4. PT. BHAKTI CAPITAL INDONESIA TBK.
5. PT. BHAKTI INVESTAMA TBK.
6. PT. HD CAPITAL TBK.
7. PT. KRESNA GRAHA SEKURINDO TBK.
8. PT. LIPPO SECURITIES TBK.
9. PT. PANIN SEKURITAS TBK.
10. PT. TRIMEGAH SECURITIES TBK.
11. PT. NUSANTARA INTI CORPORA TBK.
12. PT. YULIE SEKURINDO TBK.
3.3 Teknik pengumpulan data
3.3.1. Jenis data
Data merupakan faktor yang penting dalam penyusunan ini. Adapun data yang akan digunakan adalah jenis data sekunder, yaitu berupa laporan
keuangan yang diterbitkan setiap tahun prospectus perusahaan di bursa efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Laporan keuangan
yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsoliasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan Securities.
3.3.2.
Sumber data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh di Bursa Efek Indonesia BEI berupa data Indonesian Capital Market Directory
ICMD.
3.3.3. Pengumpulan data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3.4 Teknik analisis data dan uji hipotesis
3.4.1.
Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis
regresi linier berganda. Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah
penelitian secara serempak atau simultan dan secara individu atau parsial. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini
berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel terikatnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan
fungsional. Model hubungan yang diperkirakan akan terbentuk pada penelitian ini
adalah sebagai berikut : Y
t
= α +β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
+ µ
i
Dimana : Y
t
= Struktur modal α = Konstanta
β
1....4
= Koefisien regresi dari variabel bebas
X
1
= Pertumbuhan aktiva X
2
= Resiko bisnis X
3
= Struktur aktiva X
4
= Struktur kepemilikan µ
i
= Variabel pengganggu Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua
variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga dapat disimpulkan apakah
hipotesis penelitian diterima atau ditolak. 3.4.2.
Uji hipotesis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai
berikut:
Uji t-hitung
Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh masing- masing variabel bebas yang terdapat dalam modal mempunyai pengaruh
yang signifikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat
diterima atau ditolak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t-hitung ini adalah :
a. Memformulasikan hipotesis
formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah : Ho : bi = 0 i = 1,2,3,4
Artinya : faktor-faktor yang terdiri dari pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, dan struktur kepemilikan mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap struktur modal. b.
Menetapkan tingkat signifikan atau tingkat kesalahan α yaitu
sebesar 5. c.
Menentukan rumus distribusi t hitung bi
t
hit
= se bi
bi = koefisien arah regresi se = simpangan baku
3.4.3.
Uji asumsi klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator, artinya pengambilan keputusan melalui uji-t tidak
boleh biasa, untuk memastikan bahwa modal yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi asumsi : tidak
terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikoninearitas dan terjadi heteroskedastisitas.
a. Autokorelasi Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang
diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau antara space untuk data cross section. Keberadaan autokorelasi dapat dites dengan menghitung
nilai Durbin Watson d tes, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
t=N
Σ
e1- et- 1²
t=2
d =
t=N
Σ
et²
t=1
Keterangan : d
= nilai Durbin Watson e1
= residual pada waktu ket-1 satu periode sebelumnya N
= banyaknya data Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menilai dari
besarnya angka Durbin Watson: Besarnya Angka Durbin Watson
Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi positif
Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi negatif Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada
Autokorelasi b. Multikolinier
Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar
variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi terjadi bias. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat diartikan dengan
menghitung VIF Varience Inflatio Factor, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
VIF = 1 tolerance VIF menyatakan tingkat “pembekakan” varians. Apabila VIF lebih besar
dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. c.
Heteroskedastisitas Homoskedastisitas varian sama, merupakan fenomena dimana pada
nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan ei mempunyai nilai varian yang sama sebesar
σ², jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut
terjadi heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator koefisien regresi dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak
efisien meskipun estimator tersebut tidak bisa dan konsisten. Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan Spearman’s Rank Corelation Test. Pengujian adanya fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini :
∑
d
ı²
r
s
= 1-6 NN²-1
Keterangan : d1
= perbedaan dalam rank antara residual dengan varibel bebas ke1 N
= banyaknya data r
s
= koefisien korelasi
41
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swastaSRO seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan tahun 1992. Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan