BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, masalah-masalah pribadi dan sosial dalam kehidupan manusia semakin bertambah. Begitu banyak situasi yang
menimbulkan masalah dan menghambat keinginan individu, baik dari luar maupun dari dalam diri individu. Masalah-masalah pribadi dan sosial ini dapat
memicu munculnya stres dalam diri individu. Stres merupakan suatu pengalaman emosional negatif yang
menyebabkan perubahan biologis, fisiologis dan perilaku, karena individu tersebut berhadapan dan melakukan penyesuaian diri dengan keadaan yang
menekan Taylor,1995. Individu akan mengalami stres apabila ia mengalami ketidaksesuaian antara persepsinya terhadap kemampuan yang dimiliki dengan
tuntutan situasi Makin and Lindley,1994. Stres bersifat subjektif atau perorangan. Besar kecilnya tekanan yang
dirasakan individu, tergantung pada diri individu dan cara individu melihat situasinya. Menurut Hardjana 1994 kejadian yang secara objektif dinilai
dapat mendatangkan stres ringan, pada individu tertentu dapat mendatangkan stres berat. Hardjana 1994 juga mengungkapkan bahwa stres merupakan hal
yang melekat pada kehidupan, semua orang pernah atau akan mengalaminya. Oleh karena itu tidak seorangpun dapat terhindar darinya, apalagi mahasiswa
yang menghadapi berbagai masalah dan perubahan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada saat menjadi mahasiswa banyak perubahan yang terjadi, salah satunya berupa perubahan sifat pendidikan, seperti kurikulum dan tingkat
kedisiplinan. Di Perguruan Tinggi kurikulumnya lebih sedikit daripada SMU, tetapi lebih mendalam. Tingkat kedisiplinan di Perguruan Tinggi juga tidak
seketat di SMU, hal ini menyebabkan cara belajar mahasiswa menjadi lebih bebas, sehingga seringkali menimbulkan kesulitan tersendiri Gunarsa dan
Gunarsa, 2001. Perubahan yang dialami mahasiswa menuntut mereka untuk melakukan penyesuaian. Selain tuntutan untuk penyesuaian, mahasiswa juga
menghadapi tuntutan dari berbagai aktivitas kuliah untuk dilaksanakan dan diselesaikan. Aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas, ujian-ujian dan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen D’Zurilla dan Sheedy, 1991.
Banyaknya tuntutan dan transisi sosial yang dihadapi mahasiswa menimbulkan berbagai masalah, dan menyebabkan mahasiswa berpotensi
terhadap stres. Hal ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan UCLA dalam Santrock, 2003 berdasarkan survey tersebut, didapat data bahwa
akhir-akhir ini mahasiswa baru perguruan tinggi lebih banyak mengalami stres daripada mahasiswa sebelumnya. Stres yang mereka alami disebabkan mereka
lebih takut akan mengalami kegagalan serta banyaknya tekanan untuk berhasil di perguruan tinggi.
Pada tingkatan stres yang optimal, tidak terlalu banyak dan berat namun juga tidak terlalu sedikit dan ringan, stres dapat memotivasi seseorang untuk
berkembang Hardjana,1994. Dalam hal ini mahasiswa tersebut dituntut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk terampil dalam mengatasinya. Setiap masalah yang dialami mahasiswa perlu segera diselesaikan satu per satu agar tidak menumpuk. Namun pada
kenyataanya, tidak semua mahasiswa dapat mengatasi setiap masalahnya dengan baik. Hal ini menyebabkan tingkat stresnya semakin tinggi.
Mahasiswa yang mengalami stres pada tingkat yang sangat tinggi, akan mengalami ketegangan. Ketegangan yang dirasakannya akan mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi fisiknya sehingga ia tidak akan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal, selain itu
kualitas belajarnya juga akan menurun. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Iswinarti dan Haditono 1999, bahwa tingkat stres
berkorelasi negatif dengan prestasi belajar. Banyaknya tuntutan dan transisi sosial yang dihadapi mahasiswa akan
lebih banyak lagi dialami oleh mahasiwa kost. Mahasiswa kost mengalami perubahan lingkungan tempat tinggal yang disebabkan jauhnya tempat tinggal
orangtua dengan kampus. Hal ini menuntut mereka untuk tinggal di kost dan terpisah dari orangtua mereka. Dalam hal ini mahasiswa kost juga perlu
melakukan lebih banyak penyesuaian. Lingkungan kost pada umumnya terdiri dari mahasiswa yang berasal
dari berbagai daerah. Hal ini menuntut mahasiswa kost untuk menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitar mereka. Hal ini perlu
dilakukan agar dapat terjalin hubungan yang baik diantara sesama penghuni kost. Terpisahnya mahasiswa kost dari orangtua mereka juga menyebabkan
mereka harus memenuhi kebutuhannya sendiri, misalnya dalam hal mencari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perlengkapan pribadi maupun makan. Berbagai hal tersebut menyebabkan mahasiswa kost menghadapi sumber stres yang lebih banyak dibanding
mahasiswa yang tinggal bersama orangtua mereka. Kasus mengenai stres pada mahasiswa kost cukup banyak diberitakan
akhir-akhir ini. Pada kondisi yang luar biasa, tingkat stres yang sangat tinggi pada mahasiswa kost dapat menjadi sebuah awal malapetaka, seperti yang
terjadi pada kasus berikut : seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung ditemukan tewas bunuh diri di kamar kosnya, hal ini
diduga terjadi karena korban stres menghadapi kuliahnya Pikiran Rakyat, 24 Maret 2006.
