ANALISIS PERTUMBUHAN AKTIVA, RESIKO BISNIS, STRUKTUR AKTIVA, STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SECURITIES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

ANALISIS PERTUMBUHAN AKTIVA, RESIKO BISNIS, STRUKTUR AKTIVA, STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP STRUKTUR

MODAL PADA PERUSAHAAN SECURITIES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh:

0712010085/FE/EM

MOHAMAD BAGIR ASSEGAF

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

0712010085/FE/EM

MOHAMAD BAGIR ASSEGAF

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Allah SWT, atas segala rahmatNya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PERTUMBUHAN AKTIVA, RESIKO BISNIS, STRUKTUR AKTIVA, STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SECURITIES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. EC. Pandji Soegiono, MM selaku Dosen Wali di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Pandji Soegiono, MM, Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

ii

MR. ial, K-jie n friend lain-lainnya yang selalu memberikan doa restunya dan jerih payah serta pengorbanan dalam mendidik penulis hingga saat ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, September 2010


(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1.Pengertian Modal ... 12

2.2.2.Sumber-Sumber Penawaran Modal ... 13

2.2.3.Pengertian Struktur Modal dan Struktur Keuangan ... 17

2.2.4.Pengukuran Struktur Modal ... 19


(6)

iv

2.2.5.2.Pengaruh Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal ... 24

2.2.5.3.Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal ... 25

2.2.5.4.Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal ... 27

2.3. Kerangka Koseptual ... 29

2.4. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.2.1.Populasi ... 34

3.2.2.Sampel ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1.Jenis Data ... 35

3.3.2.Sumber Data ... 35

3.3.3.Pengumpulan Data ... 36

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 36

3.4.1.Teknik Analisis Data ... 36

3.4.2.Uji Hipotesis ... 37


(7)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 41

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 41

4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 43

4.1.3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 45

4.1.4. Gambaran Umum Perusahaan ... 46

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

4.2.1. Struktur Modal ... 48

4.2.2. Pertumbuhan Aktiva ... 49

4.2.3. Resiko Bisnis ... 50

4.2.4. Struktur Aktiva ... 51

4.2.5. Struktur Kepemilikan ... 52

4.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 54

4.3.1. Analisis Regresi ... 56

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 59

4.3.3. Pengujian Hipotesis ... 64

4.3.4. Pembahasan ... 68

4.3.4.1.Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Terhadap Struktur Modal ... 68

4.3.4.2.Pengaruh Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal ... 69

4.3.4.3.Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal ... 71


(8)

vi

5.1. Kesimpulan ... 74 5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

vii

DAFTAR TABEL Tabel

1. Data Struktur Modal ... 48

2. Data Pertumbuhan Aktiva ... 49

3. Data Resiko Bisnis ... 50

4. Data Struktur Aktiva ... 51

5. Data Struktur Kepemilikan ... 52

6. Data Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Tingkat Pertumbuhan dan Profitabilitas ... 54

7. Pengaruh X Terhadap Variabel Y ... 56

8. Hasil Uji Multikolinearitas ... 61

9. Hasil Rank Spearman untuk Uji Heteroskedastisitas ... 63

10. Hasil Uji Normalitas ... 65


(10)

viii

Gambar


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Tabel Outlier 1 2. Tabel Outlier 2 3. Tabel Normalitas


(12)

X

Oleh :

Mohamad Bagir Assegaf Abstraksi

Dalam pengelolaan bidang keuangan, salah satu unsur yang penting adalah kemampuannya memenuhi kebutuhan dana agar kegiatan usaha dapat berkembang. Struktur modal mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri di dalam membelanjai aktiva yang ada dan perlu diperhatikan dengan baik komposisinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal diantaranya seperti Pertumbuhan aktiva (X1), Resiko bisnis (X2), Struktur aktiva (X3), Struktur kepemilikan (X4). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel Pertumbuhan aktiva, Resiko bisnis, Struktur aktiva, dan Struktur kepemilikan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Securities yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Faktor tersebut dapat dipertimbangkan oleh perusahaan dan dapat dijadikan sumber informasi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menentukan struktur modal.

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Direktory. Metode purposive sampling pada sample penelitian yaitu 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2005 sampai dengan 2008, skala datanya adalah skala ratio. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sedangkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian terdahulu digunakan uji parsial (uji t).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh signifikan adalah variabel Pertumbuhan aktiva (X1), Resiko bisnis (X2), dan Struktur aktiva (X3), sehingga variabel tersebut berpengaruh terhadap struktur modal (Y), sedangkan variabel yang tidak signifikan adalah variabel Struktur kepemilikan (X4) sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap struktur modal (Y)

Kata Kunci : Pertumbuhan Aktiva (X1), Resiko Bisnis (X2), Struktur Aktiva (X3), Struktur Kepemilikan (X4), dan Struktur Modal (Y).


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya kondisi persaingan menuntut setiap perusahaan membaca dengan baik terhadap situasi internalnya baik bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan. Hal ini agar perusahaan dapat bertahan dalam berbagai situasi yang dihadapi.

Pengelolaan bidang-bidang yang disebutkan diatas juga dituntut bagi setiap jenis bidang usaha misalnya : perhotelan, perbankan, industri manufaktur, industri farmasi dan sebagainya.

Dalam pengelolaan bidang keuangan, salah satu unsur yang penting adalah kemampuannya memenuhi dan mengelola kebutuhan dana agar kegiatan usaha dapat berkembang. Struktur modal mencerminkan imbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri di dalam membelanjai aktiva yang ada dan perlu diperhatikan dengan baik komposisinya.

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang telah berkembang menjadi perusahaan yang besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi mengingat bahwa pada mulanya modal diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk berproduksi lebih lanjut (physical oriented), tetapi dalam perkembangan pada daya beli nilai ataupun kekuasaan untuk memakai barang-barang modal (non physical oriented).


(14)

Dalam menghadapi situasi dan kondisi perekonomian seperti sekarang ini setiap perusahaan harus mampu melakukan pengelolaan terhadap setiap kegiatan-kegiatan usahanya, baik kegiatan dibidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan, agar perusahaan dapat tetap bertahan atau bahkan dapat meningkatkan kegiatan usahanya dalam pengelolaan dibidang keuangan, salah satu unsur yang perlu mendapatkan perhatian adalah sejauh mana perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang digunakan untuk beroperasi atau mengembangkan usahanya untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, menurut Riyanto (1995:10) ”sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai aspek” sehingga dapat kita ketahui bahwa setiap badan usaha maupun perusahaan perlu memberi perhatian serta analisis terhadap masalah modal. Menurut Moeljadi (2006; 12), salah satu keputusan penting yang harus diambil seorang manajer keuangan dalam mencapai tujuan memaksimalisasi perusahaan adalah keputusan pembelanjaan (financing decision). Yuke prabansari dan Handri kusuma (2005), biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer tersebut, ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur; sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. maka keputusan pendanaan


(15)

3

harus dilakukan secara cermat sehingga tidak menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi.

Pada umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap saja apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi maka penggunaan modal sendiri akan menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan merupakan jaminan bagi kreditur. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan adanya kebijaksanaan dalam menentukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau modal asing dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dana tersebut (cost of capital).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, yang menjelaskan bahwa apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan securities secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities saja. Keadaan pasar modal yang menjelaskan bahwa keadaan pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan karena adanya gelombang kongjungtur. Sifat manajemen yang menjelaskan bahwa seorang manajer yang bersifat optimis memandang masa depannya dengan cerah,


(16)

yang mempunyai keberanian untuk menanggung resiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban finansiil. Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan (expected value) dari keuntungan, dengan penyimpangan yang sama semakin kecil kemungkinan mendapatkan kerugian. Dalam penelitian ini keempat faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut tidak digunakan dikarenakan pada perusahaan yang go public penelitian yang dilakukan biasanya lebih memfokuskan pada masalah keuangan, sehingga dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan pada penelitian kali ini hanyalah terdiri dari empat faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, dan struktur kepemilikan.

