Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah : survei guru SD, SMP, dan SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates.
xi
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN JENJANG SEKOLAH
Survai: Guru-guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten
Kulon Progo
Fransiska Setyowati
Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian dan (2)
perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari
jenjang sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di 33 sekolah yaitu SD, SMP, dan
SMA baik negeri maupun swasta yang berada di Kecamatan Wates. Waktu
penelitian bulan juni sampai Agustus 2008.
Penelitian ini merupakan penelitian survai. Populasi penelitian ini adalah
seluruh guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo
yang berjumlah 535 orang. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan
wawancara. Teknik analisis data menggunakan
Analysis of Variance
(ANOVA).
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian (Fhitung
=,6,303 > F
tabel= 2,622); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah (F
hitung= 10,699 > F
tabel= 3,013).
(2)
xii
ABSTRACT
TEACHERS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’ CERTIFICATION
PERCEIVED FROM OCCUPATION STATUS AND SCHOOL GRADE
A Survey on Elementary School, Junior High School and Senior High School
teachers in Wates,Kulon Progo Regency
Fransiska Setyowati
Sanata Dharma University
2009
This study aims at revealing (1) the difference of teachers’ perception
toward teachers’ certification perceived from their occupation status and (2) the
difference of the teachers’ perception toward the teachers’ certification perceived
from the school grade. This study was conducted in 33 schools of private and
public Elementary School, Junior High School, and Senior High School. This
study was done fom June to August 2008.
This is a survey research. Populations of this research are 535 teachers of
Elementary School, Junior High School and Senior High School in Wates, Kulon
Progo. Data were collected by using questionnaire and interview. These data were
analyzed by using Analysis Of Variance (ANOVA).
The result of study shows that (1) there is a different perception toward
teachers certification perceived from their occupation status (Fcoun t= 6,303 > F table
= 2,622); (2) there is a different perception toward teacher certification perceived
from the school grade (F
count= 10,699 >F
table= 3,013).
(3)
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG
SEKOLAH
Survei: Guru SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
D
Oleh :
Fransiska Setyowati
041334017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
i
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG
SEKOLAH
Survei: Guru SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
D
Oleh :
Fransiska Setyowati
041334017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Yesus kristus dan Bunda Maria…
Bapak dan Ibu tersayang…
Kakakku Atik, Tutut, dan Wiwid…
(8)
v
MOTTO
Masa Depan,…...
Bukan Sekedar Impian
Perubahan,………
Bukan Sekedar Pembicaraan
Kemenangan,………
Bukan Sekedar Penantian
Semua adalah Kenyataan yang berproses di kehidupan
Dari DIA, oleh DIA, Untuk DIA di dalam Kita.
(9)
(10)
(11)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Mahakasih karena skripsi ini telah selesai
tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Akuntansi
penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai
masukkan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.
Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
4.
Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktu, memberikan kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
5.
Ibu B.Indah nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktu, memberi kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
6.
Seluruh Bapak dan Ibu dosen program studi Pendidikan Akuntansi universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingan
selama saya belajar di USD
(12)
ix
7.
Dinas Pendidikan Kulon Progo Unit I dan II yang selama ini memberikan data
yang saya butuhkan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
8.
BAPEDA Kulon Progo yang memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di
Kecamatan Wates.
9.
Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta Se-Kecamatan Wates
yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian disekolah
yang Bapak/Ibu pimpin.
10.
Bapak Sumulyo
dan
ibu Sunarti
yang selama ini memberikan
bantuan materiil dan moril hingga saya selesai menjadi sarjana.
Pak…bu iyak dah
jadi sarjana…
11.
Mas Tono dan Mbak Wiwid yang memberikan materiil dan semangat sampai
lulus seperti sekarang. Matur Nuwun ya Mas aku tiap hari dikasih sangu…
12.
Mbak Tutut yang memberiku semangat disaat penulis butuh bimbingan seorang
kakak pada adiknya.
13.
Mbak Atik yang mendorongku untuk segera lulus…sekarang aku udah lulus
mbak.
14.
Adikku Ambar yang selalu terima ocehanku disaat aku capek cari data-data
skripsi.
15.
‘Laras’, ‘Abel’, ‘Ega’, ‘Nata’ dan ‘Albin’ yang membuat diriku ceria meski
capek mengerjakan skripsi.
16.
Keluarga Besar
Mbah Selo Wisastro
17.
Sepupuku Nina makasih banyak selama ini memberikan masukkan dan
menemaniku saat mempersiapkan ujian.
(13)
x
18.
Angela, Tantri, Venti, Emi, Wina, Lasmi, Maryati makasih atas persahabatan
yang indah ini. Mari kita berjuang untuk langkah selanjutnya.
19.
Mas Erik Aji yang selalu jadi dokter komputerku. Jasamu tak bisa kulupakan.
20.
Mas Dwi Widiyanto dengan kesabaran mengajari olah data. Nuwun banget ya
mas….
21.
Semua teman-teman angkatan 2004. Semangat….
22.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungan dan bantuan pada penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapakan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 18 Agustus 2009
Penulis
(14)
xi
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN JENJANG SEKOLAH
Survai: Guru-guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten
Kulon Progo
Fransiska Setyowati
Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian dan (2)
perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari
jenjang sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di 33 sekolah yaitu SD, SMP, dan
SMA baik negeri maupun swasta yang berada di Kecamatan Wates. Waktu
penelitian bulan juni sampai Agustus 2008.
Penelitian ini merupakan penelitian survai. Populasi penelitian ini adalah
seluruh guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo
yang berjumlah 535 orang. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan
wawancara. Teknik analisis data menggunakan
Analysis of Variance
(ANOVA).
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian (Fhitung
=,6,303 > F
tabel= 2,622); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah (F
hitung= 10,699 > F
tabel= 3,013).
(15)
xii
ABSTRACT
TEACHERS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’ CERTIFICATION
PERCEIVED FROM OCCUPATION STATUS AND SCHOOL GRADE
A Survey on Elementary School, Junior High School and Senior High School
teachers in Wates,Kulon Progo Regency
Fransiska Setyowati
Sanata Dharma University
2009
This study aims at revealing (1) the difference of teachers’ perception
toward teachers’ certification perceived from their occupation status and (2) the
difference of the teachers’ perception toward the teachers’ certification perceived
from the school grade. This study was conducted in 33 schools of private and
public Elementary School, Junior High School, and Senior High School. This
study was done fom June to August 2008.
This is a survey research. Populations of this research are 535 teachers of
Elementary School, Junior High School and Senior High School in Wates, Kulon
Progo. Data were collected by using questionnaire and interview. These data were
analyzed by using Analysis Of Variance (ANOVA).
The result of study shows that (1) there is a different perception toward
teachers certification perceived from their occupation status (Fcoun t= 6,303 > F table
= 2,622); (2) there is a different perception toward teacher certification perceived
from the school grade (F
count= 10,699 >F
table= 3,013).
