memberi tingkat urutan skala pentingnya atribut-atribut. Skala yang dipergunakan apa saja, tergantung dari pandangan responden dan situasi yang
relevan, walaupun demikian mengikuti pendekatan AHP dipergunakan metode skala angka Saaty mulai dari 1 yang menggambarkan antara satu atribut terhadap
atribut lainnya sama penting dan untuk atribut yang sama selalu bernilai satu, samapai dengan 9 sembilan yang menggambarkan suatu atribut ekstrim penting
terhadap atribut lainnya. Pada Tabel 2. disajikan skala angka Saaty beserta defenisi dan penjelasannya.
Tabel 2. Skala Banding Berpasangan
Intensitas Defenisi
Keterangan Pentingnya
1 sama penting
Dua aktivitas memberikan kontribusi yang
sama kepada tujuan 3
Perbedaan penting yang lemah Pengalaman dan selera sedikit
menyebabkan antara yang satu terhadap yang
lain satu lebih disukai dari pada yang
lain 5
Sifat lebih pentingnya kuat Pengalaman dan selera sangat
menyebabkan penilaian yang satu lebih dari yang
lain, yang satu lebih disukai dari yang
lain 7
Menunjukan sifat sangat penting Aktivitas yang satu sangat disukai
dibandingkan dengan yang lain, dominasinya tampak dalam
kenyataan 9
Ekstrim penting Bukti bahwa yang antara yang satu
lebih disukai dari pada yang lain menunjukan
kepastian tingkat tertinggi yang dapat dicapai
2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua pilihan
Diperlukan kesepakatan kompromi
Sumber : Skala Perbandingan Saaty 1983
2.11. Pembangunan Budidaya Perikanan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi
pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit pada laju
pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak. absolute, melainkan merupakan batas
yang luwes flexible yang bergantung pada kondisi teknologi dan social ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfir untuk menerima
dampak kegiatan manusia. Dengan perkataan lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga
kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaata bagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Secara garis besar konsep pembangunan berkelanjutan
memiliki empat dimensi : 1 ekologis, 2 sosial ekonomi budaya, 3 sosial politik, 4 hukum dan kelembagaan Dahuri 1998.
Sektor perikanan terus dikembangkan kegiatannya oleh pemerintah, karena pasar komoditas perikanan masih terbuka luas baik dalam negeri maupun luar
negeri, sehingga menjanjikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya. Salah satu kegiatan dalam sektor perikanan yang terus
digalakan pengembangannya yaitu budidaya ikan. Kegiatan tersebut sampai saat ini masih merupakan salah satu kegiatan agribisnis di wilayah pesisir yang
memberikan harapan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan devisa bagi Negara. Selain karena pasar komoditas yang masih terbuka luas baik
di dalam negeri maupun diluar ekspor juga, karena usaha budidaya ini terbukti memiliki margin yang sangat menjanjikan Hempel dan Winther 1997.
Kegiatan budidaya ini selain menjanjikan pendapatan yang cukup besar juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya pesisir. Pengembangan
perikanan budidaya pada kawasan pesisisr akan banyak mempengaruhi kondisi sumberdaya pesisir, sehingga kemampuan kawasan pesisir daya dukung
lingkungan pesisir, untuk meneriman limbah harus selalu menjadi perhatian. Kesalahan dalam pengolahan akan mengakibatkan terjadi penurunan mutu
lingkungan degradasi lingkungan yang bisa mengancam kelestarian sumber daya pesisir dan bisa membahayakan kesinambungan terhadap usaha budidaya itu
sendiri. Hempel dan Winther 1997 menyatakan untuk dapat melakukan pengembangan perikanan budidaya secara berkelanjutan aspek sosial, aspek
lingkungan dan aspek teknologi harus selalu menjadi perhatian, karena aspek tersebut saling terkait.
Perikanan budidaya laut disamping tergantung pada input sarana produksi seperti benih atau bibit juga tergantung pada kondisi ekologis perairan, yang juga
merupakan fungsi dari eksternalitas berbagai kegiatan lain. Pengendalian input dari alam ini sangat sulit sehingga konsep kapasitas perikanan budidaya dapat
diterapkan seperti juga yang telah diterapkan pada perikanan tangkap Fauzi 2001.
Analisis kapasitas perikanan budidaya laut dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan perikanan budidaya laut ini telah efisien atau belum. Kapasitas
perikanan dipandang dari sudut ekonomi dan teknologi didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang dapat diproduksi per unit waktu dengan lahan dan
peralatan yang ada, sementara berbagai variable produksi tidak dibatasi Kirkley dan Squiler 1999. Sementara itu secara umum Kirkley dan Squiler 2003
mendefinisikan kapasitas perikana sebagai sebagai stok capital maksimum yang ada dalam perikanan yang dapat dipergunakan secara penuh pada kondisi efisien
maksimum secara teknis pada waktu dan kondisi pasar tertentu. Stok kapital terdiri dari kapital dan sumberdaya manusia. Kapital dapat berupa teknologi yang
digunakan misalnya, sedangkan sumberdaya manusia dapat berupa jumlah tenaga kerja dan kemampuan teknisnya. Di dalam perikana tangkap, kapital dan
sumberdaya manusia merupakan manifestasi dari upaya effort. Hal yang sama juga dapat diterapkan pada perikana budidaya laut dengan menggunakan unit
pengukuran upaya yang sesuai. Pembangunan perikanan pada dasarnya mengalami evolusi dari paradigma
konservasi biologi ke paradigma rasionalisasi ekonomi kemudian ke paradigma sosialkomunitas. Menurut Charles 1994 diacu dalam Fauzi dan
Anna 2002 ketiga paradigma tersebut masih tetap relevan dalam kaitan dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Pandangan pembangunan perikanan
yang berkelanutan haruslah mengakomudasikan ketiga paradigma tersebut. Selanjutnya Charles 2001 diacu dalam Randika 2008 menyebutkan bahwa
pembangunan perikanan mengandung 4 empat komponen dasar yang harus dipenuhi. Komponen dasar tersebut antara lain:
1. Ecological sustainability keberlanjutan ekologi. Dalam pandangan ini memelihara keberlanjutan stokbiomass sehingga tidak melewati daya
dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistim menjadi konsern utama.
2. Socioeconomic sustainability keberlanjutan sosial ekonomi. Konsep ini mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan
keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik pada tingkat individu. Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan
masyarakat yang lebih tinggi merupakan konsern dalam kerangka keberlanjutan ini.
3. Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komonitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian
pembangunan perikanan yang berkelanjutan. 4. Institutional sustainability keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini
keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan
berkelanjutan di atas. Dengan demikian jika setiap komponen dilihat sebagai komponen yang
penting untuk menunjang keseluruhan proses pembangunan berkesinambungan, maka kebijakan pembangunan perikanan yang berkesinambungan harus mampu
memelihara tingkat yang reasonable dari setiap komponen sustainable tersebut. Dengan kata lain keberlanjutan sistem akan menurun melalui kebijakan yang
ditujukan hanya untuk mencapai satu elemen keberlanjutan Charles 2001 diacu dalam
Randika 2008.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran