Kajian Teori LANDASAN TEORI

7

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II dalam penelitian ini membahas kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Teori

Kajian teori membahas tentang tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar taksonomi Bloom. 1. Tes Hasil Belajar Menurut Sulistyorini, 2009: 87 tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Suatu cara dalam penilaian yang berbentuk tugas yang wajib dikerjakan siswa dengan tujuan mendapat data tentang nilai dan prestasi siswa Suwandi, 2010: 39. Berdasar pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat pengumpul data yang resmi berbentuk tugas wajib dikerjakan. Hasil belajar adalah respon yang baru berupa tingkah laku Sulistyorini, 2009: 10. Hasil belajar sendiri dapat berbentuk nilai atau karya yang dapat mengukur penampilan seseorang Purwanto: 2009: 56. Berdasarkan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar suatu alat yang sah untuk mengetahui nilai atau kemampuan sesuai tingkah laku. 8 a Ciri-ciri tes Ada beberapa ciri yang harus dipenuhi oleh suatu tes yang baik. Valid berarti sesuai dan dapat dikatakan valid jika tes sesuai yang dituju. Sehingga memberi informasi jika tes tersebut mencapai tujuan. Tes tersebut dapat memberi gambaran mengenai suatu yang diinginkan Sulistiyorini, 2009: 161- 167. Jadi dapat dijelaskan suatu item yang valid merupakan item yang dapat memberi informasi bahwa item tersebut telah mencapai tujuan dari tes. Reliabilitas, tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut tetap tidak menunjukan perubahan-perubahan yang berarti. Alat ukur harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukan perbedaan secara teliti dengan adanya daya pembeda. Tingkat kesukaran soal harus diperhatikan juga sehingga dapat menentukan mudah, sedang, dan sukar pada soal. Besar kecilnya tingkat kesukaran soal tidak ada yang mutlak. Biasanya soal mudah dan sukar lebih sedikit dibanding dengan soal sedang. Namun biasanya soal mudah dan sukar sama banyaknya Arifin, 2009: 97. Pada soal pilihan ganda ada alternatif jawaban atau pengecoh. Soal yang baik membuat peserta didik yang menjawab salah akan memilih secara merata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengecoh memiliki peran penting dalam soal pilihan ganda. b Jenis Tes 9 Menurut Sulistyorini 2009: 89, tes ditinjau dari bentuk soal, dibedakan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes subjektif. 1. Tes Obyektif Tes obyektif juga disebut short answer tes atau tes jawab singkat. Biasanya tes obyektif berada pada soal essay karena hanya menjawab pertanyaan dengan jawab singkat Sulistyorini, 2009: 89. Tes ini juga disebut tes dikotomi karena jawaban hanya benar dan salah serta memiliki skor 0 atau 1. Dikatakan tes obyektif karena penilaian bersifat obyektif dimana siapapun yang mengoreksi hasilnya akan sama karena kunci jawaban jelas. Jenis tes obyektif yang biasanya digunakan adalah tes jawaban benar- salah true-false. Tes benar salah merupakan tes berupa pernyataan-pernyataan ada benar dan salah. Peserta didik diminta memilih pernyataan-pernyataan yang ada. Tes ini dapat berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dan pendapat. Tes benar salah memiliki kelebihan seperti mencakup bahan yang luas, pertanyaan singkat dan tidak membutuhkan tempat yang banyak, mudah menyususun, dapat digunakan berkali-kali, dan pengerjaan mudah dimengerti. Tes pilihan ganda multiple choice tes yang jawabanya dapat memilih alternatif jawaban yang disediakan Mardapi, 2004: 74. Pilihan ganda terdiri dari bagian keterangan, kemungkinan jawaban atau alternatif. Kemungkinan jawaban yang benar yaitu kunci jawaban atau beberapa pengecoh Sulistyorini, 2009. Soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar 10 yang lebih kompleks dan berkenaan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi Arifin, 2009: 156. Materi yang dicakup pada pilihan ganda cenderung luas. Menurut Sulistyorini 2009 ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam membuat soal pilihan ganda: a petunjuk yang jelas, b jawaban dibuat homogin, seimbang dan sejenis sehingga seolah-olah benar semua, c hindari penggunaan kalimat dalam bentuk negatif, d jumlah options harus sama, e kalimat pada butir soal dibuat singkat, f pilihan jawaban dibuat vertikal. Kelebihan dari tes piliha ganda adalah penilaian yang mudah, cepat, obyektif dan dapat mencakup materi yang luas, cocok untuk ujian yang memiiki peserta banyak dan harus segera di umumkan hasilnya. Kelemahan pilihan ganda adalah kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik bagi guru, sehingga kurang dianjurkan untuk penilaian kelas. Syarat tes pilihan ganda yang baik menurut Kusnandar 2013: 201 a memiliki validitas yang tinggi b memiliki