Hardjana 1994 mengungkapkan bahwa apabila saat-saat stres sudah terlihat dan sumber stres sudah diketahui sebelumnya maka individu perlu
mengambil sikap bersiap diri dengan meminta bantuan orang lain, karena stres yang dihadapi seringkali terlalu berat untuk diatasi sendirian. Dalam keadaan
seperti itu, individu perlu mencari pertolongan dari orang lain untuk mencegah stres. Mahasiswa memerlukan dukungan sosial untuk membantunya dalam
mengatasi masalah yang dihadapi. Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan emosional seperti perhatian dan penerimaan, maupun dukungan informasi
yang berkaitan dengan penyelesaian masalah. Sarafino 1990 mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat mengurangi potensial stres. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh French, dkk dalam Berry and Houston, 1993 mengungkapkan bahwa dukungan emosional yang
menjadi bagian dari dukungan sosial dibutuhkan dalam mengatasi stres. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian yang dilakukan oleh Ismudyanti dan Hastjarjo 2003 terhadap anak jalanan juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat membantu
anak jalanan dalam menghadapi tekanan-tekanan baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
Mahasiswa perlu berinteraksi dan membina hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya, agar ia lebih mudah mendapatkan dukungan sosial
pada saat menghadapi masalah-masalahnya. Kebutuhan untuk hidup bersama dan menjalin relasi dengan orang lain merupakan kebutuhan berafiliasi.
Menurut Murray dalam Hall and Lindzey, 1993 kebutuhan berafiliasi diwujudkan dengan mendekatkan diri, membuat senang dan mencari afeksi
dari objek yang disukai, bekerjasama, patuh dan setia kawan atau membalas ajakan orang lain yang menyukainya.
Perilaku afiliasi pada mahasiswa diwujudkan dalam bentuk penggabungan diri dengan kelompok teman sebaya di lingkungan kampus
maupun luar kampus, orang yang lebih muda, juga yang lebih tua darinya. Apabila mereka diterima oleh kelompok sosialnya, mereka dianggap mampu
mengadakan penyesuaian sosial yang baik dalam masyarakat. Setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang menuntut untuk
dipenuhi, begitupun dengan kebutuhan berafiliasi. Apabila mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan berafiliasinya, maka mereka akan merasa
keberadaannya diterima oleh lingkungannya. Selain itu mereka juga tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi masalah dan mengatasi perubahan-
perubahan yang dihadapinya. Hal ini disebabkan kedekatan dengan orang- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang di sekitarnya membuat mereka dapat saling berbagi tentang masalah- masalah yang mereka hadapi.
Hoffmann mengungkapkan bahwa kebutuhan affiliasi pada wanita lebih tinggi daripada pria. Sejalan dengan ungkapan tersebut, Kartini Kartono
dalam Martaniah, 1984 manambahkan bahwa dalam kehidupan sosialnya wanita diharapkan bersikap ramah,lebih memusatkan kepada kepentingan
orang lain dan memelihara hubungan dengan orang lain. Harapan akan sikap wanita ini menunjang berkembangnya kebutuhan berafiliasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka pada penelitian ini, subjek penelitian dibatasi pada mahasiswi saja, hal ini dilakukan untuk menjaga homogenitas.
Penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan afiliasi telah dilakukan sebelumnya oleh Afida 2000 dan Andianti 2004, namun pada penelitian
mereka variabel tergantungnya adalah tingkat depresi, selain itu subjek penelitian mereka adalah lanjut usia. Pada penelitian ini, peneliti hendak
meneliti hubungan pemenuhan kebutuhan berafiliasi dan tingkat stres pada mahasiswa. Hal ini disebabkan mahasiswa kost begitu rentan terhadap stres
dan kasus mengenai stres pada mahasiswa kost juga cukup banyak diberitakan akhir-akhir ini, seperti yang terungkap pada paragraf sebelumnya.
B. Rumusan Masalah