66
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Pada cara pertama pengukuran ta kurang teliti dibandingkan dengan
pengukuran b, dan pada cara ketiga pembacaan a kurang teliti dibandingkan
dengan pembacaan b. Selain itu, dengan cara kedua hasil pengukuran
akan bebas dari pengaruh kesalahan- kesalahan garis bidik, refraksi udara
serta kelengkungan bumi.
3.2.1 Jenis-Jenis Pengukuran Sipat Datar
Ada beberapa macam pengukuran sipat datar di antaranya:
4. Sipat datar memanjang. Digunakan apabila jarak antara dua
stasion yang akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan di luar
jangkauan jarak pandang. Jarak antara kedua stasion tersebut dibagi dalam
jarak-jarak pendek yang disebut seksi atau slag.
Jumlah aljabar beda tinggi tiap slag akan menghasilkan beda tinggi antara
kedua stasion tersebut. Tujuan pengukuran ini umumnya untuk
mengetahui ketinggian dari titik-titik yang dilewatinya dan biasanya
diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Hasil
akhir daripada pekerjaan ini adalah data ketinggian dari pilar-pilar sepanjang
jalur pengukuran yang bersangkutan. Yaitu semua titik yang ditempati oleh
rambu ukur tersebut. Sipat datar memanjang dibedakan
menjadi: Memanjang
terbuka, Memanjang
keliling tertutup,
Memanjang terbuka terikat
sempurna, Memanjang
pergi pulang,
Memanjang double
stand. 5. Sipat datar resiprokal
Kelainan pada sipat datar ini adalah pemanfaatan konstruksi serta tugas
nivo yang dilengkapi dengan skala pembaca bagi pengungkitan yang
dilakukan terhadap nivo tersebut. Sehingga dapat dilakukan pengukuran
beda tinggi antara dua titik yang tidak dapat dilewati pengukur. Seperti halnya
sipat datar memanjang, maka hasil akhirnya adalah data ketinggian dari
kedua titik tersebut. Seperti pada gambar 50 :
Perbedaan tinggi antara A ke B adalah h
AB
= ½ {a - b + a’ + b’}. Titik-titk C, A, B, dan D tidak harus berada pada
satu garis lurus. Apabila jarak antara A dan B jauh, salah
satu rambu rambu jauh diganti dengan target dan sipat datar yang digunkan
adalah tipe jungkit.
Di unduh dari : Bukupaket.com
67
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Gambar 50. Contoh pengukuran resiprokal
Apabila sekrup pengungkit dilengkapi skala untuk menentukan banyaknya
putaran seperti nampak pada gambar 51, yang dicatat bukan kedudukan
gelombang nivo akan tetapi banyaknya putaran sekrup pengungkit yang
ditentukan oleh perbedaan bacaan skala yang diperoleh.
Rumus yang digunakan untuk menghitung b adalah:
B = b + b
1
= b +
i n
n n
n
2 1
2
Dimana: n
= bacaan skala pengungkit pada
saat gelombung nivo berada di tengah.
n
1
= bacaan skala pengungkit pada
saat garis bidik mengarah ke target atas.
n
2
= bacaan skala pengungkit pada
saat garis bidik mengarah ke target bawah
Gambar 51. sipat datar tipe jungkit
Indek bacaan Sekrup pengungkit
berskala
A B
D a
b
a b
C
Di unduh dari : Bukupaket.com
68
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Catatan: Untuk memperoleh ketelitian tinggi,
lakukanlah pengukuran ke masing- masing target berulang-ulang, misalkan
20x.
Gambar 52. Contoh pengukuran resiprokal
Pengukuran sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca yang berbeda, misalnya
ukuran pertama pagi hari dan ukuran kedua sore hari. Hal ini dimaksudkan
untuk memperkecil pengaruh refraksi udara.
Untuk memperkecil pengaruh kesalahan refraksi udara dan
kelengkungan bumi, pengukuran sebaiknya dilakukan bolak-balik.
Maksudnya, pertama kali alat ukur dipasang sekitar A kemudian dipindah
ke tempat sekitar B seperti nampak pada gambar berikut ini:
6. Sipat datar profil. Pengukuran ini bertujuan untuk
mengetahui profil dari suatu trace baik jalan ataupun saluran, sehingga
selanjutnya dapat diperhitungkan banyaknya galian dan timbunan yang
perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi.
Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan dalam dua bagian yang disebut sebagai
sipat datar profil memanjang dan melintang. Hasil akhir dari pengukuran
ini adalah gambaran profil dari pada kedua jenis pengukuran tersebut dalam
arah potongan tegaknya. Profil
memanjang Maksud dan tujuan pengukuran profil
memanjang adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik sepanjang suatu garis
rencana proyek sehingga dapat digambarkan irisan tegak keadaan
lapangan sepanjang garis rencana proyek tersebut. Gambar irisan tegak
keadaan lapangan sepanjang garis rencana proyek disebut profil
memanjang. A
B C
D x
x
Di unduh dari : Bukupaket.com
69
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Di lapangan, sepanjang garis rencana proyek dipasang patok-patok dari kayu
atau beton yang menyatakan sumbu proyek. Patok-patok ini digunakan untuk
pengukuran profil memanjang. Profil
melintang Profil melintang diperlukan untuk
mengetahui profil lapangan pada arah tegak lurus garis rencana atau untuk
mengetahui profil lapangan ke arah yang membagi sudut sama besar antara dua
garis rencana yang berpotongan. Apabila profil melintang yang dibuat
mempunyai jarak pendek r 120 m,
maka pengukurannya dapat dilakukan dengan cara tinggi garis bidik. Apabila
panjang, dilakukan seperti profil memanjang.
7. Sipat datar luas Untuk merencanakan bangunan-
bangunan, ada kalanya ingin diketahui keadaan tinggi rendahnya permukaan
tanah. Oleh sebab itu dilakukan pengukuran sipat datar luas dengan
mengukur sebanyak mungkin titik detail. Kerapatan dan letak titik detail diatur
sesuai dengan kebutuhannya. Apabila makin rapat titik detail pengukurannya
maka akan mendaptkan gambaran permukaan tanah yang lebih baik.
Bentuk permukaan tanah akan dilukiskan oleh garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama. Garis ini
dinamakan kontur. Pada jenis pengukuran sipat datar ini
yang paling diperlukan adalah penggambaran profil dari suatu daerah
pemetaan yang dilakukan dengan mengambil ketinggian dari titik-titik detail
di daerah tersebut dan dinyatakan sebagai wakil daripada ketinggiannya,
sehingga dengan melakukan interpolasi diantara ketinggian yang ada, maka
dapat ditarik garis-garis konturnya di atas peta daerah pengukuran tersebut.
Cara pengukurannya adalah dengan cara tinggi garis bidik. Agar pekerjaan
pengukuran berjalan lancar maka pilihlah tempat alat ukur sedemikian rupa,
hingga dari tempat ini dapat dibidik sebanyak mungkin titik-titik di sekitarnya.
3.2.2 Ketelitian pengukuran sipat datar