Penelitian ini yang dilakukan oleh Krishnan (1996) pada perusahaan-perusahaan besar di Negara industri juga menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. kebanyakan perusahaan industri sebagian besar modalnya terdiri dari aktiva tetap (fixed assets) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modal daripada modal yang permanen, yaitu modal sendiri sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Jadi dapat diartikan bahwa semakin besar struktur aktiva suatu perusahaan maka semakin kecil pula struktur modal suatu perusahaan tersebut karena ini dinilai perusahaan dengan struktur aktiva yang tinggi


(17)

5

lebih mengutamakan penggunaan modal sendiri daripada modal asing karena lebih beresiko. Maka dapat disimpulkan struktur aktiva mempunyai hubungan yang negatif terhadap struktur modal.

Menurut Lukas (2003:273) perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi), resiko diukur dengan koefisien beta yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham secara rata-rata di pasar. Jadi dapat disimpulkan semakin besar beta suatu saham, semakin besar resiko saham tersebut dan perusahaan akan sulit untuk mendapatkan dana dari penjualan saham. Sehingga beta mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Resiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari

outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Van Horne dan

Wachowics, js (1992) dalam jugianto (2003:130) mendefinisikan “resiko sebagai variabilitas return terhadap yang diharapkan”. didalam memperhitungkan ketidakpastian masa depan, maka kita perlu membedakan antara ketidakpastian dan resiko. ketidakpastian adalah suatu keadaan di mana kemungkinan – kemungkinan kerugian atau bahaya itu tidak dapat diperhitungkan sebelumnya, atau tidak terdapat data atau informasi untuk meperkirakan kerugian atau bahaya tersebut. oleh karena itu kerugian tidak dapat diperkirakan sebelumnya maka perusahaan tidak memperhitungkan unsur ketidakpastian itu ke dalam rencana – rencana kegiatan secara langsung.(Gitosudarmo dan Basri, 2002:16).


(18)

Resiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya kerugian atau bahaya itu dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data atau informasi yang cukup terpecaya atau relavan yang tersedia. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:16).

Menurut Lukas (2003:274) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Jadi dapat disimpulkan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya cepat lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal. Sedangkan perusahaan yang lambat pertumbuhannya lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal, karena tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal.

Penelitian saidi (2004) dalam Danu Suryo Nogroho (2009) mengemukakan bahwa semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Struktur kepemilikan akan mengurangi Agency problem, Agency problem tsb banyak di sebabkan oleh perbedaan tujuan dan kepentingan antara pemilik dengan manajer ini menjadi dalam menentukan strategi bisnis sampai kebijakan pendanaan perusahaan Pada dasarnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Sementara para manajer yang mengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima.


(19)

7

apabila banyak pemegang saham yang menjadi manajer perusahaan akan agency problem akan rendah, perusahaan akan memilih berhutang untuk mengembangkan perusahaannya. Penelitian saidi (2004) dalam Danu Suryo Nugroho (2009) mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap struktur modal.

Oleh karena itu apabila suatu perusahaan ingin mempunyai struktur modal yang optimum atau baik, perusahaan harus mempunyai pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva dan struktur kepemilikan yang seimbang dan tepat pada proporsinya. Pengaruh struktur modal perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan pendanaan yang dibuat oleh manajer. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang jangka panjang dibandingkan modal sendiri.

Dengan demikian dalam pertimbangan kebijakan struktur modal tersebut ada satu permasalahan yang sering timbul, yakni seberapa besar modal sendiri dan seberapa besar modal pinjaman yang harus digunakan oleh perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan securities yang go public di BEI karena terdapat suatu permasalahan yang sedang


(20)

dihadapi oleh perusahaan securities yang go public di BEI, permasalahan tersebut adalah tingginya tingkat hutang yang dimiliki perusahaan-perusahaan securities yang go public di BEI. Hal ini mencerminkan bahwa ketergantungan para perusahaan securities di Indonesia yang go public di BEI terhadap dana yang berasal dari pihak luar sangatlah besar jika keadaan ini bertahan dan tidak segera dibenahi maka akan membahayakan bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut dengan adanya tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan maka akan menyebabkan tingginya struktur modal.

Keterangan : Data Struktur Modal dari 12 Perusahaan securities

No Nama

Perusahaan

Struktur Modal (%) Rata-Rata

2005 2006 2007 2008

1 Asia Kapitalindo securities 15,87 23,64 454,5 132,25 156,57 2 Pan Pasific International 8,04 18,44 26,61 32,15 21,31

3 Arthavest 18,94 28,38 112,05 40,65 50,01

4 Bhakti Capital Indonesia 97,92 192,93 179,68 277,41 186,99 5 Bhakti Investama 46,11 336,25 149,3 151,16 170,71

6 HD Capital 34,62 258,9 754,21 340,75 347,12

7 Kresna Graha Sekurindo 85,47 113,63 516,55 224,09 234,94 8 Lippo Securities 155,48 146,92 69,78 54,97 106,79 9 Panin Sekuritas 215,27 273,28 354,77 207,11 262,61 10 Trimegah Securities 84,16 116,93 279,11 153,40 158,40 11 Nusantara Inti Corpora 0,40 0,54 46,19 42,24 22,34

12 Yulie Sekurindo 5,47 19,26 22,88 14,89 15,63

Sumber:Indonesian Capital Market Directory, data diolah

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bagaimana pengaruh pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, struktur kepemilikan terhadap struktur modal, dimana akan membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana sebaiknya pemenuhan dana harus dilakukan oleh perusahaan di dalam industri tersebut.


(21)

9

secara ringkas dapat disimpulkan, penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi atau mengetahui pengaruh antara pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, struktur kepemilikan perusahaan terhadap struktur modal pada industri securities yang dimiliki oleh perusahaan securities yang tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia.

Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul:

”Analisis pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, struktur kepemilikan terhadap struktur modal pada perusahaan Securities yang go public di Bursa Efek Indonesia”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pertumbuhan aktiva berpengaruh terhadap struktur modal ? 2. Apakah resiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal ?

3. Apakah struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal ? 4. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal ?

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal


(22)

2. Untuk mengetahui pengaruh resiko bisnis terhadap struktur modal pada industri Securities yang go public di BEI.

3. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada industri Securities yang go public di BEI.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal pada industri Securities yang go public di BEI.

1.4.Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi manajer perusahaan dalam rangka mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pendanaan yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan.

2. Dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam menganalisis permasalahan berdasarkan teori-teori yang diterima selama mengikuti perkuliahan.

3. Dapat memberikan masukan bagi pihak lain yang ingin memperluas penelitian ini maupun penelitian lain yang berhubungan.

4. Sebagai tambahan refrensi penelitian guna melakukan pengujian dan analisa pada perusahaan yang belum pernah dilakukan penelitian struktur modal pada kelompok industry securities.


(23)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Salah satunya yang dilakukan oleh Danu Surya Nugroho (2009) dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang go public di bursa efek indonesia”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan faktor-faktor struktur modal yang terdiri dari ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, struktur kepemilikan dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap struktur modal. Secara parsial variabel struktur kepemilikan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap struktur modal, dan juga secara parsial variabel pertumbuhan aktiva mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Husin Assegaf (2007) dengan judul “Analisis tingkat pertumbuhan, resiko bisnis, ukuran perusahaan, profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan Automotive and Allied product yang go public di bursa efek indonesia”. Masalah yang diteliti yakni menganalisa pengaruh tingkat pertumbuhan (X1), resiko bisnis (X2), ukuran perusahaan (X3), dan profitabilitas (X4) terhadap struktur modal. Dengan menggunakan analisis statistik metode


(24)

regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5% hasil penelitian tersebut adalah bahwa secara simultan mempunyai hubungan dan pengaruh antara tingkat pertumbuhan (X1), resiko bisnis (X2), ukuran perusahaan (X3) dan profitabilitas (X4) terhadap struktur modal perusahaan Automotive and Allied product yang go public di Bursa Efek indonesia. Sedangkan secara parsial variabel tingkat pertumbuhan (X1) berpengaruh positif, variabel resiko bisnis (X2) berpengaruh negative terhadap struktur modal perusahaan Automotive and Allied product yang go public di Bursa Efek indonesia. Perbedaan dengan penelitian ini bahwa variabel bebas yang digunakan adalah pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, dan struktur kepemilikan. Dan berbeda dalam jenis perusahaan yang digunakan, dimana dalam penelitian ini studi perusahaan yang digunakan adalah perusahaan Securities yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Modal

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal. Tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karena modal merupakan salah satu faktor produksi. Dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh tersedianya faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar.