(16)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
... i
HALAMAN PENGESAHAN
... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
... iii
MOTTO
... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
... v
KATA PENGANTAR
... vi
ABSTRAK
...
vii
ABSTRACT
... viii
DAFTAR ISI
... ix
DAFTAR TABEL
... xii
DAFTAR LAMPIRAN
... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Batasan Masalah ... 4
C.
Rumusan Masalah ... 4
D.
Tujuan Penelitian ... 5
E.
Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Persepsi ... 6
1.
Pengertian Persepsi ... 6
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 7
B.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 8
(17)
xiv
1.
Pengertian Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap ... 12
D.
Jenjang Sekolah ... 15
E.
Kerangka Berpikir ... 17
F.
Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 21
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
C.
Subyek dan Obyek Penelitian ... 21
D.
Populasi Penelitian ... 22
E.
Operasionalisasi Variabel ... 24
F.
Teknik Pengumpulan Data ... 28
G.
Pengujian Instrumen Penelitian ... 28
H.
Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data ... 37
B.
Analisa Data ... 43
C.
Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 53
(18)
xv
C.
Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru ... 22
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi
Guru dalam Jabatan ... 24
Tabel 3.3. Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 26
Tabel 3.4. Bobot skor untuk Status Kepegawaian ... 27
Tabel 3.5. Bobot Skoring untuk jenjang Sekolah ... 28
Tabel 3.6. Rangkuman Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap
Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 30
Tabel 4.1. Sebaran Responden Penelitian ... 37
Tabel 4.2. Status Kepegawaian ... 39
Tabel 4.3. Jenjang Sekolah ... 39
Tabel 4.4. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 40
Tabel 4.5. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan
ditinjau dari Status Kepegawaian ... 41
Tabel 4.6. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan
ditinjau dari Jenjang Sekolah ... 42
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan ditinjau dari Status Kepegawaian ... 43
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan ditinjau dari Jenjang Sekolah ... 44
(20)
xvii
Tabel 4.10. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
ditinjau dari Status Kepegawaian ... 46
Tabel 4.11. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
(21)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 58
Lampiran 2. Data Validitas dan Reliabilitas ... 65
Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 70
Lampiran 4. Analisa Data ... 102
Lampiran 5. Tabel F dan r ... 108
(22)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas yang tinggi dalam pendidikan. Melalui pendidikan, seseorang diberikan bekal agar potensinya berkembang sehat, wajar, optimal, dan bersifat adaptif, sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif dapat berkembang dan menemukan artikulasi dalam wadah pendidikan (Pudjo Suharso, 1993:7).
Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia. Kegiatan pendidikan tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Muhibin,1995). Secara umum, satuan pendidikan secara formal tersebut diselenggarakan di sekolah. Di sekolah, guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 1985:123). Oleh karena itu, guru yang harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan.
(23)
Sejak lama profesi guru kurang diperhatikan oleh pemerintah meskipun peranan guru sangat besar dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkualitas. Sejauh ini pemerintah lebih menitikberatkan pembangunan fisik daripada pendidikan. Hal ini tampak dari jumlah anggaran pendidikan yang lebih kecil dari anggaran bidang lainnya. Belajar dari negara lain yang berkembang dengan pesat di segala bidang karena negara–negara tersebut menitikberatkan pembentukan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang bermutu, pemerintah tersadar untuk memperbaikinya.
Pemerintah saat ini telah berusaha mengalokasikan dana yang cukup besar pada bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan mutu guru dengan memperhatikan kompentensi yang harus ada pada setiap guru. Dengan memiliki guru yang berkompetensi, maka diharapkan pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pengalokasian dana yang cukup besar pada peningkatan kompetensi guru memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan para guru. Dengan memperbaiki kesejahteraan guru di harapkan guru mempunyai motivasi dalam bekerja. Motivasi bekerja yang tinggi penting dalam diri seorang guru mengingat guru adalah tokoh sentral dalam pendidikan.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa untuk menjadi guru seseorang harus berkualifikasi minimal sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dan memiliki sertifikat pendidik. Selain itu, para guru dituntut memiliki kompetensi yang menjadi standar dalam pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
(24)
kompetensi sosial. Untuk memastikan guru yang memiliki kompetensi di atas, maka pemerintah mengadakan uji kompetensi. Bagi guru yang lulus uji kompetensi maka akan memperoleh sertifikat pendidik. Selanjutnya guru yang bersangkutan pada tahun berikutnya akan memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok.
Program sertifikasi guru dalam jabatan ini memberikan kesempatan yang sama bagi guru tetap maupun guru tidak tetap, tetapi guru tetap dan guru tidak tetap memiliki tingkat dukungan yang berbeda terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Guru tetap lebih positif menanggapi sertifikasi guru dalam jabatan karena mereka berpeluang lebih besar untuk mengikuti sertifikasi sebab mereka lebih dapat memenuhi persyaratan sertifikasi guru daripada guru tidak tetap.
Jenjang sekolah dapat menjadi sumber perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Guru yang ingin mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan harus memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau Diploma IV yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Dengan adanya persyaratan tersebut yang menyebabkan persepsi mereka berbeda, dilihat dari tingkat pendidikan guru SD, SMP, dan SMA/SMK. Guru SD paling berat untuk memenuhi kualifikasi akademik yang disyaratkan sebab banyak guru SD yang umumnya belum memiliki ijazah S-1, pada umumnya mereka hanya memiliki ijazah SPG atau D-2. Konsekuensi logis dari persyaratan ini tentu saja para guru harus melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
(25)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “ PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG SEKOLAH”. Penelitian ini merupakan survai pada guru SD, SMP, dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi guru dalam jabatan. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Dalam penelitian ini penulis akan membatasi pada persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah?
(26)
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan sebagai wahana sosialisasi sertifikasi bagi guru yang belum mengetahui tentang sertifikasi.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini digunakan untuk memetakan guru-guru yang memenuhi kualifikasi sertifikasi guru dalam jabatan yang dilakukan pemerintah.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
(27)
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Pengertian Persepsi Istilah persepsi digunakan untuk mengetahui bagaimana proses mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan alat-alat indra (Dakir, 1967:67). Proses berarti bahwa seseorang dapat mengetahui sesuatu dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan indera (pendengaran, penglihatan, peraba, pencium, perasa) sehingga akan didapat sesuatu yang dimaksud.
Menurut Davidoff (1988:232), persepsi adalah proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Sementara menurut Thoha (1988:138), persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penginderaan, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat resptornya (Walgito, 1994:53). Proses diterimanya rangsangan
(28)
(obyek, kualitas hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi (Irwanto dkk, 1988:71).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Thoha (1988:149-156), ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi persepsi yang berasal dari dalam maupun dari luar, Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor dari Luar 1) Intensitas
Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal itu dipahami.
2) Ukuran
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk obyek semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
3) Pengulangan
Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding dalam sekali lihat.
4) Gerakan
Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam. 5) Baru dan familiar
Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.
