi akademik adalah ijasah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan (Sarimaya, 2008:15).
Piet A. Sehertian (1994:68) menuliskan Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan memiliki empat macam program pendidikan guru, yaitu:
Pengalaman Mengajar Skor
> 31 tahun 220
29 – 31 tahun 205
26 – 28 tahun 190
23 – 25 tahun 175
20 – 22 tahun 160
17 – 19 tahun 145
14 – 16 tahun 130
11 – 13 tahun 115
8 – 10 tahun 100
5 – 7 tahun 85
(38)
Program Gelar Lama Studi Diploma 1 (D1)
Diploma 2 (D2) Diploma 3 (D3)
Sarjana (S1)
Pasca Sarjana (S2)
Doktor (S3)
1 – 2 tahun 2 – 3 tahun 3 – 5 tahun 4 – 7 tahun 6 – 9 tahun 8 – 11tahun
7. Status Guru
Mengutip dari situs www.e-dukasi.net, status adalah perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya, sering pula disebut sebagai kedudukan. Terdapat beberapa cara untuk memperoleh status atau kedudukan, yakni:
a. Ascibed Status, adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah diperoleh sejak lahir. Contoh: jenis kelamin, gelar kebangsawanan, gelar keturunan, dll.
b. Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan seperti: dokter, insinyur, gubernur, guru, dll.
c. Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat. Contoh: gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
Mengacu dari pengertian tersebut, status guru merupakan kedudukan seorang guru yang diperoleh dengan disengaja (achieved status).
(39)
Status guru dalam hal ini terbagi menjadi dua golongan yakni, guru pegawai negeri sipil (PNS) dan guru non pegawai negeri sipil (non-PNS). Sehertian (1994:10) dalam Guswanto (2009:29-30) menuliskan status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial dan di dalam pendidikan, status guru terdiri dari:
a. Guru Negeri
Adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara.
b. Guru Swasta
Adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu:
1) Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.
2) Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.
3) Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi statusnya belum tetap.
Suyatno (2008:9) menuliskan bahwa guru yang mengikuti sertifikasi adalah semua guru dalam jabatan asalkan memenuhi persyaratan sertifikasi guru, hal ini
(40)
dapat diartikan bahwa guru dengan status PNS maupun non-PNS dapat mengikuti uji sertifikasi guru ini.
B. Kerangka Berfikir
1. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar
Persepsi muncul ketika seseorang menerima informasi dan menafsirkan pesan tersebut sesuai dengan pengalamannya. Guru dalam menghadapi uji sertifikasi harus memenuhi salah satu komponen portofolio yakni pengalaman mengajar. Dengan pengalaman mengajar, seseorang guru diharapkan memenuhi standar profesional yang menjadi syarat mutlak uji sertifikasi. Pengalaman mengajar berkaitan dengan nilai-nilai profesionalitas yang diharapkan dengan semakin berpengalaman profesionalitas guru dalam mengajar diharapkan juga baik.
Dengan pengalaman mengajar yang tinggi, guru diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya sehingga mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang ditunjang dengan pemberian sertifikat yang akan meningkatkan martabat guru. Perbedaan persepsi diduga akan muncul apabila uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar guru. Guru dengan pengalaman mengajar yang tinggi diduga memiliki persepsi yang berbeda terhadap uji sertifikasi dengan guru yang cukup atau masih kurang berpengalaman dalam mengajar. Hal ini dikarenakan guru yang memiliki pengalaman mengajar tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar dalam mengikuti program sertifikasi
(41)
dibandingkan dengan guru yang cukup atau masih kurang berpengalaman mengajar (Bali Post, 2008).
2. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh guru. Untuk mengikuti uji sertifikasi tingkat pendidikan minimal yang harus ditempuh guru adalah sarjana atau diploma IV (D4/S1). Persepsi yang berbeda diduga akan muncul ketika guru menanggapi syarat untuk mengikuti uji sertifikasi yang salah satunya adalah tingkat pendidikan minimal sarjana atau diploma 4 (D4/S1), karena tidak semua guru telah menempuh jenjang pendidikan hingga D4/S1.