(25)

13

Menurut Munawir (1998:19) pengertian modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap hutang-hutangnya.

Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari dua item yang ada di sisi kanan suatu neraca yaitu hutang, saham biasa, saham perferen dan laba ditahan, Lukas (2003:115).

Sedangkan Riyanto (1995:17) mengemukakan bahwa pengertian modal menurut klasik diartikan secara fisik yaitu hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut, dan dalam perkembangan selanjutnya ternyata pengertian modal mulai bersifat non fisik, dimana antara lain pengertian modal ditekan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.

Dari beberapa pengertian modal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa modal adalah suatu kekayaan yang ditekan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan, berada di neraca sebelah debet serta digunakan untuk menghasilkan kekayaan selanjutnya.

2.2.2. Sumber-sumber penawaran modal

Menurut beberapa ahli, sumber-sumber penawaran modal dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut :

Menurut Riyanto (1995:209) berdasarkan asalnya sumber penawaran modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :


(26)

1. Sumber interen (internal sources)

Modal yang berasal dari sumber interen adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan. Sumber interen atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah keuntungan yang ditahan (retained net prifit) dan penyusutan (depreation).

2.Sumber eksternal (external sources)

Modal yang berasal dari sumber eksternal adalah modal atau dana yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.

Ditinjau dari cara terjadinya, sumber penawaran modal dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. tabungan dari subyek-subyek ekonomi.

2. penciptaan atau kreasi uang atau kredit dari bank-bank. 3. intensifikasi penggunaan uang (Riyanto, 1995:222).

Jika ditinjau dari jenisnya, maka sumber penawaran modal perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Modal asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang, yang pada


(27)

15

saat jatuh tempo harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a. Modal asing atau hutang jangka pendek (short –term debt) adalah hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun. Adapun jenis-jenis daripada modal asing (hutang atau kredit) jangka pendek yang terutama adalah kredit rekening koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli dan kredit wesel. b. Modal asing atau hutang jangka menengah (intermediate-term

debt) adalah hutang yang jangka waktunya antara satu tahun sampai sepuluh tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah yaitu term loan leasing.

c. Modal asing atau hutang jangka panjang (long-term debt) adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari hutang jangka panjang antara lain pinjaman obligasi (bont payables) dan pinjaman hipotik (mortgage).

2. Modal sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dan jangka panjang yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang


(28)

dihasilkan atau dibentuk sendiri dalam perusahaan. Modal sendiri didalam suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri atas :

a. Modal saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT. Adapun jenis-jenis saham adalah saham biasa, saham preferen, dan saham kumulatif.

b. Cadangan

Cadangan disini disimpulkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa kurun waktu yang lampau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (cadangan umum).

c. Laba ditahan

Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Perusahaan yang belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning), Riyanto (1995:224-227).


(29)

17

Jika dilihat dari posisi pemilik modal dalam perusahaan, maka sumber penawaran modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Sumber modal pemilik

Sumber modal pemilik adalah sumber modal penyerahannya dimaksudkan untuk tidak ditarik kembali. Oleh karena itu investasinya dinamakan investasi permanen.

2. Sumber modal kreditur

Sumber modal kreditur adalah sumber modal yang penyerahannya untuk jangka waktu tertentu, jangka waktu yang terbatas dan untuk periode tertentu saja. Penanamannya dinamakan penanaman sementara. Dikatakan sementara karena kreditur akan menarik kembali investasinya bila jangka waktunya sudah tiba.

2.2.3. Pengertian struktur modal dan struktur keuangan

Dalam pembahasan pembahasan mengenai struktur modal maka yang menjadi perhatian utama adalah penggunaan modal berdasarkan jenisnya, karena persoalan struktur modal adalah persoalan penentuan komposisi antara modal asing yang berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri. Akan tetapi struktur modal mempunyai hubungan dengan struktur keuangan atau struktur finansial. Hal ini disebabkan struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.

Sependapat dengan hal tersebut, maka Riyanto (1995:22) berpendapat bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana


(30)

mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.

Selanjutnya struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Sedangkan struktur keuangan adalah paduan semua pos yang muncul di sisi kanan neraca perusahaan. Keown (2000:542).

Selanjutnya menurut Weston dan Copeland (1992:3) pengertian struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca. Ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya.

Dan menurut Sartono (1990:179) struktur modal ditunjukkan oleh perimbangan pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka pendek. Modal sendiri termasuk saham biasa, capital surplus dan laba ditahan. Struktur finansial tercermin dalam


(31)

19

sisi kanan suatu neraca, yang mencerminkan komposisi sumber dana yang dipergunakan untuk biaya asset perusahaan.

Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan dimana mencerminkan perimbangan hutang jangka menengah dengan modal sendiri.

2.2.4. Pengukuran struktur modal

Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Riyanto (1995:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Weston dan Copeland (1992:3) struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Dan menurut Sartono (1990:179) struktur modal ditujukan oleh perimbangan jangka panjang dengan modal sendiri.

Sesuai dengan definisi yang diuraikan diatas, maka pengukuran struktur modal pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Agar dapat


(32)

menentukan komposisi struktur modal yang optimal maka manajemen keuangan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan struktur modal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan dimana beberapa penulis memberikan pendapat yang berbeda. Menurut Eugene F.Brigham, joel F.Houston(2006:42), sebagai dasar dari jenis-jenis analisis yang telah dibahas di atas, perusahaan umumnya mempertimbangkan factor-faktor berikut ketika membuat keputusannya:

1. Stabilitas Penjualan 2. Struktur Aktiva 3. Leverage Operasi 4. Tingkat Pertumbuhan 5. Profitabilitas

6. Pajak

7. Pengendalian 8. Sikap Manajemen

9. Sikap pemberi pinjaman dan agen peringkat 10. Kondisi pasar

11. Kondisi internal perusahaan 12. fleksibilitas keuangan

Sedangkan menurut Riyanto (1995:296-300), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut:


(33)

21

1. Tingkat bunga

2. Stabilitas dari earning 3. Susunan dari aktiva 4. Kadar resiko dari aktiva

5. Besarnya pasar modal yang dibutuhkan 6. Keadaan pasar modal

7. Sifat manajemen

8. Besarnya suatu perusahaan (size)

Sedangkan menurut Mc Cue dan Ozcan (1992:333) dalam jurnal saidi struktur modal dipengaruhi oleh struktur aktiva, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan (profitability), ukuran perusahaan (size), pajak, system pembayaran konsumen (payment system) dan kondisi pasar (market condition).

Yang terakhir, menurut Farah Margareta (2005), dalam jurnal Hasa Nurrohim perusahaan secara umum mempertimbangkan beberapa faktor ketika membuat keputusan mengenai struktur modal. faktor - faktor tersebut adalah ukuran perusahaan (firm size), tipe industry (industry type), dan control kepemilikan (ownership control).

Karena adanya perbedaan dalam literature, maka penulis membatasi variabel yang digunakan. Variabel-variabel tersebut adalah pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, struktur kepemilikan.


(34)

Alasan pemilihan variabel tersebut didasarkan pada adanya penggunaan dasar perhitungan rumus-rumus dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Adapun penjelasan dari faktor-faktor yang digunakan adalah:

2.2.5.1. Pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal

Pertumbuhan bagi perusahaan merupakan sesuatu yang harus dimaksimalkan. Bila pertumbuhan perusahaan meningkat maka pangsa pasar dan keuntungan perusahaan meningkat pula. Untuk memperluas pasar atau ekspansi perusahaan selanjutnya maka memerlukan modal dalam jumlah yang besar. Apabila modal atau dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi maka perusahaan harus mencari tambahan dana untuk keperluan tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham (1994:175) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Lebih jauh lagi biaya emisi untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang. Karena itu perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat.

