36
turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarutnya ditampung. Labu lemak yang berisi lemak
hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang hal ini dilakukan hingga berat
konstan. Persentase kadar lemak dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar lemak = berat lemak
x 100 berat sampel
d. Pengukuran Kadar Protein Metode Mikro Kjeldhal AOAC, 1984
Biji serealia yang telah dihaluskan dengan blender ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukkan kedalam labu Kjeldhal 30 ml, kemudian sampel dalam
labu ditambahkan 1,9 + 0,1 g K
2
SO
4
, 40 + 10 mg HgO, 6,7 + 0,1 ml H
2
SO
4
dan batu didih. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih,
kemudian didinginkan dan ditambahkan sejumlah kecil air perlahan-lahan dan
didinginkan. Isi labu dipindahkan kedalam alat destilasi, kemudian labu dicuci
dan dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan kedalam alat
destilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml H
2
BO
3
dan 2-4 tetes indikator campuran 2 bagian metil merah 0,2 dalam alkohol dan 1 bagian metilen
biru 0,2 dalam alkohol diletakkan di bawah kondensor ujung tabung harus terendam dalam larutan H
2
BO
3
. Sampel ditambahkan 8-10 ml NaOH- Na
2
S
2
O
3
, kemudian dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dengan erlenmeyer. Tabung kondensor dibilas dengan air dan
ditampung bilasannya dalam erlenmeyer yang sama. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCL 0,02 N sampai terjadi
perubahan warna menjadi abu-abu. Persentase kadar nitrogen dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N = ml HCI
– ml blanko x N HCL x 14,007 x 100
mg sampel protein = N x faktor konversi
37
e. Pengukuran Kadar Karbohidrat
secara ”By Difference” AOAC, 1984
Kadar karbohidrat dihitung dengan menjumlahkan kadar air, abu, lemak dan protein, kemudian mengurangkan 100 dengan jumlah tersebut.
karbohidrat = 100 – air + abu + lemak + protein
3.4.3 Fenol Total Kamath et al, 2004
Sampel halus serealia sebanyak 10 gram ditempatkan dalam botol sentrifuse, selanjutnya ditambahkan 100 ml aseton 70. Sampel di shaker dengan
kecepatan 35 rpm selama 2 jam pada suhu kamar, kemudian disimpan pada suhu - 20
o
C ditempat gelap selama 24 jam. Setelah 24 jam larutan di equilibrium selama 1 jam pada suhu ruang. Larutan selanjutnya disentrifuse selama 30 menit pada
3000 rpm. Residu sampel selanjutnya dicuci sebanyak 2 kali dengan cara menambahkan aseton 70, selanjutnya di shaker selama 1 jam dan disentrifuse
kembali selama 30 menit pada 3000 rpm. Tiga supernatan yang diperoleh ditampung pada erlenmeyer, disaring dengan kertas Whatman no. 4 dengan
bantuan pompa vakum, kemudian di keringkan dengan rotary evaporator pada suhu 40
C untuk menguapkan aseton. Larutan sisa pengeringan dengan rotary evaporator selanjutnya dikeringkan kembali dengan menggunakan freeze dryer
pada suhu -75 C. Ekstrak kering hasil freeze dryer yang didapat selanjutnya
dibuat sebagai larutan stok uji konsentrasi 200 mgml pelarut aseton 70. Ekstrak serealia sebanyak 0,5 ml ditambahkan dengan 0,5 ml etanol 95
didalam tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan 0,25 ml reagen folin calcioteu dalam air destilasi 1:1. Campuran larutan selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang selama 5 menit dan ditambahkan 0,5 ml Na
2
CO
3
5. Larutan diinkubasi kembali selama 60 menit pada suhu ruang sambil diaduk dengan shaker.
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 720 nm. Kurva standar disiapkan dengan menggunakan asam tanat dalam etanol 95. Larutan standar asam tanat
dibuat dengan konsentrasi 0, 6.25, 12.5, 25, 50 dan 100 mgml. Kurva standar pengukuran fenol total dengan standar asam tanat dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil pengujian kadar fenol total dibaca sebagai mg TAEg biji. Nilai tersebut menunjukkan kesetaraan jumlah fenol total 1 gram serealia dengan 1 mg asam
tanat yang dinyatakan sebagai TAE yaitu tannic acid equivalent.