Bagi para guru yang belum menempuh jenjang pendidikan D4/S1 akan merasa kesulitan bila harus meneruskan jenjang pendidikan tersebut agar bisa mengikuti uji sertifikasi ini. Hal ini disebabkan waktu yang harus mereka korbankan akan lebih banyak daripada guru yang telah menempuh D4/S1 serta kendala lainnya seperti jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mengikuti pelatihan serta faktor usia. Oleh karena itu, persepsi guru diduga akan berbeda antara guru yang telah berpendidikan D4/S1 dengan guru yang belum menempuh D4/S1.
3. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Status Guru Selain dari pengalaman mengajar dan tingkat pendidikan, status guru juga akan menimbulkan perbedaan persepsi terhadap uji sertifikasi. Hal ini terjadi karena uji sertifikasi mencakup semua golongan guru baik guru swasta maupun
(42)
guru negeri. Dalam penelitian ini, status guru yang ingin diteliti adalah status guru pegawai negeri sipil (PNS) dan guru non pegawai negeri sipil (Non-PNS).
Perbedaan persepsi diduga akan muncul pada saat uji sertifikasi dilaksanakan bila dilihat salah satunya dari status gurunya. Hal ini dapat terjadi karena kuota peserta uji sertifikasi untuk guru yang berstatus non-PNS lebih sedikit dibandingkan dengan kuota peserta uji sertifikasi untuk guru yang berstatus PNS. Untuk Provinsi D.I Yogyakarta, kuota sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009 untuk PNS sebanyak 6.983 orang dan untuk Non PNS sebanyak 1.232 orang (http://lpmpjogja.diknas.go.id, 2009). Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir dapat diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang berstatus PNS dengan guru yang berstatus Non PNS.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis nol (H0)
dan hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini sebagai berikut:
H01 : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau
dari pengalaman mengajar.
Ha1 : Terdapat perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari pengalaman mengajar.
H02 : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
Ha2 : Terdapat perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau
(43)
H03 : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau
dari status guru.
Ha3 : Terdapat perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari status guru.
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study) yakni penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut yang dilakukan terhadap “kesatuan sistem” berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu (Nana S.S, 2008:64).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) negeri dan swasta yaitu: SDN Seloharjo, SDN Karangmloko I, SDN Dayuharjo, SDIT Bias, SDK Karitas dan SDIT Hidayahtullah dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta yaitu : SMPN 2 Ngaglik, SMPN 3 Ngaglik, SMPN 4 Ngaglik, SMP Hamong Putera Ngaglik, SMPK Karitas dan SMP Piri Ngaglik yang ada di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009.
(45)
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta 2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah persepsi guru terhadap uji sertifikasi yang ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi pusat perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2003:118). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh guru SD dan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta. Menurut katalog BPS Kecamatan Ngaglik dalam angka 2007 jumlah guru SD dan SMP Negeri dan Swasta adalah 617 guru dengan jumlah unit SD dan SMP Negeri dan Swasta sebanyak 46 unit.
No. Jenjang Pendidikan Status Jumlah Unit
Jumlah Guru
1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 30
375
2. Sekolah Dasar (SD) Swasta 7
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5
242 4. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta 4
46 617 Sumber: Katalog BPS Kecamatan Ngaglik dalam Angka 2007
(46)
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling (Usman dan Purnomo, 1995:182). Sampel yang diambil harus bersifat representatif yakni mencerminkan segala karakteristik populasi. Sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004:108).
2 1 Ne N n + = Keterangan:
n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
Dari populasi tersebut, dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian (e) sebesar 5%, maka dengan rumus tersebut di atas diperoleh sampel (n) sebesar:
243 67 , 242 ) 05 , 0 ( 617 1 617
2 = =
+ =
n guru yang akan dijadikan sampel.
3. Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 1989:121). Pengambilan sampel dilakukan dengan melihat karakteristik sekolah (Swasta dan Negeri) serta jenjang sekolah yang berbeda (SD dan SMP). Karena jumlah yang tidak seimbang antara sekolah negeri dan swasta yang ada di
(47)
Kecamatan Ngaglik yakni 37 : 9 maka peneliti menetapkan sampel penelitian ini adalah guru-guru dari 3 SD Negeri, 3 SD Swasta, 3 SMP Negeri dan 3 SMP Swasta. Berikut adalah daftar sekolah dan jumlah guru yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini:
No Nama Sekolah Status Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Guru yang dijadikan sampel
1. SD Negeri Seloharjo Negeri 13 243 12,15 12
260 13
≈ =
x
2. SD Negeri Karangmloko I Negeri 16 243 14,95 15
260 16
≈ =
x
3. SD Negeri Dayuharjo Negeri 22 243 20,56 21
260 22
≈ =
x
4. SDIT Bias Swasta 15 243 14,02 14
260 15
≈ =
x
5. SD Karitas Swasta 16 243 14,95 15
260 16
≈ =
x
6. SDIT Hidayahtullah Swasta 34 243 31,78 32
260 34
≈ =
x
7. SMP Negeri 2 Negeri 28 243 26,17 26
260 28
≈ =
x
8. SMP Negeri 3 Negeri 36 243 33,65 34
260 36
≈ =
x
9. SMP Negeri 4 Negeri 26 243 24,30 24
260 26
≈ =
x
10. SMP Hamong Putera Swasta 13 243 12,15 12
260 13
≈ =
x
11. SMP Karitas Swasta 13 243 12,15 12
260 13
≈ =
x
12. SMP Piri Swasta 28 243 26,17 26
260 28
≈ =
x
Jumlah 260 243
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel penelitian adalah pengelompokkan yang logis dari dua atribut atau lebih (Margono, 2007:133). Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah
(48)
persepsi guru terhadap uji sertifikasi dan persepsi dilihat dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru. Berikut ini disajikan operasionalisasi variabel penelitian: ≤
1. Variabel Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar adalah efektivitas guru dalam mengajar yang dilihat dari lama mengajar. Pemberian skor dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
a. ≤ 5 tahun : Skor 1 b. 6 – 14 tahun : Skor 2 c. ≥ 15 tahun : Skor 3 2. Variabel Tingkat Pendidikan Guru
Tingkat pendidikan guru adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh guru. Pemberian skor dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
a. ≤ D4/S1 : Skor 1
b. ≥ D4/S1 : Skor 2
3. Variabel Status Guru
Status guru adalah kedudukan seorang guru yang diperoleh dengan disengaja (achieved status). Pemberian skor dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Guru Honorer (GTT) : Skor 1
b. Guru Tetap Yayasan (GTY ) : Skor 2
(49)
4. Variabel Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Guru
Persepsi guru adalah tanggapan guru terhadap suatu keyakinan yang ditangkap melalui penglihatan dan pendengaran tentang isu-isu yang berkembang yang kemudian membentuk suatu konsep diri dalam menyatakan keinginan yang kemudian akan terefleksi melalui sikap dan perilaku terhadap obyek tertentu.
Menurut Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan (2007) sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertujuan untuk (1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (3) Meningkatkan martabat guru, (4) Meningkatkan profesionalitas guru, (5) Meningkatkan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru berbentuk uji sertifikasi yang dilakukan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dalam bentuk penilaian portofolio yang mendeskripsikan pengalaman profesionalitas guru yang terdiri dari: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Pelaksanaan uji sertifikasi mencakup empat kompetensi guru yakni, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Berikut adalah
(50)
operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi menurut Guswanto (2009:40) dalam penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Guru
No. Variabel Dimensi Indikator Pernyataan
Positif Negatif 1. Sertifikasi
Guru
1. Kualifikasi akademik
1. Pendidikan formal seorang guru
2. Guru yang mempunyai ijazah S1 tetapi bukan S1 pendidikan
1
2
2. Pendidikan dan
Pelatihan
3. Pelatihan meningkatkan kompetensi pedagogik 4. Bukti keikutsertaan
dalam pendidikan dan pelatihan yang sahkan
3
4
3. Pengalaman
Mengajar
5. Pengalaman mengajar berpengaruh pada kompetensi pedagogik 6. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada kompetensi profesional 7. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada kompetensi sosial 8. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada kompetensi kepribadian 5 7 6 8
(51)
4. Perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran
9. Kompetensi profesional ditunjukkan dengan komponen merumuskan RPP
10.Kompetensi profesional ditunjukkan dengan menggunakan media pembelajaran
11.Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran dalam RPP
12.Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam penilaian belajar
9
10
11
12
5. Penilaian dari
atasan dan pengawas
13.Kepribadian guru dinilai oleh atasan dalam hal ketaatan beragama,
tanggungjawab dan kejujuran
14.Dasar penilaian dari atasan adalah etos kerja dan kreativitas
15.Dasar penilaian dari atasan adalah kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama 13 14 15
(52)
6. Prestasi Akademik
16.Kompetensi profesional ditunjukkan dalam keikutsertaan guru dalam lomba 17.Prestasi akademik
ditunjukkan dengan guru mendampingi siswa lomba 16 17 7. Karya pengembangan profesi
18.Kompetensi profesional dapat ditunjukkan melalui penerbitan buku atau artikel
19.Kompetensi profesional dapat ditunjukkan melalui penelitian dan karya teknologi 20.Bukti karya
pengembangan profesi harus disahkan oleh kepada dinas 18 20 19 8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah 21.Profesionalitas
ditunjukkan dari peran guru sebagai
narasumber 22.Profesionalitas
ditunjukkan dari peran guru sebagai peserta dalam forum ilmiah 23.Bukti dalam forum
ilmiah harus disahkan
22
23
(53)
oleh kepala dinas 9. Pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial 24.Kompetensi
kepribadian dan sosial ditunjukkan dari kesediaan guru pengurus organisasi 25.Kompetensi
kepribadian dan sosial ditunjukkan dari kesediaan mendapat tugas tambahan 26.Bukti dalam
pengalaman organisasi disahkan oleh kepala dinas 24 26 25 10.Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
27.Guru yang pernah mengajar di daerah terpencil diberi pengakuan
28.Guru yang pernah mendapatkan penghargaan diberi pengakuan
27
28
Teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik skala yakni seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat (Zuriah, 2006:188). Skala yang digunakan untuk mengukur persepsi guru terhadap uji sertifikasi adalah skala Likert. Pemberian skor pada setiap pernyataan adalah sebagai berikut:
(54)
Tabel 3.2
Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan secara tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden (Margono, 2007:167). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data tentang persepsi guru terhadap uji sertifikasi yang ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru. 2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Nana S.S, 2008:221). Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang jumlah guru yang ada di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
(55)
G. Uji Kuesioner 1. Pengujian Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2003:121). Validitas berarti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas merupakan prosedur pengujian untuk melihat apakah alat ukur yang berupa kuesioner dapat mengukur dengan cermat atau tidak (Singarimbun, 1989:124).
Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item dengan skor total variabel menggunakan korelasi product moment, sebagai berikut:
( )
{
∑
∑
−∑
∑ ∑
}
{
∑ ∑
−( )
}
−
= 2 2
2
) )( (
y y
N x x
N
y x xy
N rxy
Dimana:
r = koefisien korelasi product moment
x = skor tiap pertanyaan/item y = skor total
N = jumlah responden
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang telah diuji pada penelitian sebelumnya yang berjudul Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Golongan Ruang (Guswanto, 2009: 45-47).
(56)
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,466 Valid
2 0,239 0,635 Valid
3 0,239 0,571 Valid
4 0,239 0,370 Valid
5 0,239 0,393 Valid
6 0,239 0,540 Valid
7 0,239 0,486 Valid
8 0,239 0,734 Valid
9 0,239 0,711 Valid
10 0,239 0,296 Valid
11 0,239 0,371 Valid
12 0,239 0,546 Valid
13 0,239 0,523 Valid
14 0,239 0,737 Valid
15 0,239 0,733 Valid
16 0,239 0,585 Valid
17 0,239 0,507 Valid
18 0,239 0,389 Valid
19 0,239 0,790 Valid
20 0,239 0,625 Valid
21 0,239 0,441 Valid
22 0,239 0,627 Valid
23 0,239 0,308 Valid
24 0,239 0,250 Valid
25 0,239 0,551 Valid
26 0,239 0,723 Valid
27 0,239 0,381 Valid
28 0,239 0,363 Valid
Sumber: Data Pengujian Validitas dan Reliabilitas (lampiran III hal. 85)
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada persepsi guru terhadap uji sertifikasi menunjukkan bahwa ke dua puluh delapan butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan
derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05, maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,239. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya
(57)
menunjukkan angka yang lebih besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,239). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi adalah valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Instrumen yang tepat bukan hanya instrumen yang mampu mengukur apa yang ingin diukur, akan tetapi juga harus konsisten apabila digunakan untuk mengukur hal yang sama untuk waktu yang berbeda. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Blins, 2008).