reliabititas tinggi, c tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai, d tingkat kesukaran yang memadai. Kaidah penulisan tes pilihan ganda menurut Sudjana 2009: 50 memaparkan bahwa kaidah dan contoh penulisan soal pilihan ganda ada 9, yaitu: a pokok soal yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas, b perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan peryataan yang diperlukan saja, c untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar, d pada pokok soal sebisa mungkin perumusan pernyataan yang positif, e 11 alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi, f diusahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar, g diusahakan untuk tidak menggunakan piliha n jawaban yang berbunyi “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”, h usahakan agar pilihan jawaban satu jenis baik dari segi isi maupun dari segi struktur kalimat, i apabila pilihan jawaban berbentuk angka, maka disusun secara berurutan dari angka terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya. Kaidah penulisan tipe pilihan ganda mempunyai tiga aspek. Aspek materi, aspek kontruksi, dan aspek bahasa. Ditinjau dari aspek materi: a soal harus sesuai dengan indikator, b pilihan jawaban harus sejenis dan logis ditinjau dari segi materi, c setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Ditinjau dari aspek konstruksi: a pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, b rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja, c pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar, d pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif, e panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, f pilihan jawaban jangan m engandung pernyataan “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”, g pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecil angka tersebut, h gambar, grafik, diagram harus jelas dan berfungsi, i butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ditinjau dari segi bahasa: a setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, 12 b jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional, c pilihan jawaban jangan mengulang kata yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Menjodohkan matching test bentuk tes ini terdiri kumpulan soal dan jawaban yang keduanya dikumulkan pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah kiri biasanya kolom soal dan kolom sebelah kanan adalah kolom jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dibanding soal Arifin, 2009: 106. Isian Completion tes tes ini terdiri dari kalimat-kalimat yang beberapa bagian dihilangkan. Bagian yang hilang itu harus diisi oleh murid. 2. Tes Subjektif Subjektif atau tes esai suatu bentuk tes yang terdiri dari soal-soal yang jawabannya berbentuk uraian panjang Sulistyorini, 2009: 89. Konstruksi Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar yang baik di konstruksi dengan memenuhi validasi, reliabilitas, dan karakteristik soal yaitu pembeda, tingkat kesukaran dan pengecoh. a. Validasi Supratman 2004: 50 menjelaskan bahwa validasi adalah suatu konsep berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validasi dapat sesuai apabila tes tersebut benar-benar meyasar pada apa yag dituju. Tes tersebut benar-benar memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan Sulistyorini, 2009:15. 13 Berikut ada beberapa jenis validasi berdasarkan yang disampaikan oleh Arifin 2009: 324-325. 1. Validitas isi Validitas isi menyatakan apakah tes sudah menngembangkan kompetensi yang dikembangkan serta materi dan indikator dan materi pembelajarannya. 2. Validitas Empiris Validitas empiris biasanya mencari tolak ukur yang berhubungan dengan skor tes dengan kriteria tertentu diluar tes yang bersangkutan. Namun dapat relevan dengan apa yang diukur. Validitas empiris disebut juga validitas statistik. 3. Validitas Kesejajaran Dapat dikatakan validitas kesejajaran apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Berarti tes tersebut memiliki kesejajaran dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. b. Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah tingkat konsistensitas suatu tes. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda Arifin, 2009: 329. Berikut adalah metode yang biasa digunakan dalam menentukan reliabilitas suatu tes Hamzah Satria K, 2012: 153-155. 