(29)
b. Faktor-faktor dari Dalam
1) Proses belajar (learning) dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaannya. Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi yang di punyai masing-masing
2) Motivasi
Selain proses belajar dapat membentuk persepsi diri dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang sangat penting dalam proses pemilihan persepsi.
3) Kepribadian
Unsur ini sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi
B. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Menurut Peraturan Menteri No 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan, sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Dasar hukum tentang perlunya sertifikasi guru dinyatakan dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2004 tentang guru dan dosen, bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengenai apa itu sertifikat pendidik dapat kita lihat dalam pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sedangkan pada pasal 11 ayat (2), menyatakan sertifikat pendidikan tersebut hanya dapat diperoleh melalui program sertifikasi.
(30)
Untuk itu, guru dapat memperoleh sertifikasi pendidik jika telah memenuhi dua syarat, yaitu kualifikasi pendidikan minimum yang telah ditentukan Sarjana (S1) atau Diploma Empat (D4) dan terbukti telah menguasai 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Mengingat peserta sertifikasi tiap tahun terbatas dan jumlah guru yang memenuhi kualifikasi minimal bervariasi maka juga perlu mempertimbangkan (1) masa kerja/pengalaman mengajar, (2) usia, (3) pangkat/golongan (bagi PNS), (4) beban mengajar, (5) jabatan/tugas tambahan dan (6) prestasi kerja. Penyelenggara sertifikasi ini telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan dijelaskan bahwa pelaksanaan sertifikasi guru melibatkan berbagai institusi. Standarisasi kualitas proses dan hasil sertifikasi guru diperlukan institusi berbentuk konsorsium, yaitu Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.056/P/2007 keanggotaan KSG terdiri atas berbagai institusi yang terkait dengan penyelenggaraan sertifikasi guru tersebut, sebagai berikut :
1. Direktur Jenderal pendidikan Tinggi Depdiknas.
2. Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan Depdiknas.
(31)
3. Sekretaris Jenderal Departemen Agama.
4. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hadayatullah. 5. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.
6. Rektor Universitas Negeri Makasar. 7. Rektor IKIP PGRI Semarang.
8. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. 9. Rektor Universitas Katholik Sanata Dharma Yogyakarta. 10.Rektor Universitas Negeri Padang.
11.Dekan FKIP Universitas Palangkaraya.
Dalam sertifikasi bagi guru dalam jabatan, guru akan memperoleh sertifikat pendidik apabila lalui uji kompetensi. Uji kompetensi yang dilakukan dalam bentuk portofolio, yaitu kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk menampilkan dan atau membuktikan unjuk kerja yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung, (2) informasi atau data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru bila dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru. Komponen penilaian portofolio mencakup (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.18 Tahun 2007):
(32)
1. Kualifikasi akademik. 2. Pendidikan dan pelatihan. 3. Pengalaman mengajar.
3. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. 4. Penilaian dari atasan dan pengawas.
5. Prestasi akademik.
6. Karya pengembangan profesi. 7. Keikutsertaan dalam forum ilmiah. 8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial 10.Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Guru yang belum lulus uji kompetensi akan diberikan kesempatan untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus, sesuai dengan prosedur. Apabila sampai pengulangan penilaian guru tersebut tidak lulus juga , maka guru tersebut wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) profesi guru untuk meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan persyaratan sebagai guru profesional yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Diklat ini akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang telah ditetapkan oleh meteri pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi guru ini diakhiri dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan ujian kinerja (praktek mengajar). Ujian tulis untuk mengungkapkan kompetensi profesional, sedangkan ujian praktik untuk mengungkapkan kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan
(33)
kepribadian. Keempat kompetensi tersebut juga bisa dinilai selama proses pelatihan berlangsung.
Bagi yang lulus, kesejahteraan guru akan terjamin karena mereka akan mendapatkan tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Banyak harapan yang ungin diwujudkan dari program sertifikasi guru ini, bukan hanya kesejahteraan saja yang ingin dicapai, tetapi diharapkan juga dengan adanya sertifikasi ini ada banyak lulusan sekolah menengah yang menjadi tenaga pendidik. Dulu guru dianggap pekerjaan yang gajinya kecil , tetapi sekarang tidak lagi karena profesi guru sangat menjanjikan kesejahteraannya dengan adanya tunjangan satu kali gaji pokok.
C. Status Kepegawaian Guru
Status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Adapun pengertian guru tetap dan guru tidak tetap sebagai berikut (M.S. Suwondo, 2003:439) :
1. Pengertian Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap
a. Guru Tetap adalah guru yang diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap dapat berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bukan PNS.
(34)
b. Guru Tidak Tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus sebagai guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
2. Pengertian Guru menurut (Piet A. Sahertian, 1994:13):
a. Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji pemerintah.
b. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :
1. Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh.
2. Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap yayasan.
c. Guru Tetap adalah guru yang diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per
(35)
minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
d. Guru Tidak Tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus sebagai guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
Undang – Undang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa :
Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan.
Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Guru tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.
Guru Tidak Tetap adalah guru yang diangkat sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.
D. Jenjang Sekolah 1. Tingkat Sekolah
Menurut Subroto (1984:7), jenjang sekolah terdiri dari : a. Sekolah Dasar (SD)
(36)
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) d. Perguruan Tinggi (PT)
Menurut Nawawi (1982:54), jenjang sekolah terdiri dari : a. Taman Kanak-Kanak (TK)
b. Sekolah Dasar (SD)
c. Sekolah Lanjutan terdiri dari dua tingkat yaitu Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas
d. Perguruan Tinggi (PT)
Menurut Nawawi (1982:56) setiap jenjang sekolah memiliki tujuan yang berbeda adapun tujuan masing-masing jenjang sekolah adalah sebagai berikut :
a. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar
Menurut PP 28/1990 tujuan pendidikan Sekolah Dasar untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
b. Tujuan pendidikan Sekolah Lanjutan
Menurut Nawawi (1982:62), tujuan pendidikan sekolah lanjutan adalah:
1) Mengembangkan integritas kepribadian murid. 2) Menyalurkan dan memenuhi kebutuhan setiap murid.
3) Mengarahkan dorongan melakukan eksplorasi sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan masing-masing.
4) Menumbuhkan kesadaran terhadap minat dan bakat masing masing.
5) Membantu mengembangkan cara belajar yang efisien.
6) Mengarahkan pilihan murid dalam memilih sekolah pada tingkat yang lebih tinggi.
(37)
7) Membantu untuk memperoleh pengetahuan secara sistematik dan mengembangkan kemampuan penggunaannya secara praktis. c. Tujuan Pendidikan Perguruan Tinggi
Menurut Nawawi (1982:66), tujuan pendidikan perguruan tinggi untuk:
1) Memberikan kesempatan perkembangan individual secara maksimal dalam berbagai kemampuan guna menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
2) Membantu pewarisan kebudayaan kepada generasi muda yang berkewajiban mengembangkannya di masa yang akan datang. 3) Meningkatkan penguasaan pengetahuan melalui pengembangan
kemampuan melakukan penelitian dan berbagi kegiatan yang kreatif.