Dalam penelitian ini menurut Indriyo dan Basri (1995:335) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan dapat ditinjau dari indeks kenaikan aktiva yang tercermin pada laporan keuangan dimana kenaikan aktiva ini merupakan perbandingan antara penjumlahan total aktiva tahun berjalan dan total aktiva tahun sebelumnya. Oleh karena itu, hal ini dapat dihubungkan


(35)

23

dengan adanya aturan konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen.

Menurut Riyanto (1995:298) sebagian besar dari aktivanya sendiri dan aktiva lancar akan menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dengan mengutamakan kebutuhan dananya melalui hutang sehingga dapat memperbesar struktur modal, sedangkan perusahaan yang lambat pertumbuhannya lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah menurut Lukas (2003:274).

Jadi dapat disimpulkan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya cepat lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan perusahaan yang lambat pertumbuhannya lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal, karena tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal.


(36)

2.2.5.2.Pengaruh resiko bisnis terhadap struktur modal

Kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko dan tingkat pengembalian, penambahan utang memperbesar resiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Menurut Weston dan Brigham (1994:150).

Menurut Myers (2003:53) dalam jurnal saidi mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi.

Sedangkan menurut Lukas (2003:273) perusahaan yang memiliki resiko bisnis tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi), resiko diukur dengan koefisien beta yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham secara rata-rata di pasar.

Hamada (1998:97) dalam Jurnal saidi resiko bisnis yang dihadapi adalah ketidakpastian perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang mencakup intristic business risk, financial leverage risk, dan operating leverage risk.

Jadi dapat disimpulkan semakin besar beta suatu saham, semakin besar resiko saham tersebut dan perusahaan akan sulit untuk mendapatkan dana


(37)

25

dari penjualan saham, sehingga beta mempunyai pengaruh yang negatif terhadap struktur modal.

2.2.5.3. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal

kebanyakan perusahaan industri sebagian besar modalnya terdiri dari aktiva tetap (fixed assets) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modal daripada modal yang permanen, yaitu modal sendiri sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansiil konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap dan aktiva lain yang sifatnya permanen.dan apabila sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek, Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. jika pengukuran struktur aktiva didasarkan pada rasio antara total aktiva tetap terhadap total aktiva

Susunan aktiva dalam hal ini dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu:

1. tangibility atau analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aktiva perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang

2. depresiasi atau analisis yang digunakan untuk melihat seberapa besar biaya penyusutan yang terjadi atas aktiva tetap perusahaan, setelah itu akan dilihat seberapa besar depresiasi mempengaruhi struktur aktiva tersebut


(38)

Banyak riset yang menguji korelasi antara leverage dan asset structure di negara-negara berkembang dan hasilnya telah membuktikan terdapat hubungan yang positif, karena asset-asset berwujud mudah dikorelasikan menjadi hutang-hutang janga pendek. guna mengurangi resiko pemberian pinjaman. Maka khusus untuk hutang-hutang jangka panjang apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital – intensive, maka yang diutamakan adalah equity – financing. Yaitu artinya penggunaan modal internal lebih disukai oleh manajer dan modal pinjaman sifatnya hanya merupakan pelengkap. terutama untuk memenuhi kebutuhan dana bagi modal kerja.

Moh’d larry dan james (1998) dalam penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap keputusan struktur modal yang dilakukan oleh manajer, demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Bhaduri (2002) yang menunjukkan adanya pengaruh dari struktur aktiva terhadap keputusan struktur modal. Penelitian ini yang dilakukan oleh Krishnan (1996) pada perusahaan – perusahaan besar di Negara industri juga menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Jadi dapat diartikan bahwa semakin besar struktur aktiva suatu perusahaan maka semakin kecil pula struktur modal suatu perusahaan tersebut karena ini dinilai perusahaan dengan struktur aktiva yang tinggi lebih mengutamakan penggunaan modal sendiri daripada modal asing yang dianggap lebih beresiko. Maka dapat disimpulkan struktur aktiva mempunyai hubungan yang negatif terhadap struktur modal.


(39)

27

2.2.5.4.Pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal

Struktur kepemilikan :adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam”(insiders) dengan jumlah saham yang dimilik oleh para investor (jahera dan aurburn, 1996) dalam penelitian Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma.

Semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan sehingga struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Pemegang saham mayoritas mempunyai kemampuan untuk melakukan monitoring terhadap keputusan manajemen perusahaan (Brailsford, Oliver dan Pua 1999) dalam penelitian Danu Suryo Nugroho (2009), dan memiliki hak suara yang lebih kuat dibandingkan dengan pemegang saham public. Oleh karena itu pemegang saham mayoritas bisa menguasai dan mengawasi dewan direksi, dimana salah satu fungsinya adalah mengawasi dewan direksi secara langsung. Sementara itu pemegang saham public secara individu tidak memiliki suara signifikan untuk mempengaruhi manajemen perusahaan atau menempatkan perwakilannya pada dewan komisaris. Kecuali apabila terjadi koalisi antara pemegang saham public satu dengan yang lain, sehingga menghasilkan hak suara yang signifikan, namun koalisi ini akan membutuhkan biaya penggalangan koalisi oleh karena itu koalisi hanya akan terjadi apabila keuntungan timbul akan lebih besar daripada biaya koalisi (Arianto, 2002) dalam pemelitian Danu Suryo Nugroho,


(40)

penelitian Brailsford, Oliver dan Pua (1999) dalam Danu Suryo Nugroho (2009) mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Penelitian saidi (2004) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mengemukakan bahwa semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Struktur kepemilikan akan mengurangi Agency problem, apabila banyak pemegang saham yang menjadi manajer perusahaan maka agency problem akan rendah, perusahaan akan memilih berhutang untuk mengembangkan perusahaannya. Penelitian saidi (2004) dalam Danu Suryo Nugroho (2009) mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar struktur kepemilikan perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat struktur modal perusahaan yaitu yang diartikan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer (insider) terhadap proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor, maka semakin tinggi hutang perusahaan, sehingga struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal.


(41)

29

2.3. Kerangka konseptual

Pertumbuhan

aktiva (X1)

Resiko Bisnis

(X2)

Struktur aktiva (X3)

Struktur kepemilikan

(X4)

Struktur Modal (Y)


(42)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut :

1. Diduga variabel pertumbuhan aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan Securities yang go public di BEI. 2. Diduga variabel resiko bisnis mempunyai pengaruh negatif terhadap

struktur modal perusahaan Securities yang go public di BEI.

3. Diduga variabel struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan Securities yang go public di BEI.

4. Diduga variabel struktur kepemilikan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan Securities product yang go public di BEI.


(43)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian menggunakan satu ukuran prosentase dan satuan ukuran rupiah.

Adapun definisi operasional variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Struktur Modal

Menurut Riyanto (1995:22) Yaitu merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing (hutang jangka panjang) dan modal sendiri tahun 2005-2008, yang diyatakan dengan notasi Y.

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala ratio. Variabel ini diukur dengan membagi jumlah hutang jangka panjang dengan equity, dimana pengukuran dalam prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Hutang jangka panjang

Struktur modal = X 100% Modal sendiri


(44)

2. Pertumbuhan Aktiva

Pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase perubahan asset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. (Bhaduri, 2002).

Pn - (Pn -1)

I = X100

Pn -1

Keterangan = I : Index kenaikan aktiva Pn : Total aktiva tahun ke n

Pn-1 : Total aktiva tahun sebelumnya

3. Resiko bisnis

Resiko bisnis dalam penelitian ini maksudnya adalah ketidakpastian dari perkiraan pendapatan operasi perusahaan dimasa mendatang. Dalam penelitian ini resiko bisnis diproxy dengan beta dimana, rumus beta menurut Husnan, (2001:204) : Ri = α +βi RM + εi

Pit - Pit -1 Pmt - Pmt – 1

Dimana Ri = dan Rm =

Pit Pmt

Ri = Return saham i Rm = Return pasar

Pit = Harga saham I pada bulan ke t Pit-t = Harga saham I pada bulan ke t-1 Pmt = IHSG pada bulan ke t


(45)

33

4. Struktur aktiva

Menurut Bambang (1995; 298), Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari pada modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap dan jika perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya berupa aktiva lancar maka perusahaan akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Adapun formulasi dari struktur aktiva dapat dihitung sebagai berikut:

∑ aktiva tetap

Struktur Aktiva =

Total aktiva

5. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh ”orang dalam” (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (jahera dan aurburn, 1996). Adapun formula struktur kepemimpinan dapat dihitung sebagai berikut:

Jumlah saham yang dimiliki insider Struktur Kepemimpinan =


(46)

3.2 Teknik penentuan sampel

3.2.1. Populasi

Pada penelitian ini semua anggota dari populasi diteliti. Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Dimana populasi yang ditentukan adalah 12 perusahaan Securities yang Go Public di Bursa Efek Indonesia sampai sekarang.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996: 115). Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dari seluruh perusahaan securities di Bursa Efek Indonesia. Metode purposive sampling yaitu metode pengumpulan anggota sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, (Sugiyono, 2007:78). Kreteria yang dipilih dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan securities yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 – 2008.

b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan, pada tahun 2005–2008 serta memiliki data lengkap terkait variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 12 perusahaan diantaranya : 1. PT. ASIA KAPITALINDO SECURITIES TBK.

2. PT. PAN PASIFIC INTERNATIONAL TBK. 3. PT. ARTHAVEST TBK.


(47)

35

4. PT. BHAKTI CAPITAL INDONESIA TBK. 5. PT. BHAKTI INVESTAMA TBK.

6. PT. HD CAPITAL TBK.

7. PT. KRESNA GRAHA SEKURINDO TBK. 8. PT. LIPPO SECURITIES TBK.

9. PT. PANIN SEKURITAS TBK. 10. PT. TRIMEGAH SECURITIES TBK. 11. PT. NUSANTARA INTI CORPORA TBK. 12. PT. YULIE SEKURINDO TBK.

3.3 Teknik pengumpulan data

3.3.1. Jenis data

Data merupakan faktor yang penting dalam penyusunan ini. Adapun data yang akan digunakan adalah jenis data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun prospectus perusahaan di bursa efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsoliasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan Securities.

3.3.2. Sumber data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh di Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa data Indonesian Capital Market Directory (ICMD).


(48)

3.3.3. Pengumpulan data

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.

3.4 Teknik analisis data dan uji hipotesis

3.4.1. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis regresi linier berganda.

Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara serempak atau simultan dan secara individu atau parsial. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel terikatnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional.

Model hubungan yang diperkirakan akan terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yt =α +β1 X1 +β2 X2 +β3 X3 +β4 X4 +µ i Dimana :

Yt = Struktur modal α = Konstanta


(49)

37

X1 = Pertumbuhan aktiva X2 = Resiko bisnis X3 = Struktur aktiva X4 = Struktur kepemilikan µ i = Variabel pengganggu

Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

3.4.2. Uji hipotesis

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut:

Uji t-hitung

Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam modal mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat diterima atau ditolak.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t-hitung ini adalah : a. Memformulasikan hipotesis

formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah : Ho : bi = 0 (i = 1,2,3,4)


(50)

Artinya : faktor-faktor yang terdiri dari pertumbuhan aktiva, resiko bisnis, struktur aktiva, dan struktur kepemilikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal.

b. Menetapkan tingkat signifikan atau tingkat kesalahan (α) yaitu sebesar 5%.

c. Menentukan rumus distribusi t hitung bi

t

hit = se (bi)

bi = koefisien arah regresi se = simpangan baku 3.4.3. Uji asumsi klasik

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji-t tidak boleh biasa, untuk memastikan bahwa modal yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi asumsi : tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikoninearitas dan terjadi heteroskedastisitas.

a. Autokorelasi

Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau antara space untuk data cross section. Keberadaan autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes), dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(51)

39

t=N

Σ

(e1- et- 1)² t=2 d =

t=N

Σ

(et²) t=1

Keterangan :

d = nilai Durbin Watson

e1 = residual pada waktu ket-1 (satu periode sebelumnya) N = banyaknya data

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menilai dari besarnya angka Durbin Watson:

Besarnya Angka Durbin Watson

Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif) Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)

Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi

b. Multikolinier

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat diartikan dengan menghitung VIF (Varience Inflatio Factor), dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(52)

VIF = 1/ tolerance

VIF menyatakan tingkat “pembekakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. c. Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas (varian sama), merupakan fenomena dimana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei) mempunyai nilai varian yang sama sebesar σ², jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator (koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bisa dan konsisten.

Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Spearman’s Rank Corelation Test. Pengujian adanya fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini :

dı² rs = 1-6

N(N²-1) Keterangan :

d1 = perbedaan dalam rank antara residual dengan varibel bebas ke1 N = banyaknya data


(53)

41

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO seperti dewasa ini.

Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa diswastanisasikan (tahun 1992).

Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan


(54)

seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi/ surat utang.

Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002 hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah, dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat


(55)

43

tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia

a. Visi

Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:

“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.

b.Misi

Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. to produce variety of sellable high standard capital market product.

2. to provide high technology infrastructures. 3. to meet customer satisfaction priority. 4. to strengthen investor’s protection.


(56)

(57)

45


(58)

Membaiknya pasar saham domestik pascakrisis global telah mendorong pemulihan kinerja industri sekuritas nasional. Namun, kini mereka menghadapi persaingan bisnis yang tidak sehat, Kinerja industri sekuritas nasional sudah kembali pulih seiring dengan membaiknya kondisi pasar saham domestik. Bahkan, tahun 2009 merupakan titik balik bagi kinerja perusahaan efek pascakrisis finansial global akhir 2008.Pada tahun lalu, bursa domestik menguat lebih dari 80 persen sekaligus mencatat kinerja terbaik kedua di bursa dunia. Meskipun pertumbuhan kinerja sejumlah anggota bursa cukup bervariasi, secara keseluruhan industri sekuritas domestik membaik. Kinerja perusahaan sekuritas yang bervariasi ini disebabkan oleh fokus aktivitas bisnis dari masing- masing anggota bursa. “Ada yang fokus dengan bisnis brokerage, ada yang juga aktif jual beli saham, dan ada juga yang memilih menjadi penjamin emisi,” kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia Wan Wei Yiong di Jakarta, Senin (29/3). Dari laporan publikasi kemarin, Panin Sekuritas Tbk membukukan kenaikan laba bersih sekitar 310 persen menjadi 149,36 miliar rupiah. Ini didorong oleh pendapatan yang tumbuh sekitar 28 persen menjadi 222,26 miliar rupiah. Dari total pendapatan tersebut, Panin tampaknya fokus pada bisnis transaksi saham dengan nilai yang belum direalisasikan melonjak menjadi 88,63 miliar rupiah dibanding tahun sebelumnya yang hanya 26,83 miliar rupiah. Sementara, pendapatan dari aktivitas jual beli saham yang sudah terealisasi naik tipis dari 28,12


(59)

47

miliar rupiah menjadi 28,52 miliar rupiah. Adapun dari pendapatan komisi, transaksi efek perseroan mencatat kenaikan sekitar 43,45 persen menjadi 38,92 miliar rupiah. Demikian pula Panca Global Securities Tbk membukukan laba bersih 2009 sebesar 16,17 miliar rupiah atau naik 143,15 persen. Ini lebih ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sekitar 428 persen menjadi 9,72 miliar rupiah. Perseroan juga terlihat fokus pada aktivitas bisnis jual beli portofolio saham yang naik 29,16 persen menjadi 2,48 miliar rupiah. Sementara, pendapatan dari komisi transaksi efek turun 37,81 persen menjadi 6,83 miliar rupiah. Asia Kapitalindo Securities Tbk mencatat pertumbuhan laba bersih hingga 217,41 persen menjadi 1,93 miliar rupiah. Pendapatan komisi transaksi efek hanya naik 16,73 persen menjadi 8,23 miliar rupiah pada 2009. Perang Tarif Terkait perang tarif penjaminan emisi (underwriting fee), otoritas bursa berencana melakukan pertemuan dengan Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) pekan ini. “Kita akan duduk bersama untuk mencari solusi masalah tersebut karena kondisinya sudah tidak sehat lagi,” ujar Wei Yiong. BEI tidak memiliki kewenangan untuk mengatur fee bisnis penjaminan emisi perusahaan efek. Hal tersebut sepenuhnya mekanisme pasar, dan industri sendiri yang akan mengatur. Menurutnya, peran otoritas bursa hanya memfasilitasi pertemuan antar-anggota bursa. Jika BEI membuat peraturan yang mengatur biaya penjaminan emisi, dikhawatirkan akan bertentangan dengan Undang- Undang Persaingan Usaha. Ketua Umum APEI Lily Widja ja sebelumnya juga mengatakan pihaknya akan segera membahas untuk cari solusi. Ini


(60)

penjaminan emisi. Persaingan bisnis ini pun sudah cenderung tidak sehat dan bisa mengganggu industri sekuritas nasional. Saat ini banyak perusahaan yang berani menawarkan fee penjaminan emisi efek pada kisaran 0,25 persen. Padahal dulu, biasanya fee penjaminan emisi ini bisa mencapai 0,3 persen..