Uji reliabilitas merupakan suatu cara untuk melihat apakah alat ukur berupa kuesioner yang digunakan konsisten atau tidak. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat diuji dengan menggunakan rumus koefisien croanbach’s alpha (α), yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen. Menurut Nunnaly (1996) dalam Ghozali (2001) croanbach’s alpha merupakan suatu konstruk atau variabel dikatakan andal (reliabel) jika memberikan nilai croanbach’s alpha > 0,60.
Rumus: ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −
=
∑
22 11 1 1 t b k k r αα Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan
2 t
σ = varian total 2
b
σ = jumlah varian butir
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang telah diuji pada penelitian sebelumnya yang berjudul Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi
(58)
Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Golongan Ruang (Guswanto, 2009: 49).
Tabel 3.4
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status Persepsi guru terhadap uji
sertifikasi
0,6 0,917 Reliabel
Sumber: Data Pengujian Validitas dan Reliabilitas (lampiran III hal. 84)
Dari dua puluh delapan pertanyaan pada variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi ini diperoleh nilai rhitung sebesar 0,917. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan sebesar 0,6 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel (Nunnaly dalam Imam Gozali, 2001: 42). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel (0,917 > 0,6). Ini
berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel persepsi guru terhadap Uji Sertifikasi dapat dikatakan andal.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Uji Kolmogorov –Smirnor memusatkan perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar. Harga F0(X) – Sn terbesar
(59)
Berikut rumus uji Kolmogorov – Smirnov untuk pengujian normalitas data (Ghozali, 2002:36):
D = max[F0(X1) – Sn(X1)] Keterangan:
D = Deviasi maksimum
F0(X1) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan Sn(X1) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi Kriteria penerimaan:
Bila nilai probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan > dari taraf signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal. Sedangkan bila nilai probabilitas (ρ) < dari taraf signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan distribusi data tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Uji homogenitas dapat dilakukan dengan berbagai metode pengujian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dan uji F (Anova). Uji t digunakan untuk pengujian dua sampel dan uji F (Anova) digunakan untuk pengujian lebih dari dua sampel (Brataningrum, Natalina P, 2008:43).
Kehomogenan dapat dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikan tertentu, biasanya penelitian menggunakan taraf signifikan 0,05 atau 0,01sebaliknya jika hasil uji signifikan maka kenormalan tidak dipenuhi.
(60)
Jika taraf signifikan yang diperoleh > 0,05 maka variasi setiap sampel homogen dan jika taraf signifikan yang diperoleh < 0,05 maka variasi setiap sampel tidak homogen.
2. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis 1
Untuk menguji hipotesis pertama menggunakan uji statistik One Way Anava
dilakukan langkah-langkah: 1. Perumusan hipotesis
H01 : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru
ditinjau dari pengalaman mengajar.
Ha1 : Terdapat perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru
ditinjau dari pengalaman mengajar.
2. Menyusun dan menjumlahkan skor dari setiap jawaban responden 3. Menentukan nilai kritis dengan taraf signifikansi = 0,05
4. Menyusun skor dan mean untuk masing-masing variabel dari setiap responden.
5. Menghitung uji statistik One Way Anava dengan rumus sebagai berikut:
k N nj T X k N T j T F n i k j k j j ij k j j − − − − =
∑∑
∑
∑
= = = =1 1 1
2 2 1 2 2 1 Keterangan:
Xij = Nilai individu ke I dari sampel j
k = Banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,…, sampel k) nj = Banyaknya individu (ukuran) sampel j
(61)
Tj = T1+T2+T3
N = Banyaknya sampel 6. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung dengan Ftabel adalah sebagai berikut:
a) Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima
b) Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak b. Pengujian Hipotesis 2
Untuk menguji hipotesis kedua menggunakan uji t dua sampel independen, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perumusan hipotesis
H02 : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
Ha2 : Terdapat perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
2. Menyusun dan menjumlahkan skor dari setiap jawaban responden 3. Menentukan nilai kritis dengan taraf signifikansi = 0,05
4. Menyusun skor dan mean untuk masing-masing variabel dari setiap responden
5. Menghitung statistik untuk dua sampel independen dengan rumus:
(
)
(
)
⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + − + + − − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 x x x x S x S x x x x t(62)
Keterangan:
x1 : Rata-rata sampel 1 x2 : Rata-rata sampel 2
S1 : Simpangan baku sampel 1 S2 : Simpangan baku sampel 2 S12 : Varians sampel 1
S22 : Varians sampel 2
6. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Thitung dengan Ttabel
adalah sebagai berikut:
a) Jika Thitung ≤ Ttabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima b) Jika Thitung≥ Ttabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak c. Pengujian Hipotesis 3
Untuk menguji hipotesis ketiga menggunakan uji one way anova dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perumusan hipotesis
H03 : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru
ditinjau dari status guru.