4) Membantu mempergunakan hasil belajar dalam kehidupan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
5) Meningkatkan kesadaran dan kesediaan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
(38)
E. Kerangka Berpikir
1. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru.
Status kepegawaian tenaga kependidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Meskipun status kepegawaian mereka berbeda namun tugas mereka sama yaitu mendidik. Mengingat peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran, maka mutu guru harus ditingkatkan. Peningkatan mutu guru ini diselenggarakan melalui sertifikasi guru yang nantinya dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Untuk mendapatkan sertifikasi, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi. Para guru harus memenuhi syarat untuk melakukan uji kompetensi yang dilakukan dalam bentuk portofolio. Adapun komponen portofolio mencakup: 1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dilihat dari komponen penilaian portofolio diatas, status kepegawaian tidak termasuk dalam penilaian. Tetapi, bila ditelusuri lebih lanjut ada yang membuat persepsi antara guru tetap dan guru tidak tetap akan berbeda. Pernyataan ini muncul di dukung dengan adanya pedoman penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2008 yang termuat
(39)
dalam buku 1 yang menyatakan bahwa hanya guru negeri (PNS) dan guru tetap yayasan (GTY) saja yang dapat menjadi peserta sertifikasi guru jadi mereka lebih positif menyikapi adanya sertifikasi. Berbeda dengan guru yang memiliki status guru tidak tetap, guru honorer dan guru bantu mereka cenderung memiliki tanggapan negatif karena mereka tidak bisa mengikuti sertifikasi guru. Dengan demikian diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru.
2. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.
Pendidikan harus di tempuh seseorang secara berjenjang. Dimulai dari TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Jenjang pendidikan ini harus ditempuh secara urut karena tiap-tiap jenjang sekolah memiliki tujuan yang berbeda-beda. Pendidikan di SD merupakan bekal untuk dapat melanjutkan ke SMP dan begitu seterusnya sampai pada perguruan tinggi. Dari tujuan itulah, para guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan kreatif. Maka dari itu, pemerintah akan memberikan kesejahteraan yang lebih bagi guru pada setiap jenjang sekolah atas kemampuan dan kreatifitasnya.
Pemerintah tidak memberikan tambahan kesejahteraan begitu saja. Para guru harus lulus uji kompetensi yang berbentuk portofolio. Komponen portofolio mencakup (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan
(40)
pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dilihat dari tujuan tiap-tiap jenjang sekolah yang berbeda-beda, maka sangat mungkin karakter dari para guru yang berbeda-beda pula. Tingkat pendidikan guru juga mempengaruhi persepsi mereka terhadap sertifikasi, sebab guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) untuk mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan. Kenyataannya masih banyak guru SD yang memiliki kualifikasi pendidikan belum S-I mereka kebanyakan lulusan SPG atau D2. Padahal kualifikasi akademik untuk S-1 merupakan syarat untuk mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan. Dengan kata lain bagi guru SD yang belum S-I harus melanjutkan kependidikan S-I dan hal itu membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Sedangkan untuk guru SMP dan SMA mengutamakan keikutsertaan guru yang masa pengabdian atau masa kerjanya yang sudah lama dan masih banyak guru yang harus melanjutkan S-I. Secara umum proporsi guru SMA yang sudah memenuhi kualifikasi jenjang pendidikan S-I lebih banyak di banding guru pada jenjang SMP. Berdasarkan uraian tersebut di atas diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah tempat guru mengajar.
(41)
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang diteliti. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.
(42)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Menurut Van Dalen
dituliskan dalam bukunya (Arikunto,2006:110), survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian tidak bisa digeneralisasikan ditempat lain.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD, SMP, SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2008
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates.
(43)
Obyek penelitian adalah persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan, status kepegawaian guru, dan jenjang sekolah.
D. Populasi Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates. Jumlah populasi penelitian ini adalah 637 guru. Rincian populasi penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru
No Jenjang Sekolah Status Sekolah Jumlah guru
1 SD Wates II Negeri 10 Orang 2 SD Wates IV Negeri 23 Orang 3 SD Beji Negeri 11 Orang 4 SD Percobaan IV Negeri 17 Orang 5 SD Pepen Negeri 9 Orang 6 SD Sanggrahan Negeri 10 Orang 7 SD Bendungan I Negeri 8 Orang 8 SD Bendungan IV Negeri 10 Orang 9 SD Bendungan V Negeri 10 Orang 10 SD Punukan Negeri 10 Orang 11 SD Gadingan Negeri 10 Orang
(44)
12 SD Giripeni Negeri 8 Orang 13 SD Kedungdowo Negeri 10 Orang 14 SD Conegaran Negeri 14 Orang 15 SD Wates V Negeri 12 Orang 16 SD Kanisius Wates Swasta 10 Orang 17 SD Muh Mutian Swasta 24 Orang 18 SD Muh Kedunggong Swasta 14 Orang 19 SD Muh Ngestiharjo Swasta 12 Orang 20 SD BOPKRI Wates I Swasta 10 Orang 21 SMP 1 Wates Negeri 52 Orang 22 SMP 2 Wates Negeri 31 Orang 23 SMP 3 Wates Negeri 31 Orang 24 SMP 4 Wates Negeri 37 Orang 25 SMP 5 Wates Negeri 36 Orang 26 SMP BOPKRI 1 Wates Swasta 14 Orang 27 SMP BOPKRI 2 Wates Swasta 12 Orang 28 SMP Kanisius Wates Swasta 12 Orang 29 SMP Muh 1 Wates Swasta 25 Orang 30 SMA 1 Wates Negeri 60 Orang 31 SMA 2 Wates Negeri 40 Orang 32 SMA BOPKRI Wates Swasta 19 Orang
(45)
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan sertifikasi guru dalam jabatan melalui panca indera. Dimensi persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan :
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam jabatan
No Dimensi Indikator Pernyataan 1. Kompetensi
Pedagogik
1.Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, emosional, dan intelektual.
2.Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
4.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
6.Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai 5 1,11 6,10 7,26 3,29 25
(46)
potensi yang dimiliki.
7.Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8.Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9.Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran 8,30 12 13 14,27 2. Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3.Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
4.Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga manjadi guru, dan rasa percaya diri. 5.Menjunjung tinggi kode etik profesi
guru. 16 17 18 19,31 20 3. Kompetensi
Sosial
1.Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan satus sosial ekonomi.
2.Berkomunikasi secara efektif , empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3.Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
21 22,30 23 24,30 4 Kompetensi Profesional
1.Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola keilmuan yang
(47)
mendukung mata pelajaran yang diampu
2.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu
3.Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
4.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
9 15 28 4 Pengukuran variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala yang digunakan adalah skala Liker. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Berikut ini disajikan tabel skoring berdasarkan Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.3
Skoring berdasarkan Skala Likert
Kriteria jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2 Tidak setuju (TS) 2 3 Sangat tidak setuju (STS) 1 4
(48)
2. Status Kepegawaian Guru
Status kepegawaian tenaga pendidikan pada lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Guru tetap adalah guru yang diangkat pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya sedangkan guru tidak tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi pendidikan negeri dan swasta Pemberian bobot skor untuk status kepegawaian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Bobot skor untuk status kepegawaian
Status kepegawaian Skor Guru Tetap (PNS) 5 Guru Tetap Yayasan (GTY) 4
CPNS 3 Guru Bantu 2
Guru Honorer 1 3. Jenjang Sekolah
Merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pemberian skor untuk variabel jenjang sekolah adalah sebagai berikut:
(49)
Tabel 3.5
Bobot skor untuk jenjang sekolah
Jenjang Sekolah Skor Sekolah Dasar (SD) 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Sekolah Menengah Atas (SMA) 3
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh data tentang identitas dan penilaian responden (dalam hal ini respondennya adalah guru) tentang persepsi mereka terhadap sertifikasi guru dalam jabatan, status kepegawaian guru, dan jenjang sekolah.
2. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan kepada responden. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum sekolah dan data lain sebagai pelengkap.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid
(50)
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002:146). Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus korelasi product moment dari pearson seperti tampak sebagai berikut :
} ( )}{ ( { ) )( ( ) 2 2 2
2 X N Y Y
X N Y X XY N rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Dimana :
rxy = koefisien korelasi product moment
X = skor total tiap item Y = skor total dari total item N = jumlah sampel
Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi hitung rhitung bernilai positif
dan lebih besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%.
Sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi rhitung lebih
kecil dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%.
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan pada guru-guru sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di luar yang menjadi populasi penelitian ini. Rangkuman uji validitas untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah sebagai berikut (lampiran II, hal 68).
Tabel 3.6
Rangkuman uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
(51)
Butir No
r
hitungr
tabel Status1 0,391 0,279 Valid 2 0,503 0,279 Valid 3 0,449 0,279 Valid 4 0,284 0,279 Valid 5 0,562 0,279 Valid 6 0,606 0,279 Valid 7 0,707 0,279 Valid 8 0,584 0,279 Valid 9 0,722 0,279 Valid 10 0,539 0,279 Valid 11 0,625 0,279 Valid 12 0,721 0,279 Valid 13 0,717 0,279 Valid 14 0,736 0,279 Valid 15 0,726 0,279 Valid 16 0,617 0,279 Valid 17 0,722 0,279 Valid 18 0,678 0,279 Valid 19 0,552 0,279 Valid 20 0,628 0,279 Valid 21 0,711 0,279 Valid 22 0,728 0,279 Valid 23 0,568 0,279 Valid 24 0,662 0,279 Valid 25 0,592 0,279 Valid 26 0,739 0,279 Valid 27 0,592 0,279 Valid 28 0,642 0,279 Valid 29 0,295 0,279 Valid 30 0,368 0,279 Valid 31 0,663 0,279 Valid Tabel di atas memperlihatkan bahwa seluruh item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan menunjukkan bahwa sebanyak tiga puluh satu butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan
(52)
keputusan ini dilakukan dengan membandingkan nilai–nilai koefisien r
hitung masing-masing butir dengan nilai koefisien rtabel. Dengan jumlah data
sebanyak (n) sebanyak 50 responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,279. Dari hasil pengujian diperoleh
bahwa keseluruhan koefisien nilai rhitung lebih besar daripada rtabel (rhitung >
0,279). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keseluruhan butir pertanyaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2002:171). Tingkat reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan koefisien Alpha rumus Alpha : ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∑ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 2 1 2 11 1 1 α αb k k r Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Jumlah butir pertanyaan
2 b
α
∑ = Jumlah varian butir
2 1
α = Varian total
Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Untuk menentukan apakah instrumen penelitian itu reliabel atau tidak reliabel,
(53)
maka ketentuannya sebagai berikut, Jika nilai r hitung > 0,60, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel. Sebaliknya jika nilai r hitung < 0,60, maka dikatakan instrumen penelitian dikatakan tidak reliabel (Nunnaly, dalam Imam Gozali, 2001:42).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach
dan dikerjakan dengan rumus SPSS for Windows versi 13,00. Dari tiga puluh satu butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan diperoleh nilai koefisien alpha (rtt) sebesar 0,947.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien alpha dengan 0,60. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien alpha lebih besar dari pada nilai 0,60. Hal ini berarti bahwa instrumen persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dapat dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil pengumpulan data yang sudah didapat dan penelitian lapangan yang meliputi responden, variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan, status kepegawaian guru dan jenjang sekolah. Untuk keperluan deskripsi data, maka disusun tabel distribusi frekuensi untuk data setiap variabel.
(54)
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis
One-Sample Kolmogorov Smirnov (Sugiyono, 1999:255). Rumusnya sebagai berikut :
D = Maksimum [ Fo(Xi) – Sn (Xi) ]
Keterangan :
D = Deviasi atau penyimpangan maksimum
Fo (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika nilai probabilitas lebih besar dari
α
= 0,05 berarti sebaran data normal dan jika nilai probabilitas lebih kecil dariα
= 0,05 berarti sebaran data tidak normal.b. Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang diambil dari populasi. Ada beberapa metode untuk melakukan pengujian ini pengujian yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan ANOVA. Dalam rangka pengujian dengan ANOVA, maka dicari varians data dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 1999:167) :
(55)
n X X n i i
∑
= = 1 __ 1 1 2 __ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =∑
= n X X S n i iSelanjutnya penggujian homogenitas varians diuji dengan uji F
Terkecil Varians Terbesar Varians F ... ... =
Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel, dengan dk pembilang ηa- 1 dan dk penyebut ηc-1. Apabila Fhitung < Ftabel (0,05);(dk pembilang n-1;dk penyebut n-1), maka dapat disimpulkan bahwa varians
data yang akan dianalisis homogen, dan apabila Fhitung ≥ Ftabel (0,05);(dk pembilang n-1;dk penyebut n-1), maka dapat disimpulkan bahwa varians data
yang akan dianalisis tidak homogen. 3. Pengujian Hipotesis
a. Rumusan Hipotesis
Ho1= Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan Uji F (ANOVA) (Djarwanto SP,1996:160) dengan rumus :
(56)
k N nj T X k N T T F n i k j k j j ij k j j j − − − − =
∑∑
∑
∑
= = = =1 1 1
2 2 1 2 2 1 Keterangan:
Xij = Nilai individu ke i dari sampel j.
K = Banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,….,sampel k). Nj = Banyaknya individu (ukuran) sampel j.
Tj = T1+T2+T3
N = Banyaknya semua sampel c. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung
dengan F tabel adalah :
Jika Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima
Jika Fhitung > F tabel maka Ho ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:
Jika nilai probabilitas (Sig.) > taraf nyata (0,05), maka Ho diterima.
Jika nilai probabilitas (Sig.) < taraf nyata (0,05), maka Ho ditolak
Catatan :
Perumusan dan pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.