4.2. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Securities di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data struktur modal, Pertumbuhan aktiva, Resiko bisnis, Struktrur aktiva dan Struktur kepemilikan pada tahun 2005 sampai dengan 2008. Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik kesimpulannya untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.

4.2.1. Struktur Modal

Struktur modal dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri perusahaan, mulai tahun 2005 sampai dengan 2008. Datanya terdapat pada tabel berikut ini :


(61)

49

Tabel 1 : Data Struktur Modal

Nama Perusahaan Struktur Modal (%)

2005 2006 2007 2008

Asia Kapitalindo securities 15.87 23.64 454.5 132.25 Pan Pasific International 8.04 18.44 26.61 32.15

Arthavest 18.94 28.38 112.05 40.65

Bhakti Capital Indonesia 97.92 192.93 179.68 277.41

Bhakti Investama 46.11 336.25 149.3 151.16

HD Capital 34.62 258.9 754.21 340.75

Kresna Graha Sekurindo 85.47 113.63 516.55 224.09

Lippo Securities 155.48 146.92 69.78 54.97

Panin Sekuritas 215.27 273.28 354.77 207.11

Trimegah Securities 84.16 116.93 279.11 153.40

Nusantara Inti Corpora 0.40 0.54 46.19 42.24

Yulie Sekurindo 5.47 19.26 22.88 14.89

Sumber : Indonesian Capital Market Direktory, Data Diolah

Dari data diatas dapat diketahui untuk tahun 2005 struktur modal tertinggi dimiliki oleh PT. Panin Securities dengan 215,27 struktur modal terendah pada tahun 2004 di miliki oleh PT. Nusantara Inti Corpora yaitu sebesar 0,40 pada tahun 2006 struktur modal tertinggi pada PT. Bhakti Investama 336,25 struktur modal terendah pada tahun 2006 yaitu 0,54 di miliki oleh pada PT. Nusantara Inti Corpora, sedangkan pada tahun 2007 struktur modal tertinggi pada PT. HD Capital yaitu sebesar 754,21 struktur modal terkecil adalah 22,88 pada PT. Yulie Sekurindo, dan pada tahun 2008 struktur modal tertinggi pada PT. HD Capital yang sebesar 340,75 struktur modal terkecil pada PT. Yulie Sekurindo yaitu 14.89.

4.2.2. Pertumbuhan Akiva

pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung


(62)

sebelumnya. Datanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 : Data Pertumbuhan Aktiva

Nama Perusahaan Pertumbuhan Aktiva (%)

2005 2006 2007 2008

Asia Kapitalindo securities 0.1186 0.0094 2.3867 -0.7780 Pan Pasific International -0.0818 0.0938 0.3107 0.0380

Arthavest 0.0069 0.1522 0.4963 -0.3098

Bhakti Capital Indonesia -0.1485 0.7223 0.3606 0.4099 Bhakti Investama -0.0520 4.2783 0.8600 -0.1002

HD Capital 0.0910 2.0059 2.6131 -0.2644

Kresna Graha Sekurindo 0.7094 0.2718 2.3821 -0.4675

Lippo Securities 0.3415 0.0465 0.2710 0.2425

Panin Sekuritas 0.5963 0.6280 0.6613 -0.2809

Trimegah Securities -0.1846 0.3060 1.0001 -0.4228 Nusantara Inti Corpora -0.0335 -0.0022 1.3801 -0.0021

Yulie Sekurindo -0.0589 0.1240 0.1215 -0.1763

Sumber : Indonesian Capital Market Direktory, Data Diolah

Dari data diatas dapat diketahui pertumbuhan aktiva tertinggi pada tahun 2005 dimiliki oleh PT. Kresna Graha Sekurindo yaitu 0.7094 sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Nusantara Inti Corpora adalah -0.0335 untuk tahun 2006 tertinggi oleh PT. Bhakti Investama sebesar 4.2783 yang terkecil dimiliki PT. Nusantara Inti Corpora yaitu -0.0022 sedangkan untuk tahun 2007 pertumbuhan aktiva tertinggi dimiliki oleh PT. HD Capital sebesar 2.6131 dan terkecil adalah PT. Yulie Sekurindo sebesar 0.1215 untuk tahun 2008 tertinggi PT. Bhakti Capital Indonesia 0.4099 untuk yang terkecil adalah PT. Nusantara Inti Corpora sebesar -0.0021.

4.2.3. Resiko Bisnis

Resiko bisnis dalam penelitian ini maksudnya adalah ketidakpastian dari perkiraan pendapatan operasi perusahaan dimasa mendatang.


(63)

51

Tabel 3 : Data Resiko bisnis

Nama Perusahaan Resiko Bisnis (%)

2005 2006 2007 2008

Asia Kapitalindo securities -0,120 -2.404 0.035 -1.736 Pan Pasific International 23,485 0.035 5.099 7.993

Arthavest -0.698 -0.107 0.460 0.810

Bhakti Capital Indonesia -0.082 1.529 7.790 4.487

Bhakti Investama -0.416 6.550 4.910 10.085

HD Capital 2.548 -2.383 31.300 11.239

Kresna Graha Sekurindo -0.032 0.391 7.772 2.185

Lippo Securities 0.035 0.889 10.709 6.694

Panin Sekuritas -0.253 3.257 7.761 8.826

Trimegah Securities -0.168 0.182 4.278 7.678

Nusantara Inti Corpora 12.877 0.035 1.362 3.568

Yulie Sekurindo -1.221 0.423 3.046 4.089

Sumber : Indonesian Capital Market Direktory, Data Diolah

Dari data diatas dapat diketahui pada tahun 2005 resiko bisnis tertinggi oleh PT. Pan Pasific International yaitu sebesar 23,485 dan resiko bisnis terendah ditahun 2005 yaitu -0.032 pada PT. Kresna Graha Sekurindo, sedangkan di tahun 2006 resiko bisnis tertinggi pada PT. Bhakti Investama sebesar 6.550 dan resiko bisnis terendah yaitu pada PT. Arthavest yaitu -0.107 pada tahun 2007 resiko bisnis tertinggi dimiliki oleh PT. HD Capital sebesar 31.300 dan terendah pada PT. Asia Kapitalindo securities yaitu 0.035 sedangkan tahun 2008 resiko bisnis tertinggi pada PT. HD Capital yaitu 11.239 terendah pada PT. Asia Kapitalindo securities yaitu -1.736

4.2.4. Struktur Aktiva

perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya berupa aktiva lancar maka perusahaan akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang struktur aktiva dapat dihitung dengan membagi antara jumlah aktiva tetap dengan jumlah total aktiva.