Ha3 : Terdapat perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru
ditinjau dari status guru.
2. Menyusun dan menjumlahkan skor dari setiap jawaban responden 3. Menentukan nilai kritis dengan taraf signifikansi = 0,05
4. Menyusun skor dan mean untuk masing-masing variabel dari setiap responden
(63)
k N nj T X k N T j T F n i k j k j j ij k j j − − − − =
∑∑
∑
∑
= = = =1 1 1
2 2 1 2 2 1 Keterangan:
Xij = Nilai individu ke I dari sampel j
k = Banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,…, sampel k) nj = Banyaknya individu (ukuran) sampel j
Tj = T1+T2+T3
N = Banyaknya sampel 6. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung dengan Ftabel
adalah sebagai berikut:
a) Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima b) Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak
(64)
BAB IV
ANALISIS DATA PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2009. Subjek penelitian ini adalah guru-guru pada dua belas sekolah yang ada di Kecamatan Ngaglik. Dua belas sekolah tersebut adalah SDN Seloharjo, SDN Karangmloko I, SDN Dayuharjo, SDIT Bias, SDK Karitas, SDIT Hidayatullah, SMPN 2 Ngaglik, SMPN 3 Ngaglik, SMPN 4 Ngaglik, SMP Hamong Putera Ngaglik, SMP Karitas, SMP Piri Ngaglik. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 243 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 180 kuesioner atau response rate sebesar 74,07 %. Bedasarkan jawaban 180 responden yang semua butir pernyataan diisi secara lengkap, selanjutnya disusun data seperti tampak pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah Jumlah Kuesioner
Tersebar Kembali Tdk. Kembali Responden
SD Negeri Seloharjo 12 8 4 8
SD Negeri Karangmloko I 15 12 3 12
SD Negeri Dayuharjo 21 12 9 12
SDIT Bias 14 14 0 14
SD Karitas 15 9 6 9
SDIT Hidayahtullah 32 24 8 24
SMP Negeri 2 26 20 6 20
SMP Negeri 3 34 28 6 28
SMP Negeri 4 24 19 5 19
SMP Hamong Putera 12 8 4 8
(65)
SMP Karitas 12 9 3 9
SMP Piri 26 17 9 17
243 180 63 180
Berikut ini disajikan deskripsi data untuk setiap variabel penelitian ini: 1. Deskripsi responden penelitian
a. Pengalaman mengajar guru
Tabel 4.2
Deskripsi Responden menurut Pengalaman Mengajar Guru
Nama Sekolah Pengalaman Mengajar Guru
≤ 5 tahun 6 – 14 tahun ≥ 15 tahun Jumlah
SD Negeri Seloharjo 0 0 8 8
SD Negeri Karangmloko I 4 0 8 12
SD Negeri Dayuharjo 0 0 12 12
SDIT Bias 8 6 0 14
SD Karitas 0 3 6 9
SDIT Hidayahtullah 12 11 1 24
SMP Negeri 2 3 4 13 20
SMP Negeri 3 2 4 22 28
SMP Negeri 4 0 1 18 19
SMP Hamong Putera 0 3 5 8
SMP Karitas 2 5 2 9
SMP Piri 4 6 7 17
Jumlah 35 43 102 180
Tabel 4.3
Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Pengalaman Mengajar Guru
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 56,67% responden penelitian ini memiliki pengalaman mengajar lebih dari 15 tahun.
