63
63
direnovasi dan diperbesar untuk memfasilitasi kereta barang dan penumpang agar tidak mengganggu kegiatan operasionalnya serta menambah keamanan dan
kenyamanan dalam pelayanan jasa kereta api.
D. Perbandingan Stasiun Tugu dan Lempuyangan dalam data stasitik
Dalam melihat perkembangan Stasiun Tugu di Yogyakarta, tentu tidak lengkap tanpa membandingkannya dengan Stasiun Lempuyangan. Seperti yang
sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dimana keberadaan Stasiun Tugu merupakan bukti dari usaha pemerintah Belanda untuk menghubungkan seluruh
pulau jawa dengan jalur kereta api guna menjalankan fungsi keamanan, pertahanan, dan pemerintahan, Stasiun Lempuyangan yang berdiri lebih dulu
dibandingkan Stasiun Tugu menjalankan fungsi ekononominya sebagai stasiun yang mengangkut barang-barang dari pabrik gula maupun perkebunan swasta
menuju Pelabuhan Semarang. Dalam perjalanan waktu, mulai nampaklah persaingan antara perusahaan
kereta api swasta dan pemerintah Belanda. Hal ini menjadi salah satu keberhasilan pemerintah dalam rangka mengundang sebanyak-banyaknya investor untuk
menanam modal dalam usaha transportasi kereta api uap di Hindia Belanda. Selama perjalanan stasiun kereta api di Yogyakarta, persaingan antara Stasiun
Tugu dan Lempuyangan bisa dibilang sangat menonjol. Hal ini dikarenakan rencana perusahaan SS untuk membangun jalur kereta api di Pulau Jawa yang
terputus di tengah karena dikuasai oleh perusahaan NISM, serta berbedanya lebar
64
64
rel yang dipakai. Karenanya SS hanya dapat membangun jalur di sebelah barat dan timur Jawa serta jawa tengah bagian selatan.
Bagian sub bab ini membahas data statistik antara jalur SS Yogyakarta- Cilacap dan NISM dengan jalur Semarang-Vorstenlanden, serta perbandingannya
dengan jalur yang dimiliki SS dan NISM secara keseluruhan di Pulau Jawa pada tahun 1890-an. Tahun ini merupakan tahun yang istimewa bagi usaha kereta api di
Hindia Belanda, khususnya di Pulau Jawa karena pada tahun inilah mulai muncul berbagai macam perusahaan kereta api swasta di Pulau Jawa dan Sumatera.
Bila dilihat dari panjang jalurnya, Stasiun Tugu memiliki panjang jalur 187,5 Km, sedangkan Stasiun Lempuyangan yang menghubungkan Semarang-
Vorstenlanden memiliki panjang jalur 205 Km.
44
Dari panjang rel yang dimiliki bisa disimpulkan jalur yang dimiliki Stasiun Tugu lebih dekat menuju daerah
pelabuhan dibandingkan Stasiun Lempuyangan. Karena lebih sedikit panjang jalur yang dimiliki, Jalur Yogyakarta-Cilacap hanya membutuhkan total biaya f
482.759 untuk perawatan jalur di tahun 1890, bandingkan dengan jalur Semarang- Vorstenlanden yang membutuhkan total biaya f 915.038 untuk perawatan jalurnya
di tahun 1890.