(57)
36
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2008. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di SD, SMP dan SMA baik negeri maupun swasta se-Kecamatan Wates.Keseluruhan sekolah tempat penelitian ini adalah sebagai berikut SDN Wates II, SDN Wates IV, SDN Beji, SDN Percobaan IV, SDN Pepen, SDN Sanggrahan, SDN Bendungan I, SDN Bendungan IV, SDN Bendungan V, SDN Punukan, SDN Gadingan, SDN Giripeni, SDN Kedungdowo, SDN Conegaran, SDN Wates V, SD Kanisius Wates, SD Muh Mutian, SD Muh Kedunggong, SD Muh Ngestiharjo, SD Bopkri Wates I, SMPN 1 Wates, SMPN 2 Wates, SMPN 3 Wates, SMPN 4 Wates, SMPN 5 Wates, SMP Bopkri 1 Wates, SMP Bopkri 2 Wates, SMP Kanisius Wates, SMP Muh 1 Wates, SMAN 1 Wates, SMAN 2 Wates, SMA Bopkri Wates, SMA Muh Wates. Kuesioner yang disampaikan kepada guru sebagai responden penelitian ini sebanyak 637 buah. Jumlah kuesioner yang diisi dengan lengkap oleh responden adalah sebanyak 535. Dengan demikian response rate pengembalian kuesioner sebesar 84,12%. Secara lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut :
(58)
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah Tersebar Kembali Tdk kembali
Rusak Respon SDN Wates II 10 10 - - 10 SDN Wates IV 23 22 1 - 22 SDN Beji 11 10 1 - 10 SDN Percobaan IV 17 16 1 - 16 SDN Pepen 9 9 - - 9 SDN Sanggrahan 10 10 - - 10 SDN Bendungan I 8 8 - - 8 SDN Bendungan IV 10 9 1 - 9 SDN Bendungan V 10 10 - - 10 SDN Punukan 10 10 - - 10 SDN Gadingan 10 9 1 - 9 SDN Giripeni 8 8 - - 8 SDN Kedungdowo 10 10 - - 10 SDN Conegaran 14 12 2 - 12 SDN Wates V 12 10 2 - 10 SD Kanisius Wates 10 9 1 - 9 SD Muh Mutian 24 15 9 - 15 SD Muh
Kedunggong
14 14 - - 14 SD Muh Ngestiharjo 12 7 5 - 7
SD Bopkri Wates I 10 8 2 - 8 SMPN 1 Wates 52 42 10 - 42 SMPN 2 Wates 31 30 1 - 30 SMPN 3 Wates 31 13 18 - 13 SMPN 4 Wates 37 30 7 - 30 SMPN 5 Wates 36 35 1 - 35 SMP Bopkri 1 Wates 14 11 3 - 11 SMP Bopkri 2 Wates 12 10 2 - 10 SMP Kanisius Wates 12 12 - - 12 SMP Muh 1 Wates 25 9 16 - 9 SMAN 1 Wates 60 56 4 - 56 SMAN 2 Wates 40 31 9 - 31 SMA Bopkri Wates 19 18 1 - 18 SMA Muh Wates 26 22 4 - 22
(59)
1. Deskripsi Responden Penelitian
a. Status Kepegawaian
Tabel 4.2 Status Kepegawaian
No Status Kepegawaian F Fr(%)
1 PNS 390 72,90
2 GTY 23 4,30
3 CPNS 38 7,10
4 Guru Bantu 0 0 5 Guru Honorer 84 15,70 Total 535 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berstatus guru PNS sebanyak 390 guru atau 72,90 %, berstatus GTY sebanyak 23 atau 4,30%, berstatus CPNS sebanyak 38 atau 7,10%, berstatus guru bantu tidak ada atau 0%, dan berstatus guru honorer 84 atau 15,70%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
b. Jenjang Sekolah
Tabel.4.3 Jenjang Sekolah
No Jenjang Sekolah F Fr(%)
1 SD 213 39,81
2 SMP 192 35,89 3 SMA 130 24,30 Total 535 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengajar di Sekolah Dasar sebanyak 213 atau 39,81%, mengajar di SMP sebanyak 192 atau 35,89%, dan mengajar di SMA sebanyak 130 atau 24,30%. Dengan demikian
(60)
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini mengajar di Sekolah Dasar.
2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dapat dijelaskan dalam tabel seperti berikut (lampiran IV, hal 103):
Tabel 4.4
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Skor F Fr(%) Interpretasi 106-124 213 39,81 Sangat Positif
92-105 199 37,20 Positif
83-91 106 19,81 Cukup Positif 74-82 12 2,24 Negatif
31-73 5 0,93 Sangat Negatif Jumlah 535 100
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan pada guru SD, SMP dan SMA baik swasta maupun negeri di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dikategorikan sangat positif sebanyak 213 guru atau 39,81 %, dikategorikan positif sebanyak 199 guru atau 37,20%, dikategorikan cukup positif sebanyak 106 guru atau 19,81%, dikategorikan negatif sebanyak 12 guru atau 2,24%, dikategorikan sangat negatif sebanyak 5 guru atau 0,94%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpersepsi positif. Hal ini didukung hasil perhitungan mean =101,96 ; median = 102,00 dan mode =101 (lampiran IV, hal 102).
a. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru
(61)
Tabel 4.5
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Kepegawaian
Kriteria Status Kepegawaian Total
PNS GTY CPNS GB GH
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Sangat
Positif
162 30,28 18 3,36 7 1,31 - - 27 5,0 213 39,81 Positif 140 26,17 4 0,75 21 3,93 - - 34 6,36 199 37,20 Cukup
Positif
76 14,21 1 0.19 7 1,3 - - 21 3,93 106 19,81 Negatif 9 1,68 - - 1 0.19 - - 2 0,37 12 2,24
Sangat Negatif
3 0.56 - - 2 0,37 - - - - 5 0,93
Jumlah 390 72,9 23 4,3 38 7,1 - - 84 15,7 535 100
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pegawai Negeri Sipil: 162 guru (30,28%) memiliki persepsi sangat positif, 140 guru (26,17%) memiliki persepsi positif, 76 guru (14,21%) memiliki persepsi cukup positif, 9 guru (1,68%) memiliki persepsi negatif, dan 3 guru (0,56%) memiliki persepsi sangat negatif; 2) Guru Tetap Yayasan: 18 guru (1,31%) memiliki persepsi sangat positif, 4 guru (0,75%) memiliki persepsi positif, 1 guru (0,19%) memiliki persepsi cukup positif; 3) Calon Pegawai Negeri Sipil: 7 guru (1,31%) memiliki persepsi sangat positif, 21 guru (3,93%) memiliki persepsi positif, 7 guru (1,3%) memiliki persepsi cukup positif, 1 guru (0,19%) memiliki persepsi negatif, dan 2 guru (0,37%) memiliki persepsi sangat negatif; 4) Guru Honorer: 27 guru (5,05%) memiliki persepsi sangat positif, 34 guru (6,36%) memiliki persepsi positif,
(62)
21 guru (3,93%) memiliki persepsi cukup positif, dan 2 guru (0,37%) memiliki persepsi negatif.
b. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan Ditinjau dari Jenjang Sekolah
Tabel 4.6
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Jenjang Sekolah
Kriteria Jenjang Sekolah Total SD SMP SMA
Jml % Jml % Jml % Jml % Sangat
Positif
87 16,26 64 11,96 62 11,59 213 39,81 Positif 79 14,77 70 13,08 50 9,35 199 37,20 Cukup
Positif
39 7,29 49 9,16 18 3,36 106 19,81 Negatif 6 1,12 6 1,12 - - 12 2,24
Sangat Negatif
2 0,37 3 0,56 - - 5 0,93 Jumlah 213 39,81 192 35,88 130 24,30 535 100 Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Sekolah Dasar: 87 guru (16,26%) memiliki persepsi sangat positif, 79 guru (14,77%) memiliki persepsi positif, 39 guru (7,29%) memiliki persepsi cukup positif, 6 guru (1,12%) memiliki persepsi negatif, dan 2 guru (0,37%) memiliki persepsi sangat negatif; 2) Sekolah Menengah Pertama: 64 guru (11,96%) memiliki persepsi sangat positif, 70 guru (13,08%) memiliki persepsi positif, 49 guru (9,16%) memiliki persepsi cukup positif, 6 guru
(63)
(1,12%) memiliki persepsi negatif, dan 3 guru (0,56%) memiliki persepsi sangat negatif; 3) Sekolah Menengah Atas: 62 guru (11,59%) memiliki persepsi sangat positif, 50 guru (9,35%) memiliki persepsi positif, dan 18 guru (3,36%) memiliki persepsi cukup positif.
B. Analisa Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data variabel status kepegawaian dan jenjang sekolah. Berikut ini disajikan pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov (lampiran IV, hal 105).
Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau dari Status
Kepegawaian
PNS GTY CPNS GH N 390 23 38 84 Normal
Parameters(a,b)
Mean
109,48 96,74 102,43 100,11 Std.
Deviation 9,065 13,145 12,078 11,601 Most Extreme
Differences
Absolute
,133 ,106 ,070 ,081 Positive ,073 ,106 ,070 ,081 Negative -,133 -,105 -,058 -,053 Kolmogorov-Smirnov Z 1,386 ,639 ,656 ,741 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,403 0,809 0,783 0,643 Hasil pengujian sebagaimana tersaji dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
(64)
jabatan ditinjau dari status guru PNS adalah 0,403; status guru tetap yayasan adalah 0,809; status guru CPNS adalah 0,783; status guru honorer adalah 0,643. Keseluruhan nilai asymp. sig tersebut lebih besar dari distribusi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian adalah normal.
Tabel 4.8
Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau dari Jenjang Sekolah
SD SMP SMA N 213 192 130 Normal
Parameters(a,b)
Mean
99,68 105,91 101,61 Std.
Deviation 12,249 11,165 12,101 Most Extreme
Differences
Absolute
,061 ,073 ,125 Positive ,061 ,072 ,125 Negative -,046 -,073 -,089 Kolmogorov-Smirnov Z 1,830 ,851 ,837 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,334 0,464 0,485 Hasil pengujian sebagaimana tersaji dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah SD adalah 0,334; jenjang sekolah SMP adalah 0,464; dan jenjang sekolah SMA adalah 0,485. Keseluruhan nilai
asymp. sig tersebut lebih besar dari distribusi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah adalah normal.
(65)
b. Pengujian Homogenitas
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi. Pengujian didasarkan pada uji Levene Statistic. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian homogenitas (lampiran IV, hal 106).
Tabel 4.9 Tabel Homogenitas
Variabel Levene
Statistic df1 df2 Sig. Persepsi Guru Terhadap
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status kepegawaian
1,892 3 531 0,130 Persepsi Guru Terhadap
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Jenjang Sekolah
1,504 2 532 0,349 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai levene statistic persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian adalah 1,892 dengan nilai signifikansi 0,130 > α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesamaan varians populasi. Nilai levene statistic
persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah adalah 1,504 dengan nilai signifikansi 0,349 > α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesamaan varians populasi.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan Analysis of Variance
(ANOVA). Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut (lampiran IV, hal 107):
(66)
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Kepegawaian
a. Rumusan Hipotesis I
Ho1 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan ditinjau dari status kepegawaian. b. Pengujian Hipotesis I
Tabel 4.10 Tabel Anova
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Kepegawaian
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. Between
Groups 2710,619 3 903,540 6,303 ,000 Within
Groups 76118,633 531 143,350 Total 78829,252 534
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian Anova untuk persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian adalah nilai Fhitung = 6,303 lebih besar dari Ftabel =
2,622 dan probabilitas (sig) 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi (α=5%) atau = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak.
Artinya ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
(67)
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi guru dalam Jabatan Ditinjau dari Jenjang Sekolah
a. Rumusan Hipotesis II
Ho2 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.
Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan ditinjau dari jenjang sekolah. b. Pengujian Hipotesis II
Tabel.4.11 Tabel Anova
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Jenjang Sekolah
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig. Betwe
en Groups
3048,083 2 1524,041 10,699 ,000 Within
Groups 75781,169 532 142,446 Total 78829,252 534
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian Anova persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah adalah nilai Fhitung = 10,699 lebih besar dari Ftabel =
3,013 dan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi (α =5%) atau = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak.
Artinya ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.
(68)
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan Ditinjau dari Status Kepegawaian
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung = 6,303 lebih besar
dari Fhitung =2,622 dan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi
(α=5%) atau = 0,05
Berdasarkan deskripsi data tentang status kepegawaian diperoleh hasil sebagai berikut: guru berstatus PNS sebanyak 390 responden, guru berstatus GTY sebanyak 23 responden, guru berstatus CPNS sebanyak 38 responden, guru berstatus guru bantu 0 responden, dan guru berstatus guru honorer sebanyak 84 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus sebagai guru PNS. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan diperoleh hasil sebagai berikut : untuk kriteria sangat positif sebanyak 213 responden, positif sebanyak 199 respoden, cukup positif sebanyak 106, negatif sebanyak 12 responden, dan sangat negatif sebanyak 5 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah sangat positif.
Deskripsi tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan sebagian besar dikategorikan sangat positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari
(69)
antusiasme para guru menyambut sertifikasi guru yang akan dibarengi dengan pemberian tunjangan satu kali gaji pokok jika lolos seleksi. Sertifikasi guru dalam jabatan sebagai merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. Melalui sertifikasi guru diharapkan guru menjadi pendidik yang profesional. Guru minimal harus berpendidikan SI/DIV dan berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan pemilikan sertifikat pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi.
Guru berlomba–lomba melengkapi syarat–syarat untuk dapat menjadi peserta sertifikasi. Untuk dapat lolos dalam sertifikasi guru tidak mudah. Guru harus memenuhi persyaratan melalui penilaian portofolio sebagai berikut: 1) memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D1V; 2) mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional; 3) Guru PNS; 4) Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY); 5) memiliki masa kerja 5 tahun pada satu sekolah atau sekolah yang berbeda dalam yayasan yang sama; 6) memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
Program sertifikasi guru dalam jabatan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas para pendidik disambut baik oleh para guru. Guru yang berstatus guru PNS dan guru GTY secara otomatis telah memenuhi salah satu syarat sebagai peserta sertifikasi. Namun tampaknya tidak bagi guru CPNS maupun guru honorer. Guru CPNS dan guru honorer masih memikirkan status mereka yang belum menentu.
Ditinjau dari status kepegawaian guru yang berbeda-beda tersebut, maka terlihat bahwa persepsi mereka juga berbeda. Guru PNS dan guru GTY memiliki
(70)
persepsi terhadap sertifikasi lebih positif karena kesempatan mereka sebagai peserta sertifikasi sudah jelas. Berbeda dengan persepsi guru honorer dan guru CPNS, mereka masih harus memikirkan status mereka yang belum menentu. Akan tetapi, mereka setidaknya lega karena sekarang nasib guru mulai diperhatikan oleh pemerintah dengan meningkatkan kesejahteraannya melalui sertifikasi.
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan Ditinjau dari Jenjang Sekolah
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung = 10,699 lebih besar
dari Ftabel =3,013 dan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi
(α=5%) atau = 0,05.
Berdasarkan deskripsi data tentang jenjang sekolah diperoleh hasil sebagai berikut : guru pada jenjang sekolah SD sebanyak 213 responden, guru pada jenjang sekolah SMP sebanyak 192 responden, dan guru pada jenjang sekolah SMA sebanyak 130 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebagai guru pada jenjang sekolah SD. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan diperoleh hasil sebagai berikut : untuk kriteria sangat positif sebanyak 213 responden, positif sebanyak 199 respoden, cukup positif sebanyak 106, negatif sebanyak 12 responden, dan sangat negatif sebanyak 5 responden. Hasil tersebut
(71)
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah sangat positif.
Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa sebagian besar guru mengajar di jenjang Sekolah Dasar (SD). Sebagai guru sekolah dasar harus menguasai semua mata pelajaran yang ada karena guru sekolah dasar mengajar atau mengampu semua mata pelajaran yang ada. Oleh sebab itu sekarang ini formasi yang ada dalam lowongan pekerjaan sebagai guru SD, SMP dan SMA harus sesuai dengan bidangnya. Misal untuk guru SD harus dari PGSD dan untuk guru SMP dan SMA harus lulusan yang sesuai dengan mata pelejaran yang diampu. Maka jam mengajar untuk guru SD dalam satu minggu jumlahnya akan lebih banyak dari pada guru-guru di SMP maupun SMA. Namun gaji yang mereka terima besarnya sama sesuai dengan guru SMP dan SMA.
Deskripsi tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah sebagaian besar dikategorikan sangat positif. Hal tersebut tampak dari dukungan guru dalam mengumpulkan portofolio yaitu bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya atau prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial). Namun dari guru SD, SMP dan SMA memiliki tingkat persepsi yang berbeda.
(72)
Guru SD memiliki persepsi terhadap sertifikasi guru dalam jabatan paling rendah karena masih banyak guru SD yang belum memiliki kualifikasi akademik S-I atau D-IV mereka masih banyak yang berkualifikasi akademik SPG, D-I atau D-3. Padahal untuk dapat mengikuti sertifikasi guru salah satu syaratnya berkualifikasi pendidikan S-I, oleh karena itu banyak guru SD yang harus melanjutkan kependidikan S-I dan dalam hal ini perlu waktu untuk menyelesaikannya. Untuk guru SMP juga ada yang belum S-I namun tidak sebanyak guru SD. Semua guru SMA sudah memenuhi kualifikasi pendidikan S-I. Bila kita lihat guru SMA yang paling memiliki persepsi positif terhadap sertifikasi guru dalam jabatan karena salah satu syarat untuk sertifikasi sudah dapat terpenuhi dan untuk guru SD harus melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu dan untuk guru SMP yang sudah S-I dapat mengikuti sertifikasi namun yang belum S-I harus melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu. Namun pada dasarnya semua guru menyambut baik adanya sertifikasi guru dalam jabatan selain meningkatkan kesejahteraan guru juga untuk meningkatkan kompetensi setiap guru.
(73)
52
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian. Hasil ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 6,303 lebih besar dari Ftabel
= 2,622 dan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) = 5%
2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah. Hasil ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung =10,699 lebih besar dari Ftabel = 3,013 dan
nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) = 5%
b. Keterbatasan Penelitian
1. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah 31 butir. Masing-masing pernyataan memiliki 4 pilihan jawaban (SS,S,TS,dan STS). Mengingat, masing-masing jawaban tidak dijabarkan dalam uraian yang rinci, maka dimungkinkan responden memiliki intepretasi yang
(74)
berbeda-beda. Dengan demikian hasil penelitian kemungkinan tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
2. Penulis kurang mampu melacak kejujuran dari responden dalam memberikan jawaban kuesioner yang diberikan sehingga data yang diperoleh kurang optimal. Dalam penelitian ini pun guru tidak melakukan wawancara yang mendalam dengan responden penelitian.
c. Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti berdasarkan penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian pertama menunjukkan ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian . Sejalan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru di Kecamatan Wates memiliki status sebagai guru-guru PNS. Namun juga masih banyak guru-guru yang berstatus guru honorer. Guru dengan status honorer tidak bisa mengikuti program sertifikasi. Mereka harus menunggu untuk menjadi guru PNS untuk negeri dan GTY untuk guru yayasan. Oleh sebab itu hendaknya gaji atau tunjangan guru honorer dinaikkan agar mereka bersemangat dalam bekerja.
2. Hasil penelitian pertama menunjukkan ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah. Sejalan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di Kecamatan Wates mengajar di SD. Namun masih banyak
(75)
guru SD yang belum dapat mengikuti sertifikasi karena banyak guru SD yang belum S-I atau D-IV yang merupakan salah satu syarat mengikuti sertifikasi. Dengan keadaan yang demikian hendaknya pemerintah atau yayasan memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan sampai S-I. Untuk guru SMP dan SMA sebagian besar sudah S-I atau D-IV sehingga mereka hanya tinggal melengkapi portofolio sertifikasi.
(76)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
___________(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Davidoff. L (1998). Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Dakir. (1967). Psychologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Penyusunan
Fortofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta: Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Buku 1 Pedoman Penetapan
PesertaSertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta : Depdiknas Djarwanto, SP. (1996). Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian.
Yogyakarta: Liberty
Gozali, I. (2002). Statistik Non Parametrik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Irwanto,dkk. (1988). Psikologi Umum. Jakarta: Unika Atma Jaya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Th 1993 tentang
Status Sekolah
Muhibin . (1995). Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muslich. Masnur. (2007).Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara
Nawawi , Hadari . (1982). Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas. Jakarta:
PT. Gunung Agung
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
(1)
146
(2)
147
(3)
148
(4)
149
(5)
150
(6)
151