Pengalaman Mengajar Jumlah Persentase
≤ 5 tahun 35 19,44%
6 – 14 Tahun 43 23,89%
≥ 15 tahun 102 56,67%
(66)
b. Tingkat pendidikan guru
Tabel 4.4
Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru
Nama Sekolah ≤ Tingkat Pendidikan Guru
D4/S1 ≥ D4/S1 Jumlah
SD Negeri Seloharjo 3 5 8
SD Negeri Karangmloko I 9 3 12
SD Negeri Dayuharjo 11 1 12
SDIT Bias 3 11 14
SD Karitas 2 7 9
SDIT Hidayahtullah 5 19 24
SMP Negeri 2 8 12 20
SMP Negeri 3 16 12 28
SMP Negeri 4 3 16 19
SMP Hamong Putera 4 4 8
SMP Karitas 0 9 9
SMP Piri 1 16 17
Jumlah 65 115 180
Tabel 4.5
Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 63,89% responden penelitian berpendidikan ≥ D4/S1.
c. Status Guru
Tabel 4.6
Deskripsi Responden menurut Status Guru
Nama Sekolah Status Guru
GTT GTY PNS Jumlah
SD Negeri Seloharjo 1 0 7 7
SD Negeri Karangmloko I 5 0 7 12
SD Negeri Dayuharjo 0 0 12 12
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
≤ D4/S1 65 36,11%
≥ D4/S1 115 63,89%
(67)
SDIT Bias 0 14 0 14
SD Karitas 2 6 1 9
SDIT Hidayahtullah 4 20 0 24
SMP Negeri 2 4 0 16 20
SMP Negeri 3 5 0 23 28
SMP Negeri 4 0 0 19 19
SMP Hamong Putera 1 2 5 8
SMP Karitas 5 4 0 9
SMP Piri 7 7 3 17
Jumlah 34 53 93 180
Tabel 4.7
Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Status Guru Status Guru Jumlah Persentase
GTT 34 18,89%
GTY 53 29,44%
PNS 93 51,67%
Jumlah 180 100,00%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau 51,67% responden penelitian ini berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
2. Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Guru
Persepsi guru terhadap Uji Sertifikasi dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi Guru
Skor Frekuensi Persentase Interpretasi Penilaian 119 – 140
102 – 118 91 – 101
80 – 90 28 – 79
29 115 32 3 1 16,11 % 63,89 % 17,78 % 1,67 % 0,56 % Sangat Positif Positif Cukup Negatif Sangat Negatif
(68)
Tabel 4.8 di atas menunjukkan tingkat penilaian persepsi guru terhadap uji sertifikasi pada guru-guru di Kecamatan Ngaglik dimana terdapat 16,11 % atau 29 guru yang menilai sangat positif adanya uji sertifikasi ini, sebagian besar guru 63,893% atau sebanyak 115 guru terkategorikan positif , terdapat pula sekitar 17,78 % atau 32 guru menilai uji sertifikasi ini dianggap cukup, dan sekitar 1,67% atau 3 guru serta sebanyak 0,56 % atau 1 guru menilai negatif dan sangat negatif terhadap uji sertifikasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpersepsi positif terhadap uji sertifikasi guru.
a. Persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari pengalaman mengajar
Tabel 4.9
Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar
Kriteria
Pengalaman Mengajar
≤ 5 tahun 6 – 14 Tahun ≥ 15 Tahun Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Positif 3 8,57 11 25,58 15 14,71 29 16,11
Positif 26 74,29 21 48,84 68 66,67 115 63,89
Cukup 6 17,14 10 23,26 16 15,69 32 17,78
Negatif 0 0 1 2,33 2 1,96 3 1,67
Sangat Negatif 0 0 0 0 1 0,98 1 0,56
Jumlah 35 100 43 100 102 100 180 100
Tabel 4.9 menunjukkan penilaian persepsi para guru SD dan SMP baik negeri dan swasta di Kecamatan Ngaglik terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar yang dapat dijabarkan sebagai berikut guru dengan tingkat pengalaman mengajar ≤ 5 tahun terbagi menjadi 3 guru (8,57%) memiliki persepsi sangat positif, 26 guru (74,29%) memiliki persepsi positif, 6 guru (17,14%) memiliki persepsi cukup positif. Tidak ada guru yang menilai negatif atau sangat
(69)
negatif terhadap uji sertifikasi yang ditinjau dari pengalaman mengajar. Guru dengan pengalaman mengajar antara 6 – 14 tahun, sebanyak 11 guru (25,58%) memiliki persepsi sangat positif, 21 guru (48,84%), memiliki persepsi positif sebanyak 10 guru (23,26%) memiliki persepsi cukup positif, 1 guru (2,33%) memiliki persepsi yang negatif terhadap uji sertifikasi dan tidak ada guru yang memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar ini. Untuk para guru yang memiliki tingkat pengalaman mengajar ≥ 15 tahun sebanyak 15 guru (14,71%) memiliki persepsi sangat positif terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar, sebanyak 68 guru (66,67%) memiliki persepsi positif, 16 guru (15,69%) memiliki persepsi cukup positif, sebanyak 2 guru (1,96%) guru memiliki persepsi negatif dan sebanyak 1 guru (0,98%) memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar sebagian besar guru memiliki persepsi yang positif.
b. Persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan Tabel 4.10
Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Kriteria
Tingkat Pendidikan
≤ D4/S1 ≥ D4/S1 Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Positif 9 13,85 20 17,39 29 16,11
Positif 46 70,77 69 60 115 63,89
Cukup 9 13,85 23 20 32 17,78
Negatif 0 0 3 2,61 3 1,67
Sangat Negatif 1 1,54 0 0 1 0,56
(70)
Tabel 4.10 menunjukkan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan yang dapat dijabarkan sebagai berikut untuk guru dengan tingkat pendidikan ≤ D4/S1 sebanyak 9 guru (13,85%) menilai sangat positif uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan sebanyak 46 guru (70,77%) memiliki persepsi positif, 9 guru (13,85%) memiliki persepsi cukup positif, tidak ada guru yang menilai negatif persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan dan 1 orang guru (1,54%) memiliki persepsi sangat negatif terhadap uji sertifikasi yang ditinjau dari tingkat pendidikan. Untuk guru dengan tingkat pendidikan ≥ D4/S1 sebayak 20 guru (17,39%) memiliki persepsi yang sangat positif, 69 guru (60%) guru memiliki persepsi positif terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, sebayak 23 guru (20%) menilai cukup positif terhadap uji sertifikasi guru yang ditinjau dari tingkat pendidikan sedangkan 3 guru (2,61%) memiliki persepsi negatif terhadap uji sertifikasi dan tidak ada guru yang memiliki persepsi sangat negatif terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan maka, dapat disimpulkan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan sebagian besar positif.
c. Persepsi guru terhadap uji sertifikasi guru ditinjau dari status guru Tabel 4.11
Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau Dari Status Guru
Kriteria
Status Guru
GTT GTY PNS Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Positif 5 14,71 10 18,87 14 15,05 29 16,11
Positif 26 76,47 27 50,94 62 66,67 115 63,89
Cukup 2 5,88 15 28,30 15 16,13 32 17,78
Negatif 1 2,94 1 1,89 1 1,08 3 1,67
Sangat Negatif 0 0 0 0 1 1,08 1 0,56
(71)
Ditinjau dari status guru, persepsi guru terhadap uji sertifikasi berdasarkan Tabel 4.11 dapat dijabarkan sebagai berikut untuk guru dengan status sebagai GTT sebanyak 5 guru (14,71%) memiliki persepsi yang sangat positif, 26 guru (76,47%) memiliki persepsi positif terhadap uji sertifikasi, 2 guru (5,88%) memiliki persepsi cukup positif, 1 guru (2,94%) memiliki persepsi negatif dan tidak ada guru yang menilai sangat negatif, untuk guru dengan status GTY sebanyak 10 guru (18,87%) memiliki persepsi sangat positif , 27 guru (50,94%) memiliki persepsi positif, 15 guru (28,30%) menilai cukup positif, sebanyak 1 guru (1,89%) menilai negatif dan tidak ada guru yang menilai sangat negatif persepsi guru ditinjau dari status guru, untuk guru dengan status PNS sebanyak 14 guru (15,05%) memiliki persepsi yang sangat positif terhadap uji sertifikasi, 62 guru (66,67%) memiliki persepsi positif, 15 guru (16,13%) memiliki persepsi cukup positif, dan masing-masing 1 guru (1,08%) memberikan penilaian negatif dan sangat negatif terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru.
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas 1. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu variabel. Dalam penelitian ini variabel uji sertifikasi guru ditinjau dari tiga jenis kelompok persepsi yaitu pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru. Berikut ini disajikan pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov
(1)
117
(2)
118
(3)
119
(4)
120
(5)
121
(6)
122