35
kemudian dimasukkan kedalam desikator 15 menit dan ditimbang. Sampel dimasukkan kembali kedalam oven selama 1 jam, kemudian dimasukkan
kedalam desikator 15 menit dan ditimbang hal ini dilakukan berulang-ulang hingga berat sampel konstan dua angka dibelakang koma. Kadar air sampel
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar air basis kering = berat sampel awal
– berat sampel kering x 100
berat sampel kering
b. Pengukuran Kadar Abu Metode Pengabuan Kering AOAC, 1984
Cawan pengabuan dimasukkan kedalam oven selama 3 jam, kemudian dimasukkan kedalam desikator 15 menit dan ditimbang hal ini dilakukan
berulang-ulang hingga berat cawan konstan dua angka di belakang koma. Biji serealia yang telah dihaluskan dengan blender ditimbang sebanyak 5 g dan
dimasukkan kedalam cawan pengabuan yang telah diketahui berat konstannya. Sampel dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 300
o
C selama 1 jam, kemudian suhu tanur dinaikkan hingga 450
o
C selama 6 jam. Sampel didinginkan kedalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang hal ini
dilakukan hingga berat kontan, bila belum konstan masukkan kembali kedalam tanur. Bila sampel lama tidak berwarna putih maka dapat ditambahkan 1-2 ml
HNO
3
pekat kepada sampel yang telah dingin, kemudian sampel diuapkan hingga kering dan dimasukkan kembali kedalam tanur. Kadar abu sampel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar abu =
berat abu x 100
berat sampel
c. Pengukuran Kadar Lemak Metode Ekstraksi Soxhlet AOAC, 1984
Labu lemak dikeringkan dalam oven, kemudian dikeringkan dalam desikator dan ditimbang. Biji serealia yang telah dihaluskan dengan blender
dibungkus dengan menggunakan kertas saring bebas lemak sebanyak 5 gram. Sampel dalam kertas saring timbel diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet,
kemudian alat kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Refluks dilakukan minimal 5 jam dengan pelarut dietil eter hingga pelarut yang
36
turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarutnya ditampung. Labu lemak yang berisi lemak
hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang hal ini dilakukan hingga berat
konstan. Persentase kadar lemak dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar lemak = berat lemak
x 100 berat sampel
d. Pengukuran Kadar Protein Metode Mikro Kjeldhal AOAC, 1984
Biji serealia yang telah dihaluskan dengan blender ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukkan kedalam labu Kjeldhal 30 ml, kemudian sampel dalam
labu ditambahkan 1,9 + 0,1 g K
2
SO
4
, 40 + 10 mg HgO, 6,7 + 0,1 ml H
2
SO
4
dan batu didih. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih,
kemudian didinginkan dan ditambahkan sejumlah kecil air perlahan-lahan dan
didinginkan. Isi labu dipindahkan kedalam alat destilasi, kemudian labu dicuci
dan dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan kedalam alat
destilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml H
2
BO
3
dan 2-4 tetes indikator campuran 2 bagian metil merah 0,2 dalam alkohol dan 1 bagian metilen
biru 0,2 dalam alkohol diletakkan di bawah kondensor ujung tabung harus terendam dalam larutan H
2
BO
3
. Sampel ditambahkan 8-10 ml NaOH- Na
2
S
2
O
3
, kemudian dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dengan erlenmeyer. Tabung kondensor dibilas dengan air dan
ditampung bilasannya dalam erlenmeyer yang sama. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCL 0,02 N sampai terjadi
perubahan warna menjadi abu-abu. Persentase kadar nitrogen dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N = ml HCI
– ml blanko x N HCL x 14,007 x 100
mg sampel protein = N x faktor konversi