Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tabel V. 20 Analisis Rasio Keuangan PT. ABC Lanjutan 2. Rasio Solvabilitas a. 100 Pnjng Jngk Hutang Mngh Jngk Hutang EBITDA × + b. 100 yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × + Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka menengah dan jangka panjang. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan sangat baik, meskipun pada tahun 2008, rasio ini mengalami penurunan cukup tinggi dari tahun 2007 sebesar 66,27. Hal tersebut disebabkan adanya peningkatan hutang jangka panjang. Jadi, perusahaan masih mampu membayar kewajibannya dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 40 , jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam menutupi biaya bunga dan memenuhi kewajiban pokok satu tahun yang akan datang yang telah disepakati sebelumnya oleh debitur. Rasio ini sangat baik, terbukti hasilnya terus naik dari tahun ke tahun dan kenaikannya tinggi. Jadi, perusahaan mampu menutupi biaya bunga dan membayar kewajibannya untuk satu tahun yang akan datang dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. Tabel V. 20 Analisis Rasio Keuangan PT. ABC Lanjutan c. Times Interest Earned Ratio 100 Bunga Biaya EBIT × d. 100 Assets Total Equity × Rasio ini menunjukkan kemampuan laba dalam menutup biaya bunga. Rasio ini sangat baik, terbukti hasilnya mengalami kenaikan yang tinggi dari tahun ke tahun. Jadi, perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 150 , jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitasmodal dalam membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini pada perusahaan tidak baik, hal ini terlihat pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 24,32 dari tahun 2007, meskipun pada tahun 2007 mengalami kenaikan dari tahun 2006 tapi hanya sedikit. Jadi, untuk tahun 2008 perusahaan tidak mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal yang dimiliki. Akibatnya, bisa saja perusahaan harus berhutang untuk membiayai aktiva. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko tinggi karena hasilnya kurang dari 50 , jadi tidak memenuhi standar. 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin PM 100 Penjualan Profit × Rentabilitas perusahaan dapat dikatakan cukup baik, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan PM dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Peningkatan PM ini menunjukkan bahwa kelangsungan usaha perusahaan tersebut terbukti sangat baik sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang besar. Berdasarkan standar rasio BRI, PM ini berisiko rendah karena PM 2008 PM 2007 , jadi memenuhi standar. Tabel V. 20 Analisis Rasio Keuangan PT. ABC Lanjutan b. Return On Assets ROA 100 Aktiva Total EAT × c. Pertumbuhan Penjualan Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. ROA perusahaan baik, hal ini terbukti dengan adanya kenaikan ROA dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva. Berdasarkan standar rasio BRI, ROA ini berisiko rendah karena ROA 2008 ROA 2007 , jadi memenuhi standar. Hasil penjualan tahun 2006-2008 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan hasil penjualan ini menggambarkan prospek perusahaan mengalami kemajuan dan perkembangan. Dengan hasil yang cukup tinggi maka akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan di atas didapat skor berjumlah 6 berarti kurang dari 12 jadi kredit diterima jika dilihat dari segi finansial. Tabel V. 21 Analisis Rasio Keuangan PT. DEF Rasio Keuangan Analisis 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio 100 Lancar Hutang Lancar Aktiva × b. Quick Ratio 100 Lancar Hutang Persediaan Lancar Aktiva × − Likuiditas perusahaan cukup baik, hal ini terlihat dari CR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008. CR tahun 2008 adalah 160,33 artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1,60. Jadi, walaupun perusahaan menambah hutang lancarnya maka perusahaan masih dapat memenuhi kewajibannya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dilihat dari standar rasio BRI, CR tahun 2008 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 140 jadi risiko rendah. Likuiditas perusahaan dapat dikatakan baik, hal ini terlihat dari QR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan aktiva lancar dan penurunan hutang lancar dari tahun ke tahun. Dilihat dari standar rasio BRI, QR tahun 2008 sebesar 42,48 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 35 jadi risiko rendah. 