14 1. test- retest, hal yang penting dalam hal ini adalah menentukan interval waktu pelaksanaan tes, jika interval pendek maka siswa masih ingat hasil yang terdahulu, semakin besar interval maka semakin banyak variabel yang dapat mempengaruhi hasil tes. Koefisien 0,80-0,90 dianggap standar untuk tes bakat dalam tahun yang sama. 2. Metode Equivalent-Form, tes menggunakan dua tes yang berbeda pada kelompok siswa yang sama dan waktu yang berurutan, kemudian hasilnya di korelasikan. Koefisien korelasi menyatakan koefisien reliabilitas yaitu ukuran ekuivalen tes. Semakin tinggi ukuran menunjukan kedua tes menghasilkan hasil yang cenderung sama. 3. Split-Half Method atau metode belah dua, tes ini dapat diberikan dalam sekali waktu kepada siswa seperti biasa, kemudian tes dibagi dua dalam pemberian skor. Biasanya dilakukan dengan patokan nomor ganjil dan genap. Kedua skor bagian tes kemudian direlasikan dengan teknik korelasi product moment. 4. Metode Kuder Richardson yang didasar pada varian butir. Ada tiga prosedur dalam memperoleh kosistensi internal skor tes. Kuder Richardson 20 KR- 20 Cronbac’s Alpa; dan Hoyt. Rumus menurut Kuder Richardson ada dua bentuk 1 KR-20 yang digunakan yang seluruhnya memiliki butir soal yang taraf kesukarannya sama. 2 KR-21 yang digunakan pada taraf kesukaran yang tidak sama. Cronbac’s Alpa digunakan pada butir soal 15 yang rentang bobot penskoran yang lebar seperti tes sikap dan uraian. Hoyt memberikan hasil identik seperti koefisien alpha. c. Karakteristik Butir Soal Memiliki tiga bahasan yaitu daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. 1. Daya pembeda Daya pembeda merupakan jawaban benar siswa yang tergolong atas berbeda dari siswa tergolong kelompok bawah. Menurut Sulistyorini 2009: 177 daya pembeda merupakan sebuah pedoman yang ada pada sebuah tes yang mampu membedakan antar kemampuan siswa pandai dan siswa yang rendah. Daya pembeda menurut Sudjana 2009: 141 dapat mengkaji butir-butir soal yang bertujuan untuk mengetahui seberapa sanggup soal tersebut membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi pandai dengan siswa yang tergolong memiliki prestasi rendah. Pengujian daya pembeda memiliki kriteria yaitu bila jawaban salah dari kelompok siswa berprestasi rendah dengan siswa dengan siswa berprestasi tinggi sama atau lebih besar dari nilai tabel, maka butir soal itu mempunyai daya pembeda Sudjana, 2009: 143. Jika soal tidak memiliki daya pembeda maka dapat dikatakan soal tersebut terlalu mudah atau terlalu sulit untuk dikerjakan. 16 2. Tingkat kesukaran Pada suatu tes tingkat kesukaran sangatlah penting karena menentukan keseimbangan soal-soal mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran merupakan proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu butir soal Widoyoko, 2014: 132. Kesukaran soal tidak hanya dilihat dari sudut pandang guru atau pembuat soal, tetapi dari siswa yang akan mengerjakannya. Karena jika soal yang dibuat terlalu mudah maka tidak akan ada usaha siswa dalam berfikir secara tinggi dalam menjawab soal. Menurut Sulistyorini 2009: 173 cara untuk mendapatkan soal yang baik, harus memenuhi validitas dan reliabilitas serta adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Sehingga soal yang tergolong mudah sedang, dan sukar memiliki bobot yang sama. Menurut Sulistyorini 2009: 174 perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3, dimana 30 soal berkategori mudah, 40 berkategori sedang, dan 30 berkategori sukar. Selain itu dapat dibuat 25-50-25, dimana 25 soal mudah, 50 soal berkategori sedang, dan 25 berkategori sukar. 3. Analisis Pengecoh Pengecoh biasanya dibuat pada soal pilihan ganda untuk mengecoh seseorang agar memilihnya apabila seseorang itu tidak menguasai materi dengan baik. Pengecoh biasanya adalah jawaban yang tidak benar namun hampir menyerupai jawaban yang benar. Menurut Kusaeri, 2014: 70 17 Pengecoh merupakan jawaban salah atau tidak tepat sehingga seorang peserta tes dapat terkecoh memilihnya. Pengecoh yaitu pilihan yang tidak merupakan jawaban yang benar Arifin, 1990: 35. 4. Pengembangan tes hsil belajar Tes hasil belajar untuk memberikan penilaian hasil belajar kemampuan yang dimiliki siswa secara nyata dan menimbang secara adil Sulistyorini, 2009: 180. Prosedur pengembangan tes hasil belajar menurut Purwanto 2009: 84 melibatkan tujuh kegiatan, antara lain: a. Identifikasi hasil belajar Dalam hal ini peneliti harus tahu materi apa yang akan diteskan sesuai dengan pengetahuan yang telah diterima siswa, jadi pemberian tes saat setelah siswa sudah mempelajari materi yag akan di tes kan. Hasil belajar harus diidentifikasikan aspek yang diukur, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotornya Purwanto, 2009: 84. b. Deskripsi materi Menurut Purwanto 2009: 84-85 materi menjadi acuan dalam pengumpulan data serta dalam memahami hasil belajar. Materi tentang hasil belajar mempunyai sesuatu yang sangat penting dalam mengetahui hasil belajar siswa yang akan diukur kemampuannya. Data sangat ditentukan oleh uraian materi tentang hasil belajar tersebut yang mana akan diukur datanya. 