(64)

2005 2006 2007 2008

Asia Kapitalindo securities 0.01142 0.00509 0.00106 0.01554 Pan Pasific International 0.01348 0.01912 0.00713 0.03812

Arthavest 0.10424 0.08122 0.05150 0.06980

Bhakti Capital Indonesia 0.04503 0.02230 0.01708 0.02207 Bhakti Investama 0.01314 0.29323 0.26034 0.14924

HD Capital 0.00334 0.00253 0.00335 0.01034

Kresna Graha Sekurindo 0.02346 0.02122 0.01109 0.02225 Lippo Securities 0.00013 0.00010 0.00031 0.00019 Panin Sekuritas 0.00260 0.00357 0.00209 0.00343 Trimegah Securities 0.01834 0.01263 0.00777 0.02613 Nusantara Inti Corpora 0.00512 0.00394 0.64644 0.64767 Yulie Sekurindo 0.01972 0.01434 0.01023 0.00731 Sumber : Indonesian Capital Market Direktory, Data Diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Struktur Aktiva tertinggi untuk tahun 2005 pada PT. Arthavest sebesar 0.10424 dan terendah pada PT. Lippo Securities yaitu 0.00013 dan pada tahun 2006 Struktur Aktiva tertinggi dimiliki PT. Bhakti Investama yaitu 0.29323 sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Lippo Securities yaitu 0.00010 pada tahun 2007 Struktur Aktiva tertinggi oleh PT. Nusantara Inti Corpora sebesar 0.64644 sedangkan yang terendah dimiliki PT. Lippo Securities sebesar 0.00031 pada tahun 2008 Struktur Aktiva tertinggi pada PT. Nusantara Inti Corpora sebesar 0.64767 yang terendah yaitu 0.00019 oleh PT. Lippo Securities.

4.2.5. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh ”orang dalam” (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor, struktur kepemilikan dapat di hitung dengan perbandingan antara


(65)

53

jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen (insider), dengan jumlah saham yang dimiliki pihak investor atau asing. (Bushee, 1998). Disamping itu kepemilikan oleh pihak investor institusional berperan untuk memonitor dewan komisaris (board of directors).

Tabel 5 : Data Struktur Kepemilikan

Nama Perusahaan Struktur Kepemilikan (%)

2005 2006 2007 2008

Asia Kapitalindo securities 1.3702 1.3702 1.3702 1.3702 Pan Pasific International 0.9716 0.9716 1.0076 0.9716

Arthavest 0.8660 1.2222 0.8660 1.1533

Bhakti Capital Indonesia 8.5969 8.5969 8.5969 8.5969

Bhakti Investama 0.0289 0.0289 0.1071 0.1161

HD Capital 0.0707 0.0707 0.0707 0.0733

Kresna Graha Sekurindo 0.4067 0.4067 0.4076 0.4095

Lippo Securities 0.2542 0.2542 0.2542 0.2542

Panin Sekuritas 0.6672 0.6672 0.6672 0.4085

Trimegah Securities 0.0367 0.0367 0.0142 0.0011 Nusantara Inti Corpora 0.0603 0.0604 0.0604 0.2317

Yulie Sekurindo 0.0050 0.0050 0.0050 0.0050

Sumber : Indonesian Capital Market Direktory, Data Diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Struktur kepemilikan tertinggi pada tahun 2005 adalah PT. Bhakti Capital Indonesia 8.5969 dan terkecil pada PT. Yulie Sekurindo yaitu 0.0050 untuk tahun 2006 Struktur kepemilikan tertinggi dimiliki PT. Bhakti Capital Indonesia yang sebesar 8.5969 yang terendah dimiliki PT. Yulie Sekurindo yaitu 0.0050 pada tahun 2007 Struktur kepemilikan tertinggi oleh PT. Bhakti Capital Indonesia yang sebesar 8.5969 yang terendah dimiliki oleh PT. Yulie Sekurindo yaitu 0.0050 pada tahun 2008 Struktur kepemilikan tertinggi oleh PT. Bhakti Capital Indonesia sebesar 8.5969 dan yang terendah pada PT. Yulie Sekurindo yaitu 0.0050.


(66)

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan, maka dilakukan hipotesis dengan diuji Regresi Linier Berganda sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +

ε

i Dimana :

Y : Struktur Modal Perusahaan

X1 : Pertumbuhan Aktiva

X2 : Resiko Bisnis

X3

:

Struktur Aktiva

X4 : Struktur Kepemilikan

b0 = β0 : Konstanta / intersep

b1, b2, b3 : Koefisien regresi variabel X1, X2

e : Kesalahan baku

Untuk menghitung nilai Regresi Linier Berganda digunakan alat bantu program SPSS. Data yang diolah dalam program SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

2005 Y X1 X2 X3 X4

Asia Kapitalindo securities 0.1587 0.1186 -0,120 0.01142 1.3702 Pan Pasific International 0.0804 -0.0818 23,485 0.01348 0.9716

Arthavest 0.1894 0.0069 -0.698 0.10424 0.8660

Bhakti Capital Indonesia 0.9792 -0.1485 -0.082 0.04503 8.5969 Bhakti Investama 0.4611 -0.0520 -0.416 0.01314 0.0289

HD Capital 0.3462 0.0910 2.548 0.00334 0.0707

Kresna Graha Sekurindo 0.8547 0.7094 -0.032 0.02346 0.4067 Lippo Securities 1.5548 0.3415 0.035 0.00013 0.2542 Panin Sekuritas 2.1527 0.5963 -0.253 0.00260 0.6672


(67)

55

Trimegah Securities 0.8416 -0.1846 -0.168 0.01834 0.0367 Nusantara Inti Corpora 0.0040 -0.0335 12.877 0.00512 0.0603 Yulie Sekurindo 0.0547 -0.0589 -1.221 0.01972 0.0050

2006

Asia Kapitalindo securities 0.2364 0.0094 -2.404 0.00509 1.3702 Pan Pasific International 0.1844 0.0938 0.035 0.01912 0.9716

Arthavest 0.2838 0.1522 -0.107 0.08122 1.2222

Bhakti Capital Indonesia 1.9293 0.7223 1.529 0.02230 8.5969 Bhakti Investama 3.3625 4.2783 6.550 0.29323 0.0289

HD Capital 2.589 2.0059 -2.383 0.00253 0.0707

Kresna Graha Sekurindo 1.1363 0.2718 0.391 0.02122 0.4067 Lippo Securities 1.4692 0.0465 0.889 0.00010 0.2542 Panin Sekuritas 2.7328 0.6280 3.257 0.00357 0.6672 Trimegah Securities 1.1693 0.3060 0.182 0.01263 0.0367 Nusantara Inti Corpora 0.0054 -0.0022 0.035 0.00394 0.0604 Yulie Sekurindo 0.1926 0.1240 0.423 0.01434 0.0050

2007

Asia Kapitalindo securities 4.545 2.3867 0.035 0.00106 1.3702 Pan Pasific International 0.2661 0.3107 5.099 0.00713 1.0076

Arthavest 1.1205 0.4963 0.460 0.05150 0.8660

Bhakti Capital Indonesia 1.7968 0.3606 7.790 0.01708 8.5969 Bhakti Investama 1.493 0.8600 4.910 0.26034 0.1071

HD Capital 7.5421 2.6131 31.300 0.00335 0.0707

Kresna Graha Sekurindo 5.1655 2.3821 7.772 0.01109 0.4076 Lippo Securities 0.6978 0.2710 10.709 0.00031 0.2542 Panin Sekuritas 3.5477 0.6613 7.761 0.00209 0.6672 Trimegah Securities 2.7911 1.0001 4.278 0.00777 0.0142 Nusantara Inti Corpora 0.4619 1.3801 1.362 0.64644 0.0604 Yulie Sekurindo 0.2288 0.1215 3.046 0.01023 0.0050

2008

Asia Kapitalindo securities 132.25 -0.7780 -1.736 0.01554 1.3702 Pan Pasific International 0.3215 0.0380 7.993 0.03812 0.9716

Arthavest 0.4065 -0.3098 0.810 0.06980 1.1533

Bhakti Capital Indonesia 2.7741 0.4099 4.487 0.02207 8.5969 Bhakti Investama 1.5116 -0.1002 10.085 0.14924 0.1161

HD Capital 3.4075 -0.2644 11.239 0.01034 0.0733

Kresna Graha Sekurindo 2.2409 -0.4675 2.185 0.02225 0.4095 Lippo Securities 0.5497 0.2425 6.694 0.00019 0.2542 Panin Sekuritas 2.0711 -0.2809 8.826 0.00343 0.4085 Trimegah Securities 1.5340 -0.4228 7.678 0.02613 0.0011 Nusantara Inti Corpora 0.4224 -0.0021 3.568 0.64767 0.2317 Yulie Sekurindo 0.1489 -0.1763 4.089 0.00731 0.0050 Sumber : Indonesian Capital Market Direktory, Data Diolah