2. Rasio Solvabilitas a. 100 Pnjng Jngk Hutang Mngh Jngk Hutang EBITDA × + Tidak ada analisis karena tidak ada hutang jangka menengah dan hutang jangka panjang dalam laporan keuangan debitur PT. DEF. Tabel V. 21 Analisis Rasio Keuangan PT. DEF Lanjutan b. 100 yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × + c. Times Interest Earned Ratio 100 Bunga Biaya EBIT × Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam menutupi biaya bunga dan memenuhi kewajiban pokok satu tahun yang akan datang yang telah disepakati sebelumnya oleh debitur. Rasio ini dapat dikatakan cukup baik, pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 118,2. Jadi, perusahaan mampu menutupi biaya bunga dan membayar kewajibannya untuk satu tahun yang akan datang dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 81,06 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba dalam menutup biaya bunga. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan baik, meskipun pada tahun 2008, rasio ini mengalami penurunan tapi hanya sedikit sebesar 0,53 dari tahun 2007. Jadi, perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 274,30 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 150 , jadi memenuhi standar. Tabel V. 21 Analisis Rasio Keuangan PT. DEF Lanjutan d. 100 Assets Total Equity × Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitasmodal dalam membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini dapat dikatakan cukup baik, hal ini terlihat hasilnya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jadi, perusahaan masih mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin PM 100 Penjualan Profit × Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio PM untuk tahun 2007 sebesar 3,66 yang berarti untuk setiap seratus rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar empat rupiah. Sedangkan untuk tahun 2008 rasio PM adalah sebesar 3,32 yang berarti setiap seratus rupiah penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar 3 rupiah. Jika dibandingkan antara tahun 2007 dan tahun 2008 terlihat bahwa terjadi penurunan kinerja dengan adanya penurunan dalam PM. Berdasarkan standar rasio BRI, profit margin ini berisiko tinggi karena PM 2008 PM 2007, jadi tidak memenuhi standar. Tabel V. 21 Analisis Rasio Keuangan PT. DEF Lanjutan b. Return On Assets ROA 100 Aktiva Total EAT × c. Pertumbuhan Penjualan Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. ROA perusahaan tidak baik, hal ini terbukti dengan adanya penurunan ROA dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menurun dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan standar rasio BRI, ROA ini berisiko tinggi karena ROA 2008 ROA 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Hasil penjualan tahun 2006-2008 menunjukkan fluktuasi. Tahun 2007 penjualannya meningkat sebesar 105 dari tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 penjualannya menurun sebesar 11,24 dari tahun 2007. Penurunan hasil penjualan tersebut mungkin karena adanya banyak pesaing, dari segi promosi kurang atau faktor-faktor lain. Di sini perusahaan perlu evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan standar rasio BRI, penjualan ini berisiko tinggi karena penjualan 2008 penjualan 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan di atas didapat skor berjumlah 9 berarti kurang dari 12 jadi kredit diterima jika dilihat dari segi finansial. Tabel V. 22 Analisis Rasio Keuangan PT. GHI Rasio Keuangan Analisis 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio 100 Lancar Hutang Lancar Aktiva × b. Quick Ratio 100 Lancar Hutang Persediaan Lancar Aktiva × − Likuiditas perusahaan dapat dikatakan sangat baik, hal ini terlihat dari CR yang mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari tahun 2006 sampai tahun 2008. CR tahun 2008 adalah 617,08 artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 6,17. Jadi, walaupun perusahaan menambah hutang lancarnya maka perusahaan masih dapat memenuhi kewajibannya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dilihat dari standar rasio BRI, CR tahun 2008 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 140 jadi risiko rendah. Likuiditas perusahaan dapat dikatakan sangat baik, hal ini terlihat dari QR yang mengalami kenaikan cukup tinggi dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan aktiva lancar dan penurunan hutang lancar dari tahun ke tahun. Dilihat dari standar rasio BRI, QR tahun 2008 sebesar 234,42 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 35 jadi risiko rendah. 