45
Pada tahun 1890 pengeluaran yang dikeluarkan oleh pada jalur Yogyakarta-Cilacap lebih sedikit dibandingkan dengan jalur Semarang-
Vorstenlanden, Perbandingan pengeluaran kedua jalur tersebut bisa dilihat pada tabel di halaman berikutnyai:
44
_______, op.cit., Hal. 4
45
_______, op.cit., Hal. 5
65
65
Tabel 3.3 Total Pengeluaran Perusahaan Kereta Api SS Dan NISM Di Pulau Jawa Tahun 1890
Perusahaan Yang Beroperasi
Total Pengeluaran
Pengeluaran Administrasi
Pengeluaran Untuk Jalan
Dan Pekerja Pengeluaran
Traksi Pengeluara
n Belanja
Staatsspoorweg op Java
Jalur Timur Jalur Barat
Jogja-Cilacap NISM
SMG-Vorstenl Bat.-Buitenzorg
f 1.823.978 f 799.734
f 482.759 f 3.106.471
f 915.038 f 343.395
f 1.258.433 f 219.388
f 89.828 f 71.718
f 380.934 f 201.558
f 72.739 f 274.297
f 444.220 f 184.227
f 114.013
f 742.460 f 238.830
f 64.156 f 302.986
f 765.247 f 366.684
f 176.193
f 1.299.124 f 296.945
f 131.346 f 428.291
f 395.123 f. 158.995
f 120.835 f 674.953
f 177.705 f 75.154
f 252.859 Sumber: _______, Statistiek Van Het Vervoer Op De Spoorwegen En Tramwegen
In Nederlandsch-Indie Over Het Jaar 1890, Batavia:1892 Hal. 6 Sedangkan untuk pendapatan dari kegiatan operasional kedua jalur tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.4 Total Pendapatan Perusahaan Kereta Api SS Dan NISM Di Pulau Jawa
Tahun 1890 Perusahaan Yang
Beroperasi Pendapatan Dari Kegiatan Operasional
Komentar Total
Per kilometer per tahun
Per hari per kilometer
Per kereta per
kilometer
Staatsspoorweg op Java
Jalur Timur Jalur Barat
Jogja-Cilacap NISM
SMG-Vorstenl Bat.-Buitenzorg
f 3.667.184 f 1.136.909
f 653.809 f 5.457.902
f 2.390.221 f 775.622
f 3.165.843 f 7.561
f 4.700 f 3.496
f 15.757 f 11.660
f 13.850 f 25.510
f 20,71 f 12.87
f 9,58 f 43.16
f 31.94 f 37.95
f 69.89 f 2,15
f 1,60 f 1,405
f 5.155 f 4,46
f 2,91 f 7.37
Sumber: _______, Statistiek Van Het Vervoer Op De Spoorwegen En Tramwegen In Nederlandsch-Indie Over Het Jaar 1890, Batavia:1892 Hal. 7
Dari kedua tabel diatas, nampak jelas perbandingan antara jalur yang dimiliki oleh SS dengan NISM di Jawa. Seperti yang sudah diketahui pada paragraf
66
66
sebelumnya, dimana jumlah panjang rel yang dimiliki oleh persahaan SS di jalur Yogyakarta-Surakarta lebih sedikit dibandingkan yang dimiliki perusahaan NISM
di jalur Semarang-Vorstenlanden, jelas terlihat jumlah pemasukan dan pengeluaran yang dimiliki oleh perusahaan NISM lebih besar dibandingkan
dengan SS. Namun, bila dilihat dari jumlah keseluruhan jalur kereta api yang dimiliki
oleh SS di Pulau Jawa dengan seluruh jalur milik NISM, jumlah pemasukan dan pengeluaran milik SS jauh lebih besar daripada milik NISM. Hal ini disebabkan
karena jumlah keseluruhan jalur kereta api milik SS di seluruh Jawa mencapai 915 Km, bandingkan dengan jalur milik NISM di Pulau Jawa yang hanya mempunyai
2 jalur, yaitu Semarang-Vorstenlanden dan Batavia-Buitenzorg
46
dengan total panjang jalur hanya mencapai 261 Km. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan pada
bagian sebelumnya akibat terpotongnya Jawa Tengah bagian utara yang sudah dikuasai oleh jalur kereta NISM menyebabkan SS hanya bisa membangun
jaringan kereta api di sebelah barat dan timur Pulau Jawa dan sebelah selatan Jawa Tengah.
Sebagai rincian keuntungan yang didapatkan oleh jalur kereta api SS maupun NISM di Pulau Jawa dapat dilihat pada table di halaman berikutnya:
46
Nantinya Jalur Batavia-Buitenzorg yang dibangun NISM tahun 1870 akan dibeli oleh SS berdasarkan Staatsblad tahun 1913 no. 469. Lih. Dasrin Zen
Ibid., Hal. 2
67
67
Tabel 3.5 Rincian Pendapatan Perusahaan Kereta Api SS Dan NISM Di Pulau Jawa Tahun 1890
Sumber: _______, Statistiek Van Het Vervoer Op De Spoorwegen En Tramwegen In Nederlandsch-Indie Over Het Jaar 1890, Batavia:1892 Hal. 8
Dari tabel rincian pendapatan diatas dapat terlihat barang apa saja yang diangkut dengan menggunakan jasa kereta api. Selain mengangkut barang-barang
seperti hasil bumi dari daerah perkebunan swasta serta hasil produksi dari pabrik pengolahan bahan baku, yang dimasukkan dalam kategori kargo, kereta api pada
masa tersebut juga mengangkut kuda untk transportasi darat, hewan ternak, telegraf, paket, serta penumpang kereta api dan barang bawaannya di bagasi.