(68)

Y : Struktur Modal Perusahaan X1 : Pertumbuhan Aktiva X2 : Resiko Bisnis X3 : Struktur Aktiva X4 : Struktur Kepemilikan

4.3.1. Analisa Regresi

Untuk mencari regresi dari data penelitian, menggunakan program SPSS. Hasil dari data yang diolah dengan program tersebut menunjukkan hasil penelitian melalui perhitungan regresi berganda dengan tingkat signifikansi (tarif nyata) 5% adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y

Nama Variabel Koefisien Regresi T test Signifikan

X1 0,646 6,344 0,000

X2 0,308 3,083 0,004

X3 -0,230 -2,296 0,027

X4 0,096 0,982 0,332

R = 0,771 Signifikan = 0,05 R Square = 0,594 N = 48

Adjusted R Square = 0,557 Y = Struktur Modal Perusahaan SEE = 102,70075

Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil dari perhitungan sebagai berikut : 1) Hasil regresi (R) adalah sebesar 0,771

Artinya dalam penelitian ini variabel terikat (Y) Struktur Modal Perusahaan mempunyai korelasi atau hubungan yang sangat kuat dengan


(1)

74 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

Hasil perhitungan secara simultan diperoleh nilai thitung > ttabel maka H0

ditolak dan Hi

1. variabel pertumbuhan aktiva mampu meningkatkan struktur modal karena Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan aktivanya rendah sehingga dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat akan mengutamakan kebutuhan dananya melalui hutang sehingga dapat memperbesar struktur modal.

diterima. Jadi di dapat hasil hipotesis yang menyatakan.

2. variabel resiko bisnis mampu meningkatkan struktur modal karena jika pendanaan perusahaan diperoleh melalui hutang berarti rasio hutang terhadap modal akan semakin meningkat sehingga akhirnya akan meningkatkan resiko bisnis yaitu berupa kemungkinan timbulnya kerugian atau bahaya itu yang dapat diperkirakan sebelumnya sehingga bahwa semakin besar resiko bisnis, maka perusahaan akan memiliki rasio hutang yang semakin besar pula.

3. variabel struktur aktiva mampu menurunkan struktur modal karena perusahaan yang sebagian besar modalnya terdiri dari aktiva tetap (fixed assets) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya


(2)

75

daripada modal yang permanen, yaitu berupa modal sendiri sedangkan modal asing sifatnya adalah hanya sebagai pelengkap. Sehingga perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang tinggi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya cenderung lebih menyukai pendanaan internal dalam bentuk modal sendiri jadi pendanaan external sifatnya hanya sebagai pelengkap.

4. variabel struktur kepemilikan tidak memberikan pengaruh terhadap

struktur modal, karena manajer perusahaan dalam memutuskan

kebijakan pendanaan tidak mengutamakan struktur kepemilikan dalam mengambil kebijakan pendanaan sehingga tidak akan berdampak pada keputusan pendanaan jadi semakin besar komposisi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajer perusahaan tidak akan berdampak pada keputusan pendanaan yang akan mengakibatkan rasio hutang yang semakin tinggi ataupun semakin rendah, dalam arti bahwa besar kecilnya hutang yang dimiliki oleh perusahaan maka tidak akan dipengaruhi oleh struktur kepemilikan suatu perusahaan tetapi dipengaruhi oleh RUPS sebagai pemegang kekuasaan penuh dalam hal keputusan keuangan yaitu berupa kebijakan keputusan pendanaan perusahaan. sehingga pihak manajemen tidak mempertimbangkan variabel kepemilikan saham tersebut dalam mengambil keputusan pendanaan perusahaan.


(3)

Dengan hipotesis melalui uji t dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan aktiva (X1), resiko bisnis (X2), struktur aktiva (X3), terbukti

sebagai variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal (Y), sedangkan struktur kepemilikan (X4) terbukti sebagai variabel yang tidak

berpengaruh terhadap struktur modal (Y).

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.

a. Bagi Perusahaan

Untuk memperoleh struktur modal yang optimal bagi perusahaan, pihak manajemen perlu memperhatikan faktor resiko bisnis dan struktur kepemilikan dalam menetapkan kebijakan tentang sumber pendanaan. Disamping itu perlu juga memperhatikan faktor lain diantaranya kondisi perekonomian, situasi politik serta faktor lainnya, sehingga pencapaian struktur modal yang optimal dapat tercapai.

b. Investor

Dapat mempertimbangkan faktor-faktor diatas sebelum melakukan investasi atau menyalurkan pinjaman, disamping itu dalam memberikan dana pinjaman hendaknya selalu mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban finansialnya, hal ini untuk


(4)

77

menghindari terjadinya kredit macet yang akan merugikan perusahaan atau negara.

c. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan topik yang sama dengan memperbanyak jumlah sampel dan periode penelitian yang lebih lama sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan objek yang lebih luas.


(5)

Agus Sartono, 1996, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga Yogyakarta.

Bambang Riyanto, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygant, Terry D. Warfield, 2002, Akuntansi Intermediate Edisi Kesepuluh, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gitosudarmo, Indriyo Basri, 1995, Manajemen Keuangan, Cetakan Ketiga, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain, penerbit Erlangga, Jakarta.

James C. Van Horne, John M. Wachowicz JR, 2005, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Keduabelas, Buku Kesatu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. James C. Van Horne, John M. Wachowicz JR, 2007, Prinsip-prinsip Manajemen

Keuangan, Edisi Keduabelas, Buku Kedua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Kartadinata, Abas, 1990, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit

BPFE-Yogyakarta.

Lukas Atmajaya, 2003, Manajemen keuangan, Edisi revisi, penerbit Andi, Yogyakarta.

Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit IKAPI, Jatim.

Munawir, S, 1998, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kedelapan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Saidi, 2004, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Di BEJ Tahun 1997-2002”, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol 11, No.1, Maret 2004, Hal 44-58.


(6)

Suad Husnan, 2001, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi ketiga, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Tri Siswantini, 2006, “Analisis Pengelolaan Modal Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, Equity, Vol 4, No.2, Juli-Desember 2006, Hal 45-60.

Weston, Fred dan Thomas E. Copeland, 1992, Manajemen Keuangan, (Edisi Revisi), Edisi Kedelapan, Jilid Kedua, Penerbit PT. Binarupa Aksara, Jakarta.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham, 1993, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Terjemahan), Edsi Kesembilan, Jilid Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma, 2005 “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di bursa efek Jakarta. Kajian Bisnis dan Manajemen ”edisis khusus finance”, 2005, hal 1- 15

Hasa Nurrohim KP, 2008, “Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan Dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen vol 10, NO.1, januari 2008, hal 11- 18.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, RESIKO BISNIS, STRUKTUR AKTIVA DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

0 3 23

BAB 1 Pengaruh Resiko Bisnis, Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014.

0 3 7

PENGARUH RISIKO BISNIS , PROFITABILITAS , STRUKTUR AKTIVA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Resiko Bisnis, Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struk

1 4 15

PENGARUH PERTUMBUHAN AKTIVA, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP STRUKTUR Pengaruh Pertumbuhan Aktiva, Profitabilitas, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI (Bursa Efek Indonesia

0 4 15

PENGARUH PERTUMBUHAN AKTIVA, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP STRUKTUR Pengaruh Pertumbuhan Aktiva, Profitabilitas, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI (Bursa Efek Indonesia

0 4 15

BAB 1 Pengaruh Pertumbuhan Aktiva, Profitabilitas, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI (Bursa Efek Indonesia) Tahun 2011-2013.

0 3 7

PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN,STRUKTUR AKTIVA,PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL SERTA DAMPAKNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 83

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY

0 0 16

ANALISIS PERTUMBUHAN AKTIVA, RESIKO BISNIS, STRUKTUR AKTIVA, STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SECURITIES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22

PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN,STRUKTUR AKTIVA,PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL SERTA DAMPAKNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22