2. Rasio Solvabilitas a. 100 Pnjng Jngk Hutang Mngh Jngk Hutang EBITDA × + Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam memenuhi kewajiban jangka menengah dan jangka panjang. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan sangat baik. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 40 , jadi memenuhi standar. Maka, perusahaan masih mampu membayar kewajibannya dengan laba yang dimiliki. Tabel V. 22 Analisis Rasio Keuangan PT. GHI Lanjutan b. 100 yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × + c. Times Interest Earned Ratio 100 Bunga Biaya EBIT × d. 100 Assets Total Equity × Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam menutupi biaya bunga dan memenuhi kewajiban pokok satu tahun yang akan datang yang telah disepakati sebelumnya oleh debitur. Rasio ini dapat dikatakan sangat baik, hasilnya sangat tinggi dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 119,2. Jadi, perusahaan mampu menutupi biaya bunga dan membayar kewajibannya untuk satu tahun yang akan datang dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 403,85 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba dalam menutup biaya bunga. Rasio ini dapat dikatakan sangat baik, hasilnya sangat tinggi dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 138,68. Jadi, perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 1.348 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 150, jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan modal dalam membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini dapat dikatakan baik, meskipun pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 8,81 dari tahun 2007. Jadi, untuk tahun 2008 perusahaan masih mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 72 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50, jadi memenuhi standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 22 Analisis Rasio Keuangan PT. GHI Lanjutan 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin PM 100 Penjualan Profit × b. Return On Assets ROA 100 Aktiva Total EAT × Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio PM untuk tahun 2007 sebesar 9,60 yang berarti untuk setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 9,6. Sedangkan untuk tahun 2008 rasio PM adalah sebesar 9,77 yang berarti setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 9,7. Jika dibandingkan antara tahun 2007 dan tahun 2008 terlihat bahwa terjadi kenaikan kinerja perusahaan dengan adanya kenaikan dalam PM. Berdasarkan standar rasio BRI, profit margin ini berisiko rendah karena PM 2008 PM 2007 , jadi memenuhi standar. Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. ROA perusahaan tidak baik, hal ini terbukti dengan adanya penurunan ROA cukup tinggi dari tahun 2007 ke tahun 2008. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan pemanfaatan total aktiva yang tidak diikuti dengan kenaikan laba, justru laba tahun 2008 turun dari tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menurun dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan standar rasio BRI, ROA ini berisiko tinggi karena ROA 2008 ROA 2007 , jadi tidak memenuhi standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 22 Analisis Rasio Keuangan PT. GHI Lanjutan c. Pertumbuhan Penjualan Hasil penjualan tahun 2006-2008 menunjukkan fluktuasi. Tahun 2007 penjualannya meningkat sebesar 120 dari tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 penjualannya menurun sebesar 3,75 dari tahun 2007. Penurunan hasil penjualan tersebut mungkin karena adanya banyak pesaing atau faktor-faktor lain. Namun penurunan tersebut tidak begitu besar. Di sini perusahaan perlu evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan standar rasio BRI, penjualan ini berisiko tinggi karena penjualan 2008 penjualan 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan di atas didapat skor berjumlah 6 berarti kurang dari 12 jadi kredit diterima jika dilihat dari segi finansial. Tabel V. 23 Analisis Rasio Keuangan PT. JKL Rasio Keuangan Analisis 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio 100 Lancar Hutang Lancar Aktiva × b. Quick Ratio 100 Lancar Hutang Persediaan Lancar Aktiva × − Likuiditas perusahaan cukup baik, hal ini terlihat dari CR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 ke tahun 2007, meskipun terjadi penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 29,22 dikarenakan adanya peningkatan hutang lancar karena adanya penambahan hutang bank tahun-tahun sebelumnya tidak ada hutang bank. CR tahun 2008 adalah 167,72 artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1,68. Jadi, kalau ada penambahan hutang lancar perusahaan masih dapat memenuhi kewajibannya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dilihat dari standar rasio BRI, CR tahun 2008 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 140 jadi risiko rendah. Likuiditas perusahaan dapat dikatakan sangat baik, meskipun tahun 2008 QR turun sebesar 31,98. Penurunan tersebut dikarenakan adanya peningkatan hutang lancar yang lebih besar dibandingkan peningkatan aktiva lancar dari tahun 2007. Dilihat dari standar rasio BRI, QR tahun 2008 sebesar 125,22 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 35 jadi memenuhi standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 23 Analisis Rasio Keuangan PT. JKL Lanjutan 2. Rasio Solvabilitas a. 100 Pnjng Jngk Hutang Mngh Jngk Hutang EBITDA × + b. 100 yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × + c. Times Interest Earned Ratio 100 Bunga Biaya EBIT × Tidak ada analisis karena tidak ada hutang jangka menengah dan hutang jangka panjang dalam laporan keuangan debitur PT. JKL. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam menutupi biaya bunga dan memenuhi kewajiban pokok satu tahun yang akan datang yang telah disepakati sebelumnya oleh debitur. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan sangat baik. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 118,40 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. Maka, perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dan membayar kewajibannya untuk satu tahun yang akan datang dengan laba yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba dalam menutup biaya bunga. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan sangat baik. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 3.294 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 150 , jadi memenuhi standar. Maka, perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dengan laba yang dimiliki. Tabel V. 23 Analisis Rasio Keuangan PT. JKL Lanjutan d. 100 Assets Total Equity × Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitasmodal dalam membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini dapat dikatakan baik, meskipun pada tahun 2008 mengalami penurunan tapi hanya sedikit sebesar 4,52 dari tahun 2007. Jadi, untuk tahun 2008 perusahaan masih mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 86,77 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin PM 100 Penjualan Profit × Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio PM untuk tahun 2007 sebesar 25,08 yang berarti untuk setiap Rp 100 penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 25. Sedangkan untuk tahun 2008 rasio PM adalah sebesar 27,98 yang berarti setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 28. Jika dibandingkan antara tahun 2007 dan tahun 2008 terlihat bahwa terjadi kenaikan kinerja perusahaan dengan adanya kenaikan dalam PM. Jadi kinerja perusahaan tersebut sangat bagus, sehingga dengan adanya kenaikan kinerja berarti pendapatannya juga meningkat. Berdasarkan standar rasio BRI, profit margin ini berisiko rendah karena PM 2008 PM 2007 , jadi memenuhi standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 23 Analisis Rasio Keuangan PT. JKL Lanjutan b. Return On Assets ROA 100 Aktiva Total EAT × c. Pertumbuhan Penjualan Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. ROA perusahaan tidak baik, hal ini terbukti dengan adanya penurunan ROA cukup tinggi dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 42,83. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan pemanfaatan total aktiva yang tidak diikuti dengan kenaikan laba, justru laba tahun 2008 turun dari tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menurun dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan standar rasio BRI, ROA ini berisiko tinggi karena ROA 2008 ROA 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Hasil penjualan tahun 2006-2008 menunjukkan fluktuasi. Tahun 2007 penjualannya meningkat sebesar 113,25 dari tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 penjualannya menurun sebesar 37,74 dari tahun 2007. Penurunan hasil penjualan tersebut mungkin karena adanya banyak pesaing atau faktor-faktor lain. Penurunan tersebut cukup besar. Di sini perusahaan perlu evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan standar rasio BRI, penjualan ini berisiko tinggi karena penjualan 2008 penjualan 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan di atas didapat skor berjumlah 6 berarti kurang dari 12 jadi kredit diterima jika dilihat dari segi finansial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 24 Analisis Rasio Keuangan PT. MNO Rasio Keuangan Analisis 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio 100 Lancar Hutang Lancar Aktiva × b. Quick Ratio 100 Lancar Hutang Persediaan Lancar Aktiva × − Likuiditas perusahaan dapat dikatakan baik, hal ini terlihat dari CR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008. CR tahun 2008 adalah 246,11 artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 2,46. Jadi, walaupun perusahaan menambah hutang lancarnya maka perusahaan masih dapat memenuhi kewajibannya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dilihat dari standar rasio BRI, CR tahun 2008 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 140 jadi risiko rendah. Likuiditas perusahaan dapat dikatakan baik, hal ini terlihat dari QR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan aktiva lancar dan penurunan hutang lancar dari tahun ke tahun. Dilihat dari standar rasio BRI, QR tahun 2008 sebesar 71,52 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 35 jadi risiko rendah. 2. Rasio Solvabilitas a. 100 Pnjng Jngk Hutang Mngh Jngk Hutang EBITDA × + Tidak ada analisis karena tidak ada hutang jangka menengah dan hutang jangka panjang dalam laporan keuangan debitur PT. MNO. Tabel V. 24 Analisis Rasio Keuangan PT. MNO Lanjutan b. 100 yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × + c. Times Interest Earned Ratio 100 Bunga Biaya EBIT × d. 100 Assets Total Equity × Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam menutupi biaya bunga dan memenuhi kewajiban pokok satu tahun yang akan datang yang telah disepakati sebelumnya oleh debitur. Rasio ini dapat dikatakan sangat baik, hasilnya sangat tinggi dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 129,54. Jadi, perusahaan mampu menutupi biaya bunga dan membayar kewajibannya untuk satu tahun yang akan datang dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 129,90 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50, jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba dalam menutup biaya bunga. Rasio ini dapat dikatakan sangat baik, hasilnya tinggi dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 123,65. Jadi, perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 368,43 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 150, jadi memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan modal dalam membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini dapat dikatakan baik, hasilnya cukup tinggi dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 103,58. Jadi, untuk tahun 2008 perusahaan masih mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 70,69 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50, jadi memenuhi standar. Tabel V. 24 Analisis Rasio Keuangan PT. MNO Lanjutan 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin PM 100 Penjualan Profit × b. Return On Assets ROA 100 Aktiva Total EAT × Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio PM untuk tahun 2007 sebesar 6,85 yang berarti untuk setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 7. Sedangkan untuk tahun 2008 rasio PM adalah sebesar 7,79 yang berarti setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 8. Jika dibandingkan antara tahun 2007 dan tahun 2008 terlihat bahwa terjadi kenaikan kinerja perusahaan dengan adanya kenaikan dalam PM. Berdasarkan standar rasio BRI, PM ini berisiko rendah karena PM 2008 PM 2007 , jadi memenuhi standar. Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. ROA perusahaan tidak baik, hal ini terbukti dengan adanya penurunan ROA dari tahun 2007 ke tahun 2008. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan pemanfaatan total aktiva yang tidak diikuti dengan kenaikan laba, justru laba tahun 2008 turun dari tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menurun dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan standar rasio BRI, ROA ini berisiko tinggi karena ROA 2008 ROA 2007 , jadi tidak memenuhi standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 24 Analisis Rasio Keuangan PT. MNO Lanjutan c. Pertumbuhan Penjualan Hasil penjualan tahun 2006-2008 menunjukkan fluktuasi. Tahun 2007 penjualannya meningkat sebesar 157,58 dari tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 penjualannya menurun sebesar 20 dari tahun 2007. Penurunan hasil penjualan tersebut mungkin karena adanya banyak pesaing atau faktor-faktor lain. Penurunan tersebut cukup besar. Di sini perusahaan perlu evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan standar rasio BRI, penjualan ini berisiko tinggi karena penjualan 2008 penjualan 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan di atas didapat skor berjumlah 6 berarti kurang dari 12 jadi kredit diterima jika dilihat dari segi finansial. Tabel V. 25 Analisis Rasio Keuangan PT. PQR Rasio Keuangan Analisis 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio 100 Lancar Hutang Lancar Aktiva × b. Quick Ratio 100 Lancar Hutang Persediaan Lancar Aktiva × − Likuiditas perusahaan baik, hal ini terlihat dari CR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008. CR tahun 2008 adalah 243,13 artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 2,43. Jadi, walaupun perusahaan menambah hutang lancarnya maka perusahaan masih dapat memenuhi kewajibannya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dilihat dari standar rasio BRI, CR tahun 2008 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 140 jadi risiko rendah. Likuiditas perusahaan dapat dikatakan sangat baik, hal ini terlihat dari QR yang mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan aktiva lancar sedangkan pada tahun 2008 hutang lancarnya turun dari tahun 2007, meskipun pada tahun 2007 hutang lancarnya naik dari tahun 2006, tetapi kenaikan tersebut tidak begitu besar. Dilihat dari standar rasio BRI, QR tahun 2008 sebesar 127,34 memenuhi standar karena hasilnya lebih dari 35 jadi risiko rendah. Tabel V. 25 Analisis Rasio Keuangan PT. PQR Lanjutan 2. Rasio Solvabilitas a. 100 Pnjng Jngk Hutang Mngh Jngk Hutang EBITDA × + b. 100 yad tahun 1 Pokok bunga Biaya EBITDA × + Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam memenuhi kewajiban jangka menengah dan jangka panjang. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan tidak baik, pada tahun 2008 rasio ini mengalami penurunan sangat tinggi dari tahun 2007 sebesar 76,04. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan laba operasional yang sangat banyak meskipun hutang jangka panjangnya menurun dari tahun sebelumnya. Jadi, perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya dengan laba yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 sebesar 22,58 berisiko tinggi karena hasilnya kurang dari 40, jadi tidak memenuhi standar. Rasio ini menunjukkan kemampuan laba operasional dalam menutupi biaya bunga dan memenuhi kewajiban pokok satu tahun yang akan datang yang telah disepakati sebelumnya oleh debitur. Rasio ini dapat dikatakan baik, meskipun hasil dari rasio ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatanpenurunan laba operasional diikuti dengan peningkatanpenurunan biaya bunga dan kewajiban membayar hutang untuk 1 tahun yang akan datang. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50 , jadi memenuhi standar. Maka, perusahaan mampu menutupi biaya bunga dan membayar kewajibannya untuk satu tahun yang akan datang dengan laba yang dimiliki. Tabel V. 25 Analisis Rasio Keuangan PT. PQR Lanjutan c. Times Interest Earned Ratio 100 Bunga Biaya EBIT × d. 100 Assets Total Equity × Rasio ini menunjukkan kemampuan laba dalam menutup biaya bunga. Rasio ini pada perusahaan dapat dikatakan baik, walaupun hasilnya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatanpenurunan laba diikuti dengan peningkatanpenurunan biaya bunga. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 150 , jadi memenuhi standar. Dalam hal ini perusahaan masih mampu menutupi biaya bunga dengan laba yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitasmodal dalam membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini dapat dikatakan baik, hal ini terlihat hasilnya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jadi, perusahaan masih mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal yang dimiliki. Berdasarkan standar rasio BRI, rasio ini untuk tahun 2008 berisiko rendah karena hasilnya lebih dari 50, jadi memenuhi standar. 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin PM 100 Penjualan Profit × Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio PM untuk tahun 2007 sebesar 1,47 yang berarti untuk setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 2. Sedangkan untuk tahun 2008 rasio PM adalah sebesar 1,04 yang berarti setiap Rp 100 penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 1. Jika dibandingkan antara tahun 2007 dan tahun 2008 terlihat bahwa terjadi penurunan kinerja dengan adanya penurunan dalam PM. Berdasarkan standar rasio BRI, PM ini berisiko tinggi karena PM 2008 PM 2007 , jadi tidak memenuhi standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. 