Berdasarkan rincian ini bisa disimpulkan bagaimana daerah Yogyakarta yang dilalui oleh rangkaian kereta api SS merupakan daerah yang ramai oleh
kegiatan pemerintahan maupun perdagangan dan aktifitas sosial lainnya. Hal ini terlihat dari perbandingan antara jalur Yogyakarta-Cilacap dengan jalur yang
dimiliki oleh SS lainnya. Bila total penghasilan jalur SS di sebelah barat dan timur
47
Diantara barang bawaan termasuk bagasi, paket, maupun kargo.
48
Berbagai macam barang termasuk gerbong, kuda, ternak, telegraf, dll. Perusahaan Yang
Beroperasi Rincian Pendapatan Dari Kegiatan Operasional
Dari Pengangkutan
Penumpang Dari Usaha
Pengangkutan
47
Dari Berbagai
Macam Muatan
48
Total Penghasilan
Staatspoorwegen op Jawa Jalur timur
Jalur barat Jogja-Cilacap
NISM Semarang-Vorst
Batavia-Buitenzorg f 1.360.068
f 435.465 f 242.365
f 2.037.898
f 501.110 f 312.385
f 813.495 f 2.145.745
f 653.488 f 386.741
f 3.185.974
f 1.760.139 f 427.292
f 2.187.431 f 161.371
f 47.956 f 24.703
f 234.030
f 128.972 f 35.945
f 164.917 f 3.667.184
f 1.136.909 f 653.809
f 5.457.902
f 2.390.221 f 775.622
f 3.165.843
68
68
digabung jumlahnya mencapai f 4.804.093, tetapi jmlah itu masih harus dibagi dengan masing-masing jalur atau stasiun kota yang dilauinya. Bila dibandingkan
dengan jalur Cilacap-Yogyakarta sendiri saja yang sudah mencapai f 653.809, bisa disimpulkan bagaimana ramainya arus lalu lintas pengiriman barang, jasa,
maupun manusia ke wilayah tersebut. Bandingkan dengan jalur Semarang- Vorstenlanden yang meskipun berjumlah lebih banyak dari jalur Yogyakarta
Cilacap, yaitu sebesar f 2.390.221, jumlah tersebut merupakan gabungan dari tiga rangkaian stasiun di Yogyakarta Stasiun Lempuyangan dan Surakarta Stasiun
Solo Balapan serta Semarang Stasiun Semarang Tawang. Banyaknya keuntungan yang didapatkan oleh SS di sebelah barat dan
timur Jawa bisa diartikan sebagai upaya untuk menarik perhatian para investor untuk ikut berinvestasi dalam usaha transportasi kereta api. Nantinya usaha
tersebut membuahkan hasil dengan banyaknya investor yang mendirikan perusahaan kereta api swasta beserta fasilitas pendukungnya seperti rel dan
stasiun kereta api di Pulau Jawa. Sedangkan untuk jalur Yogyakarta-Cilacap, walaupun jelas sekali pendapatan yang diterima oleh SS lebih rendah daripada
jalur Semarang Vorstenlanden yang dikelola oleh NISM, SS tetap memberdayakan jalur ini selain sebagai jalur penghubung selatan Pulau Jawa
dengan rute Bandung-Cilacap-Yogyakarta juga sebagai langkah antisipasi untuk menuju “pintu belakang” bila sewaktu-waktu terjadi infasi serangan musuh dari
luar.
49
49
Pada masa awal kedatangan bala tentara Jepang di Perang Dunia II, peran Pelabuhan Cilacap sebagai pintu belakang untuk keluar digunakan saat
mengungsikan jajaran pemerintahan Hindia Belanda menuju wilayah sekutu
69
69
terdekat, yaitu Australia. Hal ini dilakukan setelah gerak maju bala tentara Jepang tidak dapat dibendung baik di front lautan oleh pasukan gabungan ABDACOM
maupun di daratan oleh pasukan KNIL dan pasukan Belanda yang diperbantukan di Hindia Belanda. Lih. Zuhdi, Susanto, op.cit., Hal. 178-179
70
70
BAB IV PENGARUH YANG MUNCUL DARI PEMBANGUNAN DAN AKTIVITAS