18 c. Pengembangan Spesifikasi Pengembangan pada hasil belajar yang dilakukan dua atau lebih pengembang menghasilkan kualitas yang sama. Bagi satu pengembang tes hasil belajar akan membuat dua atau lebih perangkat tes yang setara sehingga mendapat hasil yang relatif stabil atau konsisten. Menurut Purwanto 2009: 85-86 hal yang dikembangankan dalam spesifikasi seperti ini penentuan jenis tes hasil belajar, banyaknya butir soal, waktu, peserta, aturan penskoran, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus dan menyusun kisi-kisi tes. d. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban Purwanto 2009: 87 mejelaskan bahwa pedoman-pedoman dalam tes ada delapan, yaitu 1 menyatakan soal sejelas mungkin; 2 memilih kata yang sesuai; 3 menghindari pengaturan kata yang dirasa janggal dan terlalu berbelit-belit; 4 memasukan semua keterangan yang dibutuhkan dalam membuat jawaban; 5 merumuskan soal dengan tepat; 6 menghindari kata-kata yang tidak berfungsi; 7 menyesuaikan taraf kesukaran soal; 8 menghindari isyarat ke arah jawaban benar yang tidak seharusnya. Dalam pembuatan kunci jawaban berbeda-beda tergantung jenis soal. Untuk soal esai akan berupa uraian, Namun untuk soal objektif dapat berupa pilihan dari beberapa alternatif jawaban. Kunci jawaban sendiri 19 dibuat dengan perhitungan yang tepat disesuaikan dengan soal dari jawaban tersebut Purwanto, 2009: 91-92. e. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar Skor yang telah terkumpul akan diolah dan menjadi data uji coba hasil belajar yang dapat menjadi pedoman dalam mengukur kemampuan siswa Purwanto, 2009: 92-93. Data yang berbentuk skor yang sudah dihitung menurut aturan skoring yang telah ditentukan. Sehingga data uji coba menjadi tolak ukur dalam menentukan baik tidaknya tes tersebut. f. Uji kualitas tes hasil belajar Uji kualitas tes hasil belajar dilakukan agar tes hasil belajar dijamin kelayakannya sebagai alat ukur. Hasil dari uji kualitas tes menjadi syarat dari kelayakan tes. Purwanto 2009: 93-94 menjelaskan bahwa tes hasil belajar yang dibuat berdasarkan kisi-kisi umumnya mempunyai butir soal yang baik. g. Kompilasi tes Kompilasi tes menjadi penyaring bagi butir soal yang baik dan yang tidak baik untuk digunakan dalam tes hasil belajar. Pemilihan soal yang baik harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kekeliruan Purwanto, 2009: 94. 20 5. Taksonomi Bloom Anderson Krathwohl 2001: 6 mengungkapkan tahapan kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan yang berurutan dari paling rendah mengingat sampai paling tinggi mencipta. Tahapan ini masuk pada dimensi kedua yang telah direvisi. a. Mengingat Mengingat merupakan penggalian informasi kembali yang pernah diterima berupa pengetahuan-pengetahuan. Menghafal kembali atau mengulang pengetahuan yang pernah diterima. Pengetahuan mengingat merupakan bekal yang baik untuk belajar yang bermakna menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai pada tugas-tugas yang kompleks Anderson Krathwohl 2001: 103. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori mengingat misalnya menyebutkan, mengidentifikasi, dan menunjukan b.Memahami Kemampuan dalam menjabarkan sendiri pengetahuan yang telah didapat dengan caranya sendiri, yang bersifat lisan atau tulisan yang disampaikan dari buku pelajaran atau komputer Anderson Krathwohl 2001: 105. Sehingga mereka dapat menyimpulkan dari pengetahan baru dan pengetahuan lama. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori memahami mencontohkan, menyimpulkan, mengklarifikasi, membandingkan dan menjelaskan. 21 c. Mengaplikasi Kemampuan untuk pemecahan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti pengerjaan soal latihan dan tugas merupakan masalah Anderson Krathwohl 2001: 116. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori mengaplikasi proses melaksanakan dan proses mengimplementasikan. d.Menganalisis Kemampuan memecah-mecah materi menjadi yang lebih kecil, sehingga mendapat pemahaman yang lebih luas. Tujuan pendidikan agar dapat menentukan cara menata potongan informasi dan membentuk tujuan dibalik informasi Anderson Krathwohl 2001: 120. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori menganalisis membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan. e. Mengevaluasi Kemampuan dalam membuat perkiraan keputusan yang tepat. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengkritik Anderson Krathwohl 2001: 125. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori mengevaluasi memeriksa dan mengkritik. f. Mencipta Kegiatan yang untuk pembuatan produk baru dari beberapa materi atau elemen menjadi satu yang tidak pernah ada sebelumnya Anderson 22 Krathwohl 2001: 128. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori mencipta biasanya yang dikoordinasikan dengan pengalaman yang sudah di miliki oleh para siswa sebelumnya.

B. Peneltian Yang Relevan