25 Analisis Rasio Keuangan PT. PQR Lanjutan b. Return On Assets ROA 100 Aktiva Total EAT × c. Pertumbuhan Penjualan Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. ROA perusahaan tidak baik, hal ini terbukti dengan adanya penurunan ROA sangat tinggi dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 80,75. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan pemanfatan total aktiva yang tidak diikuti dengan kenaikan laba, justru laba tahun 2008 turun dari tahun 2007 sebesar 79,61. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sangat menurun, tidak efektif dan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan standar rasio BRI, ROA ini berisiko tinggi karena ROA 2008 ROA 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Hasil penjualan tahun 2006-2008 menunjukkan fluktuasi. Tahun 2007 penjualannya meningkat sebesar 166,97 dari tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 penjualannya menurun sebesar 71,25 dari tahun 2007. Penurunan hasil penjualan tersebut mungkin karena adanya banyak pesaing, barang kurang up to date, kurang promosi atau faktor-faktor lain. Di sini perusahaan perlu evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan standar rasio BRI, penjualan ini berisiko tinggi karena penjualan 2008 penjualan 2007 , jadi tidak memenuhi standar. Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan di atas didapat skor berjumlah 12 berarti kurang dari sama dengan 12 jadi kredit diterima jika dilihat dari segi finansial. Namun jika dilihat kembali dari segi finansial, skor tersebut berada di titik rawan antara diterima atau ditolak. Meskipun begitu, pihak bank dalam memberikan keputusan kredit kepada calon debiturnya tidak hanya mempertimbangkan dari segi finansial saja, tetapi dilihat juga dari segi non- finansial seperti aspek manajemen, aspek pasar, karakter dan situasi persaingan perusahaan. PT. BRI Persero Tbk. Kantor Cabang Katamso Yogyakarta dalam menilai layak atau tidak layaknya calon debitur diberikan kredit menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan calon debitur. Analisis kuantitatif sudah diuraikan dalam analisis data dan pembahasan pada bab ini, seperti yang telah diuraikan di atas. Sedangkan, analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kualitas dan stabilitas usaha calon debitur dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, serta prospek usahanya. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap karakter calon debitur, latar belakang dan kualitas manajemennya. Bersama-sama dengan analisis kuantitatif, hasil analisis kualitatif memberikan gambaran mengenai debitur dan pengaruhnya terhadap risiko kredit yang diberikan kepada debitur tersebut. Berikut ini aspek-aspek non-finansial dalam analisis kualitatif, yaitu: 1. Karakter a. Tingkat kepercayaan Dalam hal ini karakter berhubungan dengan tingkat kepercayaan, kejujuran, moral dan kesediaan debitur bekerjasama dengan bank. Bank ingin agar kredit yang diberikannya dapat dikembalikan sesuai perjanjian. Oleh karena itu, bank hanya akan memberikan kredit kepada debitur yang memiliki itikad baik dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian. Untuk memperoleh informasi tersebut seorang Account Officer AO dapat melakukannya dengan mencari informasi melalui: 1 Sesama AO baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda. Seringkali nasabah bercerita tentang pihak lain yang berhubungan kepada AO yang memegang account-nya . 2 Nasabah bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan calon debitur. Misalnya sama-sama pedagang mobil bekas, perusahaan tekstil, dan lain-lain. 3 Supplier atau mitra dagang dari debitur. Dengan mencari informasi dari supplier, AO dapat mengetahui sistem pembelian yang diperoleh debitur dan ketetapan membayar dari debitur. Dengan demikian AO dapat mengetahui sejauh mana debitur mampu memenuhi kewajibannya. b. Rekening bank Data ini diperlukan untuk melakukan analisa keuangan debiturnya, sehingga dapat diukur seberapa besar penghasilan debitur yang dapat disisihkan untuk membayar angsuran pinjaman. c. Reputasi bisnis Reputasi berhubungan dengan kredibilitas debitur di mata mitra bisnisnya. Dari para mitra bisnis dapat diketahui berbagai hal yang berhubungan dengan debitur, misalnya kebiasaan membayar tepat waktu