Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan berafiliasi merupakan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain,
menjaga dan memperbaiki hubungan yang positif dengan orang lain dengan cara menyenangkan orang lain, menunjukan afeksi kepada orang
lain dan menjaga loyalitas.
2. Komponen Kebutuhan Berafiliasi
Hill 1987 mengemukakan bahwa kebutuhan berafiliasi terbentuk dari komponen sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan stimulasi positif Merupakan kebutuhan akan situasi yang menyenangkan dalam proses
afiliasi melalui kedekatan hubungan antar personal, yang diwujudkan melaui kontak fisik yang melibatkan perasaaan emosi yang mendalam
dan membina hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang. Contoh individu dengan kebutuhan ini yaitu ketika temannya membuat
kesalahan, ia mau memafkannya. b. Kebutuhan akan perhatian
Merupakan kebutuhan untuk mendapat perhatian, pengakuan dari orang lain dan pujian sebagai rasa penghargaan atas kemampuannya
dalam pergaulan, serta kebutuhan akan dorongan untuk membina hubungan sosial melalui persetujuan dan dukungan dari orang lain.
Individu yang memiliki kebutuhan ini cenderung ingin dipuji ketika ia berhasil memperoleh sesuatu.
c. Kebutuhan untuk melakukan perbandingan sosial Merupakan kebutuhan untuk membina hubungan sosial dan
mengurangi ketidakjelasan tentang identitas dirinya dengan jalan mencari informasi dari lingkungan sosial tempat individu itu berada.
Contoh perilaku individu yang memiliki kebutuhan ini yaitu ketika ia ragu dengan penampilannya, ia meminta pendapat orang lain untuk
meyakinkan dirinya. d. Kebutuhan akan dukungan emosional
Merupakan kebutuhan untuk mendapatkan simpati dari orang lain, untuk diperhatikan yang berguna untuk mengurangi perasaan negatif,
yaitu tekanan akan situasi atau rasa takut dengan percaya pada orang lain. Contoh individu yang memiliki kebutuhan ini yaitu ia akan lebih
merasa tenang dan nyaman ketika bersama orang lain.
3. Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi Mahasiswi Kost
Mahasiswi sadar akan tekanan sosial dan perlunya hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu mereka perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar mereka dapat dapat diterima dan menjadi bagian dari lingkungan tersebut.
Pada mahasiswi sikap penerimaan terhadap orang lain dimanifestasikan ke dalam bentuk perilaku afiliasi terhadap orang lain.
Perilaku tersebut diwujudkan dalam penggabungan diri pada kelompok teman sebaya, orang yang lebih muda maupun yang lebih tua darinya
Martaniah, 1984. Apabila mereka diterima oleh kelompok sosialnya, mereka dianggap mampu membuat penyesuaian sosial yang baik dalam
masyarakat Santrock, 2003. Dengan demikian mereka akan berusaha untuk terus mempertahankan dan mengembangkan perilaku afiliasinya
dengan orang-orang di sekitarnya. Berdasarkan komponen dari Hill 1987, pemenuhan kebutuhan
berafiliasi mahasiswi kost merupakan penilaian mengenai sejauhmana individu merasa terpenuhi kebutuhan berafiliasinya, yakni sejauhmana ia
dapat merasakan stimulasi positif dari orang lain, perhatian, dukungan emosional dan melakukan perbandingan sosial. Kebutuhan ini dapat
dipenuhi dengan cara mengikuti berbagai kegiatan, baik di dalam maupun di luar lingkungan kampus, menjalin persahabatan yang baik dengan
teman kost atau teman kampus, berbicara dari hati ke hati dengan teman mengenai kesulitan yang dihadapi, juga bekerjasama dalam melakukan
pekerjaan dengan orang lain.
D. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswi Kost