atau suka terlambat, ketepatan pengiriman barang, dan lain-lain. d. Perilaku pribadi debitur Perilaku pribadi debitur dapat diketahui dengan meneliti apakah debitur juga anggota atau sering datang ke rumah-rumah perjudian. Apakah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI debitur mempunyai hobi atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya foya-foya? Bank akan memberikan kredit kepada debitur yang memiliki perilaku baik. 2. Posisi Pasar a. Kualitas produk atau jasa Dalam hal ini bank harus mengetahui apakah perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas baik. Apakah perusahaan terus menerus mengembangkan produknya agar dapat mempertahankan posisinya di pasar? Account Officer AO perlu yakin bahwa perusahaan yang akan dibiayai dalam posisi pasar yang cukup bagus sesuai target. b. Srategi dan ketergantungan Hal yang perlu diperhatikan oleh AO adalah strategi dan ketergantungan organisasi kepada orang tertentu. Bila orang tersebut tidak ada di tempat, bisnis tersebut dapat menjadi lemah karena tidak ada pihak yang dapat mengambil keputusan. c. Lokasi usaha AO perlu mengetahui bagaimana pemilihan lokasi perusahaan, apakah dekat dengan sumber bahan baku utama dan pasar, sumber daya manusia mudah diperoleh? Dengan begitu dapat diketahui apakah manajemen pengelolaan internal perusahaan baik atau tidak baik. 3. Situasi Persaingan a. Perkembangan perusahaan dan situasi persaingan AO harus mengetahui perkembangan perusahaan di pasar dan situasi persaingan perusahaan debitur. Hal tersebut untuk mengetahui apakah posisi pasar yang dibiayainya berada pada posisi pasar yang lebih baik di industri yang bersangkutan. Jadi AO yakin untuk memberikan kredit jika perkembangan perusahaan di pasar baik dan posisi pasar dalam persaingan industri menduduki posisi yang bagus. b. Struktur internal perusahaan Struktur internal perusahaan ini berkaitan dengan struktur organisasi dan sistem pembagian kerja. Struktur organisasi yang jelas memberikan gambaran tentang wewenang dan tanggungjawab seseorang. Dengan demikian, aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik. Sistem pembagian kerja yang jelas membuat orang fokus dalam bekerja, sehingga ia bisa ahli di bidangnya. AO yakin dalam memberikan kredit kepada debitur jika struktur internal perusahaannya jelas dan baik.

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. PT. BRI Persero Tbk. Kantor Cabang Katamso Yogyakarta sudah benar- benar menerapkan analisis aspek keuangan analisis kuantitatif debitur dalam keputusan pemberian kredit sesuai dengan standar kelayakan kredit dilihat dari segi finansial yang ditetapkan oleh bank tersebut. Hal ini terbukti dengan diberikannya kredit kepada enam debitur yang setelah diteliti, ke enam debitur tersebut memenuhi standar kelayakan kredit yang diterapkan oleh PT. BRI Persero Tbk. Kantor Cabang Katamso. PT. BRI Persero Tbk. Kantor Cabang Katamso Yogyakarta tidak hanya berpedoman pada satu alat analisis saja dalam keputusan pemberian kredit, tetapi juga menggunakan alat analisis lainnya seperti analisis kualitatif. PT. BRI Persero Tbk. Kantor Cabang Katamso Yogyakarta sudah menggunakan rasio-rasio keuangan untuk analisis laporan keuangan calon debitur dalam memberikan kredit kepada debitur. Rasio-rasio keuangan tersebut sebagian sudah sama dengan teori, namun yang sebagian merupakan kebijakan dari bank sendiri. Dalam analisis laporan keuangan debitur, bank hanya mengunakan tiga rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas, kemudian untuk rasio aktivitas 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. tidak disertakan, karena sulit untuk dijadikan patokan. Hal tersebut dikarenakan masing-masing jenis usaha mempunyai aktivitas yang berbeda. Namun, rasio tersebut tetap dipergunakan oleh bank untuk menentukan cashflow setiap perusahaan.

B. Keterbatasan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin tetapi masih terdapat pula keterbatasan. Keterbatasan yang menjadi kendala bagi penulis antara lain : 1. Identitas debitur yang digunakan dalam penelitian ini diganti dengan abjad tertentu, dikarenakan adanya aturan yang menjaga kerahasiaan perusahaan dan nasabah. 2. Jumlah laporan keuangan debitur yang dianalisis hanya enam, mengingat terbatasnya data yang diberikan oleh PT. BRI Persero Tbk. Kantor Cabang Katamso, waktu dan tenaga peneliti. 3. Di sini peneliti tidak dapat menganalisis aspek keuangan debitur yang ditolak, karena pihak bank tidak menyimpan laporan